Updates from November, 2016 Toggle Comment Threads | Pintasan Keyboard

  • erva kurniawan 1:53 am on 15 November 2016 Permalink | Balas  

    Abul Wafa Muhammad Al Buzjani Peletak Dasar Rumus Trigonometri 

    abul-wafa-muhammad-al-buzjaniAbul Wafa Muhammad Al Buzjani Peletak Dasar Rumus Trigonometri

    Laporan: YUS/BERBAGAI SUMBER

    Masa kejayaan Islam tempo dulu antara lain ditandai dengan maraknya tradisi  ilmu pengetahuan. Para sarjana Muslim, khususnya yang berada di Baghdad dan  Andalusia, memainkan peran cukup penting bagi tumbuh berkembangnya ilmu  kedokteran, matematika, kimia, dan bidang ilmu lain yang sekarang berkembang.  Selama berabad-abad sarjana-sarjana Muslim tadi menuangkan buah pikiran dan  hasil penelitian ke dalam kitab-kitab pengetahuan untuk kemudian menjadi  rujukan ilmu pengetahuan modern. Kini, dunia telah dapat mengambil manfaat  dari pengembangan ilmu yang dirintis oleh para ilmuwan serta sarjana Muslim.

    Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail al-Buzjani, merupakan  satu di antara sekian banyak ilmuwan Muslim yang turut mewarnai khazanah  pengetahuan masa lalu. Dia tercatat sebagai seorang ahli di bidang ilmu  matematika dan astronomi. Kota kecil bernama Buzjan, Nishapur, adalah tempat  kelahiran ilmuwan besar ini, tepatnya tahun 940 M. Sejak masih kecil,  kecerdasannya sudah mulai nampak dan hal tersebut ditunjang dengan minatnya  yang besar di bidang ilmu alam. Masa sekolahnya dihabiskan di kota  kelahirannya itu.

    Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Abul Wafa lantas  memutuskan untuk meneruskan ke jenjang lebih tinggi di ibukota Baghdad tahun  959 M. Di sana, dia pun belajar ilmu matematika. Sejarah mencatat, di kota  inilah Abul Wafa kemudian menghabiskan masa hidupnya. Tradisi dan iklim  keilmuan Baghdad benar-benar amat kondusif bagi perkembangan pemikiran Abul  Wafa. Berkat bimbingan sejumlah ilmuwan terkemuka masa itu, tak berapa lama  dia pun menjelma menjadi seorang pemuda yang memiliki otak cemerlang.

    Dia pun lantas banyak membantu para ilmuwan serta pula secara pribadi  mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika, utamanya geometri  dan trigonometri. Di bidang ilmu geometri, Abul Wafa memberikan kontribusi  signifikan bagipemecahan soal-soal geometri dengan menggunakan kompas;  konstruksi ekuivalen untuk semua bidang, polyhedral umum; konstruksi hexagon  setengah sisi dari segitiga sama kaki; konstruksi parabola dari titik dan  solusi geometri bagi persamaan.

    Konstruksi bangunan trigonometri versi Abul Wafa hingga kini diakui sangat  besar kemanfaatannya. Dia adalah yang pertama menunjukkan adanya teori relatif  segitiga parabola. Tak hanya itu, dia juga mengembangkan metode baru tentang  konstruksi segi empat serta perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan  desimal. Abul Wafa pun mengembangkan hubungan sinus dan formula 2 sin2 (a/2) =  1 – cos a dan juga sin a = 2 sin (a/2) cos (a/2)

    Di samping itu, Abul Wafa membuat studi khusus menyangkut teori tangen dan  tabel penghitungan tangen. Dia memperkenalkan secan dan cosecan untuk pertama  kalinya, berhasil mengetahui relasi antara garis-garis trigonometri yang mana  berguna untuk memetakannya serta pula meletakkan dasar bagi keberlanjutan  studi teori conic. Abul Wafa bukan cuma ahli matematika, namun juga piawai  dalam bidang ilmu astronomi. Beberapa tahun dihabiskannya untuk mempelajari  perbedaan pergerakan bulan dan menemukan “variasi”. Dia pun tercatat sebagai  salah satu dari penerjemah bahasa Arab dan komentator karya-karya Yunani.

    Banyak buku dan karya ilmiah telah dihasilkannya dan mencakup banyak bidang  ilmu. Namun tak banyak karyanya yang tertinggal hingga saat ini. Sejumlah  karyanya hilang, sedang yang masih ada, sudah dimodifikasi. Kontribusinya  dalam bentuk karya ilmiah antara lain dalam bentuk kitab Ilm al-Hisab (Buku  Praktis Aritmatika), Al-Kitab Al-Kamil (Buku Lengkap), dan Kitab al-Handsa  (Geometri Terapan). Abul Wafa pun banyak menuangkan karya tulisnya di jurnal  ilmiah Euclid, Diophantos dan al-Khawarizmi, tetapi sayangnya banyak yang  telah hilang.

    Kendati demikian, sumbangsihnya bagi teori trigonometri amatlah signifikan  terutama pengembangan pada rumus tangen, penemuan awal terhadap rumus secan  dan cosecan. Maka dari itu, sejumlah besar rumus trigomometri tak bisa  dilepaskan dari nama Abul Wafa. Seperti disebutkan dalam Alquran maupun hadis,  agama Islam menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa belajar dan  mengembangkan ilmu pengetahuan. Inilah yang dihayati oleh sang ilmuwan Muslim,  Abul Wafa Muhammad hingga segenap kehidupannya dia abdikan demi kemajuan ilmu.  Dia meninggal di Baghdad tahun 997 M.

    ***

    republika.co.id

     
  • erva kurniawan 1:36 am on 4 October 2016 Permalink | Balas  

    Simpanan Bagi Hasil Di Bank 

    ribaSimpanan Bagi Hasil Di Bank

    Oleh: Mike Rini, dikutip dari Danareksa.com

    Apakah Anda termasuk orang yang percaya bahwa uang bisa didapat dengan sekejap mata tanpa usaha yang berarti ? Saya tidak. Saya orang yang tidak pernah percaya bahwa uang bisa didapat dengan sekejap mata. Tapi keyakinan saya tersebut ternyata bisa dipatahkan, tepatnya tahun 1998 jamannya masih krisis moneter. Saya tidak akan pernah lupa hari-hari dimana saya bisa mendapatkan uang dengan begitu mudahnya, bahkan tanpa usaha yang berarti sama sekali. Yang saya lakukan saat itu hanya mendepositokan uang saya di sebuah bank. Bayangkan dari uang sebesar Rp 100 juta yang saya depositokan, sim salabim ! satu bulan kemudian berubah menjadi Rp 140 juta !

    Jadi timbul pertanyaan, apa yang dilakukan bank tersebut sehingga bisa sebegitu hebatnya membayar bunga deposito sebesar itu. Saya tidak penah tahu kemana uang yang saya simpan dibank tersebut diinvestasikan, namun tidak lama setelahnya jawabannya datang dengan berita likuidasi bank-bank. Termasuk bank saya, hanya saja depositonya sudah saya cairkan dahulu, dan untuk kedua kalinya saya lagi-lagi beruntung. Beberapa teman-temannya yang dananya nyangkut di bank tersebut, harus menunggu berhari-hari dan mengantri dalam antrian yang sangat panjang untuk bisa mengambil dana mereka kembali. Bank-lah pihak yang paling merugi, bukan saja merugi tapi bangkrut total sampai harus ditutup. Kewajiban pembayaran bunga yang luar biasa ekstrim saat itu telah menamatkan riwayat bank tempat saya menabung bertahun-tahun.

    Bayangkan jika Anda yang berada di posisi penghutang seperti kasus bank tadi (dan seringnya memang begitu bukan ?). Kewajiban cicilan kredit rumah, kredit mobil atau kartu kredit yang tiba-tiba membengkak karena bunganya meroket dan semakin parah jika Anda terlambat membayar, bisa membuat Anda bangkrut. Begitulah keajaiban dari sistem bunga berbunga, bisa sangat menguntungkan di satu pihak namun merugikan pihak lain.

    Kenyataan ini telah membuktikan bahwa kelangsungan hidup bank konvensional selalu terganggu oleh gejolak suku bunga. Dari sinilah muncul kebutuhan akan adanya suatu sistem perbankan yang tidak berbasis bunga. Menjawab kebutuhan itu sistem perbankan syariah yang berbasis bagi hasil, konon lebih tangguh dari sistem perbankan konvensional. Namun jika dilihat dari kacamata kita sebagai nasabah, apakah menguntungkan jika kita menyimpan uang di bank syariah ? Setelah sekian lama terbiasa dengan sistem bunga bank konvensional, bisakah sistem bank syariah memberikan keuntungan yang lebih besar kepada nasabahnya ? “Tak kenal maka tak sayang”, bagi kita yang sudah terbiasa dengan sistem bunga pada bank konvensional, mungkin merasa ragu-ragu dengan sistem bagi hasil bank syariah. Namun terlepas dari berbagai keraguan tadi, alangkah baiknya kita menuntaskan rasa penasaran kita dengan mempelajari produk-produk simpanan di bank syariah.

    Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah

    Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama Islam. Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem bunga atau riba yang memberatkan, maka bank syariah beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan. Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional, antara lain :

    Perbedaan Falsafah

    Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju pada cerita di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal untuk banknya. Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak namun kerugian besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya.

    Konsep Pengelolaan Dana Nasabah

    Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya mem- bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.

    Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin tingi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada dan nasabahnya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank di investasikan terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut di salurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya.

    Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah semakin besar pula keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan bank konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase dari dana yang disimpannya saja.

    Kewajiban Mengelola Zakat

    Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat. Infak, sedekah)

    Struktur Organisasi

    Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sangsi.

    Bagaimana Kita Menyimpan Uang Di Bank Syariah

    Sebelumnya kita sudah sangat mengenal tabungan, giro dan deposito dari bank konvensional. Pada ke tiga produk bank ini maka setiap bulanya bank berjanji akan membayar sejumlah bunga. Di bank syariah juga mempunyai produk simpanan berupa tabungan, giro dan deposito hanya sebagai nasabah kita tidak menerima pembayaran bunga. Di bank syarah ada 2 cara yang bisa dipilih orang untuk menyimpan uangnya,yaitu :

    Titipan / Wadiah

    Menitip adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya/ barangnya. Dengan demikian cara titipan melibatkan adanya orang yang menitipkan (nasabah), pihak yang dititipi (bank syariah), barang yang dititipkan (dana nasabah). Menitipkan sebenarnya bukan usaha perniagaan yang lazim, kecuali penerima titipan menetapkan keharusan membayar biaya penitipan atau administrasi bagi penitip. Maka Titipan bisa memenuhi syarat perniagaan yang lazim. Artinya bank harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap barang yang dititipkan karena sudah dibayar biaya administrasinya. Rekening giro di bank syariah dikelola dengan sistem titipan sehingga biasa dikenal dengan Giro Wadiah, karena pada dasarnya rekening giro adalah dana masyarakat di bank untuk tujuan pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Artinya giro hanyalah merupakan dana titipan nasabah, bukan dana yang diinvestasikan. Namun dana nasabah pada giro bisa dimanfaatkan oleh bank selama masih mengendap, tetapi kapanpun nasabah ingin menariknya bank wajib membayarnya. Sebagai imbalan dari titipan yang dimanfaatkan oleh bank syariah, nasabah dapat menerima imbal jasa berupa bonus. Namun bonus ini tidak diperjanjikan di depan melainkan tergantung dari kebijakan bank yang dikaitkan dengan pendapatn bank. Rekening tabungan harian yang memberlakukan ketentuan dapat ditarik setiap saat juga dikelola dengan cara titipan, karena sifatnya mirip dengan giro hanya berbeda mekanisme penarikannya.

    Investasi / Mudharabah

    adalah suatu bentuk perniagaan dimana pemilik modal (nasabah) menyetorkan modalnya kepada pengelola (bank) untuk diusahakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak. Sedangkan kerugian, jika ada akan ditanggung oleh si pemilik modal. Dengan demikian cara investasi melibatkan pemilik modal (nasabah), pengelola modal (bank), modal (dana) harus jelas berapa jumlahnya, jangka waktu pengelolaan modal, jenis pekerjaan atau proyek yang di biayai, porsi bagi hasil keuntungan. Deposito di bank syariah dikelola dengan cara investasi atau mudarobah, sehingga biasa dikenal dengan Deposito Mudharabah. Bank Syariah tidak membayar bunga deposito kepada deposan tetapi membayar bagi hasil keuntungan yang ditetapkan dengan nisbah. Beberapa jenis tabungan berjangka juga dikelola dengan cara mudharobah misalnya tabungan pendidikan dan tabungan hari tua, tabungan haji, tabungan berjangka ini biasa dikenal istilah Tabungan Pendidikan Mudharabah, Tabungan Haji. Tabungan-tabungan tersebut tidak dapat ditarik oleh pemilik dana sebelum jatuh tempo sehingga memenuhi syarat untuk diinvestasikan

    Bagaimana Nasabah Mendapat Keuntungan

    Jika bank konvensional membayar bunga kepada nasabahnya, maka bank syariah membayar bagi hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu angka ratio bagi hasil atau nisbah. Nisbah antara bank dengan nasabahnya ditentukan di awal, misalnya ditentukan porsi masing-masing pihak 60:40, yang berarti atas hasil usaha yang diperolah akan didisitribusikan sebesar 60% bagi nasabah dan 40% bagi bank. Angka nisbah ini dengan mudah Anda dapatkan informasinya dengan bertanya ke customer service atau datang langsung dan melihat papan display ” Perhitugan dan Distribusi Bagi Hasil” yang ada di cabang bank syariah.

    Apakah Simpanan Nasabah di Bank Syariah Dijamin Pemerintah Dalam hal jaminan pemerintak terhadap dana pihak ke tiga di bank, maka bank syariah mempunyai kedudukan yang sama sama dengan bank konvensional. Dana nasabah di bank syariah tetap dijamin pemerintah sesuai dengan ketentuan jaminan pemerintah bagi dana nasabah di bank.

    Salam Mike Rini Perencana Keuangan

     
    • MATRAS MOBIL 10:29 am on 8 Oktober 2016 Permalink

      harus bertanya pada yang ahli dalam hal ini mengenai riba.. thanks artikelnya..

    • seputarpesantren 7:30 pm on 12 Oktober 2016 Permalink

      Selamat berekonomi syariah

  • erva kurniawan 1:08 am on 1 September 2016 Permalink | Balas  

    Puasanya Ikan Salem Merah 

    salem merahPuasanya Ikan Salem Merah

    Puasanya ikan salem merah adalah puasa alami, yang menggambarkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan sebagai contoh keunikan ragam kehidupan hayati yang ada di alam sekitar kita.

    Pada masa awal hidupnya ikan salem merah hidup di air tawar. Lalu setelah dewasa, mereka bermigrasi ke lautan luas. Ikan salem merah menghabiskan sebagian hidupnya di laut, sekitar 4- 7 tahun. Ketika ikan salem merah cukup dewasa untuk berpijah mereka akan berkumpul bersama di suatu tempat di lautan. Setelah berkumpul dalam jumlah puluhan ribu, mereka akan membagi dirinya berdasarkan spesies masing-masing, dan bersama-sama kembali ke sungai tempat menetasnya dahulu. Mereka kerap harus melompati air terjun dan berbagai kesulitan lainnya, yang jaraknya bisa sejauh 1.600 kilometer dari tempat mereka hidup di lautan. Dengan rintangan yang sangat besar, ikan salem merah terus berusaha keras melawan arus sungai yang deras, dengan berbagai macam halangan kayu-kayu, batu-batu kali, kemungkinan dimangsa predator atau jatuh ke jaring nelayan. [lm: ikan ini sangat lezat dagingnya, sering dibuat juga sebagai ikan kalengan]

    Perjalanan ini terkadang membutuhkan waktu beberapa bulan lamanya. Yang mengagumkan, bahwa sejak awal perjalanan panjang ini mereka sudah mulai berpuasa. Berdasarkan penelitian para ahli, ternyata lama puasa para ikan inilah yang berguna sebagai standar naluriah untuk menuntun mereka mengenali sungai mana para ikan itu berasal. Juga kandungan lemak yang cukup tinggi pada ikan salem merah ternyata bermanfaat sebagai cadangan makanan selama migrasi balik ini. Luput dari para pemangsa dan nelayan, akhirnya dengan tubuh penuh luka dan kelelahan para ikan ini bisa mencapai hulu sungai tempat mereka ditetaskan pertama kali. Subhanallah…Maha Besar Allah !!!.

    Ketika mereka tiba di hulu sungai inilah, mereka akan otomatis bekerjasama antara pasangan jantan dan betina. Dengan sirip kecil dibelakang sirip punggungnya yang besar mereka menggali lubang kedalaman sekitar 45 cm, sebagai tempat penetasan calon telur-telur ikan. Untuk penggalian ini diperlukan waktu beberapa minggu lamanya

    Jika telah siap, sang betina akan meletakkan telur-telur yang berjumlah ribuan, dan sang jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur-telur betinanya. Setelah proses ini selesai, sang calon ibu ikan akan menutup lubang tempat telur ini dengan lumpur yang cukup tebal. Kemudian pasangan ikan ini akan tetap berenang-renang di sekitar lubang telur, menunggu beberapa waktu hingga telur-telur ini menetas.

    Saat bayi-bayi ikan salem merah mendorong dirinya keluar dari lubang penetasan, sang orang tua ikan akan melihat anak-anaknya pertama dan untuk terakhir kalinya. Lalu matilah mereka, dalam keadaan berpuasa. Ikan-ikan yang mati ini akan mengapung di permukaan, kemudian berangsur turun ke dasar sungai, membusuk.

    Sebenarnya ini adalah bagian dari proses menjaga keseimbangan alam di dasar sungai.

    Mereka mati setelah meninggalkan sekelompok generasi baru, yang harus mengalami proses ‘kesulitan’ – kembali ke lautan.

    Kemudian setelah dewasa, anak-anak ikan salem merah ini akan mengulangi siklus yang sama seperti orangtuanya, dan mati dalam keadaan berpuasa.

    Subhanallah…Maha Besar Allah !!!

    Dwitra Zaky Reston

    Diambil dari tulisan Dr. `Abd Al-Hakam `Abd Al-Latif As-Sa`idi Lecturer of Entomology – Faculty of Agriculture – Al-Azhar University

     
  • erva kurniawan 2:35 am on 24 November 2015 Permalink | Balas  

    Burdah : Analisis Historis 

    #Qosidah Burdah 1Burdah : Analisis Historis

    Term ”Burdah” yang selama ini kita kenal  tidak hanya tertuju kepada gubahan-gubahan al-Bushiri. Burdah ternyata juga memiliki akar yang kuat dalam budaya dan kesejarahan sastra di masa Rasulullah SAW.

    1. Burdah Masa Nabi Muhammad saw.

    Barangkali, selama ini kita, kalangan pesantren, hanya mengenal Burdah karya al-Bushiri semata. Padahal, ada kasidah Burdah lain yang muncul jauh sebelum al-Bushiri lahir (abad ke tujuh H, atau abad tiga belas M.). Kasidah itu adalah bait-bait syair yang di gubah oleh seorang sahabat yang bernama lengkap Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma al-Muzny. Sebagai ungkapan persembahan buat Nabi Muhammad Saw. Ka’ab termasuk salah seorang Muhadrom, yakni penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam.

    Ada kisah menarik dibalik kemunculan Burdah Ka’ab bin Zuhair ini. Mulanya, ia adalah seorang penyair yang suka menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat dengan gubahan syairnya, kemudian ia lari untuk menghindari luapan amarah para sahabat Nabi.

    Pada peristiwa Fathu Makkah (penaklukan kota Mekah), saudara Ka’ab yang bernama Bujair bin Zuhair berkirim surat padanya yang berisikan antara lain: anjuran agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasulullah. Ka’ab-pun kembali dan bertobat. Lalu ia berangkat menuju Madinah dan menyerahkan dirinya kepada Rasul melalui perantaraan sahabat Abu Bakar. Diluar dugaan Ka’ab, ia justru mendapat kehormatan istimewa dari baginda. Begitu besarnya penghormatan itu, sampai-sampai Rasul rela melepaskan Burdah (jubah yang terbuat dari kain wol/sufi)nya dan memberikannya pada Ka’ab.

    Dari sini, Ka’ab kemudian menggubah qasidah madahiyah (syair-syair pujaan) sebagai persembahan pada baginda Nabi yang terkenal dengan nama kasidah “Banat Su’ad” (Wanita-wanita Bahagia.)

    Kasidah ini terdiri dari 59 bait, dan disebut juga kasidah Burdah. Di antara prosa berirama gubahan Ka’ab adalah “Aku tahu bahwa Rasul berjanji untuk memaafkanku/dan pengampunannya adalah dambaan setiap insan/Dia adalah pelita yang menerangi mayapada/pengasah pedang-pedang Allah yang terhunus”

    Burdah (jubah) pemberian Nabi itu, kemudian dibeli oleh sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan dari putra Ka’ab. Dan biasa dipakai oleh khalifah-khalifah setelah Mu’awiyah pada hari-hari besar.

    1. Burdah Al-Bushiri

    Kasidah Burdah karya Syaikh al-Bushiri, adalah salah satu karya sastra Islam paling populer. Ia berisikan sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad Saw. yang biasa dibacakan pada setiap bulan maulid/Rabiul Awal, bahkan di beberapa belahan negeri Islam tertentu, Burdah kerapkali dibacakan dalam setiap even.

    Sajak-sajak pujian untuk Nabi dalam kesusastraan Arab di masukkan dalam genre (bagian) al-madaih al-Nabawiyah. Sedang dalam kesusastraan Persia dan Urdu, dikenal sebagai kesusastraan na’tiyah (bentuk plural na’t yang berarti pujian). Dalam tradisi sastra Arab, al-mada’ih atau na’tiyah mula-mula ditulis oleh Hasan ibnu Tsabit, Ka’ab bin Malik dan Abdullah bin Rawahah. Sedang yang paling terkenal ialah Ka’ab bin Zuhair.

    Pada abad ke-11 H., muncul seorang penyair al-madaih terkemuka, Sa’labi, yang juga seorang kritikus sastra. Namun munculnya al-Bushiri dengan Burdahnya, sebagaimana munculnya karya Majduddin Sana’i dalam bahasa Persia, al-madaih atau na’tiyah mencapai fase baru, yaitu tahapan sufistik, karena bernuansa nafas tasawuf.

    Lahirnya karya kedua penyair ini yang membuat puisi al-madaih berkembang pesat dalam kesusastraan Islam. Khusus karya al-Bushiri, selain sangat populer, ia juga sangat besar pengaruhnya terhadap kemunculan berbagai bentuk kesenian umat Islam. Karya al-Bushiri juga memberikan pengaruh yang tidak sedikit dalam mengoptimalkan metode dakwah Islamiyah, pendidikan dan ilmu retorika (ilmu Badi’ )

    Nama Burdah muncul setelah pengarangnya mengemukakan latar belakang penciptaan karya monumentalnya ini. Ketika al-Bushiri mendapat serangan jantung, sehingga separuh tubuhnya lumpuh, dia berdoa tak henti-hentinya sembari mencucurkan air mata, mengharapkan kesembuhan dari Tuhan. Kemudian dia membacakan beberapa sajak pujian. Suatu saat dia tidak dapat menahan kantuknya, lantas tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya, ia berjumpa Nabi Muhammad saw. Setelah Nabi menyentuh bagian tubuhnya yang lumpuh, beliau memberikan jubah sufi (Burdah) kepada al-Bushiri “Kemudian aku terbangun dan kulihat diriku telah mampu berdiri seperti sediakala” ujar Syekh al-Bushiri.

    Awalnya, al-Bushiri memberi nama karyanya ini dengan nama kasidah Mimiyah, karena bait-bait sajaknya diakhiri dengan huruf Mim, selanjutnya kasidah ini dikenal dengan kasidah Bara’ah, sebab menjadi cikal bakal sembuhnya sang pujangga dari kelumpuhannya. Hanya saja nama “kasidah Burdah” lebih populer di kalangan umat Islam dibanding sebutan yang lain.

    Kasidah Burdah terdiri atas 162 sajak dan ditulis setelah al-Bushiri menunaikan ibadah haji di Mekkah. Dari 162 bait tersebut, 10 bait tentang cinta, 16 bait tentang hawa nafsu, 30 tentang pujian terhadap Nabi, 19 tentang kelahiran Nabi, 10 tentang pujian terhadap al-Qur’an, 3 tentang Isra’ Mi’raj, 22 tentang jihad, 14 tentang istighfar, dan selebihnya (38 bait) tentang tawassul dan munajat.

    Kasidah Burdah telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia; seperti Persia, India, Pakistan, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastun, Indonesia, Sindi dan lain-lain. Di Barat, ia telah diterjemahkan antara lain ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol dan Italia.

    Buletin Istinbat, Edisi Khusus Bulan R. Awal 1425 H

    ***

    Arland

     
  • erva kurniawan 3:35 am on 7 August 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (20) 

    semesta alamRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (20)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Hubungan Apakah Yang Terdapat Antara Penciptaan dan Ilmu Pengetahuan?

    Seperti telah ditunjukkan dalam semua pertanyaan yang telah kami paparkan sejauh ini, teori evolusi benar-benar bertentangan dengan berbagai penemuan ilmiah. Teori ini, yang lahir pada saat tingkat ilmu pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, telah digugurkan oleh berbagai penemuan ilmiah secara berturut-turut.

    Kaum evolusionis, yang secara membabi-buta mendukung teori tersebut, mencari jalan keluar dengan ungkapan dusta, karena tidak ada lagi dasar ilmiah yang tersisa. Yang paling sering dilakukan adalah penggunaan ucapan yang seringkali dilontarkan “penciptaan adalah keyakinan atau iman, jadi bukan bagian dari ilmu pengetahuan”. Selanjutnya, pernyataan ini menegaskan bahwa evolusi adalah teori ilmiah, sedangkan penciptaan hanyalah sebuah keyakinan. Namun, pengulangan ucapan “evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan” sebenarnya berasal dari sudut pandang yang salah. Mereka yang terus mengulanginya adalah orang-orang yang mengacaukan ilmu pengetahuan dengan filsafat materialis. Mereka yakin bahwa ilmu pengetahuan harus tetap berada dalam batas-batas materialisme, dan mereka yang tidak materialis tidak berhak membuat pernyataan apa pun. Namun, ilmu pengetahuan itu sendiri menolak materialisme.

    Mengkaji materi tidak sama dengan menjadi seorang materialis

    Marilah, secara singkat, kita tentukan arti materialisme agar masalah ini dapat kita pelajari dengan lebih rinci. Materialisme adalah filsafat yang sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Dasar filsafat ini adalah gagasan yang menyatakan bahwa yang ada hanyalah materi. Berdasarkan filsafat materialis, materi sudah ada sejak awal, dan akan selalu ada untuk selamanya. Tidak ada sesuatu apa pun selain materi. Namun, pernyataan ini tidaklah ilmiah, karena tidak bisa diuji dalam percobaan dan pengamatan. Ini hanyalah suatu keyakinan, suatu dogma.

    Akan tetapi, dogma ini berbaur dengan ilmu pengetahuan di abad ke-19, bahkan menjadi landasan berpijak bagi ilmu pengetahuan. Walaupun begitu, ilmu pengetahuan tidak harus menerima materialisme. Ilmu pengetahuan mengkaji alam dan jagat raya, dan hasil kajian tersebut tidaklah dibatasi oleh penggolongan filsafat apa pun.

    Menghadapi hal ini, beberapa orang materialis sering membela diri dengan sekedar permainan kata. Mereka berkata, “Materi adalah satu-satunya bahan kajian ilmu pengetahuan, karena itu, ilmu pengetahuan haruslah bersifat materialis.” Ya, ilmu pengetahuan hanya mengkaji materi, tetapi “mengkaji materi” adalah hal yang sangat berbeda dengan “menjadi seorang materialis”. Sebabnya adalah, saat kita mengkaji materi, kita sadar bahwa materi mengandung pengetahuan dan rancangan yang begitu dahsyat, sehingga mustahil dihasilkan oleh materi itu sendiri. Kita paham bahwa pengetahuan dan rancangan tersebut adalah hasil karya sebuah kecerdasan, walaupun kita tidak bisa melihatnya secara langsung.

    Sebagai contoh, bayangkanlah sebuah gua. Kita tidak tahu apakah gua itu pernah dimasuki orang atau belum. Jika, saat kita memasuki gua itu, yang ditemukan hanyalah tanah, debu dan batu, dapat kita simpulkan bahwa di sana tak ada apa-apa selain materi yang tersebar secara acak. Namun, apabila di dinding gua terdapat lukisan-lukisan yang bagus dengan warna-warni mengagumkan, dapat kita duga bahwa ada makhluk cerdas yang pernah masuk di gua itu sebelum kita. Mungkin kita tidak dapat langsung melihat makhluk itu, tetapi keberadaannya dapat kita simpulkan dari apa yang dihasilkannya.

    Ilmu pengetahuan menentang materialisme

    Ilmu pengetahuan mengkaji alam ini dengan cara yang sama seperti dijelaskan dalam contoh di atas. Jika semua rancangan di alam ini dapat dijelaskan dengan penyebab-penyebab yang bersifat materi semata, maka ilmu pengetahuan memperkuat materialisme. Namun, ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan bahwa di alam ini terdapat suatu rancangan yang tak bisa dijelaskan dengan penyebab bersifat materi, dan bahwa segenap materi mengandung suatu rancangan yang diciptakan oleh Sang Pencipta.

    Contohnya, semua percobaan dan pengamatan membuktikan bahwa materi itu sendiri tidak dapat menghasilkan kehidupan. Karena itu, makhluk hidup pastilah hasil dari sebuah penciptaan metafisik. Semua percobaan evolusionis ke arah ini berakhir dengan kegagalan. Kehidupan tidak mungkin diciptakan dari materi tak-hidup. Ahli biologi evolusionis Andrew Scott membuat pengakuan berikut mengenai masalah tersebut dalam jurnal terkenal New Scientist:

    Ambillah sejumlah materi, panaskan sambil diaduk, dan tunggulah. Itulah Genesis versi modern. Gaya-gaya “dasar”, yakni gravitasi, elektromagnetisme, serta gaya ikat inti atom yang kuat dan lemah dianggap sebagai gaya yang menyempurnakan proses tersebut… Tetapi, seberapa jauhkah kisah yang disusun sangat baik ini telah benar-benar terbukti, dan seberapa besarkah yang masih berupa dugaan yang penuh harap? Sebenarnya, mekanisme dari hampir seluruh tahapan utama, dari zat-zat kimiawi pembentuk, hingga sel-sel yang paling awal diketahui, masih menjadi bahan persengketaan, atau, kalau tidak, pastilah merupakan kebingungan yang menyeluruh.

    Akar kehidupan didasarkan pada dugaan dan perdebatan karena dogma materialis bersikeras menyatakan bahwa kehidupan merupakan hasil dari materi. Akan tetapi, fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa materi tidak memiliki kekuatan seperti itu. Profesor Fred Hoyle, ahli matematika dan astronomi yang dianugerahi gelar kebangsawanan untuk sumbangsihnya bagi ilmu pengetahuan, memberi ulasan berikut tentang hal ini:

    Jika terdapat sifat mendasar materi yang melalui suatu cara dapat mendorong sistem organik mengarah pada terbentuknya kehidupan, maka keberadaannya haruslah dapat diperlihatkan di laboratorium. Misalnya, seseorang bisa saja menggunakan bak kolam renang sebagai ganti “ramuan sop purba”. Isilah bak itu dengan zat-zat kimia non-biologis mana pun yang Anda sukai. Pompakan gas ke atasnya, atau ke dalamnya, sesuka Anda, dan sinarilah dengan radiasi jenis apa pun yang Anda kehendaki. Biarkan percobaan ini berlangsung selama setahun, dan lihatlah ada berapa dari 2000 tersebut (protein yang dibuat dan dihasilkan sel hidup) yang muncul dalam bak ramuan itu. Saya akan memberi jawabannya, dan ini akan menghemat waktu, tenaga dan biaya melakukan percobaan secara sungguhan. Anda tak akan mendapatkan apa pun, selain (mungkin) endapan berlendir terapung yang terdiri atas asam-asam amino serta zat-zat kimia organik sederhana lainnya.

    Sebenarnya, materialisme sedang menghadapi kesulitan yang lebih buruk. Materi tak bisa membentuk kehidupan, walaupun diberi waktu serta digabungkan dengan pengetahuan manusia – apalagi tanpa faktor-faktor tersebut.

    Kebenaran, yang baru saja kita tinjau sekilas adalah kebenaran bahwa materi itu sendiri tidak dapat merancang dan tidak berpengetahuan. Namun, jagat raya dan makhluk hidup di dalamnya mengandung rancangan dan pengetahuan yang luar biasa kompleks. Ini menunjukkan bahwa rancangan dan pengetahuan dalam jagat raya serta makhluk hidup adalah karya Pencipta yang memiliki kekuasaan serta pengetahuan yang tak terhingga – Pencipta yang telah ada sebelum materi itu sendiri ada, serta menguasai dan mengendalikannya.

    Jika kita teliti dengan cermat, inilah kesimpulan yang ilmiah sepenuhnya. Ini bukanlah “keyakinan”, melainkan kebenaran yang diperoleh sebagai hasil pengamatan akan jagat raya dan makhluk hidup yang menghuninya. Karena itulah, pendapat evolusionis “Evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan di luar wilayah ilmu pengetahuan” merupakan tipuan yang dangkal. Memang, pada abad ke-19, materialisme dikacaukan dengan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan terbawa ke luar jalur oleh dogma materialis. Namun, perkembangan selanjutnya, di abad ke-20 dan ke-21, telah sepenuhnya menggugurkan keyakinan kuno itu. Dan, kebenaran penciptaan, yang tadinya terhalang materialisme, kini pun tampak. Seperti jelas dinyatakan majalah terkenal Newsweek, dalam edisi 27 Juli 1998-nya yang bersejarah, dengan berita utama yang berjudul Science Finds God (Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan) – di balik penipuan materialis, ilmu pengetahuan menemukan Tuhan, Pencipta alam semesta dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.

     
  • erva kurniawan 4:10 am on 6 August 2015 Permalink | Balas  

    Ketika ‘Matahari’ Meledak di Atas Hiroshima 

    hiroshima bomKetika ‘Matahari’ Meledak di Atas Hiroshima

    6 Agustus 1945, tepat pukul 8.15 pagi waktu Hiroshima, sebuah bom atom meledak di udara Hiroshima. Ledakan bom atom itu menghasilkan panas radiasi yang setara dengan sebuah matahari.

    Bom atom itu berukuran tidak terlalu besar panjangnya sekitar 3 meter atau 2 kali dari tinggi rata-rata siswi SD kelas 6 di Jepang. Bom seberat 4 ton itu membawa 50 kg uranium 235, yang setiap kilogramnya cukup untuk menghasilkan energi yang setara dengan 16.000 ton peledak berperforma tinggi.

    Aslinya bom itu saat didesain berukuran lebih besar, namun saat diproduksi ukurannya jadi menciut. Karena itu lah orang Amerika menyebut bom ini sebagai ‘Little Boy’.

    Ternyata, bom itu tidak meledak di tanah melainkan sekitar 600 meter di udara (hypocenter). Saat meledak, bom menghasilkan bola api panas berdiameter sekitar 280 meter dengan panas mencapai 5.000 derajat celcius. Saat meledak bom melepaskan radiasi ke seluruh penjuru dengan ledakan bertekanan sangat tinggi.

    “Panasnya sama dengan matahari,” ujar seorang pemandu tur dari Jepang di Museum Perdamaian Hiroshima.

    Gelombang bom kemudian menyapu dan membakar semua yang berada dalam radius 2 km dari pusat ledakan (hypocenter).

    Tekanan ledakan saat itu mencapai 19 ton per meter persegi. Akibatnya rumah dan gedung hancur dalam beberapa detik. Hanya beberapa gedung saja yang bisa bertahan.

    Setelah ledakan, timbul hujan hitam yang mengandung bahan radioaktif berbahaya untuk manusia. Nah hujan radioaktif ini lah yang membuat banyak orang mengalami efek radiasi.

    ***

    Dadan Kuswaraharja – detikNews

     
  • erva kurniawan 1:32 am on 5 August 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (19) 

    e_coli1_enRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (19)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Kekebalan Bakteri Terhadap Antibiotik Bukanlah Contoh Peristiwa Evolusi?

    Satu konsep biologi yang dicoba-sajikan sebagai bukti teori evolusi oleh para evolusionis adalah kekebalan atau daya tahan bakteri terhadap antibiotik. Banyak sumber evolusionis menyebutkan bahwa kekebalan terhadap antibiotik adalah sebuah contoh perkembangan makhluk hidup melalui mutasi yang menguntungkan. Hal serupa juga dikatakan tentang serangga yang menjadi kebal terhadap insektisida seperti DDT.

    Akan tetapi, kaum evolusionis pun salah dalam hal ini.

    Antibiotik adalah “molekul pembunuh” yang dihasilkan mikroorganisme untuk melawan mikroorganisme lain. Antibiotik pertama adalah penisilin, yang ditemukan oleh Alexander Flemming pada 1928. Flemming menyadari bahwa jamur (seringkali ditemukan seperti bubuk atau benang-benang di permukaan bahan organik sudah lama – penerj.) menghasilkan molekul yang mematikan bakteri Staphylococcus, dan penemuan ini merupakan titik balik dalam dunia obat-obatan. Antibiotik yang diambil dari berbagai organisme digunakan untuk melawan bakteri, dan berhasil.

    Tidak lama kemudian, hal baru ditemukan. Seiring dengan waktu, bakteri mengembangkan kekebalan terhadap antibiotik. Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut: sebagian besar bakteri yang diberi antibiotik akan mati, tetapi sebagian lain yang tidak terpengaruh oleh antibiotik tersebut, akan dengan cepat berkembang biak dan membentuk populasi yang sama dengan yang sebelumnya. Sehingga, seluruh populasi menjadi kebal terhadap antibiotik.

    Para evolusionis menampilkan hal ini sebagai “evolusi bakteri dengan cara beradaptasi terhadap lingkungan”.

    Akan tetapi, kenyataan sebenarnya jauh berbeda dengan penafsiran dangkal ini. Salah seorang ilmuwan yang telah melakukan penelitian mendalam di bidang ini adalah ahli biofisika Israel bernama Lee Spetner, yang juga dikenal dengan bukunya Not by Chance yang terbit tahun 1997. Spetner menyatakan, kekebalan bakteri terjadi karena dua mekanisme; namun tak satu pun dari keduanya merupakan bukti teori evolusi. Kedua mekanisme ini adalah:

    1. Perpindahan (transfer) gen-gen kekebalan yang sudah ada pada bakteri.
    2. Tumbuhnya kekebalan sebagai akibat hilangnya data genetis karena mutasi.

    Mekanisme yang pertama dibahas Profesor Spetner dalam artikel yang terbit tahun 2001:

    Sejumlah mikroorganisme dilengkapi dengan gen-gen yang memberikan kekebalan terhadap antibiotik-antibiotik ini. Kekebalan ini dapat berupa kemampuan merombak molekul antibiotik tersebut, atau mengeluarkannya dari sel … [O]rganisma yang memiliki gen-gen ini dapat memindahkannya ke bakteri lain, sehingga menjadikan bakteri tersebut kebal juga. Walaupun mekanisme kekebalan tersebut bersifat khusus terhadap satu antibiotik tertentu, kebanyakan bakteri patogen telah … berhasil mengumpulkan beberapa perangkat gen yang memberikan bakteri-bakteri tersebut kekebalan terhadap beberapa jenis antibiotik.

    Spetner lalu melanjutkan dan berkata bahwa hal ini bukanlah “bukti yang mendukung evolusi”:

    Perolehan kekebalan terhadap antibiotik dengan cara ini… bukanlah sesuatu yang dapat menjadi contoh dari mutasi yang diperlukan untuk menjelaskan peristiwa Evolusi… Perubahan genetik yang dapat mendukung teori ini semestinya tidak hanya menambahkan informasi pada genom bakteri. Perubahan genetik ini harus pula menambahkan informasi baru pada biokosmos. Perpindahan gen secara horisontal hanya menyebabkan penyebaran gen-gen yang sudah ada pada sejumlah spesies.

    Jadi, kita tak dapat berbicara tentang evolusi apa pun di sini, karena tidak ada informasi genetis baru dihasilkan: yang terjadi hanyalah informasi genetis yang sudah ada sekedar dipindahkan di antara bakteri.

    Jenis kekebalan yang kedua, yang tercipta sebagai hasil mutasi, juga bukan contoh evolusi. Spetner menulis:

    … [S]uatu mikroorganisme kadang dapat memperoleh kekebalan terhadap suatu antibiotik melalui penggantian acak sebuah nukleotida… Streptomisin, yang ditemukan Selman Waksman dan Albert Schatz, dan pertama kali dilaporkan di tahun 1944, adalah antibiotik yang dapat menjadikan bakteri dapat memperoleh kekebalan dengan cara itu. Tetapi, walaupun mutasi yang mereka alami dalam proses ini bersifat menguntungkan bagi mikroorganisme yang diberi streptomisin, mutasi tersebut tidak dapat menjadi contoh dari jenis mutasi yang diperlukan untuk mendukung Teori Neo-Darwinian (Neo Darwinian Theory atau NDT). Jenis mutasi yang memunculkan kekebalan terhadap streptomisin terjadi pada ribosom, dan menghilangkan kemampuan sel untuk mengenali dan berikatan dengan molekul antibiotik.

    Dalam bukunya Not by Chance, Spetner mengibaratkan situasi ini dengan gangguan pada hubungan antara kunci dan lubangnya. Streptomisin, ibarat kunci yang cocok dengan lubangnya, mencengkeram ribosom suatu bakteri dan menjadikannya tidak aktif. Mutasi menyebabkan hal sebaliknya, menguraikan ribosom, sehingga streptomisin tidak dapat menyerang ribosom. Walaupun ini ditafsirkan sebagai “pembentukan kekebalan bakteri terhadap streptomisin”, bakteri tidaklah diuntungkan, malah sebaliknya. Spetner menulis:

    Perubahan ini, yang terjadi pada permukaan ribosom mikroorganisme, mencegah molekul streptomisin untuk menempel dan melaksanakan fungsi antibiotiknya. Ternyata, terurainya ribosom adalah berupa hilangnya struktur khusus, dan ini berarti hilangnya informasi. Intinya adalah, Evolusi… tidak dapat dicapai dengan mutasi jenis ini, tak menjadi soal betapa pun banyaknya. Evolusi tidak dapat terjadi melalui timbunan peristiwa mutasi yang hanya merombak struktur khusus.

    Singkatnya, sebuah mutasi yang terjadi pada ribosom bakteri telah menjadikan bakteri tersebut kebal terhadap streptomisin. Alasannya adalah “rusak atau hilangnya bagian” ribosom akibat mutasi. Jadi, tidak ada informasi genetis baru yang ditambahkan. Sebaliknya, struktur ribosom terurai, yang berarti, bakteri menjadi “cacat”. (Juga, telah ditemukan bahwa ribosom pada bakteri yang telah mengalami mutasi tidak berfungsi penuh seperti ribosom pada bakteri yang normal.) Karena “cacat” ini mencegah menempelnya antibiotik pada ribosom, maka terjadilah “kekebalan terhadap antibiotik”.

    Akhirnya, tidak terdapat contoh mutasi yang “mengembangkan informasi genetis”. Para evolusionis, yang ingin menyajikan kekebalan terhadap antibiotik sebagai bukti evolusi, telah menangani masalah ini dengan tidak sungguh-sungguh, sehingga mereka salah.

    Sama halnya dengan terjadinya kekebalan serangga terhadap DDT dan insektisida sejenis. Pada umumnya, gen-gen kekebalan yang sudah ada, digunakan. Ahli biologi evolusioner, Francisco Ayala mengakui fakta ini, dan berkata: “Varian genetis yang dibutuhkan untuk terjadinya kekebalan terhadap jenis pestisida yang paling bervariasi sekali pun, tampaknya sudah ada dalam setiap populasi yang terkena senyawa-senyawa buatan manusia ini.”73 Contoh lain yang dijelaskan dengan mutasi, seperti halnya mutasi ribosom yang telah diceritakan di atas, adalah fenomena yang menyebabkan “berkurangnya informasi genetis” pada serangga.

    Dalam kasus ini, mekanisme kekebalan pada bakteri dan serangga tidak bisa dinyatakan sebagai bukti kebenaran teori evolusi. Hal ini berlaku karena teori evolusi menegaskan bahwa makhluk hidup berkembang melalui mutasi. Namun, Spetner menjelaskan bahwa kekebalan antibiotik maupun fenomena biologis lainnya bukanlah isyarat adanya mutasi semacam itu:

    Mutasi-mutasi yang diperlukan bagi terjadinya makro-evolusi belum pernah teramati. Tidak ada mutasi acak – yang dapat menjadi bukti mutasi yang dibutuhkan Teori Neo-Darwinis – pada tingkat molekuler, yang telah menambahkan sedikit pun informasi. Pertanyaan yang saya ajukan adalah: Apakah mutasi yang telah diamati merupakan jenis yang diperlukan untuk mendukung teori ini? Ternyata jawabnya adalah TIDAK!

     
  • erva kurniawan 9:29 am on 4 August 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (18) 

    dnaRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (18)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa DNA Tidak Mungkin Dijelaskan Sebagai Sebuah “Kebetulan”?

    Dengan tingkat ilmu pengetahuan yang telah dicapai kini, kita menyaksikan bahwa berbagai rancangan dan sistem kompleks yang jelas terdapat dalam makhluk hidup tidak mungkin muncul secara kebetulan. Sebagai contohnya, berkat pencapaian Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) belakangan ini, kita dapat melihat rancangan yang menakjubkan serta kandungan informasi yang sangat banyak yang terdapat di dalam gen manusia.

    Dalam kerangka proyek tersebut, ilmuwan dari berbagai negara – dari Amerika serikat sampai Cina – telah 10 tahun bekerja untuk memecahkan 3 miliar kode kimia yang terdapat di dalam DNA. Sebagai hasilnya, kini hampir semua informasi dalam gen manusia telah disusun secara berurut.

    Walaupun kemajuan yang telah dicapai sangatlah menggairahkan dan merupakan perkembangan yang penting, seperti Dr. Fancis Collins, pimpinan Proyek Genome Manusia katakan, bahwa ini hanyalah langkah pertama dalam memecahkan kode informasi yang terkandung di dalam DNA.

    Guna memahami mengapa diperlukan waktu 10 tahun dan ratusan ilmuwan untuk menyingkapkan kode-kode pembentuk informasi ini, kita harus lebih dahulu memahami besarnya informasi yang terkandung dalam DNA.

    DNA menyingkapkan adanya sumber pengetahuan yang tak terhingga

    DNA dari satu sel manusia saja sudah berisi informasi yang cukup untuk mengisi ensiklopedi yang terdiri dari sejuta halaman. Kita tidak mungkin habis membacanya dalam seumur hidup. Jika seseorang mulai membaca satu kode DNA per detik, tanpa henti, sepanjang hari, setiap hari, akan diperlukan waktu 100 tahun. Sebab, ensiklopedia tersebut berisi hampir tiga miliar kode yang berbeda-beda. Jika kita tulis semua informasi DNA pada kertas, maka panjangnya akan membentang dari Garis Katulistiwa mencapai Kutub Utara. Ini berarti sekitar 1000 jilid buku – lebih dari cukup untuk mengisi satu perpustakaan yang besar.

    Lebih dari itu, semua informasi ini terkandung dalam inti setiap sel. Artinya, bila setiap individu terdiri dari sekitar 100 triliun buah sel, maka akan terdapat 100 triliun versi dari perpustakaan yang sama.

    Bila dibandingkan dengan jumlah informasi yang telah dicapai pengetahuan manusia hingga saat ini, kita tidak mungkin memberikan contoh yang setara besarnya. Sebuah gambaran yang sulit untuk dipercaya: 100 triliun x 1000 buku! Ini lebih banyak dibandingkan jumlah butir pasir di dunia. Lebih jauh lagi, jika kita kalikan jumlah tersebut dengan enam miliar yang kini hidup di Bumi, ditambah miliaran yang telah hidup sebelum kita, angka yang didapatkan akan berada di luar jangkauan pemahaman kita. Jumlah informasi itu mencapai ketakterhinggaan.

    Beberapa contoh ini menunjukkan betapa dahsyatnya informasi yang begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kini manusia memiliki komputer canggih yang dapat menyimpan informasi dalam jumlah amat besar. Akan tetapi, bila kita bandingkan DNA dengan komputer tersebut, kita akan takjub menyaksikan bahwa teknologi paling mutakhir – hasil timbunan seluruh usaha dan ilmu pengetahuan manusia berabad-abad – belum mencapai kapasitas penyimpanan satu buah sel pun.

    Gene Myers adalah salah satu pakar paling terkemuka di Celera Genomics, yakni perusahaan pelaksana Proyek Genome Manusia. Perkataannya sehubungan dengan hasil proyek tersebut merupakan sebuah pernyataan tentang pengetahuan dan rancangan hebat yang terdapat dalam DNA: “Apa yang betul-betul menakjubkan saya adalah arsitektur kehidupan … Sistem ini teramat kompleks. Seolah ini telah dirancang … Ada kecerdasan luar biasa di sana.”

    Sisi menarik lainnya adalah semua makhluk hidup di planet ini telah diciptakan menurut paparan kode yang ditulis dalam bahasa yang sama ini. Tidak ada bakteri, tumbuhan ataupun hewan yang tercipta tanpa DNA. Terlihat jelas bahwa seluruh kehidupan muncul sebagai hasil berbagai pemaparan yang menggunakan satu bahasa, dan berasal dari sumber pengetahuan yang sama.

    Hal ini membawa kita kepada satu kesimpulan yang jelas. Semua kehidupan di bumi, hidup dan berkembang biak menurut informasi yang diciptakan oleh satu kecerdasan tunggal.

    Hal ini menjadikan teori evolusi sama sekali tak berarti. Sebabnya adalah, dasar teori evolusi adalah “kebetulan”, sedangkan peristiwa kebetulan tidak mampu menciptakan informasi. Jika suatu hari ditemukan sebuah ramuan obat yang sanggup melawan kanker tertulis di sehelai kertas, umat manusia akan bergabung untuk mencari tahu siapa ilmuwan yang terkait, serta bahkan memberikan penghargaan kepadanya. Tak seorang pun akan berpikir, “Jangan-jangan ramuan obat itu kebetulan tertulis akibat tumpahan tinta di kertas itu.” Setiap orang yang berakal dan mampu berpikir jernih akan beranggapan bahwa ramuan itu ditulis oleh seseorang yang telah mengkaji ilmu-ilmu kimia, fisiologi manusia, kanker dan farmakologi, secara mendalam.

    Pernyataan evolusionis, bahwa informasi pada DNA timbul secara kebetulan, sangatlah tidak masuk akal. Hal ini setara dengan mengatakan bahwa ramuan obat pada kertas tersebut juga tertulis secara kebetulan. DNA mengandung rumus molekul terperinci dari 100.000 jenis protein dan enzim, sekaligus perintah yang cermat namun rumit tentang pengaturan penggunaan zat-zat tersebut selama produksi. Disamping itu, juga terkandung rencana produksi berbagai hormon pembawa-pesan serta tata-cara komunikasi antar-sel tempat di mana zat-zat tersebut digunakan, serta segala jenis informasi lain yang rumit dan tertentu.

    Pernyataan yang mengatakan bahwa DNA – beserta semua informasi di dalamnya – tercipta secara kebetulan, atau terjadi karena sebab-sebab alamiah, adalah cermin ketidakpahaman atas permasalahan yang ada atau keyakinan buta materialis. Gagasan yang mengatakan bahwa sebuah molekul seperti DNA – beserta kandungan informasinya yang menakjubkan dan strukturnya yang kompleks – dapat dihasilkan secara kebetulan, tidak pantas dianggap serius. Tidaklah mengherankan, para evolusionis berusaha memberi penjelasan dangkal perihal sumber kehidupan, seperti juga berbagai perihal lainnya, dengan menjabarkannya sebagai “rahasia yang belum terpecahkan”.

     
  • erva kurniawan 3:25 am on 3 August 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (17) 

    metamorfosis katakRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (17)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Peristiwa Metamorfosis Bukanlah Bukti Kebenaran Teori Evolusi?

    Beberapa jenis hewan mengalami perubahan fisik agar dapat bertahan dan beradaptasi dengan kondisi alam yang berubah-ubah. Proses ini dikenal sebagai metamorfosis. Mereka yang tak begitu memahami biologi, serta mereka yang mendukung teori evolusi, kadang-kadang mencoba menggambarkan proses itu sebagai bukti evolusi. Sumber-sumber yang menyatakan metamorfosis sebagai “contoh evolusi” adalah omong kosong. Hal ini merupakan hasil propaganda dangkal dan sempit, yang bertujuan menyesatkan mereka yang kurang paham tentang perihal ini, pendukung evolusi yang masih baru, serta guru-guru biologi Darwinis yang tidak benar-benar tahu masalahnya. Para ilmuwan yang dianggap ahli dalam bidang evolusi, dan memahami kebuntuan dan pertentangan dalam teori ini, seringkali bersikap segan bila harus mengungkapkan pernyataan yang menggelikan ini. Sebab, mereka tahu betapa pendapat tersebut tidak masuk akal …

    Kupu-kupu, lalat dan lebah adalah beberapa contoh hewan yang dikenal mengalami proses metamorfosis. Katak, yang mula-mula hidup di air lalu pindah ke darat, merupakan contoh yang lain. Hal ini tak ada kaitannya dengan evolusi, karena teori evolusi berusaha menjelaskan proses munculnya keberagaman di antara makhluk hidup melalui peristiwa mutasi yang terjadi secara tidak disengaja. Akan tetapi, metamorfosis tidak memiliki kesamaan apa pun dengan pernyataan tersebut. Metamorfosis merupakan proses yang sudah direncanakan, dan tidak ada kaitannya dengan mutasi ataupun faktor kebetulan. Metamorfosis tidaklah disebabkan oleh kebetulan. Penyebab proses ini adalah data genetis yang sudah menjadi bagian terpadu makhluk tersebut sejak lahir. Misalnya, katak memiliki informasi genetis yang memungkinkannya hidup di darat serta di bawah permukaan air. Bahkan saat masih berbentuk larva, seekor nyamuk memiliki informasi genetis tentang bentuk pupa dan dewasa. Hal serupa juga terdapat pada semua hewan yang mengalami metamorfosis.

    Metamorfosis adalah bukti penciptaan

    Penelitian ilmiah terakhir tentang metamorfosis telah menunjukkan bahwa peristiwa metamorfosis adalah proses rumit yang dikendalikan oleh beberapa gen yang berlainan. Dalam metamorfosis katak, misalnya, proses yang menyangkut ekor dikendalikan oleh lebih dari dua belas gen. Artinya, proses pembentukan ekor terjadi berkat adanya kerja sama antara beberapa bagian. Ini merupakan proses biologi yang menunjukkan ciri irreducible complexity, atau “kerumitan tak tersederhanakan”, yang berarti metamorfosis adalah bukti akan adanya penciptaan.

    Irreducible complexity adalah konsep dalam dunia ilmiah yang diungkapkan oleh Profesor Michael Behe, ahli biokimia yang dikenal atas penelitiannya yang membuktikan ketidakabsahan teori evolusi. Arti konsep ini adalah organ dan sistem kompleks berfungsi sebagai hasil kerja sama berbagai bagian penyusunnya, dan jika saja satu bagian terkecil tidak berfungsi, maka seluruh sistem atau organ akan berhenti pula. Struktur yang rumit ini tidak mungkin muncul secara kebetulan, berubah sedikit demi sedikit seperti yang diungkapkan oleh teori evolusi. Yang terjadi dalam peristiwa metamorfosis adalah irreducible complexity (kerumitan tak tersederhanakan). Proses metamorfosis terjadi melalui keseimbangan dan pewaktuan hormon yang sangat teliti, yang dipengaruhi oleh beragam gen. Kesalahan terkecil sekali pun akan mengakibatkan kematian makhluk hidup tersebut. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses serumit ini dapat terjadi secara kebetulan dan bertahap. Karena kesalahan sekecil apa pun akan mengakibatkan kematian hewan tersebut, adalah mustahil menjelaskan peristiwa ini dengan mekanisme “trial and error” (coba-coba) atau seleksi alam, seperti pendapat evolusionis. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat bertahan berjuta-juta tahun, untuk menunggu bagian tubuh yang diperlukannya muncul secara kebetulan.

    Mengingat semua hal di atas, jelaslah bahwa metamorfosis tidak membuktikan kebenaran teori evolusi, seperti yang diasumsikan oleh sebagian orang yang kurang paham tentang metamorfosis. Sebaliknya, apabila kita renungkan betapa rumitnya proses dan sistem pengendali metamorfosis, hewan-hewan yang mengalami metamorfosis adalah bukti yang jelas akan fakta penciptaan.

     
  • erva kurniawan 9:22 am on 2 August 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (16) 

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (16)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Anggapan “Di Masa Depan Kebenaran Teori Evolusi Akan Terbuki” Adalah Salah?

    Ketika mereka sudah tersudut, ada di antara para pendukung teori evolusi yang mengandalkan kata-kata: “Bahkan kalau pun penemuan ilmiah masa kini tidak menegaskan kebenaran evolusi, teori ini akan terbukti dengan perkembangan ilmu yang terjadi di masa yang akan datang.”

    Ini adalah titik awal pengakuan kekalahan kaum evolusionis di arena ilmiah. Bila kita membaca yang tersirat, maka kita akan mendapatkan: “Ya, kami, para pendukung evolusi, mengakui bahwa berbagai penemuan di bidang ilmiah tidak mendukung teori kami. Oleh sebab itulah, tidak ada alternatif lain bagi kami selain menunda perihal ini ke masa depan.”

    Akan tetapi, ilmu pengetahuan tidak bekerja dengan cara berpikir seperti demikian. Seorang ilmuwan seharusnya tidak lebih dahulu meyakini sebuah teori secara buta, sambil berharap, suatu saat nanti, bukti atas kebenaran teori itu akan muncul. Ilmu pengetahuan memeriksa semua bukti yang ada, lalu menyimpulkannya. Karena itu, para ilmuwan seharusnya menerima adanya fakta “rancangan”, atau dengan kata lain fakta penciptaan, yang telah dibuktikan secara ilmiah.

    Akan tetapi, propaganda dan bujukan evolusionis masih mampu mempengaruhi orang, terutama yang tidak begitu paham tentang teori ini. Oleh sebab itu, ada baiknya bila ketiga pertanyaan berikut ini dijawab secara lengkap dan jelas:

    Kita dapat menguji keabsahan teori evolusi dengan tiga pertanyaan dasar:

    1. Bagaimana sel hidup pertama muncul?
    2. Bagaimana satu spesies dapat berubah menjadi spesies lain?
    3. Adakah bukti dalam catatan fosil bahwa makhluk hidup memang melalui proses seperti itu?

    Sejumlah besar penelitian selama abad ke-20, telah dilakukan untuk menjawab ketiga pertanyaan di atas – pertanyaan yang harus dijawab oleh teori evolusi. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa teori evolusi tidak dapat menjelaskan tentang kehidupan. Ini terlihat jelas dalam pembahasan yang lebih mendalam dari ketiga pertanyaan di atas:

    I. Pertanyaan tentang munculnya “sel pertama” adalah persoalan sulit yang paling mematikan bagi pendukung teori evolusi. Hasil berbagai penelitian yang berkenaan dengan hal ini menunjukkan bahwa kemunculan sel pertama tidak dapat dijelaskan oleh konsep “kebetulan”. Fred Hoyle menyatakan hal itu sebagai berikut:

    Peluang munculnya makhluk hidup dengan cara ini adalah sebanding dengan peluang angin tornado yang menyapu lahan penimbunan barang-barang bekas dan kemudian merakit sebuah pesawat Boeing 747 dari bahan-bahan yang ada di dalamnya.

    Berikut ini adalah sebuah contoh untuk melihat kontradiksi pada kaum evolusionis. Ingatlah contoh terkenal dari William Paley, dan bayangkanlah seseorang yang seumur hidupnya belum pernah melihat jam dinding. Orang itu hidup di pulau terpencil, dan suatu hari menemukan sebuah jam dinding. Bagi orang yang belum pernah melihat sebuah jam dinding dari jarak 100 meter, dia tidak bisa menentukan apa benda tersebut sebenarnya, dan mungkin tidak bisa membedakannya dari fenomena alam lain yang disebabkan oleh angin, pasir dan tanah. Namun ketika orang tersebut semakin dekat, hanya dengan melihatnya, dia akan menyadari bahwa jam itu adalah hasil suatu rancangan. Ketika lebih dekat lagi, dia tidak akan ragu sedikit pun. Tahap berikutnya, mungkin dia memeriksa berbagai bagian dari jam tersebut, dan juga sentuhan seni yang tampak jelas padanya. Ketika dia membuka tutup mesin jam dan mencermatinya, dia akan melihat bahwa di dalam jam tersebut terdapat akumulasi pengetahuan yang lebih besar, dibandingkan dengan apa yang terlihat dari luar. Benda ini adalah hasil kecerdasan. Setiap langkah penelitian selanjutnya akan menjadikan analisis ini semakin pasti.

    Sebagaimana paparan di atas, kebenaran tentang makhluk hidup muncul ke permukaan seiring dengan ilmu pengetahuan yang semakin maju. Kemajuan ilmiah telah mengungkapkan kesempurnaan makhluk hidup, baik di tingkat sistem, organ, jaringan, sel, maupun di tingkat molekul. Dengan semakin mendalamnya pengetahuan kita tentang semua hal tersebut, kita mampu melihat dengan lebih jelas sisi yang menakjubkan dari rancangan-rancangan yang ada. Evolusionis abad ke-19, yang beranggapan bahwa sel adalah suatu gumpalan mungil karbon, berada pada situasi yang sama dengan orang yang melihat jam dinding dari jarak 100 meter seperti dalam cerita di atas. Tapi di masa kini, sangatlah sulit untuk menemukan satu pun ilmuwan yang tidak mengakui bahwa masing-masing bagian dari sel adalah sebuah hasil karya dan seni serta rancangan yang sangat hebat. Bahkan pada membran dari sebuah sel yang kecil, yang memiliki sifat “penyaring selektif”, terdapat kecerdasan dan rancangan yang luar biasa. Membran tersebut mengenali berbagai atom, protein, dan molekul yang berada di sekelilingnya, seolah-olah memiliki pikirannya sendiri. Membran hanya akan membiarkan partikel-partikel yang dibutuhkan masuk ke dalam sel. (Untuk lebih jauh lagi, bacalah karya Harun Yahya, Consciousness in the Cell). Tidak seperti jam dinding tadi (yang kecerdasan rancangannya masih terbatas), organisme hidup adalah bukti kecerdasan dan rancangan yang menakjubkan. Penelitian-penelitian atas struktur makhluk hidup yang semakin mendalam dan luas ini, yang sejauh ini baru saja mengungkapkan sebagian kecil dari rancang-bangun dan fungsinya, bukanlah membuktikan evolusi, melainkan memungkinkan kita untuk memahami kebenaran penciptaan dengan lebih baik.

    II. Kaum evolusionis berpendapat, bahwa satu spesies dapat berubah menjadi spesies lain, melalui mutasi dan seleksi alam. Seluruh penelitian yang telah dilakukan dan berkaitan dengan masalah ini, menunjukkan bahwa kedua mekanisme tidak memiliki pengaruh evolusioner yang demikian. Colin Patterson, seorang ahli paleontologi senior Museum Natural History di London, menekankan fakta ini sebagai berikut :

    Tak ada yang pernah menghasilkan satu spesies melalui mekanisme seleksi alam. Tidak seorang pun hampir pernah menghasilkannya, dan kebanyakan debat neo-Darwinisme sekarang adalah seputar masalah ini.

    Penelitian tentang mutasi menunjukkan bahwa proses tersebut tidak bersifat evolusioner. Ahli genetika dari Amerika, B. G. Ranganathan, berkata:

    Pertama, mutasi sejati amat jarang terjadi di alam ini. Kedua, kebanyakan mutasi adalah berbahaya, karena perubahan struktur gen terjadi secara acak, bukan teratur. Perubahan acak apa pun pada sistem dengan tingkat keteraturan tinggi akan merusak, bukan memperbaiki. Contohnya, bila gempa bumi mengguncangkan sebuah struktur yang teratur, misalnya sebuah gedung, akan terjadi perubahan acak dalam kerangka bangunan tersebut yang, dalam segala kemungkinan, tidak akan memunculkan perbaikan.

    Seperti yang telah kita saksikan, apa yang disebutkan dalam teori evolusi sebagai mekanisme pembentuk spesies baru, sebenarnya sama sekali tidak berdampak dan justru merusak. Sekarang, kita memahami bahwa kedua mekanisme ini – yang diajukan di saat ilmu dan teknologi belum mencapai tingkat yang cukup tinggi untuk membuktikan ketidakabsahan pendapat yang hanya merupakan khayal ini – tidak memiliki pengaruh perkembangan maupun evolusi.

    III. Fosil juga menunjukkan bahwa makhluk hidup tidaklah muncul sebagai akibat proses evolusi. Makhluk hidup muncul secara tiba-tiba, sebagai hasil “rancangan” yang sempurna. Semua fosil yang telah ditemukan menegaskan hal ini. Niles Eldredge, ahli paleontologi dari Universitas Harvard dan pengawas di American Museum of Natural History menjelaskan bahwa tak mungkin fosil yang dapat ditemukan di masa depan akan dapat mengubah keadaan ini:

    Catatan fosil meloncat-loncat, dan semua bukti yang ada menunjukkan bahwa catatan itu benar adanya: celah-celah yang kita lihat menunjukkan kejadian sebenarnya dalam sejarah makhluk hidup – bukan artefak catatan fosil yang tidak lengkap.

    Robert Wesson, seorang pakar asal Amerika lain, menyatakan dalam bukunya Beyond Natural Selection di tahun 1991, bahwa “celah-celah dalam catatan fosil adalah nyata dan luar biasa”. Ia menjelaskan pernyataannya sebagai berikut:

    Celah-celah dalam catatan fosil itu memang sungguhan. Ketiadaan catatan akan percabangan yang penting sungguh luar biasa. Spesies-spesies biasanya terdapat dalam keadaan tetap, atau nyaris tetap, untuk jangka waktu yang lama; jarang terlihat adanya evolusi suatu spesies menjadi spesies yang baru, atau tidak pernah terlihat adanya evolusi suatu genus menjadi genus yang baru.

    Yang ada adalah pergantian satu oleh yang lain, dan perubahan bisa dikatakan berlangsung mendadak.

    Kesimpulannya, setelah sekitar 150 tahun berlalu sejak pertama kalinya teori evolusi diusulkan, sejak itu pula penemuan-penemuan di bidang ilmiah selalu menunjukkan bukti-bukti yang menentangnya. Semakin diteliti, semakin banyak bukti yang menunjukkan penciptaan yang sempurna, dan kian dipahami bahwa kemunculan makhluk hidup dan variasinya akibat faktor kebetulan adalah mustahil. Setiap penelitian mengungkapkan bukti baru akan adanya rancangan pada makhluk hidup, sehingga fakta penciptaan semakin jelas. Sejak masa Darwin, setiap dasawarsa yang berlalu kian mengungkapkan ketidakabsahan teori evolusi.

    Singkatnya, kemajuan ilmiah tidak mendukung teori evolusi. Oleh sebab itu, perkembangan di masa depan juga tak akan mendukung, malah akan semakin memperjelas ketidakabsahan teori ini.

    Tidak benar apabila dikatakan bahwa evolusi adalah sesuatu yang belum bisa dijawab atau diterangkan oleh ilmu pengetahuan. Juga tidak benar bahwa evolusi bisa dibuktikan di masa yang akan datang. Ilmu pengetahuan modern telah menyangkal teori evolusi di segala bidang, dan menunjukkan bahwa dari sudut pandang mana pun, proses evolusi mustahil terjadi. Adanya upaya untuk mempertahankan kepercayaan ini dengan mengatakan bahwa evolusi akan dibuktikan di masa depan, merupakan hasil dari pola pikir khayal dan mimpi kaum Marxist dan lingkungan materialis yang melihat evolusi sebagai penyokong ideologi mereka. Mereka, dengan demikian, hanyalah mencoba menghibur diri dari rasa putus asa.

    Karena itu, gagasan bahwa “evolusi akan terbukti di masa depan” tak berbeda dengan berkata “di masa depan akan terbukti bahwa Bumi terletak di punggung seekor gajah”.

     
  • erva kurniawan 9:20 am on 1 August 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (15) 

    darwin-proses-evolusi-manusiaRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (15)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Berpikir Bahwa Tuhan Menciptakan Makhluk Hidup Melalui Proses Evolusi Adalah Salah?

    Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa rancangan menakjubkan yang tampak di seluruh makhluk hidup dan benda mati di alam semesta ini tidaklah mungkin muncul menjadi ada akibat kekuatan alamiah buta dan ketidaksengajaan. Meskipun demikian, sebagian orang menyatakan, memang benar bahwa terdapat sang Pencipta, tetapi Dia menciptakan kehidupan melalui proses evolusi.

    Sudah sangat jelas bahwa Tuhan Yang Mahakuasa telah mencipta seluruh alam semesta dan makhluk hidup. Adalah keputusanNya untuk mencipta secara seketika ataupun bertahap. Kita hanya dapat memahami kejadiannya melalui informasi yang Tuhan berikan kepada kita (dengan kata lain, melalui ayat Al Qur’an), serta melalui bukti ilmiah yang tampak jelas di alam ini.

    Jika mencermati kedua sumber tersebut, kita tidak menyaksikan adanya peristiwa “penciptaan melalui evolusi”.

    Tuhan telah menurunkan berbagai ayat dalam Al Qur’an yang membahas tentang penciptaan manusia, kehidupan, dan alam semesta. Tak satu pun di antara ayat tersebut yang berisi keterangan tentang penciptaan melalui evolusi. Dengan kata lain, tak satu pun ayat yang berkata bahwa makhluk hidup tercipta akibat proses evolusi dari satu makhluk menjadi makhluk lain. Sebaliknya, diungkapkan dalam ayat-ayat itu, bahwa kehidupan dan jagat raya ini tercipta melalui perintah Tuhan: “Jadilah!”

    Penemuan ilmiah pun telah memperlihatkan bahwa penciptaan melalui proses evolusi adalah mustahil. Catatan fosil menunjukkan bahwa beraneka ragam spesies muncul bukan melalui evolusi satu dari yang lainnya, melainkan secara terpisah, secara tiba-tiba, serta dilengkapi dengan seluruh struktur mereka masing-masing yang khas. Dengan kata lain, penciptaan bagi setiap spesies adalah berbeda.

    Jika terdapat sesuatu seperti “penciptaan melalui evolusi”, kita sudah seharusnya dapat melihat buktinya saat ini. Tuhan telah menciptakan segala sesuatu menurut peraturan tertentu, di dalam kerangka hukum sebab-akibat. Misalnya, sudah pasti Tuhan yang menjadikan kapal dapat terapung di air. Akan tetapi, apabila kita mempelajari penyebabnya, kita akan memahami bahwa penyebabnya adalah diciptakannya pada air kekuatan yang menopang kapal. Tidak ada sesuatu pun kecuali kekuatan Tuhan yang memungkinkan burung dapat terbang. Akan tetapi, bila kita mempelajari bagaimana ini terjadi, kita akan menemukan adanya hukum aerodinamika. Oleh sebab itulah, jika makhluk hidup memang diciptakan melalui proses bertahap, maka seharusnya terdapat sistem yang dilengkapi hukum-hukum dan kemajuan-kemajuan di bidang genetika, yang dapat menjelaskan peristiwa tersebut. Lebih lanjut, kita akan mengenal adanya hukum biologi, kimia dan fisika yang lain. Akan terdapat bukti dari penelitian laboratorium yang menunjukkan bahwa satu makhluk hidup dapat berubah menjadi makhluk lain. Selain itu, dari berbagai riset tersebut, dimungkinkan pengembangan enzim, hormon, dan molekul sejenis yang tak dimiliki suatu spesies, agar spesies tersebut dapat memanfaatkannya. Tambahan lagi, kemajuan tersebut akan memungkinkan diciptakannya berbagai struktur dan organel baru yang belum pernah dimiliki spesies itu.

    Kajian-kajian laboratorium akan mampu menunjukkan contoh-contoh makhluk yang telah melalui proses mutasi, serta memperoleh manfaat dari proses tersebut. Kita juga akan mampu melihat mutasi itu diwariskan kepada generasi berikutnya, serta benar-benar menjadi bagian dari spesies. Selain itu pula, akan terdapat jutaan fosil makhluk peralihan dari masa silam, dan di masa kini akan ada makhluk hidup yang tahapan transisinya belum selesai. Pendek kata, seharusnya terdapat berbagai contoh proses seperti ini, yang tak terhitung banyaknya.

    Akan tetapi, tak ada satu pun bukti bahwa satu spesies dapat melakukan perubahan menjadi spesies lainnya. Seperti telah kita lihat, data fosil menunjukkan bahwa semua spesies makhluk hidup muncul secara tiba-tiba tanpa nenek moyang. Fakta ini, selain menghancurkan teori evolusi (yang menyatakan kehidupan muncul berdasarkan peristiwa kebetulan), juga menunjukkan ketidakabsahan pendapat bahwa Tuhan menciptakan makhluk hidup, dan kemudian makhluk tersebut berubah melalui proses.

    Tuhan menciptakan makhluk hidup secara supernatural, melalui satu perintah “Jadilah!” Ilmu pengetahuan modern menegaskan fakta ini, dan membuktikan bahwa makhluk hidup muncul secara tiba-tiba di Bumi.

    Para pendukung gagasan “Mungkin saja Tuhan menciptakan makhluk hidup di Bumi melalui proses evolusi” sebenarnya sedang mencoba membangun “titik temu” antara penciptaan dan Darwinisme. Akan tetapi ini adalah suatu kesalahan yang mendasar. Mereka tidak menyadari dasar logika Darwinisme dan filsafat yang dijunjungnya. Darwinisme bukanlah terdiri atas gagasan perubahan spesies. Sebenarnya, Darwinisme adalah suatu upaya untuk menjelaskan asal-usul makhluk melalui penyebab-penyebab yang bersifat materi belaka. Dengan kata lain, Darwinisme berupaya agar masyarakat menerima pendapat bahwa makhluk hidup adalah hasil kerja alam, dan melapisi pendapat itu dengan polesan ilmiah. Tak mungkin ada “titik temu” atau “satu landasan pijak bersama” antara filsafat naturalistik (ajaran yang tidak mengakui adanya kekuatan lain selain alam) dengan keyakinan kepada Tuhan. Adalah salah apabila kita berusaha mencari titik temu seperti itu, bersikap menyerah kepada Darwinisme, dan menganggapnya sebagai teori ilmiah. Seperti tampak dari 150 tahun sejarah teori ini, Darwinisme adalah tulang punggung filsafat materialistis dan ateisme. Pencarian titik temu tidak akan pernah dapat mengubah fakta ini.

     
  • erva kurniawan 9:15 am on 30 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (14) 

    darwin-proses-evolusi-manusiaRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (14)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Menyangkal Teori Evolusi Disamakan dengan Menolak Perkembangan dan Kemajuan?

    Kata “evolusi” akhir-akhir ini sering digunakan dalam beberapa makna. Di antaranya, kini ada penambahan aspek sosial, sehingga, sekarang “evolusi” juga bisa berarti kemajuan umat manusia dan perkembangan teknologi. Tak ada yang salah dengan konsep “evolusi” bila digunakan dalam makna tersebut. Tak diragukan, umat manusia akan menggunakan kecerdasan, kepandaian, dan kekuatannya untuk berkembang, seiring berjalannya waktu. Dari generasi ke generasi, pengetahuan umat manusia semakin berkembang. Dengan cara yang sama, hal ini tidak membuktikan kebenaran teori evolusi itu sendiri – yang mengatakan bahwa makhluk hidup tercipta secara kebetulan – dan juga tidak sedikit pun bertentangan dengan kebenaran fakta penciptaan.

    Akan tetapi, kaum evolusionis mempermainkan arti kata ini. Konsep yang benar, dikacaukan dengan konsep yang palsu. Sebagai contoh, pernyataan “Dalam perjalanan panjang umat manusia, sebagai makhluk sosial, pengetahuan, budaya, dan teknologi yang dihasilkan, manusia selalu tetap berkembang” adalah benar. (Walaupun demikian, kita harus ingat bahwa seiring dengan waktu, yang dapat terjadi bukan saja kemajuan, melainkan juga kemunduran. Dari sudut sosiologi, ada masa-masa kemajuan, keterhentian, dan kemunduran). Akan tetapi, pernyataan “Makhluk hidup berkembang dan berubah dengan berlalunya waktu, seperti halnya manusia telah mengalami perkembangan dan kemajuan” adalah salah. Sebagai makhluk berpikir, pengetahuan manusia meningkat dan diwariskan turun-temurun, sehingga terus-menerus tercapai kemajuan; ini adalah masuk akal dan ilmiah. Akan tetapi, sama sekali tidak masuk di akal apabila dikatakan bahwa makhluk hidup berkembang dan berevolusi melalui ketidaksengajaan dan kebetulan, dengan mengikuti kehendak kondisi-kondisi alamiah yang tidak terkendali dan tanpa kesadaran.

    Semua ilmuwan terbesar dalam kemajuan ilmiah adalah penganut fakta penciptaan (kreasionis)

    Tak menjadi soal, betapapun keras upaya kaum evolusionis dalam menampilkan diri mereka sebagai pemuncul gagasan seperti inovasi (pembaruan) dan kemajuan, sejarah telah membuktikan bahwa pencetus yang sebenarnya dari inovasi dan kemajuan adalah selalu para ilmuwan beriman yang meyakini penciptaan oleh Tuhan.

    Kita dapat menyaksikan adanya ilmuwan yang beriman di setiap titik kemajuan ilmiah. Leonardo da Vinci, Copernicus, Kepler, dan Galileo, yang memulai era baru dalam ilmu astronomi, Cuvier, pendiri paleontologi, Linnaeus, pendiri sistem penggolongan modern untuk flora dan fauna, Isaac Newton, penemu hukum gravitasi, Edwin Hubble, yang menemukan adanya galaksi dan pemuaian alam semesta, serta banyak lagi, dan banyak lainnya yang meyakini Tuhan dan percaya bahwa alam semesta dan makhluk hidup adalah ciptaanNya.

    Salah satu ilmuwan terbesar di abad kedua puluh, Albert Einstein, berkata:

    Saya tak dapat membayangkan seorang ilmuwan sejati tanpa keimanan yang kuat. Situasi ini dapat dilukiskan sebagai: Ilmu tanpa agama adalah lumpuh…

    Max Planck, pendiri fisika modern berkebangsaan Jerman, berkata:

    Siapa pun yang secara sungguh-sungguh telah terlibat dalam kerja ilmiah jenis apa pun juga, akan sadar bahwa di atas pintu gerbang memasuki kuil ilmu pengetahuan tertera kalimat: Engkau harus beriman. Ini adalah sifat yang tak dapat dilepaskan dari seorang ilmuwan.

    Sejarah ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa perubahan dan kemajuan adalah hasil karya para ilmuwan yang berpaham kreasionis (meyakini penciptaan). Selain itu, tentu saja, berbagai kemajuan dalam ilmu pengetahuan di abad ke-20 dan ke-21 telah secara khusus menyajikan bukti yang amat banyak atas kebenaran fakta penciptaan. Teknologi dan ilmu pengetahuan modern telah memungkinkan kita untuk menemukan fakta bahwa alam semesta tercipta dari ketiadaan, dengan kata lain, “diciptakan”. Segenap dunia ilmiah sepakat bahwa alam semesta tercipta dan berkembang sebagai akibat sebuah ledakan titik tunggal. Dengan demikian, hancurlah sudah model alam semesta “tak hingga”, yang tidak memiliki awal ataupun akhir, yang diyakini oleh kaum materialis karena kondisi ilmu pengetahuan yang masih terbelakang di abad ke-19. Kini disadari bahwa alam semesta diciptakan, seperti tercantum dalam Al Qur’an, dan alam memiliki awal dan batasan serta mengembang seiring dengan waktu. Al Qur’an menyatakan fakta ini sebagai berikut:

    Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. Al Anbiyaa’ , 21:30)

    Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. Adz Dzaariyaat, 51:47)

    Lagi-lagi, kemajuan ilmiah di abad ke-20 lah yang memungkinkan kita menemukan semakin banyak bukti penciptaan. Mikroskop elektron mengungkapkan struktur sel, satuan terkecil pembentuk makhluk hidup, beserta bagian-bagiannya. Penemuan DNA menunjukkan kecerdasan dan pengetahuan yang tidak terhingga yang terdapat di dalam sel. Kemajuan ilmu biokimia dan fisiologi menunjukkan cara kerja sempurna di tingkat molekul pada tubuh, serta rancangan yang amat hebat, yang tak mungkin dapat dijelaskan dengan apa pun selain penciptaan.

    Bertolak belakang dari semua itu, adalah keterbelakangan ilmu pengetahuan 150 tahun yang lalu yang menyediakan lahan subur bagi tumbuhnya teori evolusi.

    Sebagai kesimpulan, adalah mustahil menganggap mereka yang meyakini penciptaan dan terus menghadirkan berbagai bukti baru tentang penciptaan ini sebagai kaum yang menolak kemajuan, perkembangan, dan ilmu pengetahuan. Sebaliknya, mereka itulah pendukung terbesar bagi ketiga hal tersebut. Mereka yang sesungguhnya menolak kemajuan adalah mereka yang menutup mata terhadap semua bukti ilmiah yang sudah ada serta terus mempertahankan teori evolusi, yang sebenarnya tak lain hanya merupakan angan kosong.

     
  • erva kurniawan 9:09 am on 29 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (13) 

    cambrianRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (13)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Bagaimanakah Teori Evolusi Diruntuhkan Oleh Struktur Yang Kompleks Pada Makhluk Paling Purba?

    Dalam catatan fosil, makhluk hidup membentuk untaian atau rantai. Bila kita perhatikan rantai ini dari makhluk paling purba sampai yang paling muda, tampaklah bahwa makhluk hidup muncul dalam bentuk mikroorganisme, hewan laut tak bertulang belakang (invertebrata), ikan, amfibi, reptil, unggas, dan mamalia. Pendukung teori evolusi membahas rantai ini dengan penuh praduga, sambil berupaya menyajikannya sebagai bukti teori evolusi. Mereka menyatakan bahwa makhluk hidup berkembang dari bentuk sederhana menuju bentuk yang lebih kompleks, dan selama proses ini berlangsung, beraneka ragam makhluk hidup pun tercipta. Misalnya, para evolusionis mengemukakan, fakta tidak ditemukannya fosil manusia pada pengkajian terhadap lapisan fosil berusia 300 juta tahun merupakan salah satu bukti kebenaran evolusi. Profesor Aykut Kence, seorang evolusionis Turki, berkata:

    Anda ingin menggugurkan teori evolusi? Jika demikian, pergilah dan cari beberapa fosil manusia dari zaman Kambrium! Siapa pun yang berhasil menemukannya akan meruntuhkan teori evolusi, bahkan memenangkan hadiah Nobel atas penemuannya.56

    Perkembangan makhluk hidup dari bentuk sederhana (primitif) ke bentuk rumit (kompleks) adalah pemikiran khayal

    Mari kita bayangkan cara berpikir evolusionis yang terdapat dalam kata-kata Profesor Kence. Perkembangan makhluk hidup dari bentuk primitif ke bentuk kompleks adalah praduga evolusionis yang tak benar sedikit pun. Profesor biologi asal Amerika, Frank L. Marsh, yang mengkaji pernyataan kaum evolusionis, dalam bukunya Variation and Fixity in Nature menyatakan makhluk hidup tak dapat disusun dalam sebuah urutan yang senantiasa bersambung tanpa putus dari bentuk sederhana ke bentuk rumit.

    Dalam hal ini, pernyataan evolusionis sebenarnya dapat diruntuhkan oleh fakta kemunculan mendadak dari hampir seluruh filum hewan yang dikenal sekarang di Zaman Kambrium. Bahkan, semua hewan yang muncul secara tiba-tiba tersebut sudah memiliki struktur tubuh yang rumit, tidak sederhana – hal ini benar-benar berlawanan dengan asumsi evolusionis.

    Trilobita yang termasuk filum Arthropoda, adalah makhluk sangat rumit dengan cangkang keras, memiliki tubuh yang bersendi, dan organ-organ kompleks.. Catatan fosil telah memungkinkan pengkajian yang sangat terperinci terhadap mata trilobita. Mata trilobita terdiri atas beratus-ratus faset kecil, yang masing-masing terdiri atas dua lapisan lensa. Struktur mata ini adalah keajaiban nyata perancangan. David Raup, profesor geologi di Universitas Harvard, Rochester, dan Chicago, berkata, “Trilobita yang hidup 450 juta tahun yang silam telah memiliki rancangan optimal yang di zaman kini memerlukan insinyur optik yang terlatih baik dan imajinatif untuk mengembangkannya.”

    Sisi menarik lainnya di seputar bahasan ini adalah, lalat di zaman sekarang memiliki struktur mata yang serupa. Dengan kata lain, struktur demikian itu sudah ada selama 520 juta tahun terakhir ini.

    Pemandangan luar biasa tentang Zaman Kambrium sangat sedikit diketahui di saat Darwin menulis The Origin of Species. Setelah masa Darwin, barulah orang tahu, bahwa menurut catatan fosil, makhluk hidup muncul dengan seketika di Zaman Kambrium, dan trilobita serta hewan invertebrata lain hadir di muka bumi secara bersamaan. Dalam bukunya, Darwin tak mampu membahas sepenuhnya mengenai hal ini. Namun, ia memang membahas sedikit tentang itu dalam bab berjudul “On the sudden appearance of groups of allied species in the lowest known fossiliferous strata“ (Timbulnya secara serentak kelompok-kelompok spesies yang saling terkait dalam lapisan fosil terendah yang diketahui), ia menulis di sini tentang Zaman Silur (di masa Darwin, zaman ini mencakup pula zaman yang kini kita sebut Kambrium):

    Misalnya, saya tidak dapat meragukan bahwa semua trilobita zaman Silur merupakan keturunan yang berasal dari sejenis hewan krustasea (bangsa udang), yang tentunya telah hidup jauh sebelum Zaman Silur, dan mungkin jauh berbeda dari hewan mana pun yang telah dikenal … Karena itu, jika teori saya benar, tak pelak lagi bahwa jauh sebelum lapisan Silur paling bawah terbentuk, waktu yang amat panjang telah berlalu, mungkin sama atau jauh lebih panjang daripada selang waktu antara zaman Silur dengan masa kini; dan selama rentang masa yang sungguh panjang ini, namun belum banyak dikenal, dunia ini dipenuhi makhluk hidup. Saya tak mampu memberi jawaban yang memuaskan atas pertanyaan mengapa kita tidak menemukan bekas-bekas dari zaman purba yang sungguh panjang ini.

    Darwin berkata, “Jika teori saya benar, tak pelak lagi bahwa dunia ini dipenuhi makhluk hidup sebelum Zaman Silur.” Untuk menjawab pertanyaan, mengapa tidak terdapat fosil makhluk-makhluk itu, ia mencoba menjawab di sepanjang bukunya, dengan menggunakan alasan “catatan fosil yang sangat terbatas”. Tapi kini, catatan fosil sudah lengkap, dan menunjukkan bahwa makhluk Zaman Kambrium tak memiliki nenek moyang. Artinya, kita harus menolak kalimat Darwin yang diawali dengan “… jika teori saya benar”. Hipotesa Darwin tidak absah; karena itu, teorinya salah.

    Makhluk hidup tidak berkembang dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks. Pada saat pertama kali muncul, makhluk hidup sudah teramat kompleks. Contoh lain dari hal ini adalah ikan hiu, yang menurut catatan fosil sudah ada sejak sekitar 4000 juta tahun yang lalu. Hewan ini memiliki berbagai ciri istimewa yang tidak dimiliki hewan lain yang tercipta jutaan tahun setelahnya, misalnya pertumbuhan gigi (regenerasi) setelah gigi yang lama tanggal. Contoh lainnya adalah kemiripan yang mengejutkan antara mata mamalia dan gurita yang telah hidup di Bumi berjuta-juta tahun sebelum mamalia.

    Contoh-contoh tersebut memperjelas bahwa spesies makhluk hidup tidak dapat disusun berurutan secara baik dari bentuk primitif ke bentuk kompleks.

    Fakta itu juga ditampilkan oleh hasil penelitian terhadap segi bentuk, fungsi, dan genetika makhluk hidup. Misalnya, bila kita cermati catatan fosil pada tingkat terendah, dilihat dari segi bentuk dan ukuran, tampak bahwa banyak makhluk (misalnya dinosaurus) yang berukuran jauh lebih besar daripada yang muncul kemudian.

    Demikian juga bila kita cermati dari segi fungsional makhluk hidup. Pada perkembangan struktur, telinga adalah contoh yang meruntuhkan pendapat “makhluk hidup berkembang dari bentuk primitif menuju kompleks”. Hewan amfibi memiliki rongga telinga-tengah. Akan tetapi reptil, yang muncul sesudah amfibi, mempunyai sistem yang jauh lebih sederhana. Pada reptil, sistem ini berdasarkan satu tulang kecil saja, tanpa ruang telinga-tengah.

    Kajian genetika menunjukkan hasil serupa. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah kromosom tak ada kaitannya dengan kompleksitas tubuh hewan. Misalnya, manusia memiliki 46 buah kromosom, kopepoda memiliki 6 buah, dan radiolaria (hewan yang berukuran mikroskopis) memiliki tepat 800 buah.

    Makhluk hidup diciptakan pada saat yang paling “sesuai” baginya

    Penelitian catatan fosil sesungguhnya menunjukkan, makhluk hidup muncul di masa yang paling cocok baginya. Tuhan telah menciptakan makhluk hidup secara luar biasa. Makhluk hidup diciptakan tepat sesuai dengan keadaan yang akan dihadapinya saat muncul di Bumi.

    Mari kita lihat contoh berikut ini: Bumi di kala fosil bakteri tertua muncul, yakni sekitar 3,5 miliar tahun yang silam. Kondisi suhu dan atmosfer waktu itu sama sekali tidak cocok untuk mendukung kehidupan makhluk berstruktur kompleks ataupun manusia. Demikian juga zaman Kambrium, yang menurut Kence, apabila ditemukan fosil manusia pada masa itu, teori evolusi akan runtuh. Periode ini, sekitar 530 juta tahun silam, benar-benar tak cocok bagi manusia. (Saat itu tak ada hewan di darat).

    Keadaan serupa juga tampak pada hampir seluruh zaman sesudahnya. Penelitian catatan fosil menunjukkan bahwa kondisi yang dapat mendukung kehidupan manusia baru tercapai beberapa juta tahun yang silam. Hal yang sama ini berlaku pula pada seluruh makhluk hidup lainnya. Setiap kelompok makhluk hidup muncul apabila kondisi yang mendukung bagi kehidupannya telah tercapai, dengan kata lain, “bila waktunya sudah tepat”.

    Kaum evolusionis menentang fakta ini sekuat tenaga. Mereka mengatakan bahwa kondisi pendukung itu sendirilah yang telah memunculkan makhluk hidup. Padahal, terciptanya “kondisi pendukung” hanyalah tanda bahwa “saat yang tepat telah tiba”. Makhluk hidup hanya dapat muncul melalui sebuah campur tangan yang memiliki kesadaran – dengan kata lain, melalui penciptaan oleh kekuatan hebat di luar alam.

    Karena itu, munculnya makhluk hidup secara bertahap bukanlah bukti evolusi, melainkan bukti kebijaksanaan dan pengetahuan Tuhan yang tak terhingga, Yang menciptakan makhluk hidup. Setiap kelompok makhluk hidup diciptakan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai bagi kemunculan kelompok makhluk hidup berikutnya. Dan bagi kita, keseimbangan ekologis dengan seluruh makhluk hidup disiapkan terlebih dahulu dalam rentang waktu yang cukup panjang.

    Di lain pihak, kita harus ingat bahwa periode panjang itu hanya dirasakan “panjang” oleh kita. Bagi Tuhan, itu hanyalah “sesaat” saja. Konsep waktu hanya berlaku bagi makhluk, bukan Pencipta. Tuhan, Pencipta waktu itu sendiri, tidaklah terikat oleh waktu. (Lihat lebih jauh dalam buku Harun Yahya: Timelessness and the Reality of Fate)

    Jika kaum evolusionis hendak menunjukkan bahwa satu spesies berubah menjadi spesies lain, tak ada gunanya berkata bahwa makhluk hidup muncul di Bumi selangkah demi selangkah. Bukti yang harus mereka kemukakan adalah fosil makhluk peralihan yang menghubungkan antarspesies makhluk hidup yang berbeda ini. Teori yang menyatakan bahwa invertebrata berubah menjadi ikan, ikan menjadi reptil, reptil menjadi burung dan mamalia, harus didukung fosil sebagai buktinya. Darwin sadar akan hal itu dan menuliskan bahwa fosil semacam ini harus ditemukan dalam jumlah tak terhitung banyaknya, walaupun sejauh ini tidak pernah ditemukan satu pun. Selama 150 tahun setelah teori Darwin diajukan, fosil makhluk peralihan belum pernah ditemukan. Seperti yang diakui oleh Derek W. Ager, seorang evolusionis ahli paleontologi, catatan fosil menunjukkan “bukan evolusi bertahap, melainkan sebuah ledakan tiba-tiba sekelompok makhluk hidup di atas kepunahan kelompok yang lain.”

    Sebagai kesimpulan, sejarah kehidupan menunjukkan bahwa makhluk hidup muncul bukan sebagai hasil peristiwa kebetulan, melainkan diciptakan tahap demi tahap, dalam periode yang amat panjang. Ini amat sesuai dengan keterangan tentang penciptaan dalam Al Qur’an, yang di dalamnya Tuhan berfirman bahwa Dia menciptakan alam semesta dan semua makhluk hidup dalam “enam hari”:

    Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. As Sajdah, 32:4)

    Kata “hari” dalam ayat itu, atau yawm dalam bahasa Arab, juga berarti selang waktu yang panjang. Dengan kata lain, Al Qur’an menyebutkan bahwa kehidupan diciptakan dalam beberapa masa yang berbeda, tidak sekaligus. Penemuan di bidang geologi di zaman modern memberikan gambaran yang menegaskan hal ini.

     
  • erva kurniawan 9:04 am on 28 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (12) 

    Arti-Gigi-BungsuMasalahDan-PengobatanyaRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (12)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Gigi Geraham Bungsu Bukanlah Bukti Kebenaran Evolusi?

    Salah satu tipuan penting dari teori evolusi adalah pernyataan yang berkaitan dengan organ vestigial (organ persisaan). Evolusionis menyatakan bahwa terdapat sejumlah organ dalam makhluk hidup yang kehilangan fungsinya seiring dengan waktu, dan kemudian lenyap. Dengan berpedoman pada hal ini, kaum evolusionis mencoba mengirimkan pesan, “Jika tubuh makhluk hidup adalah hasil penciptaan, maka seharusnya di dalamnya tidak terdapat organ yang tak berfungsi”.

    Naskah terbitan kaum evolusionis di awal abad ke-20 menyatakan bahwa tubuh manusia memiliki sekitar seratus buah organ yang sudah tidak berguna lagi. Di antaranya adalah usus buntu, tulang ekor, amandel, kelenjar pineal, telinga bagian luar, kelenjar timus, dan geraham bungsu. Akan tetapi, ilmu kedokteran telah mencapai kemajuan pesat dalam beberapa dasawarsa setelah itu. Akibatnya, tampaklah bahwa gagasan organ vestigial hanyalah takhayul. Daftar panjang buatan kaum evolusionis pun berkurang secara tajam. Kelenjar timus ternyata adalah organ yang menghasilkan sel sistem kekebalan yang penting, dan kelenjar pineal berfungsi menghasilkan hormon-hormon penting. Terungkap pula bahwa tulang ekor berfungsi untuk menopang tulang-tulang sekitar pinggul, dan telinga bagian luar berfungsi penting dalam mengenali dari arah mana bebunyian berasal. Singkat kata, terungkap bahwa ketidaktahuan adalah satu-satunya pijakan yang menopang gagasan tentang “organ vestigial”.

    Ilmu pengetahuan modern telah berulang kali menunjukkan bahwa konsep organ semacam itu adalah keliru. Namun, sebagian kaum evolusionis masih memanfaatkan pernyataan ini. Walaupun ilmu kedokteran telah membuktikan bahwa hampir semua organ itu (yang tadinya disebut-sebut sebagai “vestigial”) ternyata memiliki fungsinya masing-masing, dugaan evolusi yang tidak berdasar masih menyelimuti satu atau dua organ.

    Salah satu yang paling menonjol adalah geraham bungsu. Dalam naskah evolusionis masih tercantum anggapan bahwa gigi ini adalah bagian tubuh manusia yang telah kehilangan semua fungsinya. Sebagai buktinya, kaum evolusionis menyatakan bahwa gigi-gigi geraham bungsu ini memunculkan masalah pada sebagian besar orang, dan proses mengunyah tidak terganggu ketika gigi-gigi tersebut dicabut.

    Banyak dokter gigi, karena terpengaruh pernyataan evolusionis bahwa gigi bungsu tidak berfungsi, telah berpandangan bahwa pencabutan gigi bungsu sesuatu yang biasa, dan mereka tidak melakukan usaha pemeliharaan yang sama padanya seperti pada gigi yang lain. Akan tetapi penelitian di tahun-tahun terakhir menunjukkan, gigi bungsu memiliki fungsi mengunyah, sama seperti gigi lain. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anggapan “gigi bungsu mengganggu posisi gigi lain” adalah sama sekali tak beralasan. Sekarang ini kritik ilmiah, tentang bagaimana masalah gigi bungsu ini bisa diatasi bukan dengan cara pencabutan, semakin meningkat. Faktanya, kesepakatan ilmiah menyatakan bahwa gigi geraham bungsu berfungsi mengunyah, sama dengan gigi lain, dan tidak ada pembenaran ilmiah yang mendukung keyakinan bahwa gigi geraham bungsu tidak memiliki kegunaan.

    Jadi, mengapa gigi geraham bungsu menimbulkan gangguan pada banyak orang? Berdasarkan penelitian para ahli di bidang ini, permasalahan gigi bungsu di masyarakat terjadi secara berbeda-beda, tergantung zaman. Kini diketahui bahwa gangguan gigi bungsu jarang terdapat di masyarakat pra-industri. Khususnya selama beberapa ratus tahun terakhir ini, manusia lebih menyukai makanan lunak daripada yang keras, sehingga pertumbuhan rahang manusia pun terganggu. Akhirnya diketahui, ternyata masalah gigi bungsu berasal dari gangguan pertumbuhan rahang akibat pola makan.

    Diketahui pula, ternyata perilaku makan masyarakat juga berpengaruh buruk pada gigi lainnya. Sebagai contoh, meningkatnya konsumsi makanan dengan kadar gula dan asam yang tinggi telah meningkatkan kerusakan gigi. Tapi, fakta itu tidak menjadikan kita berpikir bahwa semua gigi kita mengalami “atrofi” (pengecilan atau penyusutan). Hal yang sama juga berlaku pada gigi geraham bungsu. Masalah pada gigi geraham bungsu berasal dari kebiasaan makan, bukan dari “atrofi” evolusioner apa pun.

     
  • erva kurniawan 9:01 am on 27 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (11) 

    bumiRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (11)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Teori Evolusi Tidak Diperkukuh Oleh Usia Bumi Yang Sudah Empat Miliar Tahun?

    Kaum evolusionis mendasarkan skenario mereka pada pengaruh alam dan kebetulan. Salah satu dari konsep yang paling mereka andalkan dalam hal ini adalah konsep “waktu yang panjang”. Sebagai contoh, ilmuwan Jerman, Ernst Haeckel, yang mendukung Darwin, menyatakan bahwa sebuah sel hidup dapat berasal dari lumpur biasa. Bersamaan dengan ditemukannya struktur sel hidup yang teramat rumit di abad ke-20, semakin jelaslah ketidakcerdasan pernyataan Haeckel itu. Tapi, kaum evolusionis terus-menerus menutupi kebenaran dengan konsep “waktu yang cukup panjang”.

    Dengan cara tersebut, mereka berniat melepaskan diri mereka sendiri dengan melemparkan masalah ke dalam keraguan, dan bukan menjawab pertanyaan bagaimana makhluk hidup timbul secara kebetulan. Dengan menampilkan kesan bahwa berlalunya rentang masa yang panjang dapat menjadi sesuatu yang menguntungkan dari sudut pandang kemunculan makhluk hidup dan meningkatnya keanekaragaman, mereka mengemukakan faktor waktu sebagai sesuatu yang selalu menguntungkan. Sebagai contohnya, profesor evolusionis Turki, Yaman Ors berkata: “Jika Anda ingin menguji kebenaran teori evolusi, bubuhkan campuran zat yang tepat ke dalam air, tunggulah beberapa juta tahun, maka anda akan melihat kemunculan beberapa sel.” 52

    Pernyataan itu betul-betul tidak masuk akal. Tak ada bukti bahwa hal seperti itu dapat terjadi. Munculnya makhluk hidup dari zat tak-hidup sebenarnya adalah takhayul dari Abad Pertengahan. Di zaman itu, masyarakat beranggapan bahwa makhluk hidup muncul secara tiba-tiba, disebut juga sebagai generatio spontanea atau “kemunculan tiba-tiba yang tanpa disengaja”. Menurut keyakinan masyarakat ini, angsa berasal dari pepohonan, kambing dari semangka, bahkan berudu berasal dari air yang terbentuk di awan lalu turun ke bumi sebagai hujan. Di tahun 1600-an, masyarakat percaya bahwa tikus dapat lahir dari campuran gandum dan sepotong kain kotor, dan bahwa lalat dapat terbentuk ketika lalat mati dicampur dengan madu.

    Namun, Francesco Redi, ilmuwan Italia, membuktikan bahwa tikus tidaklah berasal dari campuran gandum dan kain kotor, serta lalat tidak berasal dari campuran lalat mati dengan madu. Makhluk hidup tidak berasal dari zat tak-hidup, seperti madu atau kain kotor, melainkan sekadar menjadikan benda-benda itu sebagai perantara. Misalnya, seekor lalat hidup akan bertelur pada bangkai lalat, dan tak lama kemudian sejumlah lalat baru pun muncul. Dengan kata lain, kehidupan berasal dari kehidupan, bukan dari zat atau benda mati. Di abad ke-19, Louis Pasteur, ilmuwan Prancis, membuktikan bahwa bakteri tidak berasal dari benda mati. Hukum ini, yaitu “kehidupan hanya berasal dari kehidupan” adalah salah satu dasar biologi modern.

    Mengingat kondisi pada abad ke-17, adanya keyakinan yang aneh seperti yang telah dibahas di atas dapat kita maklumi karena pengetahuan para ilmuwan saat itu belumlah memadai. Akan tetapi di zaman kini, saat ilmu dan teknologi maju pesat, dan berbagai percobaan dan pengamatan menunjukkan bahwa makhluk hidup mustahil berasal dari zat atau benda mati, amatlah mengejutkan bila seorang evolusionis seperti Yaman Ors masih juga mempertahankan pernyataan seperti itu.

    Ilmuwan modern telah berulang kali menunjukkan bahwa hal sedemikian mustahil terjadi. Mereka telah melaksanakan percobaan-percobaan yang diatur sedemikian rupa, di laboratorium canggih, menirukan kondisi saat makhluk hidup pertama kali muncul, tapi itu semua sia-sia.

    Apabila atom-atom fosfor, kalium, magnesium, oksigen, besi, dan karbon, yang semuanya penting bagi makhluk hidup, digabungkan, yang timbul hanyalah gumpalan zat tak-hidup. Akan tetapi, kaum evolusionis menyatakan bahwa ada sekumpulan atom yang bergabung dan mengatur diri sedemikian rupa, dalam jangka waktu tertentu, dalam perbandingan paling sesuai, di saat dan tempat yang tepat, dengan segala kaitan yang diperlukan. Selanjutnya mereka nyatakan bahwa hasil pengaturan yang tepat dari atom-atom tak hidup tersebut, dan dengan semua proses yang berlangsung tanpa gangguan, muncullah manusia yang mampu melihat, mendengar, bicara, merasakan, tertawa, bersuka-cita, menderita, merasakan perasaan sakit dan suka cita, tertawa, mencintai, berbelas kasih, manghayati irama musik, menikmati makanan, membangun peradaban, serta melakukan penelitian ilmiah.

    Akan tetapi, sudah jelas bahwa walaupun semua persyaratan dan kondisi yang ditetapkan para evolusionis dipenuhi, serta berjuta-juta tahun sudah berlalu, percobaan seperti itu akan gagal.

    Para evolusionis mencoba menutupi fakta ini dengan penjelasan tipuan seperti “Segala hal adalah mungkin dengan berlalunya waktu”. Ketidakabsan pernyataan ini, yang didasarkan penggunaan “gertak“ di dalam dunia ilmiah, sangatlah jelas. Ketidakabsahan ini dapat dilihat dengan lebih jelas bila dilihat dari sudut pandang lain. Dalam sebuah contoh sederhana, mari kita tinjau faktor waktu dalam keadaan yang menguntungkan dan yang merugikan. Bayangkanlah sebuah perahu kayu di pantai, beserta seorang kapten yang dari awal memelihara kapal itu, memperbaiki, membersihkan, mengecatnya. Selama sang kapten tetap berminat pada kapal tersebut, kapal itu akan tambah menarik, aman dan terawat.

    Lalu, mari kita bayangkan kapal tersebut ditinggalkan. Kali ini, pengaruh matahari, angin, hujan, pasir dan badai akan menyebabkan kapal itu rusak, lapuk, dan akhirnya terbuang tanpa guna.

    Satu-satunya perbedaan di antara kedua skenario tadi adalah, pada kasus pertama, ada peristiwa campur-tangan yang cerdas, ahli, dan sangat berpengaruh. Waktu yang berlalu hanya akan bermanfaat, apabila dikendalikan oleh sebuah kekuatan yang cerdas. Jika tidak, waktu akan berpengaruh merusak, dan bukan memperbaiki atau membangun. Hal ini merupakan sebuah hukum ilmiah. Hukum entropi, yang dikenal sebagai “Hukum Termodinamika Kedua”, menyatakan bahwa semua sistem di alam semesta ini menuju ke arah kehancuran, penguraian, dan pembusukan apabila ditinggalkan begitu saja dalam kondisi alamiah.

    Fakta tersebut menunjukkan bahwa panjangnya umur Bumi adalah faktor yang menghancurkan pengetahuan serta keteraturan, dan menambah kekacauan. Jadi amat bertentangan dengan pendapat evolusionis. Munculnya sistem yang teratur yang didasarkan pada pengetahuan hanya dapat terjadi akibat adanya keterlibatan yang cerdas.

    Pada saat mendongeng tentang berubahnya satu spesies menjadi spesies lain, para pendukung evolusi berlindung di balik tameng “semua itu terjadi dalam jangka waktu teramat panjang”. Dengan begitu, mereka menyatakan bahwa di masa lalu berbagai hal tersebut terjadi sedemikian rupa, yang belum pernah dibuktikan oleh percobaan atau pengamatan mana pun. Walaupun demikian, segala hal di dunia dan alam semesta berjalan mengikuti hukum yang tetap. Hal ini tidak berubah seiring berjalannya waktu. Sebagai contoh, benda jatuh ke muka Bumi akibat gravitasi. Benda tidak akan jatuh ke atas dengan berjalannya waktu, bahkan dalam waktu bertriliun-triliun tahun sekalipun. Anak kadal tetaplah kadal. Hal ini terjadi karena informasi genetis yang diturunkan adalah selalu informasi kadal, dan secara alami tidak ada informasi tambahan yang bisa ditambahkan. Informasi dapat berkurang ataupun musnah, tetapi sungguh mustahil sesuatu apa pun dapat ditambahkan. Ini disebabkan penambahan informasi ke dalam sebuah sistem membutuhkan keterlibatan dan kendali dari luar yang berpengetahuan dan cerdas. Alam sendiri tidak memiliki sifat-sifat seperti itu.

    Pengulangan yang terjadi dengan berjalannya waktu, dan fakta bahwa hal ini sering terjadi, tidaklah mengubah apa pun. Sekalipun bertriliun-triliun tahun sudah berlalu, seekor burung tidak akan menetas dari telur kadal. Seekor kadal berukuran panjang, atau yang pendek – yang kuat ataupun yang lemah – akan selalu berupa kadal. Spesies yang berbeda tidak akan muncul darinya. Konsep “waktu yang sangat panjang“ merupakan sebuah tipuan yang bertujuan untuk mengeluarkan permasalahan ini dari luar lingkup percobaan dan pengamatan. Tidak ada bedanya antara 4, 40 atau 400 miliar tahun berlalu. Sebab tidak ada hukum ataupun kecenderungan alamiah yang dapat merubah kemustahilan-kemustahilan sebagaimana yang dipaparkan dalam teori evolusi menjadi hal yang benar-benar mungkin.

     
  • erva kurniawan 8:53 am on 26 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (10) 

    luar_angkasaRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (10)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    10. Mungkinkah Makhluk Hidup Berasal Dari Luar Angkasa?

    Ketika Darwin pertama kali mengajukan teorinya di pertengahan abad kesembilan belas, ia tak pernah menyebutkan bagaimana awal mula makhluk hidup terjadi – atau dengan kata lain, asal usul sel hidup pertama. Para ilmuwan di awal abad kedua puluh, yang meneliti asal usul makhluk hidup, mulai menyadari bahwa teori ini tidak absah. Struktur yang kompleks dan sempurna pada makhluk hidup memberikan kesempatan bagi banyak ilmuwan untuk memahami kebenaran penciptaan. Perhitungan matematis, percobaan serta pengamatan ilmiah menunjukkan bahwa makhluk hidup tak mungkin merupakan “hasil kebetulan”, seperti yang dinyatakan oleh teori evolusi.

    Seiring dengan runtuhnya pernyataan bahwa peristiwa kebetulan merupakan penyebab terjadinya kehidupan, serta semakin disadarinya bahwa kehidupan ini “direncanakan”, beberapa ilmuwan mulai mencari asal usul makhluk hidup di luar angkasa. Ilmuwan paling terkenal yang mencetuskan hal ini adalah Fred Hoyle dan Chandra Wickramasinghe. Keduanya membuat skenario yang isinya menyatakan adanya suatu kekuatan yang “menyemai benih” kehidupan di angkasa. Menurut skenario ini, benih-benih kehidupan tersebut dibawa mengarungi kehampaan angkasa oleh awan-awan gas atau debu, atau mungkin oleh asteroid, dan akhirnya sampai di bumi. Dan makhluk hidup pun dimulai di sini.

    Pemenang Hadiah Nobel, Francis Crick, yang bersama James Watson menemukan struktur heliks ganda (pilinan ganda) pada DNA, adalah salah satu dari mereka yang mencari asal usul makhluk hidup di luar angkasa. Crick sadar bahwa tak mungkin hidup bermula secara kebetulan, tetapi ia menyatakan bahwa kehidupan di bumi dimulai oleh kekuatan cerdas “yang berasal dari angkasa luar”.

    Seperti telah kita lihat, gagasan bahwa kehidupan berasal dari luar angkasa telah mempengaruhi ilmuwan-ilmuwan ternama. Masalah ini bahkan dibahas dalam tulisan dan debat tentang asal usul kehidupan. Pada dasarnya, gagasan mengenai pencarian kehidupan di angkasa luar dapat dilihat dari dua sudut pandang.

    Pertentangan ilmiah

    Kunci pengujian atas pernyataan bahwa “kehidupan bermula di angkasa luar” terletak dalam penelitian meteor-meteor yang mencapai Bumi serta gumpalan gas dan debu di angkasa luar. Hingga saat ini belum ditemukan bukti akan adanya benda angkasa yang mengandung makhluk luar bumi yang akhirnya memulai kehidupan di Bumi. Selain itu, hingga saat ini pun belum ada penelitian yang telah mengungkapkan adanya makromolekul kompleks seperti itu ditemukan dalam mahluk hidup.

    Lebih jauh lagi, zat yang terdapat dalam meteorit tidak bersifat asimetris, seperti seharusnya makromolekul yang dimiliki oleh makhluk hidup. Misalnya, secara teoritis, asam amino (bahan dasar penyusun protein; protein adalah bahan dasar penyusun makhluk hidup) bentuk levo dan dekstro (“isomer optis”) seharusnya terdapat dalam jumlah yang kurang-lebih setara. Akan tetapi, dalam protein, hanya terdapat asam amino levo. Distribusi yang asimetris ini tidak terdapat dalam molekul organik kecil (molekul berdasar karbon yang terdapat pada makhluk hidup) yang ditemukan dalam meteorit. Yang terakhir ini terdapat dalam bentuk levo dan dekstro.

    Hal ini bukanlah hambatan terakhir bagi pernyataan bahwa zat dan benda luar angkasa lah yang memulai kehidupan di Bumi. Mereka yang setuju dengan pendapat ini harus mampu menjelaskan, mengapa proses seperti itu tidak terjadi di masa sekarang, padahal Bumi masih dihujani berbagai meteorit hingga saat ini. Kajian atas meteorit tersebut tidak mengungkapkan “penyemaian benih” apa pun yang dapat mendukung pendapat ini.

    Pertanyaan lainnya adalah: kalaupun memang makhluk hidup dibentuk oleh sebuah kecerdasan di angkasa luar, yang lalu tiba di Bumi, lalu bagaimana cara terbentuknya jutaan spesies di Bumi? Inilah permasalahan besar yang harus dihadapi oleh pendapat ini.

    Di samping semua kendala tadi, di alam semesta ini belum pernah ditemukan jejak peradaban atau makhluk hidup, yang kemungkinan telah memulai kehidupan di Bumi. Bahkan pengamatan di bidang astronomi, yang telah mengalami kemajuan sangat pesat selama 30 tahun terakhir ini, tidak memberikan petunjuk apa pun tentang adanya peradaban seperti itu.

    Ada apa di balik pendapat tentang asal usul dari angkasa luar (ekstra-terestrial)?

    Sebagaimana telah kita pahami, teori yang menyatakan bahwa kehidupan di Bumi bermula dari angkasa luar ini tidak memiliki dasar ilmiah yang mendukungnya. Tidak ada penemuan-penemuan ilmiah yang membenarkan atau mendukungnya. Akan tetapi, ketika para ilmuwan yang mengusulkan gagasan ini mulai melihat ke arah tersebut, mereka melakukannya karena mereka telah merasakan suatu kebenaran.

    Kebenaran itu adalah: sebuah teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup di Bumi tercipta sebagai hasil ketidaksengajaan tidak dapat dipertahankan lagi. Telah disadari bahwa kerumitan yang tersingkap pada makhluk-makhluk hidup di Bumi hanya mungkin diciptakan oleh perancangan cerdas. Nyatanya, bidang-bidang keahlian dari para ilmuwan pencari asal usul kehidupan di angkasa luar ini menjelaskan penolakan mereka terhadap alur pikir teori evolusi.

    Keduanya adalah ilmuwan kelas dunia: Fred Hoyle adalah ahli astronomi dan bio-matematika, sedangkan Francis Crick adalah ahli biologi molekuler.

    Satu hal penting harus dipertimbangkan adalah para ilmuwan yang mengacu pada angkasa luar untuk menemukan asal usul kehidupan itu tidak menghasilkan penjelasan baru tentang masalah tersebut. Ilmuwan seperti Hoyle, Wickramasinghe, dan Crick, mulai mencari asal usul di luar angkasa karena mereka sadar bahwa kehidupan tidak mungkin dihasilkan oleh peristiwa kebetulan. Karena makhluk hidup di Bumi mustahil tercipta secara kebetulan, mereka harus menerima adanya sumber rancangan cerdas di angkasa luar.

    Akan tetapi, teori yang mereka ajukan (berkenaan dengan asal usul rancangan cerdas ini) bersifat kontradiktif dan tak bermakna. Fisika dan astronomi modern mengungkapkan bahwa alam semesta ini berasal dari ledakan besar 12–15 miliar tahun yang silam, yang dikenal dengan nama teori Big Bang atau “Dentuman Besar”. Semua materi di alam semesta ini berasal dari ledakan itu. Oleh karena itu, gagasan mencari asal usul kehidupan dalam makhluk hidup yang berbasis materi di ruang angkasa, harus disertai penjelasan, bagaimana makhluk hidup itu bisa tercipta. Hal ini berarti bahwa teori yang diajukan tidaklah memecahkan masalah, tetapi malah mundur selangkah. (Untuk keterangan terperinci, baca buku Harun Yahya berjudul The Creation of Universe dan Timelessness and the Reality of Fate).

    Seperti telah kita lihat, pendapat tentang “kehidupan berasal dari angkasa luar” tidak mendukung evolusi, tetapi merupakan pendapat yang mengungkapkan kemustahilan teori evolusi, dan menerima bahwa satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah penciptaan melalui rancangan cerdas. Para ilmuwan yang mendukung pendapat ini, pada awalnya melakukan analisis yang tepat, tapi lalu menempuh jalur yang salah, sehingga mengambil langkah konyol untuk mencari asal usul makhluk hidup di angkasa luar.

    Jelaslah bahwa gagasan tentang asal mula kehidupan dari “angkasa luar (ekstra-terestrial)” tidak dapat menjelaskan asal usul makhluk hidup. Bahkan, bilapun untuk sekejap kita menerima hipotesa adanya “ekstra-terestrial” ini, tetaplah jelas bahwa tak mungkin makhluk “ekstra-terestrial” tersebut tercipta secara kebetulan, tapi merupakan hasil dari rancangan cerdas. (Hal ini disebabkan karena hukum fisika dan kimia adalah seragam di seluruh semesta ini, jadi tak mungkin hidup muncul secara kebetulan). Ini menunjukkan bahwa Tuhan, yang melampaui batas materi dan waktu, dan memiliki kekuasaan, kebijaksanaan, dan pengetahuan yang tidak terbatas, telah mencipta alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya.

     
  • erva kurniawan 7:23 am on 25 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (9) 

    kloningRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (9)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Anggapan “Kloning Membuktikan Kebenaran Evolusi” Adalah Suatu Tipuan?

    Kemajuan ilmiah seperti kloning tak ada kaitannya sama sekali dengan evolusi. Oleh sebab itu, pertanyaan “apakah kemajuan teknologi seperti kloning membuktikan kebenaran evolusi?” sebenarnya mengungkapkan adanya propaganda murahan yang dilakukan kaum evolusionis agar masyarakat menerima teori ini. Kloning tidak memiliki keterkaitan dengan teori evolusi, karenanya bukanlah menjadi bidang bahasan evolusionis profesional. Walaupun demikian, sebagian pendukung fanatik evolusi yang bersedia melakukan apa saja, terutama dari kalangan media massa, mencoba menjadikan masalah yang sama sekali tidak berkaitan seperti kloning, sebagai bahan propaganda evolusi.

    Apa sebenarnya arti melakukan kloning

    pada makhluk hidup?

    DNA makhluk hidup yang akan digandakan (dibuat tiruannya), diambil dari sel tubuh bagian mana saja dari organisme yang dimaksud. DNA tersebut lalu diletakkan di dalam sel telur makhluk hidup lain dari spesies yang sama. Segera setelah itu, telur diberikan kejutan (listrik – penerj.) sehingga telur tersebut langsung mulai membelah diri. Embrio yang dihasilkan kemudian diletakkan dalam rahim suatu makhluk hidup, tempat di mana embrio tersebut akan terus membelah diri. Para ilmuwan lalu menantikan perkembangan dan kelahiran embrio tersebut.

    Mengapa kloning tidak memiliki kaitan

    apa pun dengan evolusi?

    Kloning dan evolusi adalah dua konsep yang amat berbeda. Teori evolusi dibangun atas dasar anggapan yang menyatakan bahwa materi tak-hidup berubah menjadi materi hidup secara kebetulan. (Tak ada bukti ilmiah sedikit pun bahwa hal ini dapat terjadi.) Kloning, sebaliknya, adalah menghasilkan salinan makhluk hidup dengan menggunakan bahan genetis dari sel makhluk itu sendiri. Organisme baru itu berasal dari satu sel tunggal. Proses biologis dipindahkan ke laboratorium dan berulang di sana. Dengan kata lain, tak ada apa pun dalam proses semacam itu yang terjadi secara kebetulan – yang merupakan dasar teori evolusi – juga bukan “materi tak-hidup yang menjadi hidup”.

    Proses kloning sama sekali bukanlah bukti evolusi. Namun sebaliknya, adalah bukti suatu hukum biologi yang sama sekali meniadakan evolusi. Hukum tersebut adalah kaidah terkenal yang menyatakan bahwa “kehidupan hanya dapat berasal dari kehidupan”, yang dikemukakan oleh ilmuwan ternama Louis Pasteur di akhir abad kesembilan belas. Digunakannya kloning sebagai bukti evolusi, meskipun kenyataan menunjukkan sebaliknya, menunjukkan adanya penipuan yang dilakukan media massa.

    Kemajuan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan selama 30 tahun terakhir menunjukkan kemunculan makhluk hidup tidak bisa dijelaskan sebagai peristiwa kebetulan. Kesalahan ilmiah evolusionis, serta pernyataan sepihak, telah didokumentasi dengan baik, dan teori evolusi tidak bisa dipertahankan dalam lingkup ilmiah. Fakta ini telah memaksa para evolusionis untuk mencari penyelesaian di bidang lain. Oleh sebab itu dalam beberapa tahun terakhir, secara fanatik, kemajuan ilmiah seperti kloning dan bayi tabung telah digunakan sebagai bukti evolusi.

    Kaum evolusionis tidak lagi dapat berbicara kepada masyarakat atas nama ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan mereka berlindung di balik kesenjangan pemahaman ilmiah yang ada di masyarakat. Mereka berharap cara ini akan memperpanjang masa berlaku teori evolusi, meskipun hal ini hanya akan menyebabkan teori ini lebih terpuruk lagi. Seperti halnya kemajuan ilmiah lainnya, kloning adalah kemajuan ilmiah teramat penting dan menyingkapkan bukti yang mengungkapkan fakta penciptaan mahluk hidup.

    Pemahaman Keliru Lainnya tentang Kloning

    Salah paham lain yang sering terjadi di kalangan orang awam adalah kloning dapat “menciptakan manusia”. Akan tetapi, kloning tidak dapat diartikan demikian. Kloning merupakan penambahan informasi genetis yang telah tersedia, ke dalam mekanisme reproduksi yang juga telah ada sebelumnya. Dalam proses ini tidak terjadi penciptaan mekanisme ataupun informasi genetis yang baru. Informasi genetis diambil dari seseorang yang sudah ada sebelumnya dan kemudian disisipkan ke dalam rahim seorang wanita.Hal ini menyebabkan anak yang nantinya dilahirkan merupakan “kembar identik” dari orang yang menjadi sumber informasi genetisnya.

    Banyak orang, yang tidak sepenuhnya memahami kloning, memiliki gagasan-gagasan yang tidak masuk akal. Sebagai contoh, mereka membayangkan sebuah sel yang diambil dari seorang lelaki berusia 30 tahun, dapat menjadi seorang lelaki berusia 30 tahun pula dalam hari yang sama. Hal semacam ini hanya ada di dalam fiksi ilmiah, dan tidak mungkin, serta takkan pernah dapat terlaksana. Kloning pada dasarnya adalah menyebabkan lahirnya seorang “kembar identik” melalui metoda alamiah (dengan kata lain melalui rahim seorang ibu). Hal ini tidak ada kaitannya dengan teori evoulisi, ataupun dengan konsep “menciptakan manusia”.

    Menciptakan manusia atau makhluk hidup lain – dengan kata lain, membuat sesuatu yang tadinya tak ada menjadi ada – adalah kekuasaan Allah semata. Kemajuan ilmiah menegaskan hal ini dengan menunjukkan bahwa penciptaan tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Hal ini dinyatakan dalam sebuah ayat Al Qur’an:

    Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah” Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah, 2:117)

     
  • erva kurniawan 1:58 am on 24 July 2015 Permalink | Balas  

    Aku Ingin Anak Lelakiku Menirumu 

    Nasehat IbuAku Ingin Anak Lelakiku Menirumu

    Oleh : Neno Warisman – ‘Izinkan Aku Bertutur’

    Ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang pada ayahnya: “Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!”

    Suamiku menjawab: “Bukankah sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak lelaki ingin seperti aku.”

    Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa.

    Ketika bayi kecilku berulang tahun pertama, aku mengusulkan perayaannya dengan mengkhatam kan Al Quran di rumah Lalu kubilang pada suamiku: “Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya,Yah.”

    Suamiku menatap padaku seraya pelan berkata: “Oh ya. Ide bagus itu.”

    Bayi kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidak berapa lama, ia sudah pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa. Apppaa.  Lalu ia menunjuk pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad. Kami berdua sangat bahagia dengan kehadirannya.

    Ahmad tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya. Pelajaran matematika sederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya memang jago matematika. Ia kebanggaan keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.

    Ketika Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapi kami semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tiba ia minta naik ke punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya begitu berang, mungkin menganggap Ahmad sudah sekolah, sudah terlalu besar untuk main kuda-kudaan, atau lantaran banyak tamu dan ia kelelahan.

    Badan Ahmad terhempas ditolak papanya, wajahnya merah, tangisnya pecah, Muhammad terluka hatinya di hari ulang tahunnya kelima. Sejak hari itu, Ahamad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah. Ia tak lagi suka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah.

    Aku coba mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia sedang menyelesaikan papernya dan tak mau diganggu oleh urusan seremeh itu, katanya.

    Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah, pandai dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu. Ketika lahir, cucuku itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu: “Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!”

    Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu. “Salahmu. Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!”

    Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di hatiku. Ada yang mencemaskan aku. Cucuku pulang ke rumah, bulan berlalu.

    Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu. Ahmad kecil sedang digendong ayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad anakku menyergah sambil berteriak menghentak, “Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!” Dengan kasar disorongkannya bayi mungil itu.

    Suamiku membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini, segera membersihkan dirinya di kamar mandi.

    Aku, wanita tua, ruang dan waktu kurajut dalam pedih duka seorang istri dan seorang ibu. Aku tak sanggup lagi menahan gelora di dada ini. Pecahlah tangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya.

    Aku rebut koran di tangan suamiku dan kukatakan padanya: “Dulu kau hempaskan Ahmad di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak ia merangkak di punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau bilang kau sibuk sekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia asing dengan anaknya sendiri!”

    Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam.

    Aku ingin anakku menirumu, wahai Nabi. Engkau membopong cucu-cucumu di punggungmu, engkau bermain berkejaran dengan mereka Engkau bahkan menengok seorang anak yang burung peliharaannya mati. Dan engkau pula yang berkata ketika seorang ibu merenggut bayinya dari gendonganmu, “Bekas najis ini bisa kuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan saraf halus yang putus di kepalanya?”

    Aku memandang suamiku yang terpaku. Aku memandang anakku yang tegak diam bagai karang tajam. Kupandangi keduanya, berlinangan air mata. Aku tak boleh berputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?

    Lalu kuambil tangan suamiku, meski  kaku, kubimbing ia mendekat kepada Ahmad. Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun tak merasakan sentuhan tangan seorang ayah yang didamba.

    Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua, “Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak mampu mewariskan apa-apa: kecuali Cinta. Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yang akan lahir dan menurunkan keturunan demi keturunan. Lakukanlah, untuk sebuah perubahan besar di rumah tangga kita! Juga di permukaan dunia. Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak diajarkan rasa kasih dan sayang, ucapan kemesraan, sentuhan dan belaian, bukan hanya pelajaran untuk menjadi jantan seperti yang kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.

    Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka. Dua laki-laki dewasa dan seorang wanita tua terpaku di tempatnya. Memang tak mudah untuk berubah. Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi Ahmad ke pelukan suamiku. Aku bilang: “Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang.”

    Dua laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama, bergantian menggantikan popoknya, pura-pura merancang hari depan si bayi sambil tertawa-tawa berdua, membuka kisah-kisah lama mereka yang penuh kabut rahasia, dan menemukan betapa sesungguhnya di antara keduanya Allah menitipkan perasaan saling membutuhkan yang tak pernah terungkapkan dengan kata, atau sentuhan.

    Kini tawa mereka memenuhi rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak buntu. Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.

    Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu. Kelak, jika aku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata:  Ya, Nabi. aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu!

    Amin, alhamdulillah

     
    • Firdausya 3:05 pm on 24 Juli 2015 Permalink

      Reblogged this on cherie and commented:
      ijin rebog ya pak

  • erva kurniawan 1:47 am on 22 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (8) 

    EmbrioRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (8)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    8.Pemalsuan Ilmiah Apakah Yang Menjadi Dasar Bagi Mitos “Embrio Manusia Memiliki Insang”?

    Tesis yang menyatakan bahwa makhluk hidup melalui berbagai tahapan di dalam rahim induknya, yang dapat dianggap sebagai bukti evolusi, menempati kedudukan istimewa di antara pernyataan-pernyataan tanpa bukti dari teori evolusi. Hal ini dikarenakan tesis ini, yang dikenal sebagai “rekapitulasi”dalam literatur evolusi, lebih dari sekedar penipuan ilmiah: ini adalah pemalsuan ilmiah.

    Takhayul Rekapitulasi Haeckel

    Ernst Haeckel, salah seorang pemalsu terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan.

    Istilah “rekapitulasi” adalah ringkasan dari pernyataan “ontogeni merekapitulasi filogeni”, yang diajukan oleh ahli biologi evolusioner, Ernst Haeckel di akhir abad kesembilan belas. Teori Haeckel ini menyatakan bahwa perkembangan embrio mengulangi proses evolusi yang dialami oleh “nenek moyang” mereka di zaman purba. Menurut teori ini, embrio manusia dalam rahim sang ibu pada awalnya menampilkan ciri-ciri fisik seekor ikan, lalu reptil, dan terakhir manusia. Pendapat ini mencetuskan pernyataan bahwa embrio memiliki “insang” dalam tahap pertumbuhannya.

    Akan tetapi, ini semua hanyalah takhayul. Perkembangan ilmiah yang telah dicapai, sejak rekapitulasi didengungkan untuk pertama kali, telah memungkinkan diujinya keabsaan pernyataan tersebut. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa doktrin rekapitulasi tidak memiliki landasan apa pun selain khayalan dan penafsiran keliru yang sengaja dilakukan kaum evolusionis.

    Kini telah diketahui bahwa apa yang disebut-sebut “insang” itu, yang tumbuh pada tahap awal perkembangan embrio manusia, sebenarnya adalah fase awal dari saluran telinga tengah, kelenjar timus dan paratiroid. Bagian embrio yang diserupakan sebagai “kantung kuning telur” ternyata adalah kantung yang berfungsi untuk menghasilkan darah bayi. Bagian yang disebut-sebut sebagai “ekor” oleh Haeckel dan pengikutnya, sebenarnya adalah tulang belakang yang tampak mirip ekor karena terbentuk lebih dulu daripada tungkai kaki.

    Inilah fakta-fakta yang diakui secara luas dalam dunia ilmiah, dan bahkan kaum evolusionis sendiri mengakuinya. George Gaylord Simpson, salah satu pendiri neo-Darwinisme, menulis:

    Haeckel salah menyatakan prinsip evolusioner yang dipakai. Sekarang dengan mantap telah dikukuhkan bahwa ontogeni tidak mengulangi filogeni. 45

    Berikut ini tercantum dalam artikel New Scientist tertanggal 16 Oktober 1999:

    [Haeckel] menamakan ini sebagai hukum biogenetika, dan gagasan ini kemudian secara luas disebut sebagai rekapitulasi. Faktanya, hukum Haeckel yang tegas itu tak lama kemudian terbukti keliru. Misalnya, embrio manusia tahap awal tidak pernah memiliki insang yang berfungsi seperti ikan, dan tak pernah melewati tahapan-tahapan yang menyerupai kera atau reptil dewasa. 46

    Dalam artikel terbitan American Scientist, kita membaca:

    Sungguh, hukum biogenetika itu sudah benar-benar mati. Hukum ini akhirnya dihilangkan dari buku teks biologi pada tahun lima puluhan. Sebagai sebuah pokok pengkajian teoritis yang serius, hukum ini ini sudah punah di tahun dua puluhan… 47

    Sebagaimana telah kita saksikan, sejak pertama kali muncul, berbagai perkembangan yang terjadi menunjukkan bahwa rekapitulasi sama sekali tidak memiliki dasar-dasar ilmiah. Walaupun demikian, berbagai perkembangan yang sama tersebut menunjukkan bahwa rekapitulasi bukan sekedar suatu penipuan ilmiah, melainkan sebuah “pemalsuan” murni.

    Gambar Palsu Haeckel

    The New York Times, pada tanggal 8 April, 2001, menyediakan ruang yang besar untuk membahas teori rancangan cerdas dan berbagai gagasan dari para ilmuwan dan ahli filsafat yang mendukung teori ini, seperti Michael Behe dan William Dembski. Secara umum dinyatakan bahwa secara ilmiah, teori rancangan cerdas adalah absah dan patut dihormati, sehingga Darwinisme akan terguncang sampai ke akarnya. Berita ini juga memuat gambar palsu buatan Haeckel dan membandingkannya dengan gambar-gambar embrio yang asli di bawah mikroskop.

    Ernst Haeckel, yang pertama kali mengajukan gagasan rekapitulasi, telah menerbitkan sejumlah gambar untuk mendukung teorinya. Haeckel membuat gambar-gambar yang telah dipalsukan, untuk menampilkan kesan bahwa embrio manusia dan ikan memiliki kemiripan! Ketika dusta ini terungkap, dia hanya dapat membela diri dengan cara berkata bahwa para evolusionis lain telah melakukan kesalahan serupa:

    Setelah pengakuan yang memalukan atas “pemalsuan” ini, saya sepatutnya menganggap diri saya tercela dan tak berguna, seandainya saya tidak merasa terhibur oleh adanya ratusan “orang hukuman” yang senasib dengan saya, di antaranya terdapat para pengamat paling terpercaya dan para ahli biologi paling terhormat. Kebanyakan dari semua gambar yang ada pada buku-buku pelajaran, makalah dan jurnal biologi terbaik, hingga tingkat yang sama, menanggung dakwaan “pemalsuan”, karena semua gambar itu tidak pasti, banyak sedikitnya sudah diubah-ubah, diatur dan dirancang. 48

    Jurnal ilmiah Science edisi 5 September, 1997, menerbitkan artikel yang mengungkapkan bahwa gambar embrio Haeckel adalah hasil penipuan. Tuisan itu, yang diberi judul “Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered” (Embrio-Embrio Haeckel: Pemalsuan yang Terungkap Lagi) menyatakan berikut ini:

    Kesan yang diberikan [oleh gambar-gambar Haeckel], yang menyatakan bahwa semua embrio itu persis sama, adalah salah, ungkap Michael Richardson, seorang ahli embriologi di Fakultas Kedokteran St. George’s di London… Demikianlah, ia dan rekan-rekannya melakukan sendiri suatu penelitian pembandingan, memeriksa ulang dan memotret beberapa embrio, yang berasal dari spesies dan umur yang kira-kira setara dengan gambar Haeckel. Nyatalah bahwa semua embrio itu “seringkali tampak benar-benar berbeda luar biasa”, lapor Richardson dalam Anatomy and Embryology, terbitan bulan Agustus.49

    Science, 5 September 1997

    Kemudian, dalam artikel yang sama ini, informasi berikut ini terungkap:

    Haeckel tidak saja menambah dan mengurangi sejumlah bagian, lapor Richardson dan rekan-rekannya, tetapi ia juga memalsukan ukurannya untuk melebih-lebihkan kesamaan di antara spesies, meskipun terdapat perbedaan ukuran sebesar 10 kali. Terlebih, Haeckel menyamarkan perbedaan dengan cara tidak menyebutkan nama spesies dalam banyak kasus, seakan-akan satu contoh saja sudah benar-benar cukup untuk mewakili satu kelompok hewan secara keseluruhan. Nyatanya, Richardson dan rekan-rekannya mencermati, bahkan embrio hewan dari jenis-jenis yang erat hubungannya sekali pun, misalnya ikan, agak berlainan dalam rupa serta jalur perkembangannya. “[Gambar-gambar Haeckel] ini tampaknya sedang menjadi salah satu pemalsuan paling terkenal dalam biologi,” Richardson menyimpulkan. 50

    Patut dicatat, walaupun pemalsuan Haeckel ini sudah terungkap tahun 1901, selama hampir satu abad gambar tersebut masih terus ditampilkan dalam berbagai terbitan evolusionis, seakan-akan merupakan hukum ilmiah yang sudah terbukti. Dengan mengedepankan ideologi mereka daripada ilmu pengetahuan, mereka yang menganut keyakinan evolusionis secara tak sadar telah menyatakan pesan penting: Evolusi bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan dogma yang terus mereka coba pertahankan, walaupun fakta ilmiah membuktikan sebaliknya.

    ===============================

    1. G. G. Simpson, W. Beck, An Introduction to Biology, Harcourt Brace and World, New York, 1965, p. 241
    2. Ken McNamara, “Embryos and Evolution,” New Scientist, vol. 12416, 16 October 1999, (emphasis added)
    3. Keith S. Thompson, “Ontogeny and Phylogeny Recapitulated,” American Scientist, vol. 76, May/June 1988, p. 273
    4. Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, Ticknor and Fields, New York, 1982, p. 204
    5. Elizabeth Pennisi, “Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered,” Science, 5 September,
    6. Elizabeth Pennisi, “Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered,” Science, 5 September, (emphasis added)
     
  • erva kurniawan 1:37 am on 21 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (7) 

    ArchaeopteryxRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (7)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Pernyataan Bahwa Dinosaurus Berevolusi Menjadi Burung Adalah Mitos Tidak Ilmiah?

    Teori evolusi adalah sebuah dongeng yang diciptakan berdasarkan harapan bahwa yang mustahil akan menjadi kenyataan. Dalam cerita ini, burung menempati tempat yang istimewa. Dibandingkan semua yang ada, burung memiliki organ luar biasa, yakni sayap. Selain istimewa dari segi struktural, sayap burung juga menakjubkan dari segi fungsinya. Begitu menakjubkan, sehingga selama beribu-ribu tahun, umat manusia memiliki cita-cita untuk bisa terbang, dan beribu-ribu ilmuwan dan peneliti berupaya untuk menirunya. Meskipun sejumlah upaya sangat sederhana pernah dikerahkan, barulah pada abad ke-dua puluh, manusia berhasil membuat mesin yang mampu terbang. Burung sudah melakukan hal ini – yang oleh manusia baru terwujud melalui akumulasi teknologi selama beratus-ratus tahun – sejak jutaan tahun yang lalu, sejak burung tercipta. Lagi pula, anak burung dapat memiliki kemampuan untuk terbang setelah mencobanya beberapa kali saja. Banyak sifat-sifat burung yang begitu sempurna, sehingga tak mungkin disaingi oleh teknologi paling modern sekali pun.

    Gagasan “dinosaurus menumbuhkan sayap saat berusaha menangkap serangga yang terbang” bukanlah suatu lelucon, melainkan sebuah teori yang menurut kaum evolusionis amat ilmiah. Contoh ini sudah cukup untuk menunjukkan seberapa serius kita harus menanggapi kaum evolusionis

    Teori evolusi bersandar pada komentar-komentar berprasangka dan pemutarbalikkan kebenaran untuk menjelaskan kemunculan makhluk hidup dan seluruh keberagamannya. Apabila sudah menyangkut makhluk hidup seperti burung, ilmu pengetahuan pun sepenuhnya disingkirkan, dan diganti dengan kisah fantasi evolusionis. Alasan dari semua ini adalah sejenis makhluk yang oleh kaum evolusionis dinyatakan sebagai nenek moyang dari burung. Teori evolusi menandaskan bahwa nenek moyang dari burung adalah dinosaurus, anggota kelompok reptil. Pernyataan ini memunculkan dua pertanyaan yang harus dijawab. Pertama, “bagaimana dinosaurus mulai menumbuh-kembangkan sayap?” Kedua, “mengapa tidak ada jejak prekembangan semacam itu dalam catatan fosil?”

    Berkenaan dengan bahasan tentang bagaimana dinosaurus berubah menjadi burung, para evolusionis telah lama memperdebatkannya, dan mengajukan dua teori. Yang pertama adalah teori “kursorial”. Menurut teori ini, dinosaurus berubah menjadi burung dengan cara melompat dari tanah ke udara. Adapun para pendukung teori kedua tidaklah sependapat dengan teori kursorial ini. Mereka berkata, mustahil dinosaurus berubah menjadi burung dengan cara demikian. Menurut teori kedua ini, dinosaurus yang hidup di dahan pepohonan berubah menjadi burung karena berusaha melompat dari dahan ke dahan. Ini biasa disebut sebagai teori “arboreal”. Bagaimana dinosaurus bisa melompat ke udara? Jawabannya sudah tersedia: “Karena mencoba menangkap serangga terbang.”

    Akan tetapi, kita harus ajukan pertanyaan berikut ini kepada mereka yang berkata bahwa sebuah sistem penerbangan beserta sayapnya dapat muncul pada tubuh seekor dinosaurus: Bagaimanakah sistem terbang pada seekor lalat – yang jauh lebih efisien daripada helikopter yang kemudian dibentuk mengikuti sistem terbang pada lalat – terbentuk? Anda akan pahami bahwa kaum evolusionis tak memiliki jawabannya. Sudah pasti teramat tidak masuk akal bahwa suatu teori yang tak sanggup menjelaskan sistem terbang pada makhluk sekecil lalat, akan sanggup menjelaskan proses perubahan dinosaurus menjadi burung.

    Karena itulah, para ilmuwan yang berpikir secara benar pun sepakat, bahwa satu-satunya segi ilmiah pada teori tersebut adalah nama-nama yang berbahasa Latin. Pada intinya, munculnya kemampuan terbang hewan reptil hanyalah khayalan.

    Kaum evolusionis, yang berpendapat bahwa dinosaurus berubah menjadi burung, haruslah mampu memperoleh buktinya dalam catatan fosil. Jika dinosaurus memang berubah menjadi burung, harus terdapat makhluk setengah burung-setengah dinosaurus yang hidup di masa lampau, serta meninggalkan jejaknya dalam catatan fosil. Sudah bertahun-tahun lamanya, para evolusionis menyatakan bahwa seekor burung yang disebut “Archaeopteryx” merupakan bukti transisi tersebut. Akan tetapi pernyataan ini tak lain adalah sebuah penipuan besar.

    ArchaeopteryxPenipuan Tentang Archaeopteryx

    Archaeopteryx, makhluk yang dianggap sebagai nenek moyang burung modern oleh para evolusionis, hidup sekitar 150 juta tahun silam. Menurut teori ini, ada sejenis dinosaurus berukuran kecil, misalnya Velociraptors dan Dromaesaurs, yang berevolusi, yaitu menumbuhan sayap dan lalu mulai terbang. Jadi, Archaeopteryx dianggap sebagai bentuk peralihan, yang muncul dari dinosaurus – nenek moyangnya – lalu mulai terbang untuk pertama kalinya.

    Tetapi, kajian terakhir atas fosil Archaeopteryx menunjukkan bahwa penjelasan ini tidak memiliki dasar ilmiah. Archaeopteryx bukan bentuk peralihan, melainkan spesies burung yang sudah punah, yang tidak jauh berbeda dengan burung modern.

    Hingga beberapa waktu yang lalu, pendapat bahwa Archaeopteryx adalah “setengah burung” yang belum sanggup terbang sempurna merupakan pandangan yang umum diterima di kalangan kaum evolusionis. Tiadanya tulang dada atau sternum pada makhluk ini, dianggap sebagai bukti terpenting bahwa kemampuan terbangnya tidak sempurna. (Sternum adalah tulang tempat menempel otot-otot untuk terbang, yang terletak di bawah toraks. Di zaman sekarang, tulang dada terdapat pada semua jenis burung, baik yang dapat terbang maupun tidak, bahkan terdapat juga pada kelelawar, yang tergolong mamalia terbang.)

    Akan tetapi, fosil Archaeopteryx ketujuh, yang ditemukan tahun 1992, menjadi bukti penentang argumen tadi. Alasannya adalah, dalam fosil yang baru saja ditemukan ini, terdapat tulang dada yang selama ini dianggap tak ada oleh kaum evolusionis. Dalam jurnal Nature, fosil ini digambarkan sebagai berikut:

    Spesimen Archaeopteryx yang baru saja ditemukan menampakkan tulang sternum yang berbentuk persegi, yang sudah lama diperkirakan ada, tetapi belum pernah didokumentasikan. Ini menjadi tanda akan kekuatan otot terbangnya, walaupun kemampuan terbang-jauhnya masih dipertanyakan. 30

    Penemuan ini meruntuhkan tiang utama yang melandasi pernyataan bahwa Archaeopteryx adalah makhluk setengah burung, yang tak mampu terbang sempurna.

    Lagi pula, struktur bulu burung ini merupakan salah satu bukti terpenting bahwa Archaeopteryx adalah burung sejati yang dapat terbang. Struktur bulu Archaeopteryx, yang tidak simetris, tidak bisa dibedakan dari bulu burung zaman modern. Ini menandakan bahwa burung ini benar-benar bisa terbang. Seperti kata ahli paleontologi ternama, Carl O. Dunbar, “Dilihat dari bulunya, jenis [Archaeopteryx] jelas termasuk kelompok burung.” 31

    Ahli paleontologi Robert Carroll menjelaskan hal ini lebih lanjut:

    Geometri bulu yang berfungsi untuk terbang pada Archaeopteryx adalah sama persis dengan bulu burung modern yang dapat terbang, sedangkan bulu pada unggas yang tak bisa terbang adalah simetris. Pola yang dengannya bulu-bulu tersebut tersusun pada sayapnya juga masih termasuk dalam kelompok burung modern… Menurut Van Tyne dan Berger, bentuk dan ukuran relatif sayap Archaeopteryx serupa dengan yang ada pada burung yang biasa menembus rapatnya pepohonan, misalnya burung unggas yang sudah didomestikasi, merpati, burung rawa, burung pelatuk, dan kebanyakan burung layang… Bulu yang berfungsi untuk terbang ini telah berada dalam keadaan yang sama selama sedikitnya 150 juta tahun … 32

    Fakta lain yang terungkap lewat struktur bulu Archaeopteryx adalah metabolismenya yang tergolong berdarah panas. Seperti telah dibahas tadi, reptil dan – walaupun ada pendapat kaum evolusionis yang menentang ini – dinosaurus tergolong hewan berdarah dingin, yang suhu tubuhnya berubah tergantung suhu lingkungan. Lain halnya pada hewan berdarah panas, yang suhu tubuhnya diatur secara homeostatis (tidak bergantung pada suhu lingkungan di luar tubuh – penerj.). Fungsi bulu burung yang amat penting adalah pemeliharaan suhu tubuh yang senantiasa tetap. Fakta bahwa Archaeopteryx memiliki bulu membuktikan bahwa makhluk ini adalah burung sejati berdarah panas yang perlu menjaga panas tubuhnya; tidak demikian halnya pada dinosaurus.

    The Archaeopteryx is the earliest known bird ever to have been found. It lived during the Upper Juassic period about 147 million years ago. It had clawed fingers, wings and toothed jaws - part dinosaur, part bird.

    Anatomi Archaeopteryx Dan Kesalahan Kaum Evolusionis

    Kajian anatomi Archaeopteryx mengungkapkan bahwa hewan ini sudah memiliki kemampuan terbang yang lengkap sempurna, seperti burung modern. Usaha mencari kemiripan antara Archaeopteryx dengan reptil adalah tidak berdasar sedikit pun.

    Terdapat dua hal yang menjadi landasan kaum evolusionis dalam menyatakan bahwa Archaeopteryx adalah bentuk peralihan, yaitu adanya cakar pada sayap dan giginya.

    Memang benar bawa Archaeopteryx memiliki cakar pada sayapnya, dan gigi dalam paruhnya. Tapi kedua ciri ini tidak berarti Archaeopteryx berkerabat dengan reptilia. Di samping itu, terdapat dua spesies burung masa kini, touraco dan hoatzin, yang juga memiliki cakar pada sayapnya yang digunakan untuk bertengger pada dahan pohon. Kedua makhluk ini adalah burung seutuhnya, tanpa ciri-ciri reptil. Karenanya, adalah sama sekali tidak berdasar untuk mengatakan bahwa Archaeopteryx adalah bentuk peralihan, hanya karena sayapnya bercakar.

    Gigi yang terdapat dalam paruh Archaeopteryx bukanlah pula tanda bahwa burung ini adalah makhluk transisi. Kaum evolusionis telah keliru ketika menyatakan bahwa gigi-gigi tersebut adalah ciri khas yang berasal dari reptil. Hal ini disebabkan gigi bukanlah ciri khas reptil. Di zaman sekarang, terdapat reptil yang bergigi, dan ada pula yang tidak. Lagi pula, Archaeopteryx bukanlah satu-satunya burung yang bergigi. Memang benar, di masa kini tidak ada lagi burung yang bergigi. Namun, dalam catatan fosil, tampak bahwa di masa hidup Archaeopteryx dan di masa sesudahnya, dan bahkan hingga belum lama ini, terdapat sekelompok burung yang dapat digolongkan sebagai “burung bergigi”.

    Hal terpenting di sini adalah, struktur gigi Archaeopteryx dan burung bergigi lainnya sama sekali berbeda dengan struktur gigi dinosaurus, yang dianggap sebagai nenek moyang hewan jenis burung. Ahli ornitologi ternama, L. D. Martin, J. D. Stewart, dan K. N. Whetstone, mengamati bahwa pada Archaeopteryx dan burung sejenis lainnya, terdapat gigi yang tidak bergerigi, bagian bawahnya menyempit, dan akarnya melebar. Sedangkan pada dinosaurus theropoda, yang dinyatakan sebagai nenek moyang burung, terdapat gigi yang bergerigi dan berakar lurus.33 Para peneliti ini juga membandingkan tulang pergelangan kaki Archaeopteryx dengan dinosaurus. Dilaporkan bahwa tak ada kesamaan antara keduanya.34

    Penelitian para ahli anatomi seperti S. Tarsitano, M. K. Hecht, dan A. D. Walker, telah mengungkapkan adanya salah tafsir pada pernyataan John Ostrom – ahli terkemuka di bidang ini, yang berpendapat bahwa Archaeopteryx berevolusi dari dinosaurus – serta ahli lainnya yang melihat kesamaan antara tungkai kaki Archaeopteryx dan dinosaurus.35 Sebagai contohnya, A. D. Walker telah melakukan analisis bagian telinga Archaeopteryx, dan menemukan bahwa keadaannya adalah amat serupa dengan burung modern. 36

    Dalam bukunya, Icons of Evolution, ahli biologi Amerika Jonathan Wells berkomentar bahwa Archaeopteryx telah dijadikan sebuah lambang penting dari teori evolusi. Padahal, bukti-bukti menunjukkan bahwa makhluk tersebut bukanlah nenek moyang primitif dari burung. Menurut Wells, salah satu buktinya adalah dinosaurus theropoda – yang dianggap sebagai nenek moyang Archaeopteryx- – sebenarnya lebih muda daripada Archaeopteryx: “Reptil berkaki dua yang berlari di muka bumi, dan memiliki ciri-ciri yang diperkirakan terdapat pada nenek moyang Archaeopteryx, baru muncul sesudahnya.”37

    Semua penemuan ini menjadi pertanda bahwa Archaeopteryx bukanlah mata rantai transisi, melainkan hanya sejenis burung yang dapat digolongkan sebagai “burung bergigi”. Menghubungkan makhluk ini dengan dinosaurus theropoda sama sekali tidak absah. Dalam artikel berjudul “The Demise of the ‘Birds Are Dinosaurs’ Theory” (Gugurnya Teori “Burung adalah Dinosaurus”), ahli biologi Amerika Richard L. Deem menulis tentang pernyataan evolusi burung-dinosaurus dan Archaeopteryx:

    Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa tangan dinosaurus theropoda berasal dari digit (bakal jari -terj.) I, II, dan III, sedangkan sayap burung, walaupun strukturnya tampak mirip, berasal dari digit II, III, dan IV… Terdapat sejumlah kesulitan lain yang mengganjal teori “burung adalah dinosaurus” ini. Tungkai depan theropoda jauh lebih kecil (relatif terhadap ukuran tubuh) daripada tungkai sayap Archaeopteryx. “Bakal sayap” yang kecil pada theropoda tidaklah begitu meyakinkan, terutama mengingat tubuh dinosaurus tersebut cukup berat. Hewan theropoda umumnya tidak memiliki tulang pergelangan tangan berbentuk sabit, dan memiliki sejumlah bagian penyusun pergelangan yang tidak memiliki homologi dengan tulang-tulang Archaeopteryx. Selain itu, hampir pada seluruh hewan theropoda, saraf VI keluar dari tempurung otak melalui samping, bersama-sama beberapa saraf lainnya; sedangkan pada burung, saraf VI keluar dari depan tempurung otak, melalui lubangnya tersendiri. Di samping itu, terdapat pula masalah kecil: sebagian besar jenis theropoda muncul setelah Archaeopteryx. 38

    Sekali lagi, fakta-fakta tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa Archaeopteryx maupun burung-burung purba lainnya yang sejenis bukanlah makhluk peralihan. Catatan fosil tidak menunjukkan bahwa berbagai spesies burung mengalami evolusi dari satu jenis ke jenis lainnya. Sebaliknya, catatan fosil membuktikan, burung-burung jenis modern di masa kini dan beberapa jenis burung purba seperti Archaeopteryx pernah hidup dalam satu zaman. Memang benar bahwa sebagian dari burung purba seperti Archaeopteryx dan Confuciusornis telah punah, tetapi fakta bahwa hanya sebagian saja dari spesies-spesies yang dulu pernah hidup bisa bertahan hingga masa kini tidak berarti dengan sendirnya mendukung teori evolusi.

    Burung-UntaBukti Terbaru: Kajian Atas Burung Unta Menggugurkan Cerita Burung-Dino

    Dr. Alan Feduccia

    Pukulan baru bagi pernyataan teori “burung berevolusi dari dinosaurus” datang dari penelitian embriologi burung unta. Dr. Alan Feduccia dan Dr. Julie Nowicki dari Universitas North Carolina di Chapel Hill, telah meneliti beberapa butir telur burung unta yang hidup, dan lagi-lagi menghasilkan kesimpulan bahwa tidak ada kaitan evolusi antara burung dan dinosaurus. Sebuah portal ilmiah bernama EurekAlert, yang dikelola oleh American Association for the Advancement of Science, (AAAS) melaporkan:

    Dr. Alan Feduccia dan Dr. Julie Nowicki dari Universitas North Carolina (UNC) di Chapel Hill… membuka beberapa butir telur burung unta yang hidup, dan menemukan hal yang mereka yakini sebagai bukti bahwa burung tak mungkin merupakan keturunan dinosaurus…

    Apa pun yang menjadi nenek moyang unggas di masa lalu, makhluk it pastilah berjari lima, dan bukan tangan berjari tiga seperti dinosaurus theropoda,” kata Feduccia … “Para ilmuwan sepakat, bahwa dinosaurus memperoleh tangan dengan jari kesatu, kedua dan ketiga… Penelitian kami atas embrio burung unta menunjukkan secara meyakinkan bahwa pada unggas, yang berkembang hanyalah jari kedua, ketiga dan keempat, yang pada manusia setara dengan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis, dan kami punya foto-foto sebagai buktinya,” kata Feduccia, dosen dan mantan ketua jurusan biologi di UNC. “Ini memunculkan masalah baru bagi mereka yang bersikeras menyatakan bahwa dinosaurus adalah nenek moyang dari burung modern. Sebagai contohnya, bagaimana ‘tangan’ unggas yang berjari kedua, ketiga dan keempat, berevolusi jadi jari kesatu, kedua dan ketiga? Ini dapat dikatakan mustahil.”39

    Dalam laporan yang sama, Dr. Feduccia juga memberi ulasan penting atas ketidakabsahan – serta kedangkalan – teori “burung berevolusi dari dinosaurus”:

    “Terdapat permasalahan-permasalahan yang mustahil dipecahkan dengan teori itu,” katanya [Dr. Feduccia]. “Selain hasil penelitian kami, terdapat juga masalah penentuan zaman. Makhluk yang sekilas mirip dinosaurus-burung itu hidup sekitar 25 juta hingga 80 juta tahun setelah munculnya burung tertua, yaitu 150 juta tahun yang silam.”

    “Jika seseorang melihat kerangka ayam dan kerangka dinosaurus dengan menggunakan teropong, keduanya akan tampak serupa. Tetapi, pemeriksaan yang lebih dekat dan teliti mengungkapkan banyak perbedaan,” kata Feduccia. “Dinosaurus theropoda, misalnya, memiliki gigi yang bergerigi dan melengkung. Tetapi burung-burung yang ada pertama kali mempunyai gigi lurus, tak bergerigi, dan menyerupai paku. Kedua jenis hewan ini juga berbeda dalam proses pertumbuhan dan pergantian gigi.”40

    Bukti ini mengungkapkan, bahwa “dino-bird” (burung-dinosaurus) hanyalah sekadar lambang atau ikon Darwinisme: sebuah mitos yang dipertahankan hanya demi keyakinan dogmatis atas teori tersebut.

    sinosauropteryx_primaFosil Burung-Dinosaurus Palsu Ciptaan Kaum Evolusionis

    Sebuah fosil Sinosauropteryx.

    Dengan runtuhnya pernyataan evolusionis dalam hal fosil burung purba Archaeopteryx, teori evolusi kini menghadapi jalan buntu mengenai asal-usul burung. Karena itu, sebagian kaum evolusionis terpaksa menggunakan cara klasik – pemalsuan. Di tahun 1990-an, beberapa kali diberitakan kepada masyarakat bahwa “fosil makhluk setengah-burung dan setengah-dinosaurus telah ditemukan.” Media massa evolusionis memasang gambar-gambar makhluk yang disebut “burung dinosaurus” ini dan sebuah kampanye ke seluruh dunia pun dilancarkan. Tetapi, segera diketahui bahwa kampanye ini didasarkan pada kontradiksi dan pemalsuan.

    Tokoh pertama dalam kampanye ini adalah Sinosauropteryx, seekor dinosaurus yang ditemukan di Cina pada tahun 1996. Fosil itu diperkenalkan ke seluruh dunia sebagai “dinosaurus berbulu burung”, dan ditampilkan sebagai berita utama. Akan tetapi, pengkajian terperinci di bulan-bulan berikutnya mengungkapkan bahwa struktur yang digembar-gemborkan oleh kaum evolusionis sebagai “bulu burung” sebenarnya adalah bukan bulu burung.

    Inilah penyajian berita itu dalam artikel berjudul Plucking the Feathered Dinosaur dalam jurnal Science:

    Tipuan Dinosaurus Dalam Media Evolusionis …

    Majalah National Geographic menampilkan gambar “burung-dino” seperti ini di tahun 1999, dan menyajikannya ke seluruh dunia sebagai bukti evolusi. Dua tahun kemudian diketahui, bahwa sumber yang mengilhami gambar ini, Archaeoraptor, adalah kebohongan ilmiah.

    Tepat satu tahun silam, para ahli paleontologi sibuk memperbincangkan foto yang disebut “dinosaurus berbulu burung”, yang diedarkan di ruang pertemuan tahunan Perhimpunan Paleontologi Vertebrata. Spesimen Sinosauropteryx dari Formasi Yixian di negeri Cina menempati halaman depan The New York Times, dan dianggap oleh sebagian kalangan sebagai bukti bahwa dinosaurus merupakan asal-usul dari burung. Tapi pada pertemuan paleontologi vertebrata tahun ini, di Chicago bulan lalu, kesimpulannya agak lain: Struktur itu bukanlah bulu burung modern, kata sekitar selusin ahli paleontologi Barat yang telah menyaksikan spesimen itu … ahli paleontologi Larry Martin dari Universitas Kansas, Lawrence, berpendapat bahwa struktur tersebut adalah serat kolagen yang terurai lepas di bawah kulit – jadi, tak ada kaitannya sama sekali dengan burung.41

    Satu lagi hiruk pikuk “burung-dino” membahana di tahun 1999. Satu lagi fosil yang ditemukan di negeri Cina ditampilkan sebagai “bukti utama evolusi”. Majalah National Geographic, sumber kampanye ini, telah membuat dan mengedarkan gambar khayal “dinosaurus berbulu burung” berdasarkan rekaan fosil itu. Di beberapa negara, gambar itu menjadi berita utama. Spesies yang dikatakan hidup 125 juta tahun yang lalu ini, segera diberi nama ilmiah Archaeoraptor liaoningensis.

    Namun, fosil itu adalah palsu dan disusun secara lihai dari lima buah spesimen terpisah. Setahun kemudian, sekelompok peneliti, tiga diantaranya ahli paleontologi, membuktikan pemalsuan itu dengan bantuan tomografi komputer sinar-X. Burung-dino itu adalah hasil rekayasa evolusionis Cina. Beberapa orang amatir negeri Cina membentuk burung-dino itu dari 88 buah tulang dan batu dengan bantuan lem dan semen. Penelitian menunjukkan, Archaeoraptor ini dibentuk dengan menggunakan bagian depan kerangka burung purba, dan tubuh serta ekornya dibentuk dari tulang empat spesimen yang berbeda.

    Artikel dalam jurnal ilmiah Nature menjelaskan pemalsuan itu sebagaimana berikut:

    Fosil Archaeoraptor diumumkan sebagai “mata rantai yang hilang” serta dianggap sebagai bukti terkuat yang mungkin, setelah Archaeopteryx, yang membuktikan bahwa unggas memang hasil evolusi dari beberapa jenis dinosaurus pemakan daging. Tetapi, Archaeoraptor terungkap sebagai sebuah pemalsuan, yang berupa gabungan sejumlah tulang yang berasal dari burung primitif dan seekor dinosaurus dromaeosaurid yang tidak bisa terbang… Spesimen Archaeoraptor, yang dilaporkan sebagai hasil koleksi dari Formasi Jiufotang Kretasea Awal di Liaoning, diselundupkan dari negeri Cina dan lalu dijual di Amerika Serikat di pasar komersial… Kami simpulkan, bahwa Archaeoraptor terdiri dari dua spesies atau lebih, dan disusun setidaknya dari dua, mungkin lima, spesimen yang berbeda… 42

    Walaupun bisa dikatakan bahwa kaum evolusionis gagal mendukung teori mereka dengan bukti ilmiah, dalam satu hal mereka amat berhasil, yaitu propaganda. Unsur terpenting dalam propaganda ini adalah perbuatan membuat gambar palsu, yang disebut sebagai “rekonstruksi”. Dengan kuas di tangan, para evolusionis membuat makhluk-makhluk khayal; namun, fakta bahwa gambar-gambar ini tidak didukung oleh keberadaan fosil-fosil yang sesuai memunculkan persoalan serius bagi mereka.

    Jadi, bagaimana mungkin National Geographic bisa menyajikan pemalsuan ilmiah besar-besaran ke seluruh dunia sebagai “bukti utama kebenaran evolusi”? Jawabannya terselubung dalam khayalan evolusioner di kalangan redaksi majalah itu. National Geographic secara membabi-buta mendukung Darwinisme, dan tak ragu menggunakan alat propaganda apa pun yang dianggapnya mendukung teori itu. Akhirnya majalah ini tersangkut dalam “skandal manusia Piltdown” kedua.

    Para ilmuwan evolusionis juga menyadari sikap fanatik National Geographic. Dr. Storrs L. Olson, kepala Departemen Ornitologi di Smithsonian Institute yang ternama, mengumumkan bahwa sebelumnya ia telah mengingatkan bahwa fosil itu palsu. Akan tetapi, para eksekutif majalah itu tak menghiraukannya. Dalam suratnya untuk Peter Raven dari National Geographic, Olson menulis:

    Sebelum terbitnya artikel “Dinosaurus Memperoleh Sayap” dalam majalah National Geographic edisi Juli 1998, Lou Mazzatenta, fotografer untuk artikel Sloan, mengundang saya ke National Geographic Society agar melihat-lihat foto fosil-fosil Cina serta memberi komentar atas ceritanya. Saat itu, saya berupaya menekankan fakta yang mendukung kuat sejumlah sudut pandang alternatif yang ada selain dari yang hendak disajikan National Geographic. Akan tetapi, akhirnya telah menjadi jelas di hadapan saya bahwa National Geographic tidak tertarik pada apa pun selain dogma yang ada, yaitu burung adalah hasil evolusi dinosaurus.43

    Dalam pernyataan di USA Today, Olson berkata, “Masalahnya adalah, saat itu fosil tersebut telah diketahui oleh National Geographic sebagai palsu, tetapi informasi itu tidak diungkapkan.”44 Dengan kata lain, ia mengatakan bahwa National Geographic mempertahankan pemalsuan itu, walaupun tahu bahwa fosil yang sedang diberitakan olehnya sebagai bukti evolusi adalah palsu.

    Harus dijelaskan di sini, bahwa tindakan National Geographic bukanlah pemalsuan pertama demi mempertahankan teori evolusi. Banyak kejadian serupa sesudah teori itu pertama kali diajukan. Ahli biologi Jerman, Ernst Haeckel, membuat gambar embrio yang palsu untuk mendukung Darwin. Para evolusionis Inggris memasang rahang orang utan pada tengkorak kepala manusia, dan selama 40 tahun memamerkannya di British Museum sebagai “manusia Piltdown, bukti terbesar kebenaran evolusi.” Para evolusionis Amerika menampilkan “manusia Nebraska” dari sebuah gigi babi. Di seluruh dunia, gambar palsu yang disebut-sebut sebagai “rekonstruksi”, yang sebenarnya tidak pernah ada, telah dianggap sebagai “makhluk primitif” atau “manusia kera”.

    Singkat kata, kaum evolusionis telah mengulangi metode pemalsuan kasus manusia Piltdown. Mereka menciptakan sendiri bentuk peralihan yang tidak mampu mereka temukan. Dalam sejarah, peristiwa ini menunjukkan betapa propaganda internasional telah menipu demi teori evolusi, dan para evolusionis bersedia melakukan segala macam dusta demi mempertahankannya.

    ***

    1. Nature, vol. 382, August, 1, 1996, p. 401.
    2. Carl O. Dunbar, Historical Geology, John Wiley and Sons, New York, 1961, p. 310.
    3. Robert L. Carroll, Patterns and Processes of Vertebrate Evolution, Cambridge University Press, 1997, p. 280-81.
    4. L. D. Martin, J. D. Stewart, K. N. Whetstone, The Auk, vol. 97, 1980, p. 86.
    5. L. D. Martin, J. D. Stewart, K. N. Whetstone, The Auk, vol. 97, 1980, p. 86; L. D. Martin, “Origins of the Higher Groups of Tetrapods,” Ithaca, Comstock Publishing Association, New York, 1991, pp. 485-540.
    6. S. Tarsitano, M. K. Hecht, Zoological Journal of the Linnaean Society, vol. 69, 1980, p. 149; A. D. Walker, Geological Magazine, vol. 117, 1980, p. 595.
    7. A.D. Walker, as described in Peter Dodson, “International Archaeopteryx Conference,” Journal of Vertebrate Paleontology 5(2):177, June 1985.
    8. Jonathan Wells, Icons of Evolution, Regnery Publishing, 2000, p. 117
    9. Richard L. Deem, “Demise of the ‘Birds are Dinosaurs’ Theory,” http://www.yfiles.com/dinobird2.html.
    10. “Scientist say ostrich study confirms bird ‘hands’ unlike these of dinosaurs,” http://www.eurekalert.org/pub_releases/2002-08/uonc-sso081402.php
    11. “Scientist say ostrich study confirms bird ‘hands’ unlike these of dinosaurs,” http://www.eurekalert.org/pub_releases/2002-08/uonc-sso081402.php
    12. Ann Gibbons, “Plucking the Feathered Dinosaur,” Science, vol. 278, no. 5341, 14 November 1997, pp. 1229 – 1230
    13. “Forensic Palaeontology: The Archaeoraptor Forgery,” Nature, March29, 2001
    14. Storrs L. Olson “OPEN LETTER TO: Dr. Peter Raven, Secretary, Committee for Research and Exploration, National Geographic Society Washington, DC 20036,” Smithsonian Institution, November 1, 1999
    15. Tim Friend, “Dinosaur-bird link smashed in fossil flap,” USA Today, 25 January 2000, (emphasis added)
     
  • erva kurniawan 1:29 am on 20 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (5) 

    15apple emojiRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (5)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa Adanya Beragam Ras Bukan Bukti Kebenaran Evolusi?

    Terdapat sejumlah evolusionis yang berusaha mengajukan keragaman ras sebagai bukti kebenaran evolusi. Pada kenyataannya, pernyataan ini sebenarnya lebih sering dikeluarkan oleh para evolusionis amatir dengan pemahaman yang kurang memadai atas teori yang mereka dukung tersebut.

    Manusia pertama memiliki bahan genetis yang mengandung semua sifat dan ciri berbagai ras. Bagian tertentu bersifat dominan pada masyarakat yang berbeda-beda. Dengan demikian, terbentuklah ras manusia.

    Tesis yang diajukan oleh pendukung pernyataan itu didasarkan atas pertanyaan, “Jika, seperti dikatakan sumber-sumber agama samawi, kehidupan memang diawali oleh seorang lelaki dan seorang perempuan, mengapa beragam ras muncul?” Dengan kata lain, maksud pertanyaan itu adalah, “Karena tinggi badan, warna kulit, serta ciri fisik lain pada Adam dan Hawa hanyalah ciri fisik dua orang saja, mengapa berbagai ras dengan ciri fisik yang sama sekali berlainan dapat muncul?”

    Sebenarnya, yang menjadi dasar semua pertanyaan atau sangkalan itu adalah kurangnya pengetahuan tentang hukum-hukum genetika, atau ketidakperdulian mereka atas ilmu tersebut. Agar kita dapat memahami penyebab keragaman ras di dunia kini, kita harus lebih dahulu memahami “variasi”, suatu pokok bahasan yang terkait erat dengan pertanyaan ini.

    Variasi adalah sebuah istilah dalam ilmu genetika, yaitu peristiwa genetis yang menyebabkan timbulnya perbedaan ciri-ciri satu atau sekelompok individu dalam suatu jenis atau spesies tertentu. Sumber variasi adalah informasi genetis yang dimiliki individu dalam spesies itu. Sebagai akibat perkawinan antar individu, informasi genetis itu bergabung dalam berbagai kombinasi pada generasi berikutnya. Terjadi pertukaran materi genetis antara kromosom ayah dan kromosom ibu. Jadi, gen saling bercampur-baur. Hasilnya, terdapat ciri-ciri individual yang sangat beragam.

    Ciri-ciri fisik yang berbeda antar-ras manusia yang berbeda ditimbulkan oleh variasi yang terdapat dalam ras manusia. Semua orang di muka bumi memiliki informasi genetis yang pada dasarnya sama, namun ada yang bermata sipit, ada yang berambut merah, ada yang berhidung mancung, ada yang bertubuh pendek, tergantung sejauh mana potensi variasi informasi genetis ini.

    Agar kita memahami potensi variasi ini, cobalah bayangkan sebuah masyarakat di mana kelompok individu berambut coklat dan bermata coklat lebih dominan, dibandingkan individu-individu berambut pirang dan bermata biru. Lama-kelamaan, sebagai hasil dari perbauran dan pernikahan silang, dihasilkan keturunan berambut coklat dan bermata biru.

    Dengan perkataan lain, ciri fisik kedua kelompok itu akan bergabung dalam keturunan berikutnya dan menghasilkan penampilan baru. Bila kita bayangkan ciri fisik lainnya pun berpadu seperti itu, sangatlah jelas bahwa akan muncul variasi yang sangat beragam.

    Hal penting yang harus dipahami di sini adalah: Setiap ciri fisik ditentukan oleh dua buah gen. Salah satu gen mungkin lebih dominan, atau keduanya sama kuat. Contohnya, ada sepasang gen yang menentukan warna mata seseorang – satu gen dari ibu dan satunya lagi dari ayah. Warna mata orang tersebut ditentukan oleh gen yang dominan. Pada umumnya, warna gelap lebih dominan daripada warna terang. Jadi, bila seseorang memiliki gen mata coklat dan gen mata biru, maka warna matanya akan coklat, karena yang dominan adalah gen warna mata coklat. Namun gen yang bersifat resesif tetap diturunkan, dan mungkin muncul pada masa (generasi – terj.) selanjutnya. Dengan kata lain, pasangan ayah dan ibu yang keduanya bermata coklat dapat memperoleh anak bermata hijau. Hal ini disebabkan karena gen warna tersebut bersifat resesif dan terdapat pada kedua orangtua.

    Kaidah ini berlaku juga untuk ciri-ciri fisik lain beserta gen-gen pengaturnya. Ratusan, bahkan ribuan ciri fisik, seperti telinga, hidung, bentuk mulut, tinggi badan, struktur tulang, dan struktur, bentuk serta sifat dari sebuah organ, kesemuanya diatur dengan cara yang serupa. Berkat hal ini, informasi tak terhingga yang terdapat di dalam struktur genetis dapat diturunkan ke generasi berikutnya, tanpa harus tampak dari luar. Adam, manusia pertama, dan Hawa, mampu menurunkan informasi yang kaya dalam struktur genetis mereka kepada keturunan mereka, walau yang tampak dari luar hanya sebagian saja. Isolasi geografis yang terjadi sepanjang sejarah manusia telah mengakibatkan ciri-ciri fisik tertentu terkumpul dalam suatu kelompok. Lama-kelamaan, masing-masing kelompok memiliki ciri tubuh yang khas, misalnya struktur tulang, warna kulit, tinggi badan, dan volume tengkorak kepala. Akhirnya, terbentuklah beragam ras.

    Akan tetapi, tentunya waktu yang panjang tidak akan merubah satu hal. Tak menjadi soal, apa pun tinggi, warna kulit dan volume otak, seluruh ras adalah bagian dari spesies manusia.

     
  • erva kurniawan 1:46 am on 19 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (4) 

    Cabang-Cabang Ilmu BiologiRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (4)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Mengapa teori evolusi bukanlah “dasar ilmu biologi”?

    Para evolusionis seringkali mengulang sebuah dusta yang menyatakan bahwa teori evolusi merupakan dasar ilmu hayat atau biologi… Mereka berkata bahwa biologi tak akan berkembang -bahkan tak akan ada- tanpa teori evolusi. Pernyataan ini sebenarnya tumbuh dari demagogy (langkah memenangkan simpati dengan cara menggugah emosi masyarakat – penerj.) yang disebabkan oleh rasa putus asa. Filsuf Profesor Arda Denkel, seorang tokoh terkemuka dalam dunia ilmu pengetahuan Turki, bertutur sebagai berikut:

    Selama masa pemerintahan Stalin di Uni Soviet, semua penelitian ilmiah harus sesuai dengan “materialisme dialektis”. Mereka yang beranggapan bahwa Darwinisme adalah dasar biologi sesungguhnya memiliki mentalitas dogmatis yang sama.

    Misalnya, adalah salah bila beranggapan “Menolak teori evolusi berarti sama dengan menolak ilmu biologi dan geologi serta penemuan di bidang fisika dan kimia.” Sebab, sebelum inferensi semacam itu dibuat (di sini, a modus tollens), terlebih dahulu harus ada sejumlah pengajuan penemuan di bidang biologi, geologi, kimia dan fisika, yang menyiratkan teori evolusi. Akan tetapi, berbagai penemuan atau pernyataan di bidang ilmu tersebut tidaklah menyiratkan kebenaran teori evolusi. Karena itu, hal-hal tersebut tidak membuktikan evolusi. 23

    Ditinjau dari sudut sejarah ilmu pengetahuan pun, sudah langsung jelas bahwa pernyataan ini – bahwa “evolusi adalah dasar ilmu biologi” – amatlah tidak absah, dan tak masuk akal. Jika pernyataan ini benar, artinya sebelum teori evolusi muncul, tentu di dunia ini tidak ada cabang-cabang ilmu biologi. Namun kenyataannya, banyak cabang biologi yang sudah ada dan berkembang sebelum munculnya teori evolusi – misalnya saja anatomi, fisiologi, dan paleontologi. Sebaliknya, evolusi adalah hipotesa yang muncul sesudahnya, dan oleh kaum Darwinis dipaksakan kepada masyarakat.

    Di Uni Soviet semasa pemerintahan Stalin, digunakan sebuah metode yang mirip dengan metode kaum evolusionis. Di masa itu, komunisme yang menjadi ideologi resmi Uni Soviet, menganggap bahwa “materialisme dialektik” adalah dasar setiap ilmu. Perintah Stalin adalah semua penelitian ilmiah harus sesuai dengan materialisme dialektik. Jadi, dalam semua buku tentang biologi, kimia, fisika, sejarah dan politik, bahkan kesenian, harus tercantum pengantar yang mengaitkan ilmu dengan materialisme dialektik serta pandangan Marx, Engels, dan Lenin.

    Namun, seiring runtuhnya Uni Soviet, kewajiban itu pupus. Buku pun kembali menjadi naskah ilmiah teknis yang berisi informasi yang sama. Dengan meninggalkan omong kosong seperti materialisme dialektik, ilmu pengetahuan tidaklah rugi. Justru, hal ini lebih meringankan tekanan dan kewajiban-kewajiban yang dikenakan kepadanya.

    Kini, tidak ada alasan mengapa ilmu pengetahuan harus tetap terikat pada teori evolusi. Ilmu pengetahuan adalah didasarkan pada pengamatan dan percobaan. Evolusi, sebaliknya, adalah sebuah hipotesa tentang masa silam yang tidak teramati. Lebih daripada itu, pernyataan dan pengajuan oleh teori ini selalu digugurkan oleh bukti ilmiah dan kaidah logika. Tentu, ilmu pengetahuan tidak akan rugi bila hipotesis ini ditinggalkan.

    Ahli biologi Amerika G. W. Harper berkata tentang ini:

    Sering dinyatakan bahwa Darwinisme amatlah penting bagi biologi modern. Sebaliknya, jika semua rujukan Darwinisme mendadak lenyap, pada dasarnya biologi tidak akan berubah… 24

    Kenyataannya bahkan sebaliknya, ilmu pengetahuan akan maju dengan lebih sehat dan lebih cepat, bila terbebaskan dari paksaan sebuah teori yang penuh dogmatisme, praduga, dusta, dan isi yang dibuat-buat.

    ***

    23.Arda Denkel, Cumhuriyet Bilim Teknik Eki (Bagian iptek pada surat kabar Cumhuriyet di Turki), 27 Februari, 1999

    1. G. W. Harper, “Alternatives to Evolution,” School Science Review, volume 61, September 1979, hal. 2648. 49.
     
  • erva kurniawan 1:35 am on 18 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (3) 

    jejak kakiRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (3)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Berapakah usia ummat manusia di bumi ini? Mengapa ini bukan faktor pendukung teori evolusi?

    Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan kapan manusia pertama kali muncul di Bumi, kita harus meninjau kembali catatan fosil. Catatan ini menunjukkan bahwa umat manusia di bumi sudah berusia jutaan tahun. Penemuan ini terdiri atas kerangka dan tengkorak kepala manusia, dan jejak peninggalan berbagai bangsa yang hidup di zaman yang berbeda.

    Salah satu peninggalan manusia tertua adalah “jejak kaki” yang ditemukan oleh ahli paleontologi terkenal, Mary Leakey, tahun 1977 di daerah Laetoli, Tanzania.

    Peninggalan ini amat menghebohkan dunia ilmiah. Menurut riset, usia lapisan tempat jejak kaki ini ditemukan adalah 3,6 juta tahun. Russell Tuttle, yang menyaksikan jejak kaki itu, menulis:

    Jejak kaki itu mungkin berasal dari seorang Homo sapiens yang bertubuh kecil, tanpa alas kaki… Ciri morfologis yang dapat dikenali pada kaki makhluk yang meninggalkan jejak tersebut tak bisa dibedakan dengan kaki manusia modern. 9

    Penelitian objektif atas jejak kaki itu mengungkapkan pemilik kaki yang sebenarnya. Dua puluh buah tapak kaki itu, yang sudah menjadi fosil, berasal dari manusia modern yang berusia 10 tahun, dan 27 buah tapak kaki lainnya berasal dari manusia yang bahkan lebih muda. Kesimpulan ini dihasilkan oleh ahli paleoantropologi terkenal seperti Don Johnson dan Tim White, yang memeriksa tapak kaki penemuan Mary Leakey.

    White mengungkapkan pikirannya:

    Jangan keliru tapak kaki itu seperti berasal dari manusia modern. Jika tapak kaki itu tampak di pantai California masa kini, dan anak berusia empat tahun ditanyai tentangnya, ia akan langsung menjawab bahwa ada orang yang lewat di sana. Anak itu tak akan mampu membedakannya dengan ratusan tapak kaki lainnya yang ada di pantai. Anda juga tak akan bisa. 10

    Jejak-jejak kaki ini menyulut sebuah perdebatan penting di kalangan evolusionis. Sebab, bila mereka menerima pendapat bahwa jejak kaki itu berasal dari manusia, artinya khayalan evolusionis tentang proses peralihan dari kera menuju manusia harus gugur. Akan tetapi, di titik ini, pola pikir evolusionis yang dogmatis muncul lagi. Sekali lagi, para ilmuwan evolusionis meninggalkan cara berpikir ilmiah demi membela praduga mereka. Menurut mereka, jejak kaki di Laetoli itu berasal dari makhluk serupa kera. Russell Tuttle, satu di antara para evolusionis yang mempertahankan pernyataan ini, menulis:

    Sisa-sisa pondok batu berusia 1,7 juta tahun.

    Kesimpulannya, jejak kaki berusia 3,5 juta tahun di situs G Laetoli menyerupai jejak manusia modern yang tidak beralas kaki. Tidak ada tanda bahwa hominid Laetoli adalah biped (makhluk yang berjalan di atas dua kaki) yang lebih rendah daripada kita. Jika jejak kaki G itu tidak demikian tua usianya, kita akan mengira bahwa makhluk yang menghasilkannya adalah genus kita, Homo…. Yang pasti, kita akan mengesampingkan anggapan bahwa jejak kaki Laetoli itu berasal dari jenis Lucy, Australopithecus afarensis. 11

    Peninggalan manusia tertua lainnya adalah reruntuhan pondok batu, yang ditemukan oleh Louis Leakey tahun 1970-an di daerah Olduvai Gorge. Reruntuhan pondok itu berada pada lapisan berusia 1,7 juta tahun. Sudah diketahui bahwa struktur bangunan seperti ini, serupa dengan yang masih ada di Afrika masa kini, hanya mampu dihasilkan oleh Homo sapiens, atau dengan kata lain, manusia modern. Yang terungkap dari reruntuhan ini adalah, manusia hidup satu zaman dengan makhluk yang dianggap para evolusionis sebagai makhluk serupa kera, yang mereka anggap nenek moyangnya.

    Sebuah tulang rahang manusia berusia 2,3 juta tahun, yang ditemukan di daerah Hadar di Ethiopia, amatlah penting untuk menunjukkan bahwa manusia sudah ada di Bumi jauh lebih lama daripada yang diperkirakan para evolusionis. 12

    Majalah Discover, salah satu majalah evolusionis paling populer, di sampul muka edisi Desember 1997, memasang seraut wajah manusia berusia 800.000 tahun berdampingan dengan judul utama yang diambil dari perkataan kaum evolusionis yang terkejut, “Inikah wajah masa lalu kita?”

    Salah satu fosil manusia tertua dan paling sempurna adalah KNM-WT 1500, yang juga dikenal sebagai kerangka “Anak Turkana”. Fosil berusia 1,6 juta tahun tersebut digambarkan oleh evolusionis Donald Johanson sebagai berikut:

    Dia tinggi kurus, bentuk tubuh dan proporsi tungkainya menyerupai bangsa Afrika yang tinggal di sekitar katulistiwa zaman sekarang. Walaupun masih muda, tungkai anak ini hampir sama dengan ukuran rata-rata lelaki dewasa kulit putih di Amerika Utara. 13

    Disimpulkan, itu adalah fosil seorang anak lelaki berusia 12 tahun, yang di masa dewasa akan mencapai tinggi 1,83 m. Alan Walker, ahli paleoantropologi Amerika, berkata bahwa beliau ragu apakah “ahli patologi berkemampuan standar akan mampu membedakan kerangka fosil itu dengan manusia modern.” Tentang tengkorak kepala, Walker menulis bahwa beliau tertawa melihatnya, karena “mirip betul dengan manusia Neanderthal.” 14

    Satu fosil manusia yang paling menarik perhatian adalah fosil yang ditemukan di Spanyol tahun 1995. Fosil itu ditemukan di sebuah gua bernama Gran Dolina di daerah Atapuerca, Spanyol, oleh tiga ahli paleoantropologi berkebangsaan Spanyol dari Universitas Madrid. Fosil itu berupa anak lelaki berusia 11 tahun yang sepenuhnya mirip manusia modern. Padahal, anak itu meninggal 800.000 tahun silam. Fosil ini mengguncang keyakinan Juan Luis Arsuaga Ferreras, pemimpin penggalian Gran Dolina. Ferreras berkata:

    Kami menduga sesuatu yang amat besar, yang luar biasa -kau tahu, sesuatu yang primitif… Kami duga, anak dari masa 800.000 tahun yang silam akan seperti Anak Turkana. Tapi yang kami temukan adalah wajah yang sepenuhnya modern… Bagi saya, ini amat spektakuler – inilah jenis-jenis hal yang mengejutkan kita. Sesuatu yang amat tak terduga seperti itu. Bukan menemukan fosil; menemukan fosil juga tak terduga, dan tak apa-apa.

    Tapi hal yang paling spektakuler adalah menemukan sesuatu, yang kita duga hanya ada di masa kini, dari masa lalu. Ini semacam menemukan sesuatu seperti – seperti menemukan tape recorder di Gran Dolina. Sangat mengejutkan. Kita tidak mengharapkan menemukan kaset dan tape recorder di zaman Pleistocene Bawah. Menemukan wajah modern dari masa 800.000 tahun silam – adalah hal yang sama. Kami sangat terkejut melihatnya. 15

    manusia-neanderthal-arthursclipart-01Berubahnya Pandangan Kaum Evolusionis Tentang Manusia Neanderthal

    Sejak awal abad ke-20, kaum evolusionis telah menggambarkan manusia Neanderthal (suatu bangsa manusia yang telah punah) sebagai makhluk setengah-kera. Selama berpuluh-puluh tahun, gambar manusia Neanderthal di atas digunakan sebagai propaganda oleh kaum evolusionis.

    Akan tetapi, sejak tahun 1980-an, mitos ini mulai runtuh. Berdasarkan kajian fosil dan jejak peradaban Neanderthal, tampak bahwa mereka bukanlah makhluk setengah-kera. Misalnya, jarum berusia 26.000 tahun ini adalah bukti bahwa manusia Neanderthal adalah manusia beradab yang sudah mampu menjahit. Sebagai akibatnya, majalah terbitan evolusionis, seperti National Geographic, terpaksa menggambarkan mereka sebagai manusia beradab, seperti gambar di bawah ini.

    Telah kita lihat, penemuan fosil telah mengungkap pernyataan “evolusi manusia” sebagai sebuah dusta. Oleh media tertentu, pernyataan tersebut disajikan seolah itu fakta yang sudah terbukti. Padahal, yang ada cuma teori fiktif. Para ilmuwan evolusionis menerima hal ini, dan mengakui bahwa pernyataan “evolusi manusia” tidak didukung oleh bukti ilmiah.

    Hipotesa Rekaan Kaum Evolusionis Tak Mampu Menjelaskan Asal Usul Manusia

    Walaupun selama 150 tahun telah dilakukan penelitian – yang merupakan bentuk propaganda evolusionis – tentang asal usul manusia, fosil yang ditemukan menunjukkan bahwa manusia pertama muncul secara tiba-tiba di Bumi, tanpa “moyang serupa kera”. Ketiga hipotesa yang berbeda pada halaman ini, adalah gambar tiga skenario evolusionis yang saling bertentangan (Stephen Jay Gould, The Book of Life, 2001). Bila kita cermati, tampak ada sebuah tanda tanya di depan Homo erectus, yang ditampilkan sebagai bangsa manusia pertama di Bumi. Alasannya adalah, tak ada makhluk “serupa kera” yang bisa ditunjukkan oleh kaum evolusionis sebagai “nenek moyang manusia”. Spesies yang tampak pada gambar, yang tak ada kaitan dengan manusia, sebenarnya adalah spesies kera yang telah punah. Asal usul manusia, seperti kita lihat di sini, adalah misteri bagi kaum evolusionis, sebab asal usul manusia sama sekali bukan evolusi melainkan kreasi (penciptaan).

    Misalnya, dengan berkata “Kita muncul tiba-tiba dalam catatan fosil”, ahli paleontologi evolusionis C. A. Villie, E. P. Solomon dan P. W. Davis mengakui bahwa manusia muncul seketika, atau dengan kata lain, tanpa nenek moyang evolusioner. 16

    Mark Collard dan Bernard Wood, dua ahli antropologi evolusionis terpaksa berkata, “hipotesa filogenetis yang ada tentang evolusi manusia tampaknya sukar dipercaya.” dalam tulisan mereka tahun 2000. 17

    antapuercaGua Gran Dolina di Spanyol, tempat ditemukannya fosil Atapuerca, fosil manusia sejati.

    Setiap penemuan fosil baru semakin menyulitkan para evolusionis, walaupun ada surat kabar yang senang memasang berita utama seperti “Mata rantai yang hilang telah ditemukan.” Fosil tengkorak kepala yang ditemukan tahun 2001, yang dinamai Kenyanthropus platyops adalah contoh paling mutakhir.

    Ahli paleontologi evolusionis Daniel E. Lieberman dari Jurusan Antropologi Universitas Washington berkata dalam artikel jurnal ilmiah terkenal, Nature, tentang Kenyanthropus platyops: Sejarah evolusi manusia adalah rumit dan belum terpecahkan. Sekarang tampaknya akan semakin membingungkan dengan ditemukannya spesies dan genus lain, dari masa 3,5 juta tahun silam… Sifat Kenyanthropus platyops menimbulkan segala macam pertanyaan, tentang evolusi manusia umumnya dan perilaku spesies ini khususnya. Contohnya, mengapa makhluk ini memiliki kombinasi yang tak biasa, yaitu gigi kecil dengan wajah lebar pipih, serta lengkung tulang pipi yang terdapat di bagian anterior? Semua spesies hominin lain, yang dikenal memiliki wajah besar dan tulang pipi serupa, bergigi besar-besar. Saya duga, K. platyops pada tahun-tahun mendatang akan berperan sebagai semacam “perusak suasana”, menyoroti kebingungan yang dihadapi oleh penelitian tentang hubungan evolusioner antara makhluk hominin. 18

    Bukti mutakhir yang menghancurkan pernyataan teori evolusi tentang asal-usul manusia adalah fosil baru Sahelanthropus tchadensis yang digali di negara Chad di Afrika Tengah, musim panas 2002.

    Fosil itu telah mengacaukan dunia Darwinisme. Jurnal kelas dunia, Nature, mengakui bahwa “Tengkorak kepala yang baru ditemukan dapat menggugurkan gagasan kita tentang evolusi manusia.” 19

    Daniel Lieberman dari Universitas Harvard berkata “[Penemuan] ini akan memiliki dampak seperti bom nuklir kecil.” 20

    Alasannya: walaupun fosil tersebut berumur lebih dari 7 juta tahun, strukturnya lebih “menyerupai manusia” (menurut kriteria yang sering dipakai kaum evolusionis) dibandingkan dengan spesies kera Australopithecus berusia 5 juta tahun (yang dianggap sebagai “moyang tertua umat manusia”). Ini menunjukkan, mata rantai antara spesies kera yang telah punah, berdasarkan kriteria “kemiripannya dengan manusia” yang teramat subjektif dan penuh praduga, sepenuhnya adalah khayal belaka.

    John Whitfield, dalam artikelnya Oldest Member of Human Family Found (Anggota Tertua Keluarga Manusia Telah Ditemukan) dalam jurnal Nature edisi 11 Juli 2002, memperkukuh pendapat ini mengutip Bernard Wood, ahli antropologi evolusionis dari Universitas George Washington:

    “Ketika saya mulai kuliah kedokteran tahun 1963, evolusi manusia tampak bagai tangga,” katanya [Bernard Wood]. Tangga itu mulai dari kera, dan meningkat menuju manusia, melalui tahap-tahap perantara, makhluk yang semakin jauh dari rupa kera. Sekarang, evolusi manusia mirip semak-semak. Ada sekumpulan fosil makhluk hominid… Bagaimana hubungan antara makhluk tersebut, serta yang mana, kalau memang ada, merupakan nenek moyang manusia, masih diperdebatkan. 21

    Ulasan Henry Gee, editor senior Nature serta ahli paleoantropologi terkemuka, tentang fosil kera yang baru ditemukan sungguh patut disimak. Dalam tulisannya yang diterbitkan The Guardian, Gee mengulas tentang debat seputar fosil itu dan menulis:

    Apa pun hasilnya, tengkorak kepala itu menegaskan bahwa gagasan lama tentang mata rantai yang hilang adalah omong kosong… sekarang harusnya sudah jelas, bahwa ide mata rantai yang hilang, yang dari awal memang amat lemah, sama sekali tak bisa dilanjutkan. 22

    Seperti kita lihat, penemuan yang semakin banyak itu menghasilkan bukti-bukti yang mengguncangkan teori evolusi, bukan memperkukuhnya. Jika proses evolusi demikian memang telah terjadi, seharusnya banyak ditemukan jejaknya, dan setiap penemuan baru seharusnya memperkuat teori ini.

    Dalam The Origin of Species, Darwin menyatakan bahwa ilmu pengetahuan akan berkembang ke sana. Dalam pandangan Darwin, satu-satunya hambatan teorinya dalam catatan fosil adalah tiadanya penemuan fosil. Darwin berharap, penelitian masa mendatang akan menghasilkan penemuan fosil yang tak terhitung jumlahnya, yang akan mendukung teorinya. Akan tetapi, satu per satu penemuan ilmiah telah membuktikan impian Darwin sama sekali tak berdasar.

    Pentingnya Sisa-Sisa Peninggalan Yang Berkaitan Dengan Manusia

    Penemuan terkait dengan manusia, yang beberapa contohnya telah kita bahas di sini, mengungkapkan kebenaran yang amat penting. Khususnya, kini terungkap bahwa pernyataan evolusionis – bahwa nenek moyang manusia adalah makhluk serupa kera – adalah hasil khayalan luar biasa. Karena itu, mustahil spesies kera tersebut bisa menjadi nenek moyang manusia.

    Kesimpulannya, catatan fosil membuktikan bahwa manusia muncul di Bumi berjuta-juta tahun yang lalu, dalam wujud tepat sama dengan manusia sekarang, dan bahwa manusia telah menghuni Bumi sekian lamanya tanpa perkembangan evolusi sedikit pun. Jika kaum evolusionis memang jujur dan ilmiah, seharusnya di titik ini mereka sudah membuang proses khayal tentang kera menjadi manusia ini ke tempat sampah. Bila mereka tidak meninggalkan pohon silsilah palsu ini, jelaslah bahwa evolusi bukan teori yang dipertahankan atas nama ilmu pengetahuan, melainkan dogma yang terus dihidupkan di hadapan berbagai fakta ilmiah.

    ***

    1. Ian Anderson, “Who made the Laetoli footprints?” New Scientists, vol. 98, 12 Mei 1983, hal. 373.
    2. D. Johanson & M. A. Edey, Lucy: The Beginnings of Humankind, New York: Simon & Schuster, 1981, hal. 250
    3. R. H. Tuttle, Natural History, Maret 1990, hal. 61-64
    4. D. Johanson, Blake Edgar, From Lucy to Language, hal. 169
    5. D. Johanson, Blake Edgar, From Lucy to Language, hal. 173
    6. Boyce Rensberger, Washington Post, 19 Oktober 1984, hal. A11
    7. “Is This The Face of Our Past,” Discover, Desember 1997, hal. 97-100
    8. Villee, Solomon dan Davis, Biology, Saunders College Publishing, 1985, hal.1053
    9. Hominoid Evolution and Climatic Change in Europe, Volume 2, disunting oleh Louis de Bonis, George D. Koufos, Peter Andrews, Cambridge University Press
    10. Daniel E. Liebermann, “Another face in our family tree,” Nature, 22 Maret, 2001 (penekanan ditambahkan).
    11. John Whitfield, “Oldest member of human family found”, Nature, 11 Juli 2002
    12. D. L. Parsell, “Skull Fossil From Chad Forces Rethinking of Human Origins,” National Geographic News, 10 Juli, 2002
    13. John Whitfield, “Oldest member of human family found”, Nature, 11 Juli 2002
    14. The Guardian, 11 Juli 2002
     
  • erva kurniawan 1:31 am on 17 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (2) 

    teori evolusiRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (2)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    1. Bagaimana keruntuhan teori evolusi membuktikan kebenaran penciptaan?

    Apabila kita bertanya bagaimana makhluk hidup muncul di muka Bumi, maka terdapat dua jawaban yang berbeda:

    Pertama, makhluk hidup muncul melalui proses evolusi. Menurut pernyataan teori evolusi, kehidupan dimulai dengan sel yang pertama. Sel pertama ini muncul karena faktor kebetulan, atau karena faktor “pembentukan mandiri”, yang secara hipotetis disebut-sebut sebagai suatu hukum alam.

    Berdasarkan faktor kebetulan dan hukum alam ini pula, sel hidup ini lalu berkembang dan berevolusi, dan dengan mengambil bentuk-bentuk yang berbeda, menghasilkan berjuta-juta spesies makhluk hidup di Bumi.

    Jawaban kedua adalah “Penciptaan”. Semua makhluk hidup ada karena diciptakan oleh Pencipta yang cerdas. Ketika kehidupan beserta berjuta-juta bentuknya – yang tak mungkin muncul secara kebetulan itu – pertama kali diciptakan, makhluk hidup telah memiliki rancangan yang lengkap, sempurna dan unggul, sama seperti yang dimilikinya sekarang. Ini dibuktikan secara jelas dan nyata, yang mana makhluk hidup paling sederhana sekali pun telah memiliki struktur dan sistem kompleks, yang mustahil tercipta sebagai akibat dari faktor kebetulan dan kondisi alam.

    Di luar kedua alternatif ini, tidak ada pernyataan atau hipotesa lainnya tentang asal muasal makhluk hidup. Menurut peraturan logika, jika satu jawaban untuk sebuah pertanyaan – yang hanya memiliki dua alternatif jawaban – terbukti salah, jawaban yang kedua pasti benar. Ini merupakan salah satu kaidah paling mendasar dalam logika, disebut sebagai inferensi disjunktif (modus tollendo ponens).

    Dengan kata lain, jika terbukti bahwa makhluk hidup di Bumi tidak berevolusi melalui kebetulan, seperti pernyataan para evolusionis, jelaslah bahwa makhluk hidup adalah karya sang Pencipta. Para ilmuwan pendukung teori evolusi sepakat akan tidak adanya alternatif ketiga. Salah satunya, Douglas Futuyma, menyatakan:

    Organisme hanya mungkin muncul di muka bumi dalam wujud telah terbentuk sempurna, atau tidak. Jika tidak, berarti organisme telah terbentuk dari spesies pendahulunya melalui suatu proses perubahan. Jika organisme muncul dalam wujud telah terbentuk sempurna, pastilah organisme itu diciptakan oleh suatu kecerdasan mahakuasa. 4

    Catatan fosil memberikan jawaban kepada Futuyma yang evolusionis itu. Paleontologi menunjukkan bahwa semua jenis makhluk hidup muncul di Bumi pada saat berlainan, sekaligus dalam sekejap dan dalam wujud yang telah sempurna terbentuk.

    Semua hasil penggalian dan penelitian selama seratus tahun atau lebih, menunjukkan bahwa -bertentangan dengan pendapat kaum evolusionis- makhluk hidup muncul secara tiba-tiba dalam wujud sempurna tanpa cacat, atau dengan kata lain makhluk hidup telah “diciptakan”. Bakteri, protozoa, cacing, moluska, dan makhluk laut tak bertulang belakang lainnya, artropoda, ikan, amfibi, reptil, unggas, dan mamalia, semua muncul seketika, lengkap dengan sistem dan organ yang kompleks. Tidak ada fosil yang dapat disebut sebagai makhluk transisi atau tahap perantara.

    Paleontologi menampilkan pesan yang sama dengan cabang ilmu lainnya: Makhluk hidup tidak berevolusi, tetapi diciptakan. Sebagai hasilnya, pada saat kaum evolusionis mencoba membuktikan teori mereka yang tidak berdasarkan fakta itu, mereka justru membuktikan kebenaran penciptaan dengan tangan mereka sendiri.

    Robert Carroll, seorang ahli paleontologi vertebrata dan seorang evolusionis yang gigih, mengakui bahwa keinginan kaum Darwinis tidak dipenuhi oleh penemuan di bidang fosil:

    Meskipun, selama lebih dari seratus tahun sejak meninggalnya Darwin telah dilangsungkan upaya pengumpulan yang intensif, catatan fosil belum juga menghasilkan gambaran mata rantai transisi yang tak terhingga jumlahnya, seperti yang ia harapkan. 5

    Ledakan Zaman Kambrium Sudah Cukup Untuk Meruntuhkan Teori Evolusi

    Jenis makhluk hidup dibagi-bagi oleh para ahli biologi menjadi kelompok-kelompok utama, seperti tumbuhan, hewan, jamur, dst. Kelompok utama ini kemudian dibagi lagi menjadi filum (dari kata phylum atau phyla). Saat menelaah berbagai filum ini, haruslah diingat bahwa setiap filum memiliki struktur fisik yang amat berlainan. Hewan jenis Artropoda (serangga, laba-laba, dan makhluk lainnya yang kakinya beruas-ruas), misalnya, adalah satu filum tersendiri, dan semua hewan dalam filum ini memiliki struktur dasar fisik yang sama. Filum Chordata meliputi hewan yang memiliki notochord atau sumsum tulang belakang (kolumna spinalis). Semua hewan berukuran besar, seperti ikan, unggas, reptil, dan mamalia yang kita kenal sehari-hari, tergolong ke dalam sub-filum Chordata yang disebut vertebrata.

    Terdapat sekitar 35 filum hewan, termasuk Moluska, yang meliputi hewan bertubuh lunak, seperti siput dan gurita, serta Nematoda, yang mencakup cacing berukuran kecil. Ciri terpenting filum ini, seperti telah kita sebutkan tadi, adalah terdapatnya ciri-ciri fisik yang amat berbeda. Kategori di bawah filum memiliki rancangan tubuh yang serupa, tetapi satu filum amatlah berbeda dari filum lainnya.

    Jadi, bagaimanakah perbedaan-perbedaan ini timbul?

    Pertama, mari kita tinjau hipotesa Darwinis. Seperti kita ketahui, Darwinisme menyatakan bahwa makhluk hidup berkembang dari satu nenek moyang yang sama, dan variasi timbul setelah melalui serentetan perubahan kecil. Jika benar demikian, artinya makhluk hidup yang pertama haruslah memiliki bentuk yang sama dan sederhana. Dan menurut teori ini pula, perbedaan di antara, dan meningkatnya kerumitan makhluk hidup, harus terjadi secara paralel seiring dengan waktu.

    Duri yang menarik:

    Hallucigenia: Salah satu makhluk yang tiba-tiba muncul di Zaman Kambrium. Seperti banyak fosil dari Zaman Kambrium lainnya, makhluk ini memiliki duri keras dan tajam di punggungnya, untuk melindungi diri dari serangan. Satu hal yang tidak bisa dijelaskan kaum evolusionis adalah bagaimana hewan seperti ini bisa memiliki sistem pertahanan yang begitu berdaya-guna, padahal tak ada hewan pemangsa di sekitarnya. Tiadanya hewan pemangsa menunjukkan bahwa duri ini tidak mungkin muncul sebagai akibat seleksi alam.

    Banyak hewan tak bertulang belakang (invertebrata) kompleks, seperti bintang laut dan ubur-ubur, secara tiba-tiba muncul sekitar 500 juta tahun yang silam tanpa moyang evolusioner sebagai pendahulu. Dengan kata lain, hewan tersebut diciptakan. Mereka tidak tampak berbeda dari hewan yang hidup sekarang.

    Menurut Darwinisme, kehidupan haruslah berupa sebatang pohon, dengan sebuah akar bersama, yang bagian atasnya berkembang menjadi cabang-cabang yang berbeda. Hipotesa ini terus-menerus ditekankan dalam sumber-sumber Darwinis, di mana gambaran tentang “pohon silsilah kehidupan” seringkali digunakan. Menurut konsep pohon ini, awalnya harus muncul satu filum, lalu berbagai filum lain perlahan-lahan muncul, dengan perubahan-perubahan kecil dan dalam tenggang waktu yang amat panjang.

    Itulah pernyataan teori evolusi. Tetapi, benarkah itu yang terjadi?

    Sama sekali tidak. Sebaliknya, binatang sudah berwujud amat kompleks dan saling berlainan sejak saat pertama kali muncul di Bumi.

    Semua filum binatang yang telah kita ketahui muncul di saat yang sama, di tengah tenggang waktu geologis yang dikenal sebagai Zaman Kambrium. Zaman Kambrium adalah periode waktu dalam ilmu geologi, yang lamanya diperkirakan kurang-lebih 65 juta tahun, sekitar 570 hingga 505 juta tahun yang silam. Tetapi, kemunculan mendadak berbagai kelompok utama hewan terjadi pada fase yang jauh lebih singkat di masa Zaman Kambrium ini, yang sering disebut dengan “ledakan Kambrium “.

    Stephen C. Meyer, P. A. Nelson, dan Paul Chien, dalam sebuah artikel yang didasarkan pada pengkajian literatur terperinci di tahun 2001, menyatakan “ledakan Kambrium terjadi dalam sepenggal waktu geologis yang teramat sempit, yang lamanya tak lebih dari 5 juta tahun.” 6

    Salah satu hewan tak bertulang belakang kompleks yang tiba-tiba muncul di Zaman Kambrium sekitar 550 juta tahun yang silam adalah fosil trilobita di atas. Salah satu ciri trilobita yang membingungkan kaum evolusionis adalah struktur mata majemuknya yang kompleks. Pada mata trilobita yang amat kompleks ini, terdapat sistem lensa majemuk. Sistem ini persis sama dengan sistem pada hewan di zaman sekarang seperti laba-laba, lebah dan lalat. Fakta bahwa sekitar 500 juta tahun silam, struktur mata yang begitu rumit muncul secara tiba-tiba, sudah cukup untuk mengantarkan teori evolusioner (yang berdasarkan faktor kebetulan) masuk ke dalam keranjang sampah.

    Sebelum itu, tak ada sedikit pun catatan fosil tentang makhluk hidup, selain yang bersel tunggal serta sedikit makhluk bersel majemuk yang amat primitif. Semua filum hewan muncul serentak dalam wujud sempurna, dalam tenggang waktu singkat Ledakan Kambrium (Lima juta tahun adalah amat singkat dalam istilah geologi!)

    Dalam bebatuan Kambrium ditemukan fosil-fasil dari makhluk-makhluk yang amat berbeda, seperti siput, trilobita, spons, ubur-ubur, bintang laut, kerang, dst.

    Kebanyakan makhluk pada lapisan ini memiliki sistem yang rumit dan struktur yang maju, misalnya mata, insang, dan sistem sirkulasi, yang persis sama dengan yang terdapat pada spesimen hewan di zaman modern. Semua truktur ini sangatlah maju dan sangat berlainan satu dengan yang lain.

    Richard Monastersky, seorang staf penulis jurnal Science News, menyatakan tentang ledakan Kambrium, yang merupakan perangkap maut bagi teori evolusi:

    Setengah miliar tahun silam, … beragam jenis hewan yang amat kompleks, yang kita lihat sekarang, tiba-tiba muncul. Saat itu, tepat di awal Zaman Kambrium di Bumi, sekitar 550 juta tahun yang lalu, menandai ledakan evolusioner yang mengisi penuh lautan dengan berbagai makhluk kompleks pertama di dunia. 7

    Prof. Philip Johnson

    Phillip Johnson, seorang profesor Universitas California di Berkeley, yang juga salah seorang kritikus Darwinisme paling menonjol di dunia, menjabarkan pertentangan antara Darwinisme dengan kebenaran paleontologis ini:

    Teori Darwinisme meramalkan adanya sebuah “kerucut peningkatan keragaman”, yang mana organisme hidup pertama, atau spesies hewan pertama, secara bertahap dan kontinyu menjadi beragam dan menciptakan tingkat taksonomi yang lebih tinggi. Namun catatan fosil binatang lebih mirip kerucut yang terbalik, yaitu banyak filum yang berada di jenjang awal, dan setelah itu semakin berkurang. 8

    Seperti diungkapkan Phillip Johnson, yang telah terjadi bukanlah terbentuknya berbagai filum secara bertahap. Jauh daripada itu, semua filum timbul serentak, dan bahkan ada yang punah dalam periode selanjutnya. Munculnya makhluk hidup yang beragam dalam wujud sempurna dan seketika, merupakan bukti penciptaan, seperti juga diakui oleh evolusionis Futuyma. Telah kita saksikan, semua penemuan ilmiah yang ada telah menyatakan bahwa pernyataan teori evolusi adalah salah, serta mengungkapkan kebenaran dari penciptaan.

    ==================================

    1. Douglas J. Futuyma, Science on Trial, Pantheon Books, New York, 1983, hal. 197
    2. Robert L. Carroll, Patterns and Processes of Vertebrate Evolution, Cambridge University Press, 1997, hal. 25 (penekanan ditambahkan).
    3. Stephen C. Meyer, P. A. Nelson, dan Paul Chien, The Cambrian Explosion: Biology’s Big Bang, 2001, hal. 2
    4. Richard Monastersky, “Mysteries of the Orient,” Discover, April 1993, hal. 40. (penekanan ditambahkan)
    5. Phillip E. Johnson, “Darwinism’s Rules of Reasoning” dalam Darwinism, Science and Philosophy oleh Buell Hearn, Foundation for Thoughts and Ethics, 1994, hal. 12. (penekanan ditambahkan)
     
  • erva kurniawan 1:23 am on 15 July 2015 Permalink | Balas  

    Runtuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (1) 

    teori evolusiRuntuhnya “Teori Evolusi” Dalam 20 Pertanyaan (1)

    Harun yahya

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    Pengantar

    Teori evolusi sudah berusia 150 tahun, dan juga telah berpengaruh besar pada pandangan hidup yang dianut masyarakat. Teori ini menyatakan sebuah dusta, yaitu bahwa manusia muncul ke dunia ini sebagai akibat faktor kebetulan, dan bahwa manusia adalah suatu “spesies binatang”. Lebih jauh lagi, teori ini mengajarkan bahwa satu-satunya hukum yang berlaku adalah usaha makhluk hidup, yang hanya mementingkan diri sendiri, untuk bertahan hidup. Pengaruh gagasan ini tampak di abad kesembilan belas dan kedua puluh: manusia semakin egois, akhlak masyarakat yang memburuk, semakin merebaknya sikap mementingkan diri sendiri, sikap tidak berperikemanusiaan, dan kekerasan, tumbuh berkembangnya ideologi berdarah dan diktator seperti fasisme dan komunisme, krisis individual dan sosial karena manusia semakin jauh dari akhlak agama, …

    Berbagai akibat sosial yang disebabkan oleh teori evolusi telah dibahas dalam Artikel Harun Yahya lainnya. (Lihat karya Harun Yahya The Disasters Darwinism Brought to Humanity, Communism Lies in Ambush, The Black Magic of Darwinism, serta The Religion of Darwinism). Dalam Artikel-Artikel tersebut diungkapkan bahwa teori ini, yang disebut-sebut sebagai “ilmiah”, sebenarnya sama sekali tidak memiliki dasar ilmiah; bahwa teori tersebut hanyalah sebuah skenario yang terus dipaksakan walaupun dihadapkan kepada semua fakta yang berbicara sebaliknya; dan isi teori ini tak lain takhayul belaka.

    Bagi mereka yang ingin memahami seperti apa sesungguhnya teori evolusi dan “pandangan hidup” Darwinisme, yang selama 150 tahun terakhir ini secara sistematis telah menyeret dunia ke jurang kekerasan, kebiadaban, kekejaman, dan pertikaian, sangat dianjurkan untuk membaca Artikel-Artikel tersebut.

    Artikel ini akan membahas ketidakabsahan teori evolusi pada tingkat umum. Di sini dikupas pernyataan evolusionis tentang beberapa hal, menggunakan beberapa pertanyaan yang sering diajukan orang, yang belum sepenuhnya dipahami. Jawaban yang tertera dalam Artikel ini secara ilmiah diperinci lebih jauh dalam Artikel lain karya penulis seperti The Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi), dan Darwinism Refuted.

    1.Mengapa Teori Evolusi Tidak Absah Secara Ilmiah?

    Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta sebagai akibat dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Teori ini bukanlah hukum ilmiah maupun fakta yang sudah terbukti. Di balik topeng ilmiahnya, teori ini adalah pandangan hidup materialis yang dijejalkan ke dalam masyarakat oleh kaum Darwinis. Dasar-dasar teori ini – yang telah digugurkan oleh bukti-bukti ilmiah di segala bidang – adalah cara-cara mempengaruhi dan propaganda, yang terdiri atas tipuan, kepalsuan, kontradiksi, kecurangan, dan ilusi permainan sulap.

    Teori evolusi diajukan sebagai hipotesa rekaan di tengah konteks pemahaman ilmiah abad kesembilan belas yang masih terbelakang, yang hingga hari ini belum pernah didukung oleh percobaan atau penemuan ilmiah apa pun. Sebaliknya, semua metode yang bertujuan membuktikan keabsahan teori ini justru berakhir dengan pembuktian ketidakabsahannya.

    Namun, bahkan sekarang, masih banyak orang beranggapan bahwa evolusi adalah fakta yang sudah terbukti kebenarannya – layaknya gaya tarik bumi atau hukum benda terapung. Sebab, seperti telah dinyatakan di muka, teori evolusi sesungguhnya sangatlah berbeda dari yang diterima masyarakat selama ini. Oleh sebab itu, pada umumnya orang tidak tahu betapa buruknya landasan berpijak teori ini; betapa teori ini sudah digagalkan oleh bukti ilmiah pada setiap langkahnya; dan betapa para evolusionis terus berupaya menghidupkan teori evolusi, walaupun teori ini sudah “menghadapi ajalnya”.

    Para evolusionis hanya mengandalkan hipotesa yang tak terbukti, pengamatan yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan, gambar-gambar khayal, cara-cara yang mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta yang tak terhitung jumlahnya, serta teknik-teknik sulap.

    Kini, berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti paleontologi (cabang geologi yang mengkaji kehidupan pra-sejarah melalui fosil – penerj.), genetika, biokimia dan biologi molekuler telah membuktikan bahwa tak mungkin makhluk hidup tercipta akibat kebetulan atau muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Sel hidup, demikian dunia ilmiah sepakat, adalah struktur paling kompleks yang pernah ditemukan manusia. Ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa satu sel hidup saja memiliki struktur dan berbagai sistem rumit dan saling terkait, yang jauh lebih kompleks daripada sebuah kota besar. Struktur kompleks seperti ini hanya dapat berfungsi apabila masing-masing bagian penyusunnya muncul secara bersamaan dan dalam keadaan sudah berfungsi sepenuhnya. Jika tidak, struktur tersebut tidak akan berguna, dan semakin lama akan rusak dan musnah. Tak mungkin semua bagian penyusun sel itu berkembang secara kebetulan dalam jutaan tahun, seperti pernyataan teori evolusi. Oleh sebab itulah, rancangan yang begitu kompleks dari sebuah sel saja, sudah jelas-jelas menunjukkan bahwa Tuhan-lah yang menciptakan makhluk hidup. (Keterangan lebih rinci dapat dibaca dalam buku Harun Yahya, Miracle in the Cell).

    Akan tetapi, para pembela filsafat materialis tidak bersedia menerima fakta penciptaan karena beragam alasan ideologis. Hal ini disebabkan kemunculan dan perkembangan masyarakat yang hidup dengan berpedomankan akhlak mulia yang diajarkan agama yang sejati kepada ummat manusia melalui perintah dan larangan Tuhan bukanlah menjadi harapan kaum materialis ini.

    Masyarakat yang tumbuh tanpa nilai moral dan spiritual lebih disukai kalangan ini, sebab mereka dapat memanipulasi masyarakat yang demikian demi keuntungan duniawi mereka sendiri. Itulah sebabnya, kaum materialis mencoba terus memaksakan teori evolusi – yang berisi dusta bahwa manusia tidak diciptakan, tetapi muncul atas faktor kebetulan dan berevolusi dari jenis binatang – serta, dengan segala cara, berupaya mempertahankan teori evolusi agar tetap hidup.

    Kaum materialis meninggalkan akal sehat dan nalar, serta mempertahankan omong-kosong ini di setiap kesempatan, walaupun bukti ilmiah dengan jelas telah menghancurkan teori evolusi dan menegaskan fakta penciptaan.

    Sebenarnya telah dibuktikan bahwa adalah mustahil apabila sel hidup yang pertama – atau bahkan satu saja dari berjuta-juta molekul protein dalam sel itu – dapat muncul atas faktor kebetulan. Ini bukan saja ditunjukkan melalui berbagai percobaan dan pengamatan, melainkan juga melalui perhitungan probabilitas secara matematis. Dengan kata lain, evolusi gugur di langkah pertama: yaitu dalam menjelaskan kemunculan sel hidup yang pertama.

    Sel, satuan terkecil makhluk hidup, tidak mungkin muncul secara kebetulan dalam kondisi primitif tanpa kendali di saat Bumi masih muda – seperti yang dipaksakan kaum evolusionis kepada kita agar percaya. Jangankan dalam kondisi demikian, dalam laboratorium tercanggih di abad ini sekali pun, hal itu mustahil terjadi. Asam-asam amino, yaitu satuan pembentuk berbagai protein penyusun sel hidup, tak mampu dengan sendirinya membentuk organel-organel di dalam sel seperti mitokondria, ribosom, membran sel, ataupun retikulum endoplasma – apalagi membentuk sebuah sel yang utuh.

    Oleh sebab itu, pernyataan bahwa sel pertama terbentuk secara kebetulan melalui proses evolusi, hanyalah hasil rekaan yang sepenuhnya didasarkan pada daya khayal.

    Sel hidup, yang sampai kini masih mengandung banyak rahasia, adalah satu di antara sekian banyak kesulitan utama yang dihadapi teori evolusi.

    Dilema mengkhawatirkan lainnya (dari sudut pandang evolusionis) adalah molekul DNA yang terdapat di dalam inti sel hidup, sebuah sistem kode yang terdiri dari 3,5 miliar satuan berisi semua rincian makhluk hidup. DNA pertama kali ditemukan melalui kristalografi sinar-X pada akhir tahun 1940-an dan awal 1950-an, dan merupakan sebuah molekul raksasa dengan rancangan yang luar biasa.

    Selama bertahun-tahun, Francis Crick, pemenang hadiah Nobel, meyakini teori evolusi molekuler. Namun pada akhirnya, ia sendiri pun harus mengakui bahwa molekul yang begitu rumit tak mungkin muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba karena kebetulan, sebagai hasil dari sebuah proses evolusi:

    Seseorang yang jujur, dengan pemahaman keilmuan yang ada sekarang, saat ini hanya dapat menyatakan bahwa asal mula kehidupan nampak bagaikan sebuah keajaiban.1

    Evolusionis berkebangsaan Turki, Profesor Ali Demirsoy, terpaksa memberikan pengakuan sebagai berikut:

    Sebenarnya, kemungkinan terbentuknya sebuah protein dan asam nukleat (DNA-RNA) adalah di luar batas perhitungan. Lebih jauh lagi, peluang munculnya suatu rantai protein adalah sedemikian kecilnya sehingga bisa disebut astronomis (tidak mungkin). 2

    Homer Jacobson, Profesor Emeritus di bidang Ilmu Kimia, menyatakan pengakuan tentang kemustahilan munculnya kehidupan akibat faktor kebetulan, sebagai berikut:

    Petunjuk untuk reproduksi rencana, untuk energi dan untuk pengambilan bagian-bagian dari lingkungan sekitar, untuk urutan pertumbuhan, dan untuk mekanisme efektor yang menerjemahkan instruksi menjadi pertumbuhan – semua itu harus ada secara serentak pada saat tersebut [saat awal munculnya kehidupan]. Kemungkinan kombinasi semua peristiwa itu secara kebetulan tampaknya sungguh luar biasa kecil … 3

    Catatan fosil pun menyajikan fakta lain, yang menjadi kekalahan telak bagi teori evolusi. Dari seluruh fosil yang telah ditemukan selama ini, tidak ada satu pun bentuk antara (bentuk peralihan) yang ditemukan, yang seharusnya ada jika makhluk hidup berevolusi tahap demi tahap dari spesies yang sederhana menjadi spesies yang lebih kompleks, seperti yang dinyatakan oleh teori evolusi.

    Jika makhluk seperti itu ada, seharusnya jumlahnya banyak sekali, berjuta-juta, bahkan bermiliar-miliar. Lebih dari itu, sisa dan kerangka makhluk semacam itu haruslah ada dalam catatan fosil. Kalau bentuk-bentuk antara ini benar-benar ada, jumlahnya akan melebihi jumlah spesies binatang yang kita kenal di masa kini. Seluruh dunia akan penuh dengan fosil makhluk tersebut.

    Para evolusionis mencari bentuk-bentuk antara ini di semua penelitian fosil yang menggebu-gebu, yang telah dilangsungkan sejak abad kesembilan belas. Akan tetapi, sama sekali tidak ditemukan jejak-jejak makhluk perantara ini, meskipun pencarian telah dilakukan dengan penuh semangat selama 150 tahun.

    Singkat kata, catatan fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup muncul secara tiba-tiba dan dalam wujud sempurna, bukan melalui sebuah proses dari bentuk primitif menuju tahap yang lebih maju, seperti yang dinyatakan teori evolusi.

    Kaum evolusionis telah berusaha keras untuk membuktikan kebenaran teori mereka. Namun nyatanya, dengan tangannya sendiri, mereka justru telah membuktikan bahwa proses evolusi adalah mustahil.

    Kesimpulannya, ilmu pengetahuan modern mengungkapkan fakta yang tak mungkin disangkal berikut ini: Kemunculan makhluk hidup bukanlah akibat faktor kebetulan yang buta, melainkan hasil ciptaan Tuhan.

    =================

    1. Francis Crick, Life Itself: Its Origin and Nature, New York, Simon & Schuster, 1981, hal. 88
    2. Ali Demirsoy, Kalitim ve Evrim (Inheritance and evolution), Meteksan Publishing Co., Ankara, 1984, hal. 39
    3. Homer Jacobson, “Information, Reproduction and the Origin of Life,” American Scientist, Januari 1955, hal. 121.

     

     
  • erva kurniawan 1:35 am on 7 June 2015 Permalink | Balas  

    Sehari di Rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 

    muhammad-2Sehari di Rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

    Sebagai ummat yang diwajibkan untuk mencontoh gaya hidup Rasulullah, kita ingin melihat lebih dekat perilaku beliau sehari-hari. Dicuplik dari buku “Sehari Di Rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” karangan Abdul Malik Ibnu M Al Qasim, artikel di bawah ini mengajak pembaca melihat dari dekat rumah beliau dan bagaimana beliau berada di rumah.

    Di samping sebelah timur Masjid Nabawi Madinah, tampak sebuah bangunan yang akan membuat kita takjub karena kesederhanaannya. Itulah tempat tinggal seorang Rasul Agung Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Rumah itu ukurannya sangat kecil dengan hamparan tikar usang dan nyaris tanpa perabot. Sebab, yang tinggal di rumah ini adalah imam para syahid yang tidak butuh dunia kecuali sebagai sarana dan tidak silau oleh gemerlap harta.

    Berdampingan dengan rumah tersebut, tampak deretan rumah-rumah petak yang dibangun dari tanah liat dan batu-batu yang tersusun. Atapnya dari pelepah kurma, berhimpit satu sama lain. Itulah rumah istri-istri beliau, pendamping setia dikala suka maupun duka.

    Hasan bin Ali, cucu beliau, pernah menceritakan keadaan rumah-rumah petak ini. “Aku pernah masuk ke dalam rumah istri-istri Rasulullah sewaktu Khalifah Usman memerintah, dan aku bisa menyentuh atapnya (yang terbuat dari rumbia kurma) dengan tanganku,” kata Hasan.

    Kembali ke rumah Rasulullah, Zaid bin Tsabit bertutur, “Anas bin Malik, pelayan Rasulullah pernah memperlihatkan kepadaku temput minum Rasulullah yang terbuat dari kayu yang keras dan dipatri dengan besi, lalu Anas berkata, ‘Wahai Tsabit, inilah tempat minum Rasulullah. Dengan gelas kayu itulah Rasulullah minum air, perasan kurma, madu dan susu.” (HR Tirmidzi)

    Sedang perabot lain yang tampak adalah baju besi yang biasa dipakai Rasulullah saat perang. Akan tetapi, tak lama sebelum beliau meninggal, baju besi itu digadaikan kepada seorang Yahudi dengan 30 karung gandum seperti yang diceritakan Aisyah.

    Makanan dan Minum

    Bagaimana dengan makanan beliau? Rasulullah tidak pernah makan kenyang. Makan hanya sekadarnya saja, bahkan beliau sering kekuarangan makanan sehingga memaksanya untuk berpuasa. Anas bin Malik bercerita, sesungguhnya tidak pernah terdapat dalam makan siang Rasulullah atau makan malamnya, roti dan daging, kecuali sangat sedikit dan kekurangan.” (HR. Tirmidzi).

    Aisyah berkata, “Keluarga Muhammad belum pernah kenyang dari roti dan gandum selama dua hari berturut-turut sampai Rasulullah meninggal.” (HR. Muslim).

    Masalahnya bukan kekurangan. Dunia ada didalam genggamannya. Datang kepada beliau unta-unta penuh muatan, zakat, emas, dan perak. Akan tetapi, seringkali harta melimpah datang, baik melalui rampasan perang maupun lainnya, namun semuanya habis dibagi-bagikan kepada ummatnya.

    Berkata Ibnu Harits, “Rasulullah shalat ashar bersama kami kemudian beliau bergegas masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian keluar dan kami pun bertanya lalu beliau menjawab, ‘Di rumah aku meninggalkan emas dari sedekah, maka aku enggan untuk menyimpannya sampai aku membagi-bagikannya.’ (HR Muslim)

    Yang Dikerjakan di Rumah

    Suatu kali Aisyah pernah ditanya, apa yang dikerjakan Rasulullah di rumah? Dijawabnya, “Seperti layaknya manusia biasa. Beliau menambal bajunya, memerah susu kambingnya, dan mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

    Bagaimana mungkin manusia pilihan yang agung itu memperbaiki sendiri terompahnya yang rusak, menambal sendiri bajunya yang robek, menyapu dan membantu mencuci pakaian. Itulah kenyataannya. Di sinilah letak keagungannya sebagai manusia sempurrna.

    Hanya saja, sesibuk apapun beliau di rumah, bila Bilal sudah mengumandangkan adzan, Rasulullah segera bergegas ke masjid sebagai imam. Al-Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada ibunda Aisyah, apa yang dikerjakan Nabi di rumahnya. Jawabnya, “Beliau sibuk dengan pekerjaan keluarganya, tetapi jika mendengar adzan, beliau segera keluar rumah.” (HR Muslim)

    Belum pernah Rasulullah shalat fardhu di rumahnya kecuali shalat sunnah. Selama hidupnya belum pernah beliau meninggalkan jamaah di masjid kecuali pada hari beliau dipanggil menghadap Allah kala sakit. Betapa pentingnya shalat berjamaah, sampai-sampai di kesempatan lain beliau bersabda, “Barangsiapa yang mendengar adzan dan tidak memenuhi panggilan-Nya (untuk berjamaah), tidak sah shalatnya kecuali ada halangan.” (muttafaq ‘alaih). Halangan yang dimaksud adalah sakit atau dalam keadaan tidak aman.

    Bersama Para Istri Rasulullah selalu bersikap mesra dan lembut kepada istri-istrinya. Aisyah, misalnya, sering dipanggilnya “humairaa” atau yang merah-merekah karena cantiknya.

    Kemesraan Rasulullah dengan istri-istrinya tidak hanya lewat perkataan, tetapi juga dalam perbuatan. Rasulullah sangat penuh kasih sayang dalam memperlakun istri-istrinya. Aisyah berkata, “Saya sering mandi bersama dengan Rasulullah dari satu bak.” (HR Bukhari).

    Dalam hadits lain yang diriwayatkan Ahmad, Rasulullah dan Aisyah pernah bercanda dengan berlomba lari.

    Namun perlu diingat, kemesraannya itu tak sampai melalaikan tugasnya sebagai hamba. Setiap malam ia membangunkan para istrinya untuk shalat malam. “Nabi sedang shalat, dan aku tidur terlentang di sampingnya, kemudian aku dibangunkan untuk shalat,” kata Aisyah. (HR Bukhari)

    Bahkan, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah sangat menganjurkan agar suami istri saling membangunkan untuk shalat, walau harus dengan percikan air. Rasulullah bersabda, “Allah merahmati suami yang bangun malam lalu shalat, kemudian membangunkan istrinya untuk shalat. Kalau tidak mau bangun, wajahnya ditetesi air. Begitu juga sebaliknya, istri membangunkan suaminya untuk shalat malam.” (HR Ahmat).

    Rasulullah juga sangat memperperhatikan penampilan, agar tampak menawan. Selalu memakai minyak wangi, membawa sisir dan siwak serta selalu berhias kalau mau ke masjid. Begitu juga ketika hendak masuk rumah, beliau tidak lupa bersiwak sebagaimana yang diriwayatkan oleh Syuraih bin Hani dari Aisyah (HR Muslim)

    Tidurnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

    Sebelum tidur beliau selalu berdoa: “Mahasuci Engkau ya Allah Tuhanku, karena Engkau aku meletakkan sisi badanku dan karena Engkau aku mengangkatnya. Jika engkau merenggut jiwaku maka ampunilah dia dan jika engkau melepaskannya jagalah sebagaimanna engkau menjagi hamba-hamba-Mu yang salih.” (HR Muslim)

    Pada kesempatan lain beliau bersabda, “Bila kamu hendak tidur berwudhulah kamu sebagaimana kamu berwudhu untuk shalat dan miringkanlah badanmu pada sisi sebelah kanan.” (Muttafaq ‘alaih)

    Sedangkan Aisyah meriwayatkan, “Rasulullah apabila naik ke tempat pembaringan setiap malam, menyandingkan kedua belah tangannya serta meniupnya dan dibacakan di antaranya surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas, kemudian beliau mengusap dengan kedua belah tangan itu, seluruh tubuhnya. Mulai dari kepala, wajah, dan anggota lain yang bisa diusap. Rasulullah mengulanginya sebanyak tiga kali.” (HR Bukhari)

    Pembantu Rasulullah Anas bin Malik berkata, “Aku menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun. Belum pernah beliau berkata kepadaku, ‘mengapa kamu melakukan ini?’ dan belum pernah beliau mengatakan, ‘mengapa kau tidak melakukannya atas sesuatu yang aku tinggalkan.'” (HR Muslim)

    Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar. Dan selama masa sepuluh tahun itu belum pernah Anas dimarahi, atau ditanya mengapa begini, mengapa begitu. Adakah di dunia ini majikan yang tidak pernah marah? Bahkan, beliau selalu menyenangkan hati pembantunya, dan mendo’akannya.

    Rasulullah menekankan, “Mereka adalah saudara kalian. Allah menjadikan mereka di bawah kendali kalian, maka berikanlah kepada mereka makanan sebagaimana yang kalian makan. Dan berilah pakaian sebagaimana pakaian kalian. Dan janganlah sekali-kali kalian menyuruh sesuatu di luar batas kemampuannya. Dan bila kalian menyuruh sesuatu, bantulah pekerjaannya semampu kalian.” (HR Muslim).

    Rasulullah dan Anak-Anak

    Anas bin Malik, kalau kebetulan lewat dan bertemu dengan anak-anak kecil, mengucapkan salam kepada mereka. Dia berkata, “Ini selalu dilakukan oleh Rasulullah.” (HR Bukhari)

    Aisyah berkata, “Sekelompok anak kecil dibawa ke hadapan Nabi, beliau kemudian berdo’a dan menggendong anak kecil itu. Celakanya anak itu kencing membasahi baju beliau. Lalu berliau minta air dan disiramkan ke bajunya.” (HR Bukhari)

    Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bercanda dengan cucunya, Hasan bin Ali Sambil menjulurkan lidahnya sehingga kelihatan merahnya. Hasan pun tertawa.

    Sampai-sampai pada waktu shalat pun beliau masih memberikan kasih sayang terhadap anak kecil. Pernah beliau shalat sambil menggendong Ummah putri Zainah (cucu beliau) saat beliau bersujud, Ummah didudukan di sampingnya. (HR Bukhari)

    Bertetangga

    Betapa mulia bila menjadi tetangga Rasulullah. Di mata beliau, tetangga mempunyai tempat dan kedudukan yang tinggi. Beliau kepada Abu Dzar al-Ghiffari berwasiat, “Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak gulai, perbanyaklah airnya dan bagikanlah kepada tetanggamu.” (HR Muslim)

    Rasulullah sering memperingatkan agar tidak menyakiti tetangga. Katanya, “Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman karena ulah perbuatannya.” (HR Muslim)

    Dan sebagai penghormatan dan penghargaan kepada tetangga, beliau berkata, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR Muslim)

    ***

    Kiriman Sahabat: Bambang S/Hidayatullah

     
  • erva kurniawan 2:35 am on 6 June 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (17) 

    teori darwinMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (17)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    KESIMPULAN

    Sebagaimana telah ditekankan buku ini, evolusi dan para pendukungnya terperangkap habis karena ilmu pengetahuan secara menyeluruh menolak Darwinisme. Para evolusionis menyadari hal ini dan, akibatnya, ada dalam kepanikan besar.

    Karena itu, mereka menyerang siapa saja yang membela kebenaran penciptaan dalam acara-acara diskusi, debat, dan di mana saja. Namun, karena tidak memiliki jawaban, mereka hanya mencoba meraih kembali keunggulan bicara.

    Mantik “Janganlah kita mengacaukan agama dengan ilmu pengetahuan, karena iman itu satu hal dan fakta evolusi adalah hal yang lain” dimaksudkan untuk memecah kesatuan Muslim dan melemahkan perlawanannya.

    Pesan mereka sebenarnya yang menganjurkan cara berpikir ini adalah, “Di sini ada dunia nyata, dan ini bisa dipahami lewat ilmu pengetahuan, sehingga tidak ada sesuatu yang disebut penciptaan, walaupun setiap orang adalah merdeka untuk menganut keyakinan pribadinya sendiri.”

    Namun, ini juga tipuan yang amat besar, sebab adalah fakta yang jelas bahwa Allah menciptakan alam semesta dan semua makhluk hidup dan tak-hidup. Setiap rincian di alam semesta merupakan bukti lagi atas penciptaan olehNya. Dalam kenyataannya, tiada bukti bagi teori evolusi selain pendapat dan “kepercayaan pribadi”. Muslim harus waspada akan anjuran penuh tipuan ini yang mencoba menunjukkan bahwa kebenaran penciptaan juga adalah “kepercayaan pribadi”.

    Anjuran sedemikian dengan mudah dikalahkan, sebagaimana kita baca dalam ayat berikut: Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang bathil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang bathil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat sifat yang tidak layak bagi-Nya). (QS. Al Anbiyaa’, 21: 18)

    Di balik upaya sebagian kaum Muslimin untuk menyatukan evolusi dan agama, terdapat keraguan, kepasrahan, kekurangan informasi, dan ketakpastian yang mereka rasakan saat menghadapi evolusi.

    Tetapi, kepasrahan itu sama sekali tidak perlu karena kaum evolusionis tidak memiliki dukungan atau bukti ilmiah untuk mempertahankan teori ini. Mereka memakai hasutan karena sikap bersikeras taklid demi teori mereka, dan mencoba membungkam lawan-lawan mereka dengan cara-cara tekanan psikologis atau kejiwaan. Kedudukan mereka sebenarnya tidak memiliki harapan.

    Para evolusionis Muslim tidak bisa melihat hal ini karena tidak menyadari kemajuan-kemajuan terbaru dalam ilmu pengetahuan. Orang yang kekurangan informasi terkini tentang perihal ini tentu percaya bahwa teori evolusi adalah benar.

    Akan tetapi, kekurangan informasi dapat mudah diatasi dengan cara membaca buku dan berbagai terbitan lain tentang perihal tersebut. Kaum Muslimin yang memiliki informasi rinci tentang teori evolusi tidak bisa tetap berdiam diri atau ragu-ragu di hadapan berbagai pernyataan evolusionis.

    Seiring dengan itu, merenung tentang penciptaan Allah dan seni tanpa cela yang menyungkupi alam semesta, berpegang teguh pada Al Qur’an, dan memahami sifat kebenaran yang diungkapkan Al Qur’an adalah cara-cara termudah untuk membebaskan diri dari pengaruh-pengaruh itu.

    Banyak Muslim mungkin telah menerima dan bahkan membela evolusi karena alasan-alasan yang telah dikemukakan sepanjang buku ini. Akan tetapi, akhlak Islami menghimbau setiap Muslim agar kembali ke jalan yang benar saat menyadari bahwa ia telah tersesat.

    Mendukung pemikiran Darwinis sebelum menyadari bahaya besar yang dapat diakibatkannya sama sekali tidak sama dengan meneruskan dukungan setelah menyadari bahayanya bertindak begitu. Orang bisa mendukung teori tanpa mengetahui tingkat bahaya atau ketidak-absahan ilmiahnya.

    Akan tetapi, sekali telah mempelajari kebenaran masalah ini, hal yang paling baik dan bermanfaat untuk dilakukan orang adalah langsung bertindak dan mendukung perang pemikiran melawan teori jahat ini. Allah memerintahkan para Muslimin:

    Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS. Al Anfaal, 8: 73)

    Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah, 2: 32 )

    Wallohu a’alam bish-shawab,-

    ***

    Dikirim oleh : Arland

     
  • erva kurniawan 1:33 am on 5 June 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (16) 

    darwinMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (16)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Apa Yang Terjadi Jika Darwinisme Tidak Dianggap Sebagai Sebuah Ancaman?

    Bab-bab sebelumnya telah menyinggung berbagai kekeliruan, yang telah menyebabkan orang Muslim pendukung evolusi terperosok. Akan tetapi, masalah lain yang perlu ditinjau adalah bahwa teori itu mewakili suatu bahaya tersembunyi bagi banyak orang lain, sekalipun mereka tidak benar-benar mempercayainya.

    Orang Muslim yang menganggap evolusi sebagai teori yang tak berbahaya, sekalipun sangat berseberangan dengan fakta penciptaan, lalu berdiam diri dan menyaksikannya berkembang, sebenarnya sedang membantu teori itu mencengkeram masyarakat secara lebih luas dan lebih kuat. Jadi, mereka sedang membiarkan paham ateisme tumbuh lebih kuat. Karena alasan ini, kaum Muslimin harus mengerti filsafat yang mendasari teori ini.

    Evolusi adalah filsafat materialis yang diungkapkan secara “ilmiah”. Filsafat materialis, pada gilirannya, sesungguhnya berarti paham ateisme.

    Hal ini berarti setiap Muslim wajib mengobarkan perang pemikiran melawan ateisme.

    Mereka yang Menganggap bahwa Darwinisme Bukan Ancaman Adalah Keliru.

    Sebagian kaum Muslimin berpendapat bahwa evolusi itu adalah masalah masa lalu, dan sudah tak lagi diterima, dan oleh karena itu, dari sudut pandang Islam, tidak menghadirkan ancaman nyata. Akibatnya, mereka tidak melihat perlunya menyingkapkan berbagai pernyataan evolusi yang berupa dusta dan tak ilmiah. Mereka menyatakan bahwa “Darwinisme sudah mati.”

    Akan tetapi, berlawanan dengan apa yang mereka duga, masih banyak orang yang mendukung evolusi karena berbagai pengaruh filsafatnya, walaupun secara ilmiah, evolusi sudah runtuh.29 Para Darwinis masih amat berpengaruh di banyak negara, perguruan tinggi, berita, dan sekolah. Senyatanya, Darwinisme masih giat di panggung dunia, dengan menguasai lembaga-lembaga ilmiah, berita internasional, dan pandangan dunia para penguasa.

    Kaum evolusionis dapat memaksakan tekanan yang cukup besar terhadap dunia ilmiah. Pendapat-pendapat sepihak diajukan dalam terbitan ilmiah dan media, dan evolusi digambarkan seakan kebenaran mutlak. Terutama media, yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat, melukiskan setiap tulang fosil yang ditemukan sebagai bukti baru bagi evolusi. Hal ini didukung oleh para kalangan terpelajar Darwinis di sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi.

    Ilmuwan yang percaya kepada Tuhan dihambat dalam karir mereka, dan, karena menolak Darwinisme, buku dan ulasan karya mereka tidak diterbitkan. Lebih jauh lagi, mereka dituduh taklid dan terbelakang. Jika seorang ilmuwan di negara Barat ingin membangun karir ilmiah, ia harus menutup mata terhadap Darwinisme dan bahkan mendukungnya, terlepas dari apakah ia ingin atau tidak. Jika tidak, akan sangat sukar baginya untuk maju dalam pekerjaan pilihannya itu. 30

    Salah seorang ilmuwan pengecam teori ini yang paling terkemuka adalah Phillips E. Johnson, guru besar ilmu hukum di Univesitas California-Berkeley dan pemimpin intelektual gerakan Intelligent Design (Rancangan Cerdas),31 yang menggambarkan bagaimana teori ini digunakan sebagai senjata melawan keyakinan yang benar:

    Para pemimpin ilmu pengetahuan melihat diri terjebak dalam pertempuran mati-matian melawan kaum fundamentalis agama, julukan yang cenderung mereka berikan tanpa pandang bulu kepada siapa pun yang percaya kepada Sang Pencipta yang berperan giat dalam urusan duniawi. Para fundamentalis ini dipandang sebagai ancaman bagi kebebasan yang lepas, dan khususnya sebagai ancaman bagi dukungan masyarakat terhadap penelitian ilmiah. Sebagai mitos penciptaan paham naturalisme ilmiah, Darwinisme memainkan peran pemikiran yang sangat diperlukan dalam perang melawan fundamentalisme. Karena alasan itu, organisasi-organisasi ilmiah diabdikan untuk melindungi Darwinisme dan bukan mengujinya, dan kaidah-kaidah penelitian ilmiah telah dibentuk untuk membantu mereka agar berhasil. 32

    Menggunakan “kediktatoran intelektual” ini, kaum evolusionis mengubah sejumlah perguruan tinggi menjadi sarang pendidikan Darwinis, yang menghasilkan lulusan yang percaya bahwa filsafat materialis adalah ilmu pengetahuan. Mereka berpikir bahwa hak atas pendidikan harus dirampas dari kaum yang beriman kepada Tuhan. Satu contoh yang paling mencolok terlihat dalam sikap gusar Ali Demirsoy, seorang evolusionis dan guru besar Turki, selama debat televisi tentang evolusi. Ia melontarkan pernyataan yang senada dengan “Tidak seorang pun ilmuwan yang percaya kepada Tuhan diperbolehkan dalam perguruan tinggi. Saya akan mendepak para mukminin keluar dari perguruan-perguruan tinggi.” Pernyataan serupa itu nyata-nyata mengungkapkan sikap berprasangka kaum evolusionis.

    Kaum Muslimin mungkin terlalu berbaik sangka, karena tidak menyadari fakta sebenarnya keadaan ini, dan karena itu tak mampu membayangkan Darwinisme sebagai ancaman. Akan tetapi, para materialis dan khususnya Marxis terus mengobarkan perang yang bersungguh-sungguh melawan agama melalui dukungan “ilmiah” yang mereka peroleh dari paham Darwinisme. Itulah sebabnya, kaum Muslimin perlu sesegera mungkin membebaskan diri dari anggapan keliru bahwa Darwinisme sudah berakhir. Pada saat kaum evolusionis sedang mencanangkan perang pemikiran sedunia melawan agama, adalah salah jika mengatakan teori itu sudah mati dan memandang Darwinisme tak berbahaya.

    Menghindari Perang Pemikiran Hanya Memperkuat Darwinisme

    Mereka yang berpikir bahwa Darwinisme sudah mati atau bukan ancaman, yang menyebarkan pikiran itu di kalangan mereka sendiri, secara sadar atau tidak, membantu teori ini mendapatkan landasan baru. Saat mereka mengemukakan pendapat ini, orang pun berpikir bahwa tidak ada bahaya seperti itu. Lebih lagi, ini menghalangi tumbuhnya kepekaan pemikiran dan ilmiah terhadap propaganda, dusta, dan anjuran Darwinis, yang berarti langkah-langkah kewaspadaan tidak bisa dilakukan.

    Orang yang percaya kepada evolusi terus mempersiapkan landasan berpijak, sekalipun dengan fakta yang kedaluwarsa, dan sengit membela teori ini di setiap kesempatan. Mereka mencoba mempertahankan agar gagasan ini tetap hidup, sekalipun dengan dusta dan pengaburan makna. Karena tidak menganggap teori ini berbahaya, banyak Muslim tidak membaca atau mempelajarinya, dan karena itu tidak bisa menanggapi kaum evolusionis yang berhubungan dengan mereka secara cerdik.

    Namun, tidak sulit mempelajari dan menyerap ketidakabsahan teori ini, sebab teori ini adalah pendapat dari abad ke-19 yang telah kehilangan semua pembenaran ilmiahnya. Lebih jauh, data ilmiah tentang asal-muasal alam semesta dan kehidupan – misalnya, “penyetelan” alam semesta yang amat halus (disebut juga Prinsip Antropik), kerumitan kehidupan di aras molekul, informasi rumit dalam asal-muasal kehidupan, dan kemunculan berbagai bentuk kehidupan yang amat beragam dalam catatan fosil secara tiba-tiba, menandaskan kebenaran fakta penciptaan.

    Akan tetapi, selama mereka yang taat tidak berhasil menelaah atau mempelajari kemajuan ini, mereka akan terus kekurangan pengetahuan untuk menghadapi evolusionis secara cerdas. Jadi, mereka berupaya untuk menjawab dengan mantik yang keliru dan contoh serta keterangan yang salah. Sebelum mempergunakan bahan bacaan berlimpah yang membahas dusta gagasan Darwinis, para Muslim harus menyadari bahaya yang ada, dan meyakini perlunya perang pemikiran.

    Melihat kenyataan ini, para penganut paham penciptaan (kreasionis) melalui evolusi, yang percaya bahwa Darwinisme tidak berbahaya, sebenarnya terhitung bertanggung jawab atas sikap kaum Muslim yang tetap berdiam diri di hadapan kaum Darwinis.

    Kami katakan ini karena, sekalipun mereka tidak menganggap faktor kebetulan sebagai sebuah kemampuan mencipta, dan percaya kepada Allah, mereka tidak memiliki fakta-fakta yang dibutuhkan untuk melakukan pendekatan yang lambat dan teguh saat berhadapan dengan berbagai pernyataan evolusionis. Dan karena itu, mereka mencari jalan tengah antara pernyataan seperti itu dengan kepercayaan mereka sendiri. Hasilnya, mereka mengajukan gagasan-gagasan semacam “Allah menciptakan makhluk hidup lewat evolusi” atau “Evolusi sejalan dengan agama.”

    Akan tetapi, sebagaimana telah dijelaskan buku ini, keadaan ini tak bisa diterima siapa pun Muslim yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah. Kaum evolusionis menyatakan mereka bicara atas nama ilmu pengetahuan, namun sebenarnya mereka berdusta dengan nama ilmu pengetahuan.

    Itulah sebabnya, para Muslim tidak boleh menaruh keyakinan kepada penipuan itu, dengan penampakan luarnya yang “ilmiah”, namun harus melihat pada pemikiran yang dibela oleh teori itu. Kegagalan dalam merasakan bangunan dan filsafat tak bertuhan tempat teori ini berpijak, maupun menganggapnya benar, berarti menyerah kepadanya dan berbagi dosa atas semua kejahatan yang diakibatkan Darwinisme pada umat manusia. Tanpa sadar, Muslim serupa itu menimbulkan bahaya besar bagi masyarakat.

    Karena itulah, kaum evolusionis Muslim harus meninjau kembali gagasan-gagasan yang mereka dukung. Menyerah kepada pihak lawan, sambil mengetahui bahwa teori itu salah, tak terbukti, dan sepenuhnya tidak amanah, serta mencoba menyesuaikan Islam dengan Darwinisme merupakan pilihan yang tak bisa diterima.

    Kita tidak boleh melupakan bahwa semua Muslim diwajibkan mengobarkan perang pemikiran untuk menjungkalkan semua gagasan yang mengingkari keberadaan Allah dan menggunakan kebenaran untuk menghancurkan dusta. Menghindari tanggung jawab, mencari kesamaan pijakan dengan kaum ateis, dan memberikan kelonggaran bagi pihak lawan atau menyerah kepada gagasan-gagasan mereka, semuanya adalah kesalahan berat.

    Misalnya, dalam suatu masyarakat tempat paham komunisme menyungkup, tugas seorang Muslim bukanlah “meng-Islamkan” komunisme. Jalan sedemikian tidak memberi manfaat apa-apa bagi agama, tetapi cuma melayani kepentingan komunisme. Tugas seorang Muslim adalah menjungkalkan komunisme sebagai sebuah filsafat, menyerangnya di aras pemikiran, dan memperlihatkan kebenaran Islam.

    Dengan cara serupa, bukanlah tugas Muslim untuk “meng-Islamkan” Darwinisme, melainkan menjungkalkan dusta besar itu di aras pemikiran dan memperlihatkan kebenaran penciptaan. Karena itulah kaum Muslimin harus bertindak secara sadar, dan tidak mendukung Darwinisme yang merupakan dasar semua filsafat ateis.

    Darwinisme Menghadirkan Ancaman Pada Masyarakat

    Tak seorang pun yang berpikir secara tak memihak, jujur, dan bebas, dapat benar-benar yakin bahwa atom-atom yang tak sadar bergabung secara tanpa sengaja, mengatur dan menyusun diri, dan akhirnya menghasilkan manusia yang berpikir, menalar, merasa, melihat, mendengar, membangun peradaban, membuat penemuan, menciptakan karya seni, bergembira, berduka, atau bahkan mempelajari atom-atom yang membentuk tubuhnya sendiri melalui mikroskop elektron. Tetapi, inilah kepercayaan tidak masuk akal yang dicekokkan teori Darwin pada masyarakat. Meskipun yang digunakan adalah peristilahan ilmiah, itulah saripati mantik Darwinis.

    Orang-orang yang menerima “mantik” demikian mulai kehilangan daya urai (analisis) dan penilaian yang nalar. Setelah menerima skenario yang paling tak mungkin ini seolah amat mantiki (masuk akal), mereka menjadi tak mampu melihat bukti yang paling nyata akan iman agama.

    Mereka ini, yang telah kehilangan kemampuan berpikir serta melihat kebenaran yang paling nyata, memahami dengan sesungguhnya anjuran dan propaganda yang mereka menjadi korbannya, dan yang membuta menerima gagasan itu hanya karena mayoritas orang menerimanya, dapat mudah ditarik ke arah mana pun.

    Setelah sampai di tahap itu, orang-orang itu bahkan tidak dapat menggunakan kecerdasan mereka sendiri, suatu keadaan yang membuat jauh lebih mudah untuk memberi mereka senjata dan mengirim mereka sebagai teroris, atau meyakinkan mereka bahwa “Darwin mengatakan orang ini berasal dari ras yang lebih rendah, jadi, engkau boleh membunuhnya.”

    Nyatanya, kerusakan yang diakibatkan pada kaum muda oleh Darwinisme di banyak negara diperkirakan tidak dapat diperbaiki. Perusuh sepakbola di Inggris, kaum neo-Nazi di Jerman, kelompok skinheads (kepala plontos) di Amerika, dan jumlah terbanyak kaum muda di seantero dunia telah kehilangan semua sifat kemanusiaan.

    Mereka ini, yang merupakan pembunuh dan monster, merupakan contoh hidup dari bahaya Darwinisme. Negara-negara itu mengalami masalah yang mengenaskan dengan kaum mudanya, sebab para pemuda itu telah menerima pendidikan Darwinis.

    Kita harus sadar bahwa orang yang dibesarkan dengan cara ini tidak akan membawa apa-apa selain bahaya bagi masyarakat tempat mereka berada. Suatu hari, para pemuda masa kini akan menjadi dewasa, pemerintah, diplomat, atau guru. Jadi, jika kita berharap melihat suatu peradaban mutakhir, secara ilmiah maju, dan nalar di masa depan, kita harus mendidik para pemuda kita dengan sasaran itu selalu di benak kita.

    Ini bisa dilakukan hanya jika kita membebaskan pemuda kita dari gagasan dan dusta Darwinis dan menjelaskan kepada mereka bahwa mereka bukan hewan yang berevolusi, tetapi diciptakan Allah, memiliki jiwa, dan mempunyai pengetahuan tertinggi di antara semua makhluk hidup. Dengan kata lain, kita harus menjelaskan kepada mereka hal yang sesungguhnya.

    Jika tahu bahwa mereka telah diciptakan dengan jiwa dan kesadaran yang mulia dan unggul, kaum muda akan menyesuaikan perilakunya. Jika diyakinkan bahwa mereka telah berevolusi dari hewan, berasal dari moyang yang sama dengan kera, dan gagasan sejenis lainnya, mereka akan melihat kehidupan sebagai sebuah pertarungan dan akan memakai segala cara untuk memenanginya.

    Generasi yang cuma mementingkan diri sendiri dan tak bertanggung jawab, tega melakukan segala kekejaman dan tanpa mengenal tenggang rasa, cinta, kehormatan, atau pun persaudaraan lalu akan muncul. Dalam perkara apa pun, mereka akan melihat diri sendiri dan orang lain pada hakikatnya sebagai tak bernilai, karena percaya bahwa semua manusia diturunkan dari hewan.

    Karena percaya tidak ada artinya menjalani hidup yang berharkat dan berakhlak, mereka akan sesukanya menampilkan segala jenis kezaliman dan kerusakan akhlak.

    Karena itu, apa yang harus dilakukan adalah memberantas kediktatoran pemikiran dan teori evolusionis di sekolah-sekolah, buku-buku, pers dan media, tataran sosial – singkatnya, di mana-mana – dan mengarahkan orang ke penalaran dan pemikiran mendalam yang diminta baik oleh Al Qur’an maupun ilmu pengetahuan.

    =================

    1. Lihat Harun Yahya, Darwinism Refuted, Goodword Books, New Delhi , 2003; Phillip E. Johnson, Reason in the Balance, Intervarsity Press, 1995; Phillip E. Johnson, The Wedge of Truth, Intervarsity Press, 2000; Benjamin Wiker, Moral Darwinism: How We Became Hedonists, Intervarsity Press, 2002
    2. Di Amerika Serikat, sejumlah ilmuwan yang mengecam Darwinisme telah didepak dari kedudukan mereka oleh lembaga Darwinis seperti American Civil Liberties Union dan National Center for Science Education. Robert deHart, seorang guru SMU, dikeluarkan di tahun 1998 hanya karena menyebutkan kepada para muridnya sejumlah keterangan yang mengecam Darwinisme.
    3. Phillip E. Johnson adalah seorang tokoh terdepan dalam perang pemikiran melawan Darwinisme. Buku-bukunya mencakup Darwin on Trial, Reason in the Balance, Defeating Darwinism by Opening Minds, Objections Sustained dan The Wedge of Truth.

    32.Philip E. Johnson, Darwin On Trial, Intervarsity Press, Downers Grove, Illinois, cetakan ke-2, 1993, p.155

     
    • lazione budy 9:26 am on 5 Juni 2015 Permalink

      dari dulu saya ga percaya sama sekali sama omong kosong ini orang,

  • erva kurniawan 1:28 am on 4 June 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (15) 

    seleksi alamMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (15)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    1. Kekeliruan Bahwa “Para Moyang” yang Disebutkan dalam Al Qur’an Merujuk kepada Nenek Moyang Evolusi

    Perihal lain yang dicoba tampilkan oleh kaum evolusionis Muslim sebagai bukti pernyataan mereka adalah ungkapan “para nenek moyang”, yang muncul dalam beberapa ayat. Menurut tafsir mereka yang keliru, ungkapan ini merujuk langsung kepada nenek moyang purba manusia. Alasan mereka untuk ini adalah, kata “nenek moyang” muncul berbentuk jamak dalam Al Qur’an. Dua ayat terkait berbunyi:

    Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu.” (QS. Asy Syu’araa’, 26: 26)

    Tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. (QS. Ad Dukhaan, 44: 8)

    Akan tetapi, ini pernyataan yang dipaksakan karena penggunaan kata berbentuk jamak itu lumrah dan pasti tidak bisa digunakan sebagai dasar bagi tafsir evolusionis.

    Ungkapan ini muncul dalam banyak ayat lainnya, di antaranya Surat Al Baqarah: 133. Di sini, “para nenek moyang” tidak merujuk kepada proses evolusi mana pun, namun kepada generasi-generasi yang sebelumnya. Dengan cara serupa, istilah “para moyang, orang-orang sebelum” di masa lalu merujuk kepada generasi-generasi yang silam. Ungkapan ini tidak berisi makna evolusi:

    Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah, 2: 133)

    1. Kesalahan Tentang Bentuk Penciptaan Manusia

    Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah, dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada Hari Kiamat) dengan sebenar-benarnya. (QS. Nuh, 71: 17-18)

    Kaum evolusionis Muslim melihat ayat ini sebagai landasan teramat penting dalam menentukan dasar pandangan mereka. Ungkapan “Allah menumbuhkanmu dari tanah” disajikan sebagai bukti evolusi zat anorganik (zat tak hidup). Akan tetapi, sebagaimana dengan terang ditunjukkan dalam tafsir ayat, ungkapan ini menggambarkan penciptaan manusia pertama dari bumi (tanah).

    Hamdi Yazir dari Elmali mengajukan tafsir yang senada:

    Ada dua segi ayat. Pertama, mengatakan Dia menciptakanmu dari tanah berarti bahwa Dia menciptakan ayahmu dari tanah, dan memulai proses penciptaan bangsamu dengan menciptakannya dari tanah. Kedua, Dia menciptakan kalian semua dari tanah, sebab Allah menciptakan kita dari zat gizi, dari tumbuhan, dari bumi/tanah. 21

    Omer Nasuhi Bilmen mengajukan tafsir ini terhadap Surat Nuh 17-18:

    Hai manusia! Lihatlah ini. Allah membuatmu dari tanah bagai tumbuhan. Dengan kata lain, “Dia menciptakan Adam, moyangmu, dari tanah, atau anasir utamamu (zigot) terwujud dari tumbuhan dan beberapa bahan makanan lainnya yang tumbuh di bumi. Manusia lalu tumbuh dan hidup. (Lalu) hai manusia, Dia akan mengembalikanmu ke sana. Dengan kata lain: Saat engkau mati, engkau akan kembali ke bumi dan menjadi bagian dari tanah. (Dan) lalu Dia akan mengeluarkanmu dari kubur dan menggiring kalian semua ke Hari Kiamat. Semua ini adalah kenyataan. 22

    Uraian Imam Tabari menyatakan bahwa: “Allah menciptakanmu dari tanah bumi. Dia membuatmu dari ketiadaan … Dia lalu akan mengembalikanmu ke keadaan asalmu, ke bumi. Engkau akan kembali ke sebagaimana engkau sebelum diciptakan. Dia bisa membuatmu kembali hidup dari bumi jika Dia menghendaki.” 23

    Sebagaimana telah kita lihat dari tafsir para ulama Al Qur’an ini, ayat ini tidak dapat dipakai sebagai dasar penciptaan evolusi.

    Lagi pula, pernyataan tentang evolusi anorganik tidak memiliki dasar ilmiah. Gagasan bahwa zat-zat yang tak hidup bisa bersatu membentuk kehidupan merupakan gagasan tak ilmiah yang tidak diperkuat oleh percobaan dan pengamatan apa pun.

    Bahkan sebaliknya, ahli biologi Perancis Louis Pasteur (1822-1895) memperlihatkan bahwa kehidupan hanya mungkin berasal dari kehidupan. Ini menunjukkan bahwa kehidupan pasti dengan sengaja diciptakan. Dengan kata lain, Allah menciptakan semua makhluk hidup. (Untuk rincian lebih jauh tentang bukti ilmiah dan dusta evolusionis dalam hal ini, silakan merujuk ke Harun Yahya: The Evolution Deceit, Taha Publishers, London, 1999, dan Darwinism Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003.)

    1. Kekeliruan bahwa Al Qur’an Menunjuk ke Seleksi Alam

    Salah satu pernyataan evolusi yang paling dasar adalah, seleksi alam merupakan sebuah daya evolusi. Sebagaimana kita lihat di bab-bab sebelum ini, seleksi alam adalah dusta evolusionis, yang menyatakan bahwa yang kuat bertahan dan yang lemah tersingkir seiring waktu.

    Akan tetapi, ilmu pengetahuan mutakhir menunjukkan, seleksi alam tidak memiliki daya evolusi, dan tidak dapat menyebabkan satu jenis makhluk hidup berkembang, atau pun jenis makhluk hidup baru muncul. Akan tetapi, fakta-fakta ilmiah ini, yang sengaja diabaikan kaum Darwinis demi kepentingan materialisnya, juga diabaikan oleh kaum evolusionis Muslim. Beberapa kelompok Muslim mendukung pandangan taklid Darwinis ini, dan bahkan mencoba memberikan bukti Al Qur’an yang sangat dipaksakan baginya. Misalnya:

    Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (QS. Al Qashash, 28: 68)

    Ayat ini mengungkapkan mereka yang Allah akan tunjuki jalan yang lurus serta nabi-nabi yang akan Dia umumkan sebagai utusan. Salah besar bila mengatakan bahwa ayat ini menunjuk ke seleksi alam evolusi.

    Para ulama Al Qur’an sepakat menyetujui tafsir tersebut. Misalnya, Imam Tabari mengajukan uraian berikut:

    Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dari para hambaNya, dan memilih mereka yang Dia kehendaki untuk mengikuti jalan yang lurus. Mereka tidak berhak memilih dalam hal ini. Mereka tidak berhak memilih untuk berlaku seperti yang mereka inginkan… 24

    Ulama besar Omer Nasuhi Bilmen mengajukan tafsir berikut ini:

    Dalam ayat-ayat suci ini, Allah menyatakan kekuasaanNya dalam penciptaan, bahwa Dia menyukai dan memilih siapa yang Dia kehendaki, kebijaksanaan dan kekuatanNya, keesaanNya, kejayaan dan puja-puji milikNya, perintah ilahiahNya, dan bahwa semua hambaNya akan dipanggil menghadap keberadaan ilahiahNya. Dengan kata lain, tidak seorang pun dapat menghambat kesukaan dan pilihan sang Mahakuasa dengan cara apa pun. Apa pun yang hambaNya pilih tidak dengan sendirinya bermanfaat. Dengan segala puji, Allah tidak wajib menciptakan apa yang mereka sukai dan pilih. Allah tidak mengirimkan utusan-utusanNya berdasarkan kesukaan dan pendapat kaum yang Dia kirimi utusan itu, hanya berdasarkan pilihan ilahiahNya. Hanya Dia yang mengetahui, bagaimana dan dengan cara apa kebaikan dan kemakmuran akan terwujud. Dia tak bersekutu, tak sesuatu pun bisa ada tanpa kehendakNya yang abadi, dan kehendak siapa pun tidak dapat menentang ketentuan dan pilihanNya yang mulia. 25

    Hamdi Yazir dari Elmali menafsirkan ayat itu sebagai berikut:

    Tuhanmu menciptakan dan menetapkan apa yang Dia pilih. Dengan kata lain, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih mereka yang Dia kehendaki dari mereka yang Dia telah ciptakan. Dia menetapkan bagi mereka tugas-tugas seperti kenabian dan penyampaian pesan. Mereka tidak memiliki pilihan dalam hal ini. Selain dari yang Allah tentukan, mereka tidak berhak memilih sekutu atau penyampai kabar lain. 26

    Ayat kedua yang diajukan para evolusionis Muslim adalah:

    Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Faathir, 35: 1)

    Kaum Muslimin serupa mereka itu menganjurkan ayat ini sebagai bukti pertumbuhan evolusi. Akan tetapi, mereka harus memelintir makna ayat yang sebenarnya, demi memperoleh makna demikian.

    Hal itu juga bertentangan dengan nalar dan akal sehat, karena ayat itu membahas penciptaan malaikat. Imam Tabari menafsirkan ayat itu sebagai berikut: “Dia dapat menambah jumlah sayap malaikat sebanyak yang Dia kehendaki. Dia dapat melakukan hal serupa terhadap makhluk hidup lainnya. Penciptaan dan perintah ada di tanganNya.27 ” Omer Nasuhi Bilmen sepakat, “Dia begitu berkuasa sehingga Dia menentukan jumlah sayap dan kekuatan malaikat.” 28

    1. Kekeliruan Memperlihatkan Al Qur’an sebagai Bukti untuk Mutasi

    Sebagaimana seleksi alam, para evolusionis Muslim menafsirkan secara keliru dan memaksakan ayat-ayat Al Qur’an saat membahas mutasi. Akan tetapi menganggap bahwa sebuah pergerakan alamiah, yang tidak berpengaruh apa pun kecuali merusak, bisa menjadi bukti evolusi merupakan kesalahan yang mengenaskan.

    Tidak ada pengaruh evolusi dari mutasi yang pernah teramati. (Untuk perincian lebih jauh mengenai bukti ilmiah atas hal ini, silakan melihat Harun Yahya: Darwinism Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003 dan Evolution Deceit, Taha Publishers, London, 1999.) Hal yang penting di sini adalah bukti, yang dicoba diajukan dari Al Qur’an oleh kaum evolusionis Muslim, yang percaya bahwa mutasi merupakan mekanisme evolusi. Mereka memelintir habis sejumlah ayat sehingga jauh dari makna sebenarnya. Ayat-ayat tersebut berbunyi:

    Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami ubah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali. (QS. Yaasin, 36: 67)

    Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina.”(QS. Al-Baqarah 2: 65)

    Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya:” “Jadilah kamu kera yang hina.” (QS. Al A’raaf, 7: 166)

    Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al Maa-idah, 5: 60)

    Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. (QS. Al A’raaf, 7: 107)

    Bila tidak ada orang yang percaya bahwa perlu memelintir dan memaksakan kebenaran demi menemukan bukti Al Qur’an bagi evolusi, tidaklah mungkin memandang ayat-ayat itu sebagai bukti apa pun bagi mutasi.

    Empat ayat pertama berbicara tentang mukjizat Allah dalam mengubah tubuh makhluk hidup. Bahkan subjek pada ayat kelima (yakni, tongkat) tidak hidup, yang membuat tak mungkin berpendapat bahwa subjek itu mengalami mutasi. Penggambaran evolusionis Muslim terhadap ayat-ayat ini sebagai bukti evolusi menunjukkan, betapa zalim, memaksakan, dan tak Islami sebenarnya gagasan penciptaan evolusi.

    1. Kekeliruan bahwa Ada Hubungan Kekerabatan antara Manusia dan Kera dalam Al Qur’an

    Satu ayat yang seringkali keliru ditafsirkan selama debat tentang evolusi, dan yang ditafsirkan oleh sebagian orang sebagai suatu tanda dari teori itu, adalah ayat mengenai pengubahan yang Allah lakukan atas sekelompok orang Yahudi sehingga menjadi kera:

    Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman: “Jadilah kamu kera yang hina.” Maka, Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Baqarah, 2: 65-66)

    Ayat ini tidak bisa ditafsirkan dalam cara yang sejalan dengan teori evolusi, karena:

    1) Hukuman yang dimaksudkan mungkin dalam pengertian rasa keagamaan. Dengan kata lain, mungkin orang-orang Yahudi tersebut disejajarkan dengan kera dalam pengertian perangai, dan tidak dalam penampakan jasmaniah yang sebenarnya.

    2) Jika hukuman yang dimaksud terjadi dalam bentuk jasmaniah, itu merupakan keajaiban di luar hukum alam. Kita di sini berbicara tentang keajaiban di luar kekuatan alam biasa yang berlangsung seketika atas kehendak Allah, suatu penciptaan yang sadar. Evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup, yang berlain-lainan jenis, beralih dari satu jenis ke jenis yang lain selama jutaan tahun, secara tanpa disengaja dan bertahap. Karena alasan inilah, kisah Al Qur’an di atas tidak berkaitan apa-apa dengan jalan cerita yang diajukan oleh mereka yang mendukung evolusi.

    Nyatanya, ayat yang kedua berbunyi: “Maka, Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut diubah menjadi kera sebagai peringatan bagi mereka yang akan datang kemudian.

    3) Hukuman ini terjadi hanya sekali dan pada sekelompok orang yang terbatas jumlahnya, sementara teori evolusi mengajukan jalan cerita yang tak masuk akal dan tak ilmiah bahwa kera berkerabat dengan semua manusia.

    4) Ayat itu mengatakan bahwa manusia diubah menjadi kera; evolusi mengatakan yang terjadi adalah sebaliknya.

    5) Al Qur’an 5: 60 menceritakan bahwa ada suatu masyarakat yang telah berlaku menyimpang lalu membangkitkan murka Allah dan diubah menjadi kera dan babi.

    Ayatnya berbunyi:

    Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al Maa-idah, 5: 60)

    Dalam keadaan ini, jalinan cara berpikir yang keliru yang telah kita tinjau sepanjang buku ini menghasilkan kesimpulan yang tidak wajar, yakni ayat itu berisi bukan hanya kaitan rantai evolusi antara manusia dan kera, namun juga antara manusia dan babi! Evolusionis sekali pun tidak menyatakan ada kaitan demikian antara manusia dan babi.

    Seperti telah kita lihat sejauh ini, pernyataan bahwa sejumlah ayat Al Qur’an menuju ke arah evolusi adalah kekeliruan yang bertentangan bukan hanya dengan Al Qur’an, melainkan juga dengan pernyataan teori evolusi itu sendiri.

    ====================

    21.Hamdi Yazir dari Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/nuh.htm

    22.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 8, h. 3851

    23.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2632

    24.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 4, h. 1707

    25.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 5, h. 2622

    26.Hamdi Yazir dari Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/kasas.htm

    27.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 4, h. 1877

    28.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 6, h. 2882

     

     

     
    • cvnadagroup2017 1:57 am on 4 Juni 2015 Permalink

      blog yang bagus dengan informasi yang menggugah iman, pendapat darwin itu salah kaparah……Allahu ‘alamu bissawaab

  • erva kurniawan 1:25 am on 3 June 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (14) 

    tyrannosaurusMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (14)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    1. Kekeliruan Bahwa Manusia Pertama Diciptakan dalam Waktu yang Lama

    (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesunguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah” (QS. Shaad, 38: 71)

    Kekeliruan lain dalam penciptaan evolusi berasal dari penafsiran ayat di atas secara salah. Kaum evolusionis menyatakan bahwa ruas kalimat yang digaris-bawahi di atas menunjukkan sebuah penciptaan yang lamban dalam waktu lama. Akan tetapi, bahasa Arab yang asli jelas menegaskan bahwa ini adalah murni pandangan sepihak dan seluruhnya bertentangan:

    “innii khaaliqum basyaram min thiinin” berarti “Aku adalah Dia Yang menciptakan seorang manusia dari tanah liat.”

    Ayat ini tidak mengatakan apa-apa yang seperti “Aku sedang menciptakan”. Nyatanya, ayat ini berlanjut, “Apabila Aku telah membentuknya dan meniupkan ruhKu kepadanya, tunduk sujudlah kepadanya!” Jelas dari ayat ini bahwa kata kerja menciptakan di sini terjadi dalam sekejap.

    Sungguh, tak seorang pun ulama Al Qur’an menerjemahkannya sebagai “Aku sedang menciptakan”. Misalnya, uraian Suleyman Ates, seorang ulama Muslim Turki, terbaca:

    Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat.”

    Allah mengabari para malaikat bahwa Dia akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat busuk. Setelah mengolah tanah liat ke bentuk manusia dan meniupkan ruhNya sendiri ke dalamnya, Dia memerintahkan para malaikat agar bersujud di hadapan manusia itu. Mereka semua bersujud. Hanya Setan yang tidak bersujud kepada moyang manusia, sambil berkata bahwa ia yang tercipta dari api adalah lebih baik daripada manusia yang tercipta dari tanah liat.

    Imam Tabari menerjemahkan ayat yang sama sebagai, “Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat”, dan memberikan uraian ini:

    … Allah sekali waktu mengabari para malaikat, “Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat. Selesai Aku menciptakannya, menetapkan bentuknya, dan meniupkan ruhKu ke dalam dirinya, kalian akan bersujud kepadanya.” 12

    Mereka yang membela penciptaan evolusi juga mengutip ayat berikut ini untuk mendukung pendapat bahwa manusia diciptakan melalui sebuah proses:

    Yang menciptakan segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS. As Sajdah, 32: 7)

    Menurut tafsiran mereka, ungkapan yang digarisbawahi merujuk ke suatu proses, dalam hal ini proses evolusi. Namun, ungkapan itu sebenarnya sama sekali tidak merujuk ke proses semacam itu. Sebagaimana telah kami tekankan sepanjang buku ini, sangat banyak ayat melukiskan dengan rinci penciptaan oleh Allah dari ketiadaan, dan tak satu pun dari ayat-ayat itu dapat ditafsirkan bermakna penciptaan evolusi. Ayat berikut menekankan bahwa Allah dalam tindak penciptaan yang berkesinambungan.

    Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. An Naml, 27: 64)

    Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. Al Ankabuut, 29: 19)

    Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkannya) kembali; kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Ar Ruum, 30: 11)

    Penciptaan yang sinambung oleh Allah, atas setiap rincian di alam semesta, tidak menyiratkan evolusi. Seperti tafsir sejenis lainnya, tafsir yang satu ini sangat dipaksakan. Lebih lagi, jika Al Qur’an dilihat secara menyeluruh, pernyataan serupa akan terlihat tidak memiliki dasar yang sejati. Omer Nasuhi Bilmen menafsirkan ayat ini sebagai berarti “…Dia menciptakan Nabi Adam dari tanah,13 ” dan Imam Tabari sebagai “Dia memulai penciptaan Adam dari tanah liat.” 14

    Para evolusionis Muslim mengutip ayat-ayat di bawah ini, khususnya bagian yang digarisbawahi, untuk mendukung pandangan mereka:

    Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (QS. Al Infithaar, 82: 6-8)

    Namun, akan memaksakan makna ayat jika berkata bahwa ayat ini merujuk ke proses evolusi. Nyatanya, Hamdi Yazir dari Elmali menafsirkan ayat ini sebagai berikut:

    “Allah menciptakanmu. Jelaslah bahwa penciptaan di sini bermakna mengadakan sebelum menyusun tubuh dan organ-organnya, menetapkan ukuran dan bentuk, serta menyatukan bagian-bagian. Kita juga diberitahu bahwa keberadaan, saripati dari segala nikmat, adalah Rahmat dan Kebaikan Ilahiah yang terpenting.

    Dia lalu menyusun tubuh dan organ-organmu. Dikatakan bahwa “Dia menciptakanmu dari tanah/debu, lalu dari setetes mani, dan lalu menyempurnakanmu sebagai laki-laki” (QS. Al Kahfi, 18: 37) dan, sebagaimana dalam banyak ayat lainnya, bahwa manusia itu dibawa ke tahap ruh dapat ditiupkan ke dalam dirinya secara bertahap; Dia menyusun tubuh, organ-organ, dan kemampuan, serta memberimu keseimbangan dan kendali. Ada dua tafsiran bebas di sini, satu berasal dari ‘adl dan yang lain dari ta’dil. Karena keduanya berarti “menyeimbangkan” dan “mengembalikan ke keadaan wajar”, beberapa tafsiran telah dibuat, yang menyatakan bahwa “penciptaan sesuai dengan urutan” telah dibuat sempurna.

    Menurut uraian Muqatil, ungkapan dalam Surat Al Qiyaamah: 4 bahwa “Kami sungguh kuasa menyusun (ulang) jari-jemarinya,” berarti bahwa tubuh manusia berbentuk seimbang dan teratur, sebagaimana kesesuaian dan rincian organ-organ kembar (misalnya, mata, telinga, tangan, dan kaki) diketahui dari anatomi (ilmu urai tubuh). 15

    Menurut Abu Ali Farisi, ungkapan “Dia menyeimbangkanmu” sebenarnya berarti “Dia membentukmu dalam bentuk yang sebagus-bagusnya, dan dengan ukuran ini memberimu kemampuan mengerti nalar, gagasan, dan kekuatan, serta memberimu keunggulan atas tumbuhan dan makhluk hidup lain. Dia membawamu ke tingkat kematangan yang jauh melebihi makhluk hidup lain di dunia.” Ini sejalan dengan arti “Apabila Aku telah menyempurnakan bentuknya dan meniupkan ruhKu ke dalam dirinya” (QS. Al Hijr, 15: 29) dan “melebihkan mereka jauh di atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al Israa’, 17: 70). Semua ini adalah nikmat dan kasih sayang dari Allah. 16

    Omer Nasuhi Bilmen menafsirkan ayat itu seperti ini:

    Ya. Tuhanmu (yang menciptakanmu) memberimu wujud dari ketiadaan (lalu membentukmu), memberimu organ-organ yang bagus dan sempurna (dan menyeimbangkanmu). Dia menyeimbangkan organ-organmu, dengan keindahan yang sedap di mata dan susunan yang alami. 17

    Imam Tabari menyatakan bahwa Surat Al Infithar: 7 merujuk kepada manusia yang diciptakan dalam satu perintah:

    Hai manusia, Tuhan yang menciptakanmu membuat penciptaan itu teratur dan menghasilkanmu dalam bentuk yang sehat, teratur, dan benar. (Dengan kata lain, Dia menciptakan manusia lengkap dengan tinggi yang tertentu, ukuran yang benar, dan dalam bentuk dan rupa yang terbaik.) Allah membuatmu dengan kecantikan atau keburukan yang Dia anggap tepat. 18

    Seperti dapat dilihat dari ulasan di atas, pernyataan-pernyataannya amat jelas; semua ayat itu menunjuk ke arah penciptaan lengkap, benar, dan teratur atas manusia pertama. Pernyataan-pernyataan serupa ternyata dapat ditemukan dalam banyak ayat lain. Misalnya, Surat As Sajdah: 7-9 mengatakan:

    Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh) nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. As Sajdah, 32: 7-9)

    Kata “penciptaan” digunakan kali pertama dalam ayat-ayat ini, yang lalu berlanjut dengan mengatakan bahwa Dia menciptakan mata, telinga, dan hati. Jadi, kita diberitahu bahwa semua tahap ini terjadi pada waktu yang sama; dengan kata lain, mata, telinga, dan hati manusia pertama diciptakan bersama-sama, dan ia diciptakan dalam sesaat. Salah besar jika mengartikan ayat-ayat ini seakan merujuk kepada evolusi manusia. Nyatanya, para ulama Islam terkemuka semuanya sepakat tentang tafsir ayat ini. Misalnya, Imam Tabari mengatakan:

    … Dia lalu memunculkan manusia sebagai makhluk lengkap dalam bentuk yang teratur, kemudian meniupkan jiwaNya ke dalam dirinya, dan membuatnya makhluk yang berbicara … Dia memberi telinga agar engkau mendengar, mata agar engkau melihat, dan hati agar engkau membedakan yang benar dan yang salah, dan engkau wajib bersyukur atas nikmat-nikmat ini… 19

    Tafsir Omer Nasuhi Bilmen berbunyi: “Tuhan menyusun manusia yang mulai berbentuk, melengkapi tubuhnya sementara masih dalam rahim ibunya, dan membentuknya dengan cara yang selayaknya (dan lalu meniupkan ruhNya ke dalam tubuhnya). Dengan kata lain, Dia memberi manusia kehidupan dan mengilhami daya penting dalam jiwanya … Tuhan memberimu kuasa (pendengaran) yang amat berguna itu sehingga, berkat itu semua, engkau dapat mendengar kata-kata yang diucapkan kepadamu, dan menciptakan mata dan hatimu agar engkau dapat melihat apa-apa di sekelilingmu dan membedakan antara yang bermanfaat dan yang tidak. Masing-masing hal ini adalah nikmat ilahi yang agung.” 20

    1. Kekeliruan Bahwa Nabi Adam Bukan Manusia Pertama

    Pernyataan lain yang diajukan menyangkut penciptaan evolusi adalah Nabi Adam AS mungkin bukan manusia pertama dan bahkan mungkin bukan manusia. (Kami memohon ampun kepada Nabi Adam AS).

    Ayat berikut diajukan sebagai bukti akan hal ini:

    Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 30)

    Mereka yang mendukung pernyataan ini berkata bahwa kata kerja bahasa Arab ja’ala dalam ungkapan “Aku akan menciptakan seorang khalifah” bermakna “mengangkat”. Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa Nabi Adam bukanlah manusia pertama, namun ia “diangkat” sebagai khalifah di antara banyak orang.

    Akan tetapi, dalam Al Qur’an, kata kerja ini memiliki arti berikut:

    Menciptakan, menemukan, menerjemahkan, membuat, menempatkan, dan menjadikan

    Beberapa contoh ayat Al Qur’an saat ja’ala digunakan adalah:

    Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan (ja’ala) daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak… (QS. Az Zumar, 39: 6)

    Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan memberi kamu (ja’ala) pendengaran, penglihatan, dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al Mulk, 67: 23)

    Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan (ja’ala) matahari sebagai pelita. (QS. Nuh, 71: 16)

    Dan Allah menjadikan (ja’ala) bumi untukmu sebagai hamparan. (QS. Nuh, 71: 19)

    Sebagaimana terlihat pada ayat-ayat di atas, ja’ala memiliki banyak makna. Lebih lagi, sejumlah ayat menyatakan bahwa Nabi Adam AS diciptakan dari tanah/debu. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Nabi Adam AS bukanlah seorang manusia biasa di antara banyak orang, melainkan bahwa ia memiliki penciptaan yang khusus dan berbeda.

    Al Qur’an mengungkapkan fakta penting lainnya tentang Nabi Adam AS: pemindahannya dari Taman Surga. Dikatakan dalam ayat-ayat:

    Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh Setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al A’raaf, 7: 27)

    Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al Baqarah, 2: 35-36)

    Pernyataan ayat-ayat di atas sungguh-sungguh terang. Allah menciptakan Nabi Adam AS dari tanah/debu. Nabi Adam AS adalah penciptaan khusus yang muncul, pertama kali dari keberadaannya di surga, dan lalu dari pemindahannya dari surga.

    Namun, kaum evolusionis Muslim mengabaikan kebenaran yang nyata ini, dan bersikeras bahwa “surga” di sini tidak merujuk kepada Surga di akhirat, namun suatu tempat indah di Bumi, sekalipun Al Qur’an merinci ciri surga yang di dalamnya Nabi Adam AS diciptakan. Misalnya, Surga berisi para malaikat dan iblis, dan para malaikat berbicara kepada Allah. Salah jika menelurkan tafsir yang dipaksakan, dan mencari bukti evolusi, di saat ayat-ayat tentang masalah ini begitu jelasnya.

    Banyak ayat menyatakan bahwa semua orang diturunkan dari Nabi Adam AS. Sebagaimana Al Qur’an katakan:

    Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” Atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dulu?” (QS. Al A’raaf, 7: 172-173)

    Nabi Adam AS adalah manusia pertama dan utusan Allah yang pertama. Ayat-ayat begitu tegas dan jelas tentang masalah ini, sehingga tidak diperlukan uraian apa pun. Yang harus dilakukan orang hanyalah membaca Al Qur’an dengan hati yang tulus dan mendengarkan hati nurani. Allah akan mengungkapkan kebenaran kepada mereka yang membaca ayat-ayatNya dengan niat tersebut.

    =================

    12.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 4, h. 1991

    13.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 6, h. 2763

    14.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 4, h. 1991

    15.Hamdi Yazir dari Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/infitar.htm

    16.Hamdi Yazir dari Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/infitar.htm

    17.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 8, h. 3983

    18.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2748

    19.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 4, h. 1796

    20.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, h. 2764

     
    • cvnadagroup2017 2:11 am on 3 Juni 2015 Permalink

      teorinya darwin aja yang salah….

  • erva kurniawan 1:19 am on 2 June 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (13) 

    cara-mencegah-pencemaran-airMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (13)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    1. Kekeliruan Bahwa Penciptaan Dari Air Adalah Tanda Penciptaan Evolusi

    Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. Al Insaan, 76: 2)

    Mereka yang membela penciptaan evolusi mencoba menunjukkan, pernyataan-pernyataan dalam banyak ayat bahwa manusia diciptakan dari air adalah bukti semua makhluk hidup muncul dari air.

    Akan tetapi, ayat-ayat itu selalu ditafsirkan oleh para ulama dan pengulas Al Qur’an sebagai merujuk kepada penciptaan dari bersatunya sel mani dan telur. Misalnya, Muhammad Hamdi Yazir dari Elmali menguraikan ayat di atas sebagai berikut:

    … ia diciptakan dari nutfah berbentuk air. Nutfah adalah air murni. Ia juga berarti air mani. Nutfah dan air mani menurut kebiasaan memiliki arti yang sama. Namun, di akhir Surat Al Qiyaamah, dikatakan “nutfah dalam mani yang ditumpahkan” (QS. Al Qiyaamah, 75: 37),

    jadi, menyatakan bahwa nutfah itu bagian dari air mani tersebut.

    Sebagaimana dikabarkan dalam Sahih al-Muslim, “Anak tidak berasal dari seluruh cairan itu”. Dan, hadits itu, membahas setiap bagian kecil dari keseluruhan itu, tidak mengatakan, “Setiap bagian dari suatu cairan”, melainkan lebih membicarakan satu bagian dari “keseluruhan cairan itu”, dan bahwa seorang anak tidak berasal dari keseluruhan cairan, namun hanya dari satu bagian. Nutfah hanyalah satu bagian murni dari air mani. 7

    Ibnu Tabari menafsirkannya sebagai berarti, “Kami telah menciptakan keturunan Adam dari percampuran cairan-cairan pembuahan lelaki dan perempuan.” 8

    Omer Basuhi Bilmen menjelaskannya dalam cara ini:

    … (Kami menciptakan manusia dari setetes nutfah yang tercampur.) Kami membentuknya dari cairan lelaki dan perempuan yang tercampur. Ya … Manusia adalah, selama suatu tenggang waktu, sebuah nutfah, dengan kata lain, air yang amat jernih dan murni, dan lalu selama tenggang waktu tertentu, sebuah ‘alaq, dengan kata lain, segumpal darah, dan lalu sebuah mudgha, dengan kata lain, segumpal daging. Kemudian, tulang-tulang terbentuk dan dibungkus daging, dan menjadi hidup …9

    Seperti kita lihat dari penjelasan-penjelasan ini, tidak ada kaitan antara penciptaan manusia dari “setetes nutfah yang tercampur” dengan pernyataan teori evolusi bahwa manusia muncul secara bertahap dari sebuah sel tunggal yang berkembang tanpa disengaja dalam air. Sebagaimana dikatakan semua pakar Al Qur’an termasyhur, ayat ini menarik perhatian kita kepada fakta penciptaan di dalam rahim ibu.

    Jika kita mencermati sebuah ayat lain, tempat dibahas tahap-tahap penciptaan manusia, kekeliruan dasar dalam berbagai uraian ini terungkap dengan jelas:

    Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka (ketahuilah), sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. Al Hajj, 22: 5)

    Dalam ayat ini, tahap-tahap penciptaan manusia dijabarkan. Debu atau tanah, yakni, zat-zat organik dan anorganik, yang ditemukan dalam bentuk dasarnya di permukaan dan di dalam bumi, adalah bahan mentah yang mencakup berbagai mineral dan anasir dasar dalam tubuh manusia.

    Tahap kedua adalah penyatuan zat-zat ini dalam air mani, yang dijelaskan Al Qur’an sebagai setetes nutfah yang tercampur. Tetesan ini berisi sel mani yang memiliki informasi dan susunan genetis yang diperlukan untuk membuahi telur dalam rahim ibu. Singkatnya, bahan mentah manusia adalah (tanah/debu) bumi, yang saripatinya dikumpulkan dalam setetes air mani dengan cara yang akan melahirkan manusia.

    Setelah tahap air, tahap-tahap perkembangan manusia di dalam rahim ibu dijelaskan dalam Al Qur’an. Di sisi lain, teori evolusi memperkirakan adanya berjuta-juta tahap dugaan/hipotetis (sel pertama, makhluk bersel tunggal, makhluk bersel banyak, hewan tak bertulang belakang, hewan bertulang belakang, reptil, mamalia, primata, dan tahap-tahap serupa yang tak terhitung banyaknya) antara timbulnya kehidupan di air sampai ke pembentukan manusia. Akan tetapi, dalam urutan yang disajikan ayat di atas, nyata bahwa tidak ada penjelasan yang demikian, sebab manusia mengambil bentuk ‘alaq setelah ia berbentuk setetes air.

    Karena alasan ini, jelaslah bahwa ayat di atas tidak melukiskan tahap-tahap evolusi yang berbeda yang dilalui manusia, melainkan tahap-tahap penciptaan sejak sebelum dan di dalam rahim ibu sampai masa tua.

    Ayat-ayat lain yang menyatakan bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya diciptakan dari air juga tidak mengandung arti yang dapat dipakai untuk mendukung evolusi. Ayat-ayat berikut ini termasuk di antara ayat yang berisi pernyataan semacam itu:

    Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. Al Anbiyaa’, 21: 30)

    Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. An Nuur, 24: 45)

    Ayat-ayat di bawah ini jelas menyatakan bahwa “setetes air” itu adalah air mani:

    Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari air mani, apabila dipancarkan (min nuthfatin idzaa tumnaa). Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati). (QS. An Najm, 53: 45-47)

    Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan ke dalam rahim (nuthfatam mim maniyyiy yumnaa)…? (QS. Al Qiyaamah, 75: 37)

    Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar (khuliqa mim maa-in dafiqin), yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (QS. Ath Thaariq, 86: 5-7)

    Sebagian pengulas Al Qur’an ada yang berpikir bahwa “penciptaan makhluk hidup dari air” mengandung arti yang sejalan dengan teori evolusi. Akan tetapi, pandangan ini sungguh lemah. Ayat-ayat itu mengungkapkan bahwa air adalah bahan mentah bagi makhluk hidup, dengan cara mengatakan bahwa semua makhluk hidup diciptakan darinya. Nyatanya, biologi mutakhir mengungkapkan bahwa air merupakan unsur paling mendasar semua makhluk hidup, sebab tubuh manusia kira-kira 70 persennya air. Air memungkinkan gerakan dalam sel, antar-sel, dan antar-jaringan. Tanpa air, tidak akan ada kehidupan.

    1. Kekeliruan bahwa Penciptaan Itu yang Pertama dari Tanah Lalu dari Air Berarti Penciptaan Evolusi

    Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? (QS. Al Kahfi, 18: 37)

    Imam Tabari menguraikan ayat ini sebagai berikut:

    … Apakah engkau hendak mengingkari Allah yang menciptakan ayahmu Adam dari tanah/debu, lalu menciptakanmu dari cairan lelaki dan perempuan, lalu membungkusmu dalam bentuk manusia? Allah, Dia yang memberimu semua ini dan menjadikan dirimu seperti saat ini, mewujudkanmu untuk membuatmu makhluk hidup lain setelah engkau mati dan kembali ke tanah. 10

    Uraian Omer Nasuhi Bilmen atas ayat yang sama mengatakan:

    Apakah engkau mengingkari Allah Mahaperkasa yang menciptakan Nabi Adam, moyang bangsamu dan musabab penciptaanmu, (dari tanah/debu), Yang lalu menciptakanmu dan (membentukmu sebagai lelaki setelah menciptakanmu) dari nutfah dan setetes mani, Yang mewujudkanmu sebagai manusia lengkap sebagai hasil tahap-tahap kehidupan yang berbeda? Karena mengingkari hidup sesudah mati sama dengan mengingkari Allah Mahaperkasa, Yang memberimu kabar bahwa itu akan terjadi dan Yang memiliki kekuasaan untuk membuatnya terjadi. 11

    Sebagaimana ditunjukkan oleh para pengulas ini, memakai ayat-ayat sejenis itu sebagai bukti proses evolusi tidaklah lebih daripada pendapat pribadi murni, sebab dengan cara apa pun ayat-ayat itu tidak membawa makna yang dilekatkan kaum evolusionis padanya.

    Ungkapan penciptaan dari tanah/debu melukiskan penciptaan Nabi Adam, dan penciptaan dari air merujuk kepada pertumbuhan manusia, mulai dari air mani. Diperlihatkan dalam ayat berikut ini bahwa Allah menciptakan manusia langsung dari tanah liat kering.

    Ayat ini, yang menggambarkan penciptaan Nabi Adam, tidak membicarakan suatu tahap:

    Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al Hijr, 15: 28-29)

    Jika kisah Al Qur’an tentang tahap-tahap penciptaan dibaca dengan cermat, sambil mengingat proses-proses yang berurut, akan segera disadari bahwa pandangan evolusi itu adalah tidak benar.

    Al Qur’an berisi banyak ayat yang menunjukkan bahwa Nabi Adam AS tidak diciptakan melalui tahap evolusi. Salah satunya berbunyi:

    Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah!” (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. Ali ‘Imran, 3: 59)

    Ayat di atas menyatakan bahwa Allah menciptakan Nabi Adam AS dan Isa AS, dengan cara serupa. Sebagaimana telah kami tekankan sebelumnya, Nabi Adam diciptakan tanpa orangtua, dari tanah, dengan perintah Allah “Jadilah!” Nabi Isa juga diciptakan tanpa ayah, atas kehendak Allah yang diungkapkan lewat perintah “Jadilah!” Dengan perintah ini, Maryam AS pun mengandung Isa:

    Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: Demikianlah. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” (QS. Maryam, 19: 17-21)

    Dalam ayat lain yang merujuk kepada penciptaan dari air dan tanah, bukanlah tahap-tahap evolusi yang dijelaskan, namun tahap-tahap penciptaan manusia sebelum berada dalam rahim, selama di dalamnya, dan sesudah dilahirkan.

    Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka (ketahuilah), sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. Al Hajj, 22: 5)

    Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya). (QS. Al Mu’min, 40: 67)

    Dari air mani, apabila dipancarkan. (QS. An Najm, 53: 46)

    ***

    7.Hamdi Yazir of Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/insandehr.htm

    8.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2684

    9.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 8, h. 3915

    1. 52. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 3, h. 1268

    11.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 4, h. 1958

     
  • erva kurniawan 1:11 am on 1 June 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (12) 

    quranMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (12)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Kekeliruan Mereka Yang Menggunakan Ayat-Ayat Al Qur’an Untuk ‘Membuktikan’ Evolusi

    Panduan dasar bagi semua Muslim yang percaya kepada Allah dan Islam adalah Al Qur’an dan Sunnah (teladan) Nabi SAW. Al Qur’an mengandung banyak ayat tentang penciptaan kehidupan dan alam semesta.

    Tidak ada dari ayat-ayat ini yang memberikan tanda, sekalipun yang paling samar, tentang penciptaan melalui evolusi.

    Dengan kata lain, Al Qur’an tidak mendukung gagasan bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu jenis ke jenis lainnya, atau bahwa ada rantai kaitan evolusi di antara itu semua. Sebaliknya, Al Qur’an mengungkapkan bahwa Allah menciptakan kehidupan dan alam semesta secara ajaib dengan memerintahkan “Jadilah!” Jika mengingat bahwa berbagai temuan ilmiah juga menggugurkan evolusi, kita melihat sekali lagi bagaimana Al Qur’an selalu sejalan dengan ilmu pengetahuan.

    Tentu saja, jika Allah kehendaki, Dia dapat menciptakan apa pun lewat cara evolusi. Namun, tiada tanda Dia melakukan hal itu dalam Al Qur’an, dan tidak satu ayat pun mendukung pernyataan evolusionis bahwa jenis makhluk hidup berkembang secara bertahap.

    Jika penciptaan terjadi secara demikian, kita seharusnya bisa membaca rinciannya dalam Al Qur’an. Walaupun semuanya demikian jelas, sebagian kaum Muslimin yang mendukung paham Darwinisme salah menafsirkan ayat-ayat tertentu, dengan memberikan makna yang tidak sejalan dengan makna jelas dan tegas yang sebenarnya dikandung ayat-ayat itu.

    Untuk membela evolusi dan menyediakan sejumlah bukti Al Qur’an baginya, makna sejumlah ayat dipelintir, tebak-tebakan diandalkan, dan tafsir yang berprasangka dibuat.

    Tentang orang-orang dalam keadaan berbahaya ini, Allah berfirman yang berikut:

    Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah.” Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali ‘Imran, 3: 78)

    Mereka yang mengetahui Al Qur’an namun memelintir makna asli ayat-ayatnya dan sengaja salah menafsirkan ayat-ayat itu dikatakan berdusta terhadap Allah. Tak seorang Muslim pun suka rela berbuat demikian, karena terlalu takut akan akibat-akibatnya. Jadi, semua uraian yang berdasarkan dugaan dan tebakan, khususnya yang dibuat oleh mereka yang mengetahui Al Qur’an dan apa yang dikatakannya tentang masalah-masalah sepenting ini, secara akhlak tak bisa diterima.

    Tentu saja, adalah salah apabila kita menyamaratakan setiap orang yang menyatakan evolusi selaras dengan agama, sebab sebagian mereka tidak memikirkan apa makna pernyataan semacam itu, dan sebagian lain tidak menyadari bahaya-bahaya yang menyurukinya. Sekalipun demikian, tidak boleh menyesatkan orang lain tentang apa yang dikatakan Al Qur’an, dengan cara berbicara atas nama Allah, dan mencoba membuktikan evolusi dengan menggunakan ayat-ayat Al Qur’an.

    Mereka yang melakukan hal itu harus meninjau kembali beratnya akibat perbuatan mereka dan menghindarkan diri dari membuat tafsir dan uraian seperti itu, sebab Allah akan meminta tanggung jawab mereka atas kata-kata mereka. Tidak hanya mereka memperdaya diri sendiri, namun juga memperdaya orang-orang yang membaca karya-karya mereka – sungguh tanggung jawab yang berat.

    Pada akar masalahnya adalah hal ini: kaum Muslimin yang percaya evolusi menerima gagasan tersebut sebagai fakta ilmiah, sehingga mereka mendekati Al Qur’an dengan anggapan bahwa Al Qur’an harus menegaskan evolusi. Jadi, mereka memuati setiap kata yang mungkin memiliki tafsir evolusioner dengan makna yang tak mungkin dikandungnya. Apabila Al Qur’an dilihat secara utuh, atau bila ayat yang terkait dibaca dalam kaitan dengan ayat sebelum dan sesudahnya, orang dapat melihat bahwa penjelasan yang ditawarkan itu adalah dipaksakan dan tidak sah.

    Dalam bab ini, kita akan meninjau ayat-ayat yang disajikan oleh kaum Muslimin, yang menerima evolusi, sebagai bukti evolusi. Kita lalu akan menanggapi berbagai pernyataan mereka, juga dari Al Qur’an, dan membandingkan semua itu dengan tafsir yang dibuat oleh para ulama Islam yang terkemuka.

    Akan tetapi, kita harus tetap ingat akan kenyataan dasar berikut ini: Al Qur’an harus dibaca dan ditafsirkan dalam bentuk yang telah Allah ungkapkan, dengan hati yang tulus sepenuhnya dan tanpa terpengaruhi gagasan dan filsafat apa pun yang bukan Islam.

    Mendekati Al Qur’an dengan cara ini akan mengungkapkan bahwa Al Qur’an tidak berisi keterangan tentang penciptaan lewat evolusi. Sebaliknya, akan terlihat bahwa Allah menciptakan makhluk hidup dan segala sesuatu dengan perintah tunggal “Jadilah!” Jika makhluk setengah-manusia-setengah-kera memang benar-benar ada sebelum Nabi Adam, Allah akan menerangkannya dengan jelas dan mudah dimengerti. Fakta bahwa Al Qur’an amat jelas dan amat mudah dimengerti menunjukkan bahwa pernyataan tentang penciptaan evolusi tidaklah benar.

    1. Kekeliruan Bahwa Manusia Diciptakan Melalui Tahap-Tahap Evolusi

    Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS. Nuh, 71: 13-14)

    Mereka yang mendukung penciptaan evolusi menafsirkan kata-kata “beberapa tingkatan kejadian” sebagai “melalui tahap-tahap evolusi”. Akan tetapi, menafsirkan kata bahasa Arab atwaran sebagai tahap-tahap evolusi, yang tak lebih daripada sebuah pendapat pribadi, tidak secara umum disepakati oleh semua ulama Islam.

    Atwar (suasana, keadaan) merupakan bentuk jamak tawru, dan tidak muncul dalam bentuk itu pada ayat Al Qur’an yang lain. Tafsiran dunia Islam atas ayat ini memperlihatkan fakta tersebut.

    Dalam tafsirnya, Muhammad Hamdi Yazir dari Elmali menerjemahkan ayat itu sebagai: “Ia menciptakanmu tahap demi tahap melalui beberapa keadaan.” Dalam uraiannya, ia melukiskan tahap-tahap ini sebagai “tahap-tahap evolusi”. Akan tetapi, penjelasan ini tidak berkaitan dengan evolusi yang menyatakan bahwa akar manusia terletak di makhluk hidup lainnya.

    Nyatanya, sesudah itu Yazir segera mengatakan bahwa tahap-tahap tersebut adalah:

    Menurut penjelasan yang diberikan Ebus Suud 1 , pertama datang unsur-unsur, lalu zat gizi, lalu adonan/campuran, lalu sel mani, lalu segumpal daging, lalu daging dan tulang, dan ini akhirnya dibentuk dengan penciptaan yang sepenuhnya berbeda.

    “Maka Mahasuci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun, 23: 14)

    Tidakkah Allah, Sang Pencipta yang Mahaperkasa, patut dipuja dan diagungkan? Tidakkah Dia sanggup terus mengangkatmu lebih jauh dengan bentuk dan penciptaan lain? Atau tidakkah Dia juga bisa menghancurkanmu dan melemparkanmu ke dalam siksaan yang pedih? Mengapa tidak kaupikirkan semua hal ini?

    Seperti ditunjukkan semua pernyataan di atas, ayat ini menggambarkan bagaimana manusia mencapai rahim ibunya sebagai sebuah sel mani, berkembang sebagai janin dan lalu segumpal daging, dan lalu tumbuh menjadi daging dan tulang sebelum lahir ke dunia sebagai manusia.

    Dalam uraian Imam Tabari, Surat Nuh: 14 diterjemahkan sebagai “Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian”, dan ini ditafsirkan sebagai bermakna “Engkau kali pertama berbentuk sebutir sel benih, lalu Dia menciptakanmu sebagai segumpal darah, lalu sepotong kecil daging.” 2

    Omer Basuhi Bilmen menerjemahkan ayat itu sebagai “Nyatanya, Dia menciptakanmu melalui aneka tingkatan”, dan meneruskan dengan tafsir berikut:

    Dia (menciptakan)mu melalui aneka tingkatan. Engkau pertama kali adalah sebutir benih, lalu setetes darah. Engkau menjadi sepotong daging dan memiliki tulang, lalu engkau dilahirkan sebagai manusia. Tidakkah semua kejadian dan perubahan, yang bermacam-macam dan patut dijadikan contoh ini, merupakan bukti cemerlang akan keberadaan, kekuasaan, dan keagungan Tuhan Penciptaan? Mengapa engkau tidak memikirkan penciptaan dirimu sendiri? 3

    Sebagaimana kita lihat di sini, para ulama Al Qur’an Muslim sepakat bahwa penafsiran Surat Nuh: 14 merujuk kepada proses yang terlibat dalam perkembangan manusia dari penyatuan sel mani dan sel telur. Bahwa ayat tersebut harus ditafsirkan dengan cara ini adalah jelas dari azas “menafsirkan ayat Al Qur’an menurut ayat Al Qur’an lainnya”, karena dalam ayat-ayat lain Allah menjelaskan tahap-tahap penciptaan sebagai apa yang terjadi dalam rahim ibu. Itulah sebabnya, atwaran harus diterjemahkan dengan cara ini. Tidak dibenarkan menggunakan kata itu sebagai dukungan bagi teori evolusi, yang mencoba mengaitkan asal-muasal manusia dengan jenis makhluk hidup lainnya.

    1. Kekeliruan Bahwa Al Qur’an Berisi Isyarat Akan Proses Evolusi

    Bukankah sudah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. Al Insaan, 76: 1)

    Orang-orang yang sama tersebut juga menggunakan ayat ini sebagai bukti evolusi. Dalam terjemahan yang berdasarkan penafsiran pribadi, ungkapan “saat ia bukan sesuatu yang patut disebutkan” diungkapkan sebagai pernyataan “keadaan-keadaan sebelumnya, saat manusia belum menjadi manusia”. Akan tetapi, pernyataan ini sama jauhnya dari kebenaran dengan pernyataan pertama.

    Bagian berbahasa Arab dari ruas yang digarisbawahi adalah:

    Lam yakum shay’am madzkuuraan

    lam yakun: ia bukanlah

    shay’an: sesuatu

    madzkuuraan: yang dibicarakan, disebutkan

    Mencoba menggunakan ungkapan ini sebagai bukti evolusi adalah benar-benar memaksakan kata-kata. Nyatanya, para ulama Al Qur’an tidak menafsirkan ayat ini sebagai menandakan proses evolusi. Misalnya, Hamdi Yazir dari Elmali membuat uraian berikut:

    Awalnya adalah berbagai anasir dan mineral, lalu gizi tumbuhan dan hewan – “saripati tanah” (QS. Al Mu’minuun, 23: 12) diciptakan dari semua itu dalam tahap-tahap. Lalu, sesuatu muncul amat lambat dan bertahap dari sel mani yang disaring dari semua itu. Namun, itu bukan sesuatu yang disebut manusia. Manusia tidak abadi, begitu juga zatnya; itu muncul kemudian. Manusia ada lama sesudah permulaan waktu dan penciptaan alam semesta. 4

    Omer Basuhi Bilmen menjelaskan ayat itu dengan cara ini:

    Ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk melihat dan mendengar dari setetes air saat ia belum menjadi, dan Dia telah menetapkan suatu cobaan baginya … Manusia belum ada pada awalnya, namun diciptakan belakangan sebagai tubuh dibentuk dari setetes air, tanah, dan lempung. Orang itu tidak dikenal saat itu, namanya dan mengapa ia diciptakan tak diketahui oleh penghuni Bumi dan langit. Ia lalu mulai diingatkan bahwa ia memiliki ruh. 5

    Imam Tabari menjelaskan arti ayat ini sebagai: “Begitu lama waktu telah berlalu sejak masa Adam yang di masa itu ia bahkan bukan sesuatu yang memiliki nilai atau keunggulan apa pun. Ia bukan apa-apa selain tanah liat yang lengket dan digubah.” 6

    Karena alasan ini, memandang ungkapan waktu dalam ayat ini sebagai tenggang waktu evolusi adalah murni sebuah pendapat pribadi.

    ***

    1.Ebus Suud adalah sheik Islam dan ulama zaman Ottoman yang hidup antara 1492/3-1574/5.

    1. Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2631

    3.Omar Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 8, h. 3851)

    4.Hamdi Yazir of Elmali, http: //www.kuranikerim.com/telmalili/insandehr.html

    5.Omer Nasuhi Bilmen, Turkish Edition of and Commentary on the Al Qur’an, vol. 8, h. 3851

    6.Imam at-Tabari, Tabari Commentary, vol. 6, h. 2684

     
  • erva kurniawan 1:09 am on 30 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (11) 

    lebahMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (11)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Perilaku Lebah: Kebuntuan Bagi Kaum Evolusionis

    Dalam Al Qur’an, Allah mengungkapkan bahwa Dia telah mengilhami lebah dan memerintahkan kepadanya apa yang harus dilakukannya:

    Seperti kita ketahui, lebah mengumpulkan serbuk sari dan menghasilkan madu dengan cara mencampur serbuk sari dengan cairan dari tubuhnya. Untuk menyimpan madu dan membesarkan anak-anaknya, lebah membentuk sel-sel lilin heksagonal (segi enam) yang semuanya amatlah teratur, bersudut sama, dan secara umum sama sebangun. Lebah membangun sarang madu dengan sel-sel itu. Lebih jauh, lebah yang meninggalkan sarang mencari makan dan selalu kembali ke sana memiliki sistem khusus yang diciptakan Allah sehingga dapat menemukan jalan pulang.

    Bagi seekor serangga, mengetahui besarnya sudut astakona, menemukan resep lilin dan merancang sistem yang diperlukan untuk menghasilkannya dalam tubuhnya, dan memasukkan keterangan itu ke dalam DNA-nya sendiri sehingga anggota sejenisnya di masa depan memiliki kemampuan yang sama, sudah pasti tidak mungkin.

    Sudah sendirinya terbukti bahwa lebah telah diajarkan semua hal itu oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, pengetahuan semacam itu telah diilhamkan dalam dirinya, sebagaimana diungkapkan ayat-ayat di muka.

    Allah, Yang Maha Mengetahui, menjabarkan kepada lebah apa yang harus dikerjakannya, dan lebah bertindak dalam sepenuhnya penerangan ilham itu. Perilaku sadar sedemikian merupakan bukti nyata penciptaan.

    Penelitian sifat-sifat serupa pada hewan mengungkapkan rancangan tanpa cacat dan kesadaran lebih tinggi yang melekat pada makhluk hidup. Hal-hal seperti itu menyempatkan orang sekali lagi mengerti kekuatan Allah yang tak tertandingi. Dia memiliki daya menciptakan makhluk apa pun yang Dia kehendaki dan dengan sifat-sifat apa pun yang Dia kehendaki, memiliki kekuatan tak berbatas, dan Penguasa segala sesuatu.

    Akan tetapi, kaum evolusionis percaya bahwa sifat-sifat luar biasa makhluk hidup muncul tanpa disengaja. Menurut pernyataan tak masuk akal ini, lebah belajar menghitung sudut dan berhasil menularkan pengetahuannya kepada lebah lain secara tidak disengaja atau kebetulan. Ketidaksengajaan juga mendorong munculnya sistem tubuh yg menghasilkan lilin dan madu.

    Sekadar renungan beberapa detik saja sudah cukup untuk melihat bahwa jalan cerita khayal seperti itu adalah jauh dari nalar dan ilmu pengetahuan. Allah menciptakan lebah dan memberinya kesadaran. Keajaiban penciptaan serupa itu menempatkan kaum evolusionis ke dalam sebuah kesulitan tanpa jalan keluar.

    Nabi Sulaiman Mengerti Bahasa Semut

    Telah disinggung di bagian sebelum ini bahwa kaum evolusionis menganggap makhluk hidup adalah karya ketidaksengajaan buta dan peristiwa acak. Dalam pandangan mereka, sekalipun menghadapi fakta bahwa sama sekali tiada bukti yang membenarkan pendapat khayali ini, hewan tidak memiliki kesadaran. Akan tetapi, ada banyak bukti yang membantah pernyataan mereka.

    Tinjaulah kisah dalam Al Qur’an tentang Nabi Sulaiman AS dan seekor semut betina. Menurut ayat-ayat Al Qur’an tersebut, beliau mendengar dan mengerti kata-kata semut itu, sebagaimana diceritakan ayat-ayat berikut ini:

    Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu-bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. An Naml, 27: 18-19)

    Seperti ditegaskan ayat ini, seekor semut berkata kepada semut lainnya. Tentu, tidak mungkin makhluk yang dianggap “diciptakan” oleh ketidaksengajaan dapat memiliki sistem komunikasi khusus yang membuatnya mampu menyampaikan pesan kepada masyarakatnya, atau menunjukkan perilaku yang menandakan nalar dan akal. Makhluk yang mewujud karena kehendak Allah akan menunjukkan perilaku sadar dengan cara dan rentang yang dikehendaki Allah. Manusia bisa saja bertukar pikiran dengan makhluk semacam itu, jika Allah menghendakinya.

    Hewan-hewan, yang menurut teori evolusi, diperkirakan tidak memiliki kesadaran, ternyata menampakkan bukti adanya penalaran yang memadai, sebagaimana kita lihat dalam dua contoh ini. Mungkin kita tidak bisa mengharapkan kaum Darwinis untuk mengerti sifat luar biasa pada keadaan ini (Kita kecualikan dari sangkaan apa pun mereka yang berpikir tulus dan mengikuti petunjuk nuraninya). Akan tetapi, mereka yang berkata bahwa mereka percaya kepada keberadaan dan kekuasaan Allah, harus benar-benar memikirkan tanda-tanda semacam itu, sebab semua itu membantah evolusi. Ini, pada gilirannya, memperlihatkan bahwa evolusi tidak dapat dibela dengan cara apa pun yang mungkin.

    Penciptaan Adalah Sebuah Keajaiban

    Mengabaikan kenyataan bahwa Allah memiliki kekuasaan untuk menciptakan dan menghancurkan berperan penting dalam menyebabkan sebagian kaum Muslimin percaya kepada evolusi. Kaum evolusionis Muslim ini ada di bawah pengaruh paham naturalisme, yang menyatakan bahwa hukum-hukum alam tetap sifatnya dan tak berubah, dan bahwa tak sesuatu pun dapat berada di luar itu semua. Namun, ini kekeliruan besar.

    Yang kita maksudkan dengan “hukum alam” lahir dari tindakan Allah menciptakan dan mempertahankan benda dalam sebuah bentuk tertentu. Tidak mungkin semua itu dianggap sebagai sifat-sifat yang muncul dari dalam benda sendiri. Sebagaimana Allah tegaskan, Dia dapat mengubah hukum-hukum itu kapan saja, dan bertindak di luar cakupan semua itu.

    Kita menyebut tindakan Allah yang demikian itu sebagai mukjizat (keajaiban). Bahwa sekawanan penghuni gua yang disebutkan di muka tetap hidup selama lebih dari 300 tahun merupakan sebuah keajaiban di luar hukum-hukum alam. Mereka, yang Allah matikan dan lalu hidupkan kembali, adalah juga keajaiban. Setiap peristiwa terjadi karena Allah menghendakinya terjadi. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batas-batas hukum tertentu adalah peristiwa “biasa”, sementara selebihnya adalah keajaiban.

    Hal yang mesti dimengerti di sini adalah, Allah tidak dibatasi oleh hukum yang Dia ciptakan. Jika Dia kehendaki, Dia dapat membalikkan semua hukum alam. Mudah bagi Allah melakukan hal itu.

    Karena sudah terperosok ke dalam pengaruh paham naturalisme yang membentuk landasan Darwinisme, para evolusionis Muslim mencoba menjelaskan asal-muasal manusia dan kehidupan lainnya berdasarkan hukum alam. Mereka percaya bahwa Allah membuat makhluk hidup terwujud dengan cara penciptaan yang dibatasi oleh hukum alam, dan karena itu membayangkan bahwa penciptaan disebabkan oleh mutasi, seleksi alam, pembentukan keragaman (variasi), dan satu makhluk hidup berubah menjadi makhluk hidup lain. Akan tetapi, salah besar bagi kaum Muslimin untuk menerima jalan pikiran “naturalis” seperti itu, sebab mukjizat-mukjizat (keajaiban) yang dilukiskan dalam Al Qur’an nyata-nyata mengungkapkan bahwa cara berpikir demikian adalah rapuh landasannya.

    Apabila kita cermati ayat-ayat yang membahas penciptaan makhluk hidup dan manusia, kita melihat bahwa penciptaan ini terjadi secara ajaib dan di luar hukum-hukum alam. Inilah bagaimana Allah mengungkapkan penciptaan makhluk hidup:

    Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya, dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. An Nuur, 24: 25)

    Ayat ini merujuk ke kelompok-kelompok utama makhluk hidup di Bumi (reptil, burung, dan mamalia) dan mengatakan bahwa Allah menciptakan itu semua dari air. Ditinjau lebih seksama, kelompok-kelompok ini tidak diciptakan “dari satu kelompok menjadi kelompok lainnya”, sebagaimana “diramalkan” oleh teori evolusi, namun “dari air”. Dengan kata lain, semua itu dibentuk secara terpisah dari satu zat yang dibentuk Allah.

    Ilmu pengetahuan mutakhir juga menegaskan bahwa satu zat tersebut adalah air, penyusun dasar setiap tubuh yang hidup. Tubuh mamalia adalah kira-kira 70 persen air. Air tubuh setiap makhluk hidup memungkinkan hubungan di antara sel-sel, maupun hubungan di dalam sel dan antar-jaringan. Sudah disepakati bahwa tiada yang bisa hidup tanpa air.

    Namun, sebagian kaum Muslimin keliru menafsirkan ayat di atas, dan mencoba memberinya makna yang lebih sejalan dengan evolusi. Akan tetapi, jelas bahwa fakta penciptaan dari air sama sekali tidak berkaitan dengan evolusi, karena teori itu tidak menyatakan bahwa semua makhluk hidup muncul dari air dan berevolusi. Sebaliknya, teori itu bertahan bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu jenis ke jenis lain, pertentangan yang nyata dengan fakta bahwa semua kelompok makhluk hidup diciptakan dari air (dengan kata lain, semua itu diciptakan sendiri-sendiri secara terpisah).

    Penciptaan Manusia Dari Tanah Liat

    Dalam Al Qur’an, Allah mengungkapkan bahwa manusia diciptakan secara ajaib. Untuk menciptakan manusia pertama, Allah membentuk tanah liat, lalu meniupkan ruh ke dalamnya:

    (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”. (QS. Shaad, 38: 71-72)

    Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS. Al Mu’minuun, 23: 12)

    Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. (QS. Ash Shaffaat, 37: 11)

    Terlihat di sini bahwa manusia tidak diciptakan dari kera atau makhluk hidup lainnya, sebagaimana kaum evolusionis Muslim inginkan kita percayai, namun dari tanah liat, suatu zat yang tak-hidup. Allah secara ajaib mengubah zat tak-hidup itu menjadi manusia dan meniupkan ruh ke dalamnya.

    Tidak ada “proses evolusi alamiah” yang bekerja di sini, melainkan penciptaan Allah yang ajaib dan langsung. Nyatanya, firmanNya sebagaimana berikut ini memperlihatkan bahwa manusia diciptakan langsung oleh kekuasaan Allah:

    Allah berfirman: “Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” (QS. Shaad, 38: 75)

    Singkatnya, Al Qur’an tidak berisikan kisah “evolusi” penciptaan manusia dan makhluk hidup. Sebaliknya, Al Qur’an mengatakan bahwa Allah menciptakan semua makhluk secara ajaib dari zat-zat tak hidup seperti air dan lumpur. Sekalipun demikian, sejarah Islam menunjukkan bahwa sebagian kaum Muslimin terpengaruhi filsafat Yunani kuno, maupun oleh anasir-anasir evolusi dan materialis di kalangan Muslim sendiri, dan lalu mencoba menyesuaikan filsafat itu dengan Al Qur’an.

    Ulama dan pembaharu besar Islam, Imam Ghazali (wafat 1111), menanggapi kecenderungan ini, yang muncul di saat beliau masih hidup, dalam bukunya Tahafut al-Falasifa (Ketaklurusan Para Filsuf) dan buku lainnya. Akan tetapi, bersamaan dengan penyebaran teori evolusi selama abad ke-19 dan ke-20, pandangan-pandangan “penciptaan lewat evolusi” mulai muncul kembali di dunia Islam.

    Bab selanjutnya meninjau kekeliruan-kekeliruan yang dibuat sebagian kaum Muslimin yang membela pandangan-pandangan itu, dan menguraikan ulasan mereka tentang ayat-ayat Al Qur’an yang mereka gunakan untuk membenarkan kedudukan mereka.

     
  • erva kurniawan 1:54 am on 29 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (10) 

    Reciting-QuranMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (10)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Bagaimana Burung Yang Dibuat Dari Tanah Oleh Nabi Isa Menjadi Hidup

    Allah menganugerahi Nabi Isa AS dengan sifat-sifat metafisik dalam kehidupan di dunia ini, sebagaimana terbaca dalam: … Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (QS. Ali ‘Imran, 3:45) Beliau datang ke dunia tanpa bapak, berbicara selagi masih dalam buaian, dan menyembuhkan orang yang sakit secara ajaib.

    Lebih lagi, ketika Nabi Isa AS membuat sebuah benda dari tanah liat berbentuk burung, dan meniupnya, burung itu menjadi hidup atas izin Allah. Kenyataan ini dituturkan dalam Al Qur’an:

    Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah …” (QS. Ali ‘Imran,3:49)

    (ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai ‘Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa: dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, Hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku …” (QS. Al Maa-idah, 5: 110)

    Allah dapat seketika menciptakan makhluk hidup dengan cara demikian. Ini salah satu keajaiban dariNya, dan kebenaran penting yang tidak boleh diabaikan oleh kaum Muslimin yang mendukung teori evolusi.

    Contoh serupa menyangkut Nabi Ibrahim AS, dan mengungkapkan bagaimana Allah menganugerahi zat tak-hidup dengan kehidupan:

    Dan ( ingatlah ) ketika Ibrahim berkata : “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).” Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkanlah di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah, 2: 260)

    Bagaimana Istri Nabi Zakaria Yang Mandul Memperoleh Anak

    Satu contoh penciptaan yang ajaib adalah tentang kabar gembira yang diterima Nabi Zakaria AS bahwa istri beliau yang mandul akan melahirkan seorang anak:

    Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.” Tuhan berfirman: “Demikianlah.” … (QS. Maryam, 19: 7-9)

    Seperti diungkapkan ayat-ayat di atas, penciptaan adalah masalah yang mudah bagi Allah, yang tidak memerlukan adanya penyebab apa pun untuk menciptakan. Dia menganugerahi Nabi ini dengan seorang putera, dan dengan memerintahkan bahwa hal itu harus “Jadilah!”, istri sang Nabi seketika hamil. Tuhan kita mengungkapkannya dalam lanjutan ayat itu:

    Tuhan berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.” (QS. Maryam, 19: 9)

    Berbagai Contoh Pembangkitan Kembali dalam Al Qur’an

    Penciptaan dan pembangkitan kembali adalah sepenuhnya di tangan Allah, dan, sama halnya dengan penciptaan, Dia tidak memerlukan penyebab luar dalam hal pembangkitan. ada banyak contoh pembangkitan dalam Al Qur’an.

    Al Qur’an mengungkapkan bahwa setelah mati dan dikuburkan, manusia akan dibangkitkan pada Hari Kiamat:

    Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?” Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka, orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran. (QS. Al Israa’, 17: 98-99)

    Sebagaimana telah kita lihat, kaum tak beriman tidak percaya bahwa manusia akan diciptakan kembali setelah mati dan menyatu dengan tanah. Contoh ini menyatakan secara ringkas keadaan yang berkaitan dengan teori evolusi. Tuhan kita, Yang akan membentuk kembali tubuh-tubuh manusia dari ketiadaan pada Hari Kiamat, juga menciptakan manusia pertama, Nabi Adam, dari ketiadaan. Ayat-ayat ini sangat penting bagi mereka yang percaya pada Al Qur’an, namun tetap bersikeras untuk percaya gagasan-gagasan evolusionis.

    Dalam kata-kata: “Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu (QS. Al An’aam, 6: 94), Al Qur’an mengacu kepada pembangkitan manusia di Hari Kiamat. Al Qur’an membuat jelas bahwa penciptaan ini akan sama dengan “penciptaan yang pertama”. Setiap orang, yang sudah mati dan menyatu dengan tanah, akan dilahirkan kembali melalui suatu penciptaan ulang di hari kemudian, dan berbentuk manusia. Itulah sebabnya, penciptaan manusia pertama menyerupai penciptaan itu, dan terjadi tidak setahap demi setahap, namun seketika dan dalam cara yang ajaib.

    Ada banyak contoh pembangkitan dalam Al Qur’an. Misalnya, Allah mengizinkan umat Nabi Musa AS untuk mengalaminya, saat Dia mematikan mereka, dan lalu menghidupkan mereka kembali. Ini dijelaskan Al Qur’an sebagai berikut:

    Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang”, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. Setelah itu, Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur. (QS.Al Baqarah, 2: 55-56)

    Al Qur’an berisi kisah serupa yang melibatkan lagi umat Nabi Musa AS . Allah memerintahkan mereka memukul sesosok mayat dengan daging sapi yang telah disembelih. Sebagaimana Allah ungkapkan pada ayat di atas, Dia melakukan ini untuk memperlihatkan bahwa manusia akan dibangkitkan dan untuk memastikan bahwa mereka beriman. Ini jelas sebuah mukjizat. Akan tetapi, seperti akan kita lihat di bagian ayat selanjutnya, hati orang-orang itu mengeras lagi setelah mukjizat terjadi:

    Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!”. Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah, 2: 72-74)

    Allah memberikan contoh lain:

    Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati? Maka, Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu.” Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS. Al Baqarah, 2: 242-243)

    Al Qur’an menceritakan contoh lainnya: keadaan yang dihadapi seseorang yang tidak mempercayai kebangkitan setelah kematian. Menurut ayat ini, Allah menyebabkan orang itu mati selama 100 tahun dan lalu membangkitkannya. Akan tetapi, sekalipun begitu lama waktu berlalu, orang itu berpikir ia mati hanya selama sehari atau bahkan kurang.

    Ketika kebenaran ini disampaikan kepadanya, ia akhirnya beriman, sebagaimana kita lihat dalam ayat berikut:

    Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka, Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?”. Ia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; dan lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2: 259)

    Contoh lain menyangkut sekelompok manusia dalam gua (ashabul kahfi). Yang membedakan kisah ini dengan kisah-kisah lain adalah, dalam kisah ini mereka tidak dimatikan, melainkan hanya jatuh tertidur selama lebih daripada usia manusia yang wajar.

    Kelompok ini terdiri atas orang-orang muda yang taat beragama, yang meninggalkan kaumnya dan mengungsi ke dalam gua, karena kaum itu telah berpaling kepada paham politeisme (bertuhan banyak) dan penyembahan berhala. Akan tetapi, Allah secara ajaib menyebabkan mereka tertidur lebih dari 300 tahun di dalam gua, sebagai berikut:

    Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. (QS. Al Kahfi, 18 : 11)

    Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” (QS. Al Kahfi, 18: 25-26)

    Akan tetapi, setelah itu Allah membangunkan mereka. Kisahnya berlanjut:

    Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu). Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (QS. Al Kahfi, 18: 12-13)

    Mereka tidak menyadari telah tertidur sekian lamanya. Mereka pikir mereka hanya tertidur selama sehari, atau beberapa jam, padahal sebenarnya selama 309 tahun. Ayat terkait menyatakan:

    Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini) ?” Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berada lamanya kamu berada (di sini). Maka, suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun.” (QS. Al Kahfi, 18:19)

    Contoh-contoh sejenis yang diberikan dalam Al Qur’an secara langsung mengungkapkan bahwa Allah tidak memerlukan penyebab apa pun dalam penciptaan.

     
  • erva kurniawan 1:58 am on 28 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (9) 

    7-Misteri-Iptek-Yang-Belum-TerpecahkanMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (9)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Ilmu Pengetahuan Tentang Ciptaan Allah

    Sejauh ini, kita telah meneliti kekeliruan besar yang dibuat para evolusionis Muslim, yang menerima pernyataan bahwa Allah menggunakan evolusi untuk menciptakan makhluk hidup. Tidak seperti para evolusionis lain, mereka tidak langsung mengatakan bahwa kehidupan muncul tanpa sengaja. Akan tetapi, dengan menyatakan bahwa Allah menggunakan evolusi dalam penciptaan olehNya, mereka suka rela maupun tidak mendukung Darwinisme dalam beberapa hal. Menurut sudut pandang mereka yang keliru, Allah pasti telah menggunakan mekanisme evolusi, seperti mutasi dan seleksi alam.

    Akan tetapi, ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa baik seleksi alam maupun mutasi tidak dapat menciptakan makhluk hidup baru. Dengan kata lain, keduanya tidak berdaya evolusi. Mereka yang mendukung gagasan penciptaan lewat evolusi berpendapat bahwa Allah menggunakan mutasi untuk mengubah data genetis makhluk hidup, sehingga makhluk itu bisa memperoleh organ yang berguna, atau bahwa pertama kali Allah menciptakan makhluk-makhluk purba dan lalu menggunakan seleksi alam untuk mengubahnya menjadi makhluk yang lebih rumit dan menyempurnakannya. Dengan kata lain, Ia menggunakan seleksi alam untuk menambahkan organ baru, membiarkan organ yang ada melemah dan berhenti tumbuh, atau bahkan meniadakannya agar satu makhluk hidup dapat berubah menjadi makhluk hidup lain.

    Adalah wajar bagi orang-orang yang tidak mengetahui perkembangan ilmiah mutakhir untuk beranggapan semacam itu, khususnya jika mereka ingin mendukung evolusi. Akan tetapi, pernyataan semacam itu bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah. Lebih lagi, sebagaimana akan kita lihat, Al Qur’an tidak menyebutkan hal yang demikian.

    Satu hal yang harus ditegaskan: Allah tentu saja bisa menggunakan evolusi untuk menciptakan makhluk hidup jika Dia kehendaki. Namun, Al Qur’an tidak berisi tanda-tanda evolusi dan tidak satu ayat pun mendukung pernyataan evolusionis bahwa makhluk hidup muncul tahap-demi-tahap. Ilmu pengetahuan juga mengungkapkan kebohongan pernyataan itu.

    Karena keadaannya sudah teramat jelas, tidak ada peluang bagi Muslim untuk membenarkan dukungannya pada pernyataan itu. Alasan yang memungkinkan terjadinya kekeliruan seperti itu hanyalah kekurangan informasi, rasa rendah diri saat menghadapi kaum evolusionis, dan kepercayaan bahwa karena jumlah pendukung evolusi lebih besar, mereka pastilah benar.

    Allah Menciptakan Alam Semesta Dari Ketiadaan

    Allah menciptakan segalanya, dalam bentuk dan pada waktu yang Dia tetapkan, tanpa menggunakan contoh apa pun, dan dari ketiadaan. Karena Dia suci dari cacat apa pun, dan kaya tanpa membutuhkan apa pun, Dia tidak membutuhkan penyebab, sarana, atau tahap bagi penciptaan olehNya. Tak seorang pun yang boleh teperdaya oleh kenyataan bahwa segala sesuatu itu terkait dengan sebab dan hukum alam tertentu. Namun, Allah adalah di atas semua sebab dan hukum, karena Dia yang menciptakan itu semua.

    Allah, Tuhan Bumi dan langit, bisa saja melenyapkan semua sebab ini jika Dia kehendaki. Misalnya, Dia dapat menciptakan manusia yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup, dan akibatnya, tidak memerlukan paru-paru. Menimbang hal ini, mengapa “perlu” Dia menyempurnakan paru-paru, dengan cara membuatnya berevolusi seiring dengan waktu, atau pun melalui mekanisme lainnya? Karena itu, sepenuhnya keliru apabila seseorang menganggap bahwa keagungan dan kekuatan Allah dibatasi oleh nalar dan perasaannya sendiri. Kita dapat memiliki pengetahuan hanya sebatas yang Dia izinkan.

    Allah dapat menggunakan tahap-tahap tertentu dalam penciptaan olehNya jika Dia kehendaki. Misalnya, Dia mengeluarkan tumbuhan dari sebutir benih, atau seorang manusia dari pertemuan sel mani dengan sel telur. Namun tahap-tahap ini, sebagaimana akan kita lihat nanti, sama sekali tidak berkaitan dengan evolusi, dan tidak memberikan tempat bagi ketidaksengajaan dan kebetulan. Setiap tahap dalam merekahnya tumbuhan, atau berubahnya satu sel menjadi seorang manusia “dalam bentuk yang sebaik-sebaiknya”, terjadi berkat sistem sempurna yang diciptakan oleh kekuasaanNya yang tak terhingga.

    Allah menghendaki dan menciptakan Bumi dan langit, semua yang berada di antara keduanya, dan semua makhluk hidup dan tak-hidup. Ini sangat mudah bagiNya, sebagaimana ditunjukkan dalam Al Qur’an:

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

    Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (QS. Al Mu’min, 40: 68)

    Penciptaan itu mudah bagi Allah. Sebagaimana diungkapkan ayat-ayat di atas, Dia hanya perlu berfirman “Jadilah!”, dan dengan begitu menghendaki sesuatu terjadi demikian. Banyak ayat mengungkapkan bahwa Dia menciptakan alam semesta dan makhluk hidup dalam bentuk yang sempurna.

    Kekeliruan besar bagi Muslim, jika menuruti penjelasan yang dipaksakan di hadapan kebenaran yang sudah terang ini, dan membuat pernyataan yang seolah benar bahwa Allah memanfaatkan evolusi untuk menciptakan serta menggunakan mutasi, seleksi alam, dan tahap-tahap peralihan dari kera ke manusia. Sangat keliru memberikan uraian seperti itu, demi harapan diterima di kalangan evolusionis, sebab tiada bukti baik dalam Al Qur’an maupun ilmu pengetahuan.

    Allah membuat semua hukum di alam semesta, dan memberi hukum-hukum itu bentuk yang Dia pilihkan, mewujudkan apa yang Dia kehendaki dan ketika Dia kehendaki, meliputi segala apa yang ada di Bumi dan di langit, dan mengatur segalanya dengan kekuasaanNya. Namun, sebagian orang tidak betul-betul memahami kekuatanNya, sehingga menilaiNya berdasarkan kekuatan sendiri yang terbatas. Allah mengungkapkan keberadaan mereka dalam Al Qur’an:

    Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” … (QS. Al An’aam, 6: 91)

    Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS. Al Hajj, 22: 74)

    Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Az Zumar, 39: 67)

    Berlawanan dengan apa yang diajukan oleh mereka yang percaya pada penciptaan lewat evolusi, Allah tidak menciptakan kera dahulu, lalu menyebabkan kera berevolusi menjadi manusia melalui bentuk-bentuk peralihan yang cacat dengan alat tubuh yang kurang.

    Melainkan, sebagaimana diungkapkan Al Qur’an, Allah menciptakan manusia dalam cara yang paling sempurna:

    Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At Tiin, 95: 4)

    Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu). (QS. At Taghaabun, 64: 3)

    Ayat-ayat di atas merupakan sebagian bukti bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk sempurna, dengan kata lain, bentuk manusia sekarang. Tentu saja, manusia juga memiliki sejumlah cacat dan kelemahan, semua itu mengingatkannya akan kekurangannya di hadapan Tuhannya. Kelainan bentuk dan cacat tubuh adalah bukti penciptaan yang bertujuan, sebab semua itu berguna sebagai pengingat bagi mereka yang melihatnya, dan sebagai ujian bagi yang menyandangnya.

    Sebagai bentuk dan jenis, Allah menciptakan semua makhluk hidup dengan seketika dan sempurna, tanpa memerlukan evolusi sama sekali. Kebenaran nyata ini diungkapkan Al Qur’an:

    Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Hasyr, 59: 24

    Al Qur’an melukiskan betapa mudah penciptaan itu bagi Allah:

    Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang diganti sesudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (QS.Yaa Siin, 36: 81)

    Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Luqman, 31: 28)

    Hal penting lain yang terabaikan oleh mereka yang percaya pada penciptaan evolusi, adalah keragaman bentuk ciptaan Allah. Allah telah mengadakan makhluk hidup yang jauh berbeda dari manusia dan hewan, misalnya malaikat dan jin. Masalah ini akan dibahas di halaman-halaman berikut.

    Malaikat Bersayap Dua, Tiga, Dan Empat

    Malaikat adalah makhluk yang selalu mematuhi perintah Allah. Al Qur’an melukiskan penciptaannya sebagai berikut:

    Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Faathir, 35: 1)

    Sebagaimana dapat kita lihat dari penggambaran di atas, bentuk malaikat jauh berbeda dengan manusia. Allah memerintahkan agar memerhatikan bentuk-bentuk ciptaan yang berbeda dalam ayat di atas.

    Ayat-ayat juga menunjukkan bagaimana malaikat tunduk kepada perintah Allah dan menaatiNya:

    Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (QS. An Nahl, 16: 49-50)

    Al Masih sekali kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. (QS. An Nisaa’, 4: 172)

    Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim, 66: 6)

    Selain itu, malaikat diciptakan sebelum manusia. Ternyata, Allah memberitahu para malaikat ketika Dia akan menciptakan Adam, manusia pertama, dan memerintahkan mereka bersujud kepadanya.

    Pada saat yang sama, Allah memberi Nabi Adam AS, pengetahuan yang berbeda dengan yang dimiliki para malaikat, dan mengajarkannya nama-nama benda. Para malaikat tidak memiliki pengetahuan itu. Seperti dinyatakan Al Qur’an:

    Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.” Mereka menjawab: “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam.” Maka, sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah, 2: 30-34)

    Jin Diciptakan Dari Api

    Seperti malaikat, penampilan jin juga berbeda dari manusia. Ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, sementara jin diciptakan dari api :

    Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS. Al Hijr, 15: 26-27)

    Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (QS. Ar Rahmaan, 55: 14-15)

    Dalam Al Qur’an, Allah juga mengungkapkan tujuanNya menciptakan manusia dan jin:

    Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz Dzaariyaat, 51: 56)

    Jelas dari ayat ini bahwa, walaupun manusia dan jin adalah makhluk yang amat berbeda, keduanya diciptakan untuk menyembah hanya Allah, dengan menjalani hidup menggunakan nilai-nilai yang Dia perintahkan. Dia telah mengungkapkan dalam banyak ayat bahwa malaikat dan jin memiliki sejumlah sifat yang berbeda dari sifat manusia. Misalnya, keduanya dapat memindahkan benda:

    Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar. Siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya (dan) dapat dipercaya.” (QS. An Naml, 27: 38-39).

    Al Qur’an juga menyatakan bahwa jin, sama seperti malaikat, juga diciptakan sebelum manusia. Ketika menciptakan Nabi Adam AS, Allah memerintahkan malaikat dan jin bersujud di hadapan Adam. Setelah itu, Dia mengungkapkan bahwa Setan adalah salah satu jin:

    Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (QS. Al Kahfi, 18:50)

    Penciptaan itu masalah mudah bagi Allah, yang dapat menciptakan dari ketiadaan dan tanpa sebab apa pun. Sama seperti Dia menciptakan malaikat dan jin dalam bentuk-bentuk yang berbeda dari ketiadaan, Dia juga menciptakan manusia sebagai makhluk yang berbeda dari ketiadaan dan tanpa perlu evolusi.

    Hal serupa berlaku untuk makhluk hidup lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Allah menciptakan semua makhluk hidup ini seketika dari ketiadaan dan tanpa perlu berevolusi – dengan kata lain, tanpa mengubah satu makhluk hidup menjadi makhluk hidup lain. Seperti kita lihat sebelumnya, tahap-tahap yang digunakan Allah dalam penciptaan ini, yang telah disebutkan di muka, tidak berhubungan dengan ketidaksengajaan atau peristiwa acak evolusionis, karena masing-masing adalah hasil sistem tanpa cela yang dimunculkan kekuasaan dan kedaulatan Allah.

     
  • erva kurniawan 1:06 am on 27 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (8) 

    quran_tasbih_01Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (8)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Darwinisme Menggiring Umat Manusia Dari Satu Bencana Ke Bencana Lainnya

    Di awal buku ini, telah kita lihat bagaimana kaum evolusionis Muslim memandang Darwinisme sebagai sebuah kenyataan yang secara ilmiah terbukti, dan mengabaikan wajahnya yang asli. Darwinisme, yang memberikan dukungan “ilmiah” bagi paham fasisme dan komunisme, yakni paham pemikiran paling bengis di abad ke-20, berwajah “asli” yang bahkan lebih kelam.

    Paham-paham pemikiran ini, yang mencapai puncak kekerasannya pada abad lalu, bertanggung jawab atas revolusi komunis dan tindakan kudeta fasis, juga pertarungan, pertikaian, perang saudara, dan pembagian dunia menjadi dua blok. Diktator-diktator bengis seperti Lenin, Stalin, Mao, Pol Pot, Hitler, Mussolini, dan Franco, semuanya meninggalkan bekas yang menetap.

    Sekitar 120 juta orang tewas akibat kekejaman rejim-rejim komunis saja, dan dua perang dunia saja telah meminta tumbal 65 juta jiwa. Perang Dunia II, yang dimulai dengan serbuan Hitler ke Polandia di tahun 1939, sungguh sebuah bencana bagi kemanusiaan. (Untuk rincian, lihat buku Harun Yahya, The Disasters Darwinism Brought to Humanity, Al-Attique Publishers Inc., Ontario, 2001 dan Fascism: Bloody Ideology of Darwinism, Arastirma Publishing, Istanbul, 2002).

    Darwinisme terdapat pada akar pemikiran semua malapetaka politik, ekonomi, dan akhlak ini, sebab ia memupuk dan memperkuat semua itu.

    Paham Komunisme, Fasisme, Dan Darwinisme

    Karl Marx dan Friedrich Engels, dua bapak pendiri komunisme, menyebutkan dalam buku-buku mereka, betapa kuat pengaruh paham Darwinisme pada mereka. Marx menunjukkan rasa simpatinya kepada Darwin, dengan menghadiahinya salinan buku Das Kapital yang telah diberinya catatan pribadi. Terbitan bahasa Jermannya bahkan berisi pesan yang ditulis dengan tangannya sendiri, sebagai berikut: “Untuk Charles Darwin, dari seorang pengagum sejati, dari Karl Marx.”

    Begitu pentingnya Darwinisme bagi paham komunisme, sehingga segera setelah buku Darwin diterbitkan, Engels menyurati Marx: “Darwin,  yang baru saja kubaca, sungguh bagus.” 34

    Seorang komunis Rusia terkemuka, Georgi Valentinovich Plekhanov, memandang paham Marxisme sebagai “Darwinisme dalam penerapannya pada ilmu-ilmu sosial.” 35

    Guru pembimbing paham pemikiran Hitler yang terpenting, sejarawan Jerman yang rasis Heinrich von Treitshcke, mengatakan: “Bangsa-bangsa tidak bisa makmur tanpa persaingan ketat, seperti pertarungan demi mempertahankan hidup [gagasan] Darwin”,36 yang menunjukkan asal-muasal kekerasan pada akar-akar Nazisme.

    Hitler sendiri seorang Darwinis. Memperoleh ilham dari gagasan “pertarungan demi bertahan hidup” yang dipakai Darwin, ia memberi judul karyanya yang terkenal Mein Kampf (Perjuanganku). Pada rapat umum partai di Nuremberg tahun 1933, Hitler mengumandangkan bahwa: “Ras yang lebih tinggi memperbudak ras yang lebih rendah … hak yang dapat kita lihat di alam, dan yang dapat dianggap satu-satunya hak yang dapat terpikirkan, karena berdasarkan ilmu pengetahuan.” Ini memperlihatkan betapa terpengaruhnya ia oleh Darwin. (37

    Mussolini, pemimpin fasisme Italia, juga menyukai Darwinisme sebagai pandangan dunia, dan mencoba menggunakannya untuk membenarkan serbuan Italia ke Etiopia. Franco, diktator Spanyol pada saat itu, juga menunjukkan pemikiran Darwinis baik dalam teori maupun praktik. (Lihat Harun Yahya, Fascism: Bloody Ideology of Darwinism, Arastirma Publishing, Istambul, 2002).

    Dengan mengatakan bahwa hidup adalah sebuah pertarungan yang ditakdirkan untuk dimenangi oleh si kuat, dan si lemah terkutuk untuk kalah, Darwin membuka jalan bagi kekuatan biadab, kekerasan, perang, pertikaian, dan pembantaian pada skala besar.

    Diktator-diktator yang menindas rakyat, di negerinya sendiri atau di mancanegara, begitu diilhami oleh Darwinisme sehingga mereka mematut diri dengan ajaran-ajarannya. Dalam pandangan mereka, hukum alam menghendaki si lemah dihancurkan dan dimusnahkan, dan manusia tidak mesti memiliki nilai bawaan apa pun, karena ia berasal dari hewan.

    Membela Darwinisme Mempermudah Penyebaran Paham Komunisme

    Komunisme merupakan suatu paham pemikiran yang bersikap bermusuhan, baik dalam segi dasarnya yang berupa filsafat materialis, maupun telaah sejarah yang disajikannya. Pemikiran ini mulai dengan mengingkari keberadaan Allah, dan telaah sejarahnya, yang melukiskan agama sebagai “candu masyarakat”, menyerukan pembasmian agama untuk menegakkan masyarakat komunis yang diidamkannya.

    Karena itu, semua rejim komunis memerangi agama, menyerang nilai-nilai keagamaan, menghancurkan berbagai tempat ibadah, dan melarang pelaksanaan kewajiban agama. Rejim di negara-negara seperti bekas Uni Soviet, Cina, Kamboja, Bulgaria, dan Albania telah mengikuti kebijakan yang begitu anti-agama sampai-sampai merapat ke batas, dan kadang sampai, ke pemusnahan ras (genosida).

    Darwinisme memainkan peran penting dalam paham Marxisme tentang kebencian terhadap agama. Darwin menyumbangkan bagi paham ateisme Marxis, apa yang disebut-sebut sebagai dasar ilmiah, yang menjelaskan sebab Marx dan Engels merasa amat berterima kasih kepadanya. Pujian Engels terutama mencolok : “Ia (Darwin) melontarkan pukulan paling telak kepada gagasan alam yang bersifat metafisis, dengan buktinya bahwa semua makhluk organik, tumbuhan, hewan, dan manusia sendiri, merupakan hasil proses evolusi yang berlangsung jutaan tahun.” 38

    Pertikaian terletak pada inti filsafat Marxis (materialisme dialektik), yang menyatakan bahwa alam semesta bekerja menurut hukum benturan antar-lawan. Dengan kata lain, pertarungan demi bertahan hidup di alam yang dinyatakan Darwin kini diterapkan pada masyarakat manusia. Darwinisme adalah dukungan terbesar bagi pemikiran komunisme, yang memandang sejarah manusia sebagai medan perang dan menyiapkan lahan bagi pertikaian lebih lanjut.

    Evolusionis PJ Darlington menjelaskan bahwa kekerasan adalah akibat alamiah dari kepercayaan pada teori ini:

    Pertama, pementingan diri sendiri dan kekerasan adalah sifat bawaan dalam diri kita, diwarisi dari moyang hewan kita yang paling tua … Karena itu, kekerasan adalah alamiah pada manusia; sebuah hasil evolusi.39

    Kaum Marxis percaya bahwa masyarakat akan menerima paham pemikiran mereka, jika mereka membawa masyarakat agar percaya pada Darwinisme. Mereka begitu mementingkan prinsip Darwin bahwa “kekerasan dan pertikaian merupakan hukum alam yang tak berubah.” Inilah sebabnya, semua organisasi teroris berhaluan komunis memberikan pelatihan berbulan-bulan tentang komunisme, materialisme dialektik, dan Darwinisme kepada para anggota setianya.

    Teori Darwin mendorong mereka agar percaya bahwa mereka sebenarnya hewan, dan bahwa seperti hewan, manusia harus bertarung demi bertahan hidup. Jadi, banyak pemuda menjadi makhluk mengerikan, yang amat mampu membunuh dan bahkan menjagal dengan kejam anak-anak dan bayi.

    Dengan cara ini, pemikiran komunis menyebabkan perang gerilya, perang saudara, dan tindakan terorisme berdarah di banyak negara sepanjang abad ke-20. Itulah sebabnya perang pemikiran melawan paham Darwinisme adalah begitu penting: Jika Darwinisme tersingkap sebagai gagasan sesat sebagaimana adanya dan lalu runtuh, filsafat-filsafat Marxis yang berdasar Darwinisme akan hancur.

    Karena Darwinisme berperan begitu penting dalam pemikiran anti-agama komunis, maka mendukung yang satu sama dengan mendukung yang lain. Mencoba membenarkan Darwinisme, dengan cara menyelaraskannya dengan agama, dan menyatakan Allah menggunakan evolusi untuk menciptakan makhluk hidup, adalah sama dengan membenarkan komunisme. Kaum komunis tahu bahwa agama dan Darwinisme saling bertentangan, namun berdiam diri saat menghadapi orang beriman yang menyetujui gagasan penciptaan melalui evolusi, agar kedua paham tersebut dapat menyebar dengan mudah dan semakin jauh. Yang penting adalah membuka dulu pintu menuju diterimanya Darwinisme.

    Kepercayaan komunis pada evolusi berasal dari taklid pemikiran mereka. Misalnya, seorang evolusionis guru besar kimia dan pakar DNA, Robert Shapiro, berkata bahwa pernyataan dasar teori ini (yaitu, zat tak-hidup mengatur dan menyusun diri serta membentuk DNA dan RNA) tidak berlandaskan fakta ilmiah sama sekali. Ia melanjutkan:

    Karena itu, sebuah prinsip evolusi lain harus ada untuk membawa kita menyeberangi jurang yang membentang di antara adonan kimia alamiah yang sederhana dengan pengganda (replikator) pertama yang berfungsi. Prinsip ini belum dijelaskan secara rinci atau dipertunjukkan, namun sudah diperkirakan, dan disebut dengan nama-nama seperti evolusi kimiawi dan penyusunan materi secara mandiri. Keberadaan prinsip ini diterima tanpa pertanyaan dalam filsafat materialisme dialektik… 40

    Sebagaimana telah dinyatakan Shapiro, kaum evolusionis terus membela teori evolusi karena kepatuhan buta kepada filsafat materialis. Ini menandakan bahwa dukungan apa pun bagi teori ini merupakan juga dukungan langsung bagi filsafat materialis, yang penyebarannya akhirnya pasti menyiapkan lahan pijakan bagi masuknya paham komunis ke dalam masyarakat. Kaitan ini mengungkapkan bagaimana paham komunis memperoleh kekuatannya dari paham Darwinisme.

    Kaum Muslimin yang mendukung teori evolusi perlu memikirkan kebenaran ini. Seorang Muslim tidak boleh berbagi sudut pandang dengan kaum komunis, yang telah dan terus menjadi musuh agama yang paling sengit, dan/atau mendukung sebuah pandangan yang merupakan dasar “ilmiah” bagi paham komunisme. Hal ini semakin penting jika kita menimbang bahwa komunisme belum mati, tetapi masih bertahan dalam rejim-rejim tangan besi seperti Korea Utara, dan, yang paling berbahaya, masih menguasai sistem dan budaya politis negeri Cina, sekalipun pandangannya seolah-olah “kapitalis”.

    Rasisme Darwin

    Salah satu segi terpenting namun paling sedikit diketahui tentang Darwin adalah rasismenya: Darwin menganggap orang kulit putih Eropa lebih “maju” daripada ras manusia lainnya. Karena beranggapan bahwa manusia berevolusi dari makhluk serupa kera, ia berkesimpulan bahwa ada beberapa ras yang lebih berkembang daripada ras-ras yang lain, dan ras-ras yang lain itu masih memiliki sifat-sifat kera.

    Dalam bukunya The Descent of Man, yang ia terbitkan setelah The Origin of Species, dengan terus terang Darwin menguraikan “perbedaan besar di antara manusia dari ras-ras yang berlainan.”41 Dalam bukunya, Darwin berpendapat orang kulit hitam dan Aborigin Australia adalah setara dengan gorila, dan menyimpulkan bahwa keduanya, pada saatnya, akan “disingkirkan” oleh “ras-ras beradab”. Ia mengatakan :

    Suatu saat nanti, tidak terlalu lama sampai ukuran abad, ras-ras manusia yang beradab hampir pasti akan memusnahkan dan menggantikan ras-ras biadab di seluruh dunia. Pada saat yang sama, kera-kera antropomorf (mendekati manusia) …. pasti akan punah. Jarak antara manusia dan padanan-padanan terdekatnya akan lebih lebar, karena hal tersebut akan terjadi dalam keadaan lebih beradab sebagaimana bisa kita harapkan, bahkan daripada jarak orang Kaukasia dan beberapa jenis kera serendah babon, tidak seperti sekarang, antara negro atau pribumi Australia dan gorila. 42

    Gagasan-gagasan Darwin yang tak masuk akal bukan hanya diteorikan, melainkan juga dianugerahi derajat kehormatan ilmiah dan sosial, yang memungkinkan semua gagasan itu memberikan “landasan ilmiah” terpenting bagi paham rasisme. Dengan menganggap makhluk hidup berevolusi dalam pertarungan demi bertahan hidup, Darwinisme langsung diterapkan dalam ilmu sosial. Disebut dengan “Darwinisme Sosial”, pemikiran baru ini berpendapat bahwa ras manusia yang ada saat ini menempati tingkat yang berbeda pada “tangga evolusi”, bahwa ras Eropa adalah yang paling “maju”, dan bahwa banyak ras lainnya masih memiliki ciri dan sifat “mirip kera”.

    Lebih jauh, Darwinisme tidak berhenti dengan menyediakan landasan bagi serangan rasis, namun juga membolehkan segala jenis tindakan pemberontakan dan perusakan. Prinsip “hidup itu pertarungan” ini telah menciptakan pendapat yang membenarkan penempatan bangsa lain, yang hidup damai di satu negeri yang sama, ke pusat-pusat penawanan, maupun penggunaan kekerasan dan kekuatan biadab, perang, maut, dan pembunuhan.

    Akan tetapi, Muslim yang menyadari bahwa Allah telah menciptakan dirinya dan segala yang lain, bahwa Allah telah meniupkan ruhNya ke dalam dirinya, bahwa dunia adalah tempat bagi kedamaian dan persaudaraan, bahwa semua orang adalah setara, dan bahwa tiap orang akan diadili di hari kemudian atas semua perbuatannya di dunia, tak mungkin menganiaya orang lain. Hanya mereka yang percaya bahwa mereka terwujud oleh ketidaksengajaan, tidak bertanggung jawab kepada siapa pun, tidak pernah harus bertanggung jawab atas perbuatannya, dan percaya bahwa dunia adalah tempat bagi pertikaian, yang bisa melakukan tindakan demikian.

    Itulah sebabnya, seorang Muslim harus menyimak nuraninya, sebelum menerima Darwinisme, dan apa sebabnya ia harus mengerti harga sesungguhnya jika ia mendukung sebuah teori yang telah ditolak oleh ilmu pengetahuan sendiri. Kerusakan yang diperbuat Darwinisme atas kemanusiaan sungguh nyata. Kepedihan, penderitaan, dan pertikaian yang dibawanya sudah begitu dikenal. Seperti telah kita lihat di sepanjang bab ini, cara orang dibuat agar percaya kepada gagasan dan pemikiran yang jauh dari nalar dan tak masuk akal ini, seharusnya meyakinkan kita bahwa Darwinisme adalah suatu bahaya besar.

    ===========

    1. Conway Zirkle, Evolution, Marxian Biology and the Social Scene, Philadelphia ; the University of Pennsylvania Press , 1959, h. 527 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    2. Robert M. Young, Darwinian Evolution and Human History, Ceramah radio yang diberikan dalam sebuah kuliah Universitas Terbuka tentang Darwin ke Einstein: TelaahSejarah atas Ilmu Pengetahuan dan Agama, 1980 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    3. L. Poliakov, Le Mythe Aryen, Editions Complexe, Calmann Lévy, Bruxelles, 1987, h. 343 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    4. Carl Cohen, Communism, Fascism and Democracy, New York : Random House Publishing, 1967, ph. 408-409 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    5. Fredrick Engels, Socialism: Utopian and Scientific, Part II: Science of Dialectics, http: //www.marxists.org/archive/marx/works/1880/soc-utop/ch02.htm.
    6. H. J. Darlington, Evolution for Naturalists, NY: Wiley, 1980, h. 243-244
    7. Robert Shapiro, Origins: A Sceptic’s Guide to the Creation of Life on Earth, Summit Books, New York , 1986, h. 207. (Penebalan oleh Harun Yahya)
    8. Benjamin Farrington, What Darwin Really Said, London : Sphere Books, 1971, h. 54-56
    9. Charles Darwin, The Descent of Man, 2nd ed., New York : A.L. Burt Co., 1874, h. 178

     

     
  • erva kurniawan 2:40 am on 25 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (7) 

    darwinMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (7)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Keliru Jika Mengira Charles Darwin Taat Beragama

    Sebagian besar kaum beragama yang mendukung teori evolusi berpendapat bahwa Charles Darwin taat beragama. Akan tetapi, sungguh mereka keliru, karena di masa hidupnya Charles Darwin mengungkapkan pandangan buruknya tentang Tuhan dan agama.

    Darwin memang percaya kepada Tuhan semasa mudanya, namun perlahan imannya menipis dan digantikan oleh paham ateisme di saat usianya setengah baya. Akan tetapi, tidak ia umumkan fakta ini, karena tidak ingin memancing tentangan, khususnya dari istrinya yang taat, maupun dari kerabat dekat dan lembaga agama.

    Dalam bukunya Darwin and the Darwinian Revolution, ahli sejarah Darwinis Gertrude Himmelfarb menulis: “Karena itu, gambaran menyeluruh tentang keingkaran Darwin [akan keberadaanTuhan] tidak dapat diketahui pada karya maupun riwayat hidupnya yang diterbitkan, namun terlihat hanya dalam versi asli riwayat hidup tersebut.”21

    Buku Himmelfarb juga mengungkapkan bahwa ketika putra Darwin, Francis, hendak menerbitkan bukunya The Life and Letters of Charles Darwin, istri Darwin, Emma, menentang sengit rencana itu, dan tidak hendak memberikan izin, takut surat-surat itu menimbulkan heboh setelah kematian Darwin. Emma memperingatkan puteranya untuk membuang bagian-bagian yang langsung mengacu ke paham tak bertuhan (ateisme). Seluruh keluarga khawatir bahwa pernyataan seperti itu akan menghancurkan nama harum Darwin  22

    Menurut ahli biologi Ernst Mayr, pendiri neo-Darwinisme; “Jelas bahwa Darwin  kehilangan imannya di tahun 1836-1839, sebagian besar nyata-nyata sebelum membaca Malthus. Agar tidak melukai perasaan teman-teman dan istrinya, Darwin sering menggunakan bahasa ilahiah dalam buku-bukunya, namun banyak bagian dalam buku catatannya yang menandakan, saat itu ia telah menjadi seorang ‘materialis’. 23

    Darwin selalu memerhatikan tanggapan keluarganya, dan sepanjang hidupnya berhati-hati menyembunyikan gagasannya tentang agama. Ia bertindak demikian, menurut kata-katanya sendiri, karena : Beberapa tahun silam aku sungguh-sungguh dinasehati oleh seorang kawan agar jangan pernah memasukkan apa-apa tentang agama dalam tulisan-tulisanku jika ingin memajukan ilmu pengetahuan di Inggris; dan nasehat ini mendorongku untuk tidak mempertimbangkan pembahasan yang terkait dengan kedua hal itu. Jika sebelumnya kutahu bahwa dunia akan menjadi sedemikian bebas, mungkin seharusnya aku bertindak lain. 24

    Sebagaimana bisa kita lihat dari kalimat terakhir, jika sudah merasa yakin ia tidak akan memancing tentangan, Darwin tidak akan sedemikian berhati-hati. Ketika Karl Marx (1818-1883) mengusulkan untuk mempersembahkan Das Kapital kepadanya, tegas Darwin menolak penghormatan itu dengan alasan beberapa anggota keluarganya akan merasa sakit hati jika ia dikaitkan dengan buku ateistis semacam itu 25

    Akan tetapi, kita masih bisa mengetahui sikap Darwin terhadap pokok dan kepercayaan ruhani dan agama, dalam kata-kata kepada sepupunya ini: “Kupikir semua perasaan manusia dapat ditelusuri sampai ke benihnya pada hewan.” 26

    Darwin juga menentang pengajaran agama kepada anak-anak karena keyakinannya bahwa mereka harus dibebaskan dari keyakinan agama 27

    Pandangan anti-agama ini menurun ke kaum evolusionis masa kini seolah-olah sejenis warisan. Sama seperti Darwin ingin anak-anak belajar tentang Tuhan selagi bersekolah, para evolusionis mutakhir menentang mati-matian pengajaran tentang penciptaan di sekolah-sekolah. Mereka giat berusaha di seluruh dunia agar penciptaan dikeluarkan dari kurikulum pendidikan

    Paham Tak Bertuhan Yang Dianut Darwin Dan Upaya Menyembunyikannya

    Darwin membuat pernyataan berikut tentang ketiadaan imannya, “pengingkaran [kepada Tuhan] merayapi diriku dengan pelan-pelan sekali, tetapi pada akhirnya menjadi sempurna …” 28

    Buku yang sama menggambarkan, bagaimana ayah Darwin mengajaknya bicara secara diam-diam saat ia akan melangsungkan pernikahan, dan menyarankan agar Darwin  menyembunyikan keraguan imannya dari istrinya. Akan tetapi, sejak semula Emma sadar akan iman Darwin yang terus menipis. Ketika buku Darwin Descent of Man diterbitkan, Emma mengakui kepada putrinya tentang pandangan anti-agama buku itu:

    Aku akan amat membencinya karena lagi-lagi mengesampingkan Tuhan kian jauh. 29

    Dalam sepucuk surat yang ditulisnya pada tahun 1876, Darwin menyatakan bagaimana keyakinannya menipis:

    Kesimpulan ini (paham bertuhan, atau teisme) kuat di benakku di sekitar saat, sejauh yang dapat kuingat, kutulis “Origin of Species”; dan sejak itu secara perlahan, dengan berkali-kali naik-turun, menipis… 30

    Pada saat yang sama, ia merasa aneh bahwa orang-orang selainnya mesti memiliki kepercayaan agama, dan menyatakan bahwa manusia, yang diyakininya berasal dari hewan tingkat rendah, tidak dapat meyakini kepercayaan-kepercayaan itu:

    Dapatkah pikiran manusia, yang kuyakin sepenuhnya, berkembang dari pikiran serendah yang dimiliki hewan terendah, dipercaya saat menarik kesimpulan agung seperti itu? 31

    Alasan dasar Darwin mengingkari adanya Tuhan adalah keangkuhan. Kita dapat melihatnya dalam pernyataan berikut:

    Dalam pengertian bahwa sesosok Tuhan yang mahakuasa dan mahatahu harus mengatur dan mengetahui segalanya, hal ini mesti diakui; namun, sejujur-jujurnya, aku hampir tidak bisa mengakuinya. 32

    Dalam sebuah lampiran singkat yang ditulis tangan pada kisah hidupnya, ia menulis:

    Aku tidak merasakan penyesalan dari melakukan dosa besar apa pun.33

    Pernyataan Darwin, yang mengingkari keberadaan Allah dan agama, sesungguhnya mengikuti sebuah pola pikir yang tak mengenal Allah dari zaman kuno.

    Ayat Al Qur’an melukiskan bagaimana mereka yang mengingkari Allah sesungguhnya menyadari bahwa Dia ada, namun masih juga mengingkariNya karena keangkuhan:

    Dan mereka mengingkarinya* karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka, perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. (QS.An Naml, 27: 14)

    *mukjizat-mukjizat Allah; lihat ayat ke-13.

    Hal terpenting di sini adalah: keyakinan ateisme Darwin  adalah yang paling berpengaruh dalam pembentukan teorinya. Ia memelintir fakta, pengamatan, dan bukti untuk mempertahankan prasangkanya bahwa kehidupan tidak diciptakan. Saat membaca The Origin of Species, orang melihat jelas, bagaimana Darwin bersusah-payah menolak semua bukti penciptaan (misalnya, struktur makhluk hidup yang rumit, bagaimana catatan fosil mengarah kepada kemunculan seketika, dan berbagai fakta yang menunjuk seberapa jauh batas kemungkinan makhluk hidup di alam untuk dapat menjadi berbeda satu sama lain), dan caranya menunda hal-hal yang tidak segera dapat dijelaskannya dengan mengatakan: “Mungkin hal ini akan terpecahkan suatu hari di masa datang.” Jika ia ilmuwan yang tak memihak, ia tidak akan menampakkan sikap taklid atau dogmatis demikian.Gaya dan cara Darwin sendiri menunjukkan bahwa ia seorang ateis yang memijakkan teorinya pada paham ateisme.

    “Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al An’am, 6: 111)

    Ternyata, kaum yang tak mengenal Allah (ateis) telah mendukung Darwin selama 150 tahun terakhir ini, dan berbagai paham pemikiran anti-agama menyokong Darwin justru karena paham ateisme yang dianutnya. Oleh sebab itu, dengan menimbang kenyataan ateisme Darwin, kaum Muslimin tidak boleh keliru mengira ia orang yang taat beragama, atau setidaknya tidak menentang agama, dan terus mendukungnya, teorinya, serta semua orang yang sepikiran dengannya. Jika seorang Muslim melakukan hal itu, berarti ia menempatkan dirinya bersama kaum ateis.

    ***

    1. Gertrude Hommerfarb, Darwin and the Darwinian Revolution, Elephant Paperbacks, Chicago, 1962, h. 384 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    2. Gertrude Himmerfarb, Darwin and the Darwinian Revolution, Elephant Paperbacks, Chicago , 1962, h. 383
    3. Mayr, Ernst, ” Darwin and Natural Selection”, American Scientist, vol.65 (May/June, 1977) h. 323 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    4. Gertrude Himmerfarb, Darwin and the Darwinian Revolution, Elephant Paperbacks, Chicago , 1962, h. 383
    5. Gertrude Himmerfarb, Darwin and the Darwinian Revolution, Elephant Paperbacks, Chicago , 1962, h. 383
    6. Gertrude Himmerfarb, Darwin and the Darwinian Revolution, Elephant Paperbacks, Chicago , 1962, h. 384
    7. Gertrude Himmerfarb, Darwin and the Darwinian Revolution, Elephant Paperbacks, Chicago , 1962, h. 385
    8. Gertrude Himmerfarb, Darwin and the Darwinian Revolution, Elephant Paperbacks, Chicago, 1962, h. 381 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    9. Gertrude Himmerfarb, Darwin and the Darwinian Revolution, Elephant Paperbacks, Chicago , 1962, h. 382
    10. Francis Darwin, The Life and Letters of Charles Darwin, D. Appleton and Co., 1896, Chapter 1.VIII., Religion.
    11. Francis Darwin, The Life and Letters of Charles Darwin, D. Appleton and Co., 1896, Chapter 1.VIII., Religion.
    12. Francis Darwin, The Life and Letters of Charles Darwin, Charles Darwin kepada C. Lyell, D. Appleton and Co., 1896, Down, April [1860].
    13. Francis Darwin, The Life and Letters of Charles Darwin, D. Appleton and Co., 1896, CHAPTER 2.XVI.
     
  • erva kurniawan 1:32 am on 24 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (6) 

    Pengertian-Fosil-Pembentukan-Fosil-Waktu-GeologisMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (6)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Penelitian Fosil Membuktikan Penciptaan

    Melihat fakta-fakta di atas, kemajuan ilmiah menunjukkan bahwa seleksi alam dan mutasi tidak berdaya evolusi. Karena tidak ada mekanismenya, evolusi tidak mungkin pernah terjadi di masa lalu. Akan tetapi, kaum evolusionis masih bersikeras bahwa semua makhluk berevolusi dari satu ke lainnya, lewat proses yang lambat selama ratusan juta tahun. Kesalahan mereka disembunyikan dalam jalan pikiran ini, karena jika skenario mereka memang benar, makhluk tahap peralihan, yang tak terhitung banyaknya, dari rentang waktu tersebut seharusnya sudah terbentuk. Lebih lagi, kita seharusnya menemukan sisa-sisa fosilnya.

    Pernyataan kaum evolusionis yang tak masuk akal tampak mencolok dalam setiap perkara. Coba kita lihat perihal munculnya ikan, yang dikatakan kaum evolusionis, berasal dari invertebrata (hewan tak bertulang belakang), seperti bintang laut dan cacing laut. Jika pernyataan ini benar, seharusnya ada contoh makhluk peralihan yang jumlahnya berlimpah ruah, demi membolehkan terjadinya sebuah evolusi yang lamban.

    Dengan kata lain, kita seharusnya dapat melihat sisa fosil dari berjenis-jenis hewan (spesies) yang memiliki baik ciri-ciri ikan mau pun ciri-ciri invertebrata. Akan tetapi, walaupun banyak fosil ikan dan invertebrata ditemukan para ilmuwan, tidak pernah ada fosil makhluk peralihan, yang dapat membenarkan pernyataan evolusionis, yang ditemukan. Ketiadaan demikian, pada gilirannya, berarti evolusi tidak pernah terjadi. (Ternyata, ikan pertama di Bumi muncul di zaman geologis yang sama dengan invertebrata rumit yang pertama dikenal. Fosil ikan berasal dari 530 juta tahun yang lampau.15 Pada saat itu, yang dikenal sebagai zaman Kambrium, semua kelompok utama hewan invertebrata tiba-tiba muncul di Bumi.)

    images (1)Sebagai contoh, kaum evolusionis menyatakan bahwa bintang laut berevolusi menjadi ikan sejati setelah jutaan tahun. Berdasarkan pernyataan ini, seharusnya terdapat banyak bentuk peralihan di antara kedua jenis ikan tersebut. Akan tetapi, tidak satu pun fosil yang memiliki bentuk peralihan pernah ditemukan. Ditemukan bintang laut dan ikan dalam catatan fosil, tetapi tidak ada bentuk peralihan di antara keduanya.

    Walaupun sadar betul akan hal ini, kaum evolusionis menggunakan cara seperti hasutan atau demagogi dan bukti palsu, untuk membuat orang percaya pada evolusi. 16 Bahkan Darwin sendiri tahu bahwa catatan fosil tidak mendukung teorinya; ia cuma berharap bahwa catatan itu akan semakin berlimpah seiring berlalunya waktu, dan berbagai makhluk tahap peralihan akan ditemukan. Akan tetapi, kaum evolusionis masa kini tidak lagi memiliki harapan seperti itu. Bahkan mereka akui, catatan fosil begitu kaya dan sudah memadai untuk mengungkapkan sejarah kehidupan.

    Prof N. Heribert Nillson, ahli botani evolusionis yang ternama berkebangsaan Swedia dari Universitas Lund, mengatakan hal berikut tentang catatan fosil:

    Upaya saya untuk menunjukkan peristiwa evolusi, melalui sebuah percobaan yang sudah dilangsungkan selama lebih dari 40 tahun, sudah sepenuhnya gagal … Bahan fosil kini sudah begitu lengkap, sehingga bahkan dapat disusun berbagai kelas (makhluk hidup) baru, dan ketiadaan rangkaian makhluk tahap perantara tidak bisa dijelaskan sebagai akibat kurangnya bahan (fosil). Kekosongan itu memang ada, (dan) tidak akan pernah terisi. 17

    T Neville George, guru besar ilmu paleontologi Universitas Glasgow, menyatakan bahwa sekalipun catatan fosil sangat berlimpah, bentuk peralihan yang sudah lama dicari-cari belum juga ditemukan:

    Tidak perlu lagi meminta maaf atas kekurangan dalam catatan fosil. Dalam segi tertentu, catatan fosil itu sudah demikian berlimpah, hampir tak terkelola, dan kecepatan penemuan fosil sudah melebihi kecepatan penyusunannya … Meskipun demikian, catatan fosil tetap saja masih lebih banyak terdiri atas celah dan kesenjangan. 18

    Para evolusionis bahkan melangkah terlalu jauh, sampai-sampai mengakui bahwa bukan saja menyangkal evolusi, catatan fosil juga memberikan bukti ilmiah bagi kebenaran penciptaan. Misalnya, evolusionis ahli paleontologi Mark Czarnecki mengakui : Masalah besar dalam membuktikan teori ini ialah catatan fosil; jejak-jejak makhluk hidup yang sudah punah, yang terawetkan dalam lapisan batuan Bumi. Catatan ini tidak pernah mengungkapkan tanda-tanda adanya makhluk perantara – yang diduga Darwin –  bahkan, berbagai jenis makhluk hidup muncul dan menghilang dengan tiba-tiba, dan kejanggalan ini amat memperkuat paham penciptaan bahwa setiap jenis makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan….(19

    Seperti telah kita lihat, kaum evolusionis menderita kekecewaan mengenaskan menyangkut makhluk tahap perantara. Tidak ada satu pun penggalian di dunia ini yang telah menghasilkan jejak adanya bentuk peralihan, sekalipun yang paling samar, sejak Darwin kali pertama mengajukannya. Temuan itu semua adalah dari jenis yang seakan bermaksud menghancurkan harapan kaum evolusionis, dan menunjukkan bahwa makhluk hidup di Bumi muncul tiba-tiba, berkembang sempurna, dan tanpa cela.

    Akan tetapi, sekalipun mengetahui bahwa bentuk peralihan tidak pernah ada, para ilmuwan evolusionis tak mau meninggalkan teori mereka. Mereka memberikan uraian berprasangka tentang sejumlah fosil. Dalam karangannya In Search of Deep Time, Henry Gee, anggota redaksi majalah termasyhur di dunia, Nature, melukiskan seberapa ilmiah sebenarnya uraian-uraian tentang fosil semacam itu:

    Kita menyusun fosil-fosil dalam suatu urutan yang mencerminkan pemerolehan bertahap dari apa saja yang kita lihat pada diri sendiri. Kita tidak mencari kebenaran, kita menciptakannya setelah kejadian, untuk disesuaikan dengan prasangka kita sendiri … Untuk mengambil sederet fosil, dan menyatakan bahwa deretan itu melambangkan satu garis keturunan, bukanlah sebuah dugaan (hipotesis) ilmiah yang dapat diuji, melainkan sebuah pernyataan yang mengandung keabsahan setara dengan dongeng sebelum tidur – menghibur, bahkan mungkin berisi pelajaran, namun tidak ilmiah. 20

    Itulah sebabnya, mengapa mereka yang beriman kepada Allah tidak boleh teperdaya oleh permainan kata dan kebohongan yang berjubah ilmiah. Salah besar, jika percaya bahwa sekelompok orang, hanya karena mereka ilmuwan, pasti berkata benar dan patut dipercaya. Ilmuwan evolusionis tidak punya rasa bersalah menyembunyikan kebenaran, memelintir fakta ilmiah, dan bahkan membuat bukti-bukti palsu untuk membela pemikiran mereka. Sejarah Darwinisme penuh dengan contoh semacam itu.

    Bila kita tinjau garis-garis besar Darwinisme yang paling dasar sekalipun, segera terlihat ketidak-absahan dan landasannya yang lapuk habis. Bila kita periksa rinciannya, keadaan ini semakin jelas. (Lihat The Evolution Deceit, Taha Publishers, London, 1999 dan Darwinism Refuted, Goodword Publishers, New Delhi, 2003 untuk keterangan lebih lanjut.)

    Berlawanan dengan apa yang dinyatakan kaum evolusionis, kita melihat suatu perancangan dan perencanaan agung dalam ciri semua makhluk hidup dan tak-hidup, ke mana pun kita memandang. Itulah tanda bahwa Allah telah menciptakan semuanya. Kaum evolusionis terus mengibarkan perlawanan sia-sianya, karena tidak ingin menerima kenyataan ini. Sebagai penganut paham materialisme sejati, mereka sedang mencoba menghidupkan kembali sesosok mayat.

    Semua ini membawa ke hanya satu kesimpulan: Darwinisme menyesatkan orang dari akal sehat, ilmu pengetahuan, dan kebenaran, serta menggiring mereka ke arah ke cara berpikir tanpa akal sehat. Orang-orang yang percaya kepada evolusi tak bersedia mengikuti jalur nalar dan ilmu pengetahuan, dan termakan omong kosong penuh takhayul yang disampaikan turun-temurun sejak tahun 1880-an saat Darwin masih hidup.

    Akhirnya, mereka mulai percaya bahwa ketidaksengajaan atau kebetulan bisa memainkan peran bersifat ilahiah, walaupun segenap alam semesta penuh dengan tanda-tanda penciptaan. Cukup melihat satu saja mekanisme tanpa cacat di langit dan di laut, pada tumbuhan dan hewan, untuk menyadari hal ini. Mengatakan bahwa semua ini karya ketidaksengajaan merupakan pelecehan nalar, akal, dan ilmu pengetahuan. Yang diperlukan adalah pengakuan atas kekuatan dan keagungan Allah, dan setelah itu, penyerahan diri kepadaNya.

    ***

    1. Pada tahun 1999, seorang paleontolog Cina menemukan fosil dua jenis ikan yang berumur kira-kira 530 juta tahun di fauna Chengjiang. Masa itu dikenal sebagai Zaman Kambria Awal. Lihat BBC News Online, 4 November 1999 .
    2. Sejarah Darwinisme meliputi sejumlah contoh terkenal bukti yang dipalsukan. “Manusia Piltdown” atau “moyang purba manusia” ternyata cuma tipuan yang dibuat dengan menggabungkan rahang orang utan dan tengkorak manusia. Ahli biologi Jerman Ernst Haeckel memalsukan gambar-gambar embrio manusia dan hewan agar tampak mirip, dan gambar-gambar palsunya menyesatkan ilmuwan selama puluhan tahun. Foto terkenal Ketllewells tentang “penghitaman industri”, yang memperlihatkan ngengat abu-abu Inggris, baru-baru ini terungkap sebagai foto-foto yang diatur di mana contoh sediaan mati direkatkan ke batang pohon. “Burung dino” yang mengejutkan, yang diberi nama ilmiah Archaeoraptor and mengguncang dunia di tahun 1998 ternyata dusta yang diolah dengan merekatkan lima fosil berbeda dari makhluk-makhluk hidup berbeda. Untuk rinciannya, lihat Harun Yahya, Darwinism Refuted, Goodword Books, New Delhi, 2003.
    3. Prof. N. Heribert Nilsson, Universitas Lund, Swedia. Ahli botani dan evolusionis ternama, sebagaimana dikutip dalam: The Earth Before Man, h.51, http: //www.netcentro.co.uk/steveb/penkhull/create3.htm. (Penebalan oleh Harun Yahya)
    4. T. Neville George, “Fossils in Evolutionary Perspective”, Science Progress, vol 48, Januari 1960, h. 1,3 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    5. Mark Czarnecki, “The Revival of the Creationist Crusade”, MacLean’s, 19 January 1981 , h. 56
    6. Henry Gee, In Search of Deep Time, New York , The Free Press, 1999, h.116-117.
     
  • erva kurniawan 12:38 pm on 23 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (5) 

    earth_day_2008Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (5)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Seleksi alam dan mutasi tidak memiliki daya untuk menyebabkan perubahan bertahap (evolusi)

    Kaum evolusionis Muslim, yang mengabaikan fakta bahwa ilmu pengetahuan telah menggugurkan evolusi, juga menghadapi permasalahan sulit lainnya: pernyataan bahwa 1,5 juta jenis makhluk hidup di alam muncul sebagai akibat peristiwa alam yang tak-sadar.

    Menurut para evolusionis, sel hidup pertama terbentuk akibat berbagai reaksi kimia dalam zat tak-hidup. (Marilah kita ingat bahwa cukup banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa hal ini tidak mungkin. Lebih lagi, para peneliti yang melakukan percobaan menyatukan gas-gas penyusun lapisan atmosfer awal Bumi, sekaligus berbagai keadaan lapisan atmosfer yang sesuai, tidak mampu “menghasilkan” satuan blok pembangun kehidupan yang terkecil sekali pun, yakni protein.13 ) Karena mereka gagal memunculkan organisme hidup, walaupun semua pengetahuan dan teknologi tersedia bagi mereka, secara ilmiah adalah lebih tak masuk akal lagi apabila dinyatakan bahwa ketidaksengajaan buta mampu menghasilkannya.

    Evolusi juga menyatakan bahwa kehidupan berawal dari sel pertama tersebut, yang tumbuh kian rumit, dan yang semakin lama semakin kaya dan beragam, sampai manusia dihasilkan. Singkatnya, lanjut teori itu, berbagai pergerakan tak-sadar di alam terus mengembangkan makhluk hidup. Contohnya, satu bakteri mengandung kode genetik untuk sekitar 2.000 protein, sementara manusia mengandung kode genetik untuk sekitar 200.000 protein. Dengan kata lain, suatu pergerakan tak-sadar telah “menghasilkan” data genetik untuk 198.000 protein baru, seiring dengan berlalunya waktu.

    Itu yang dinyatakan evolusi. Namun, benarkah alam berisi mekanisme atau pergerakan yang dapat menambah data genetik pada suatu makhluk hidup?

    Teori evolusi modern- juga dikenal sebagai neo-Darwinisme, yaitu versi perbaikan atas teori asli Darwin, yang ikut memperhitungkan berbagai temuan terbaru dalam ilmu genetika – mengusulkan dua mekanisme: seleksi alam dan mutasi.

    seleksi alamSeleksi alam berarti bahwa makhluk yang kuat, dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan alam, akan memenangkan pertarungan demi mempertahankan hidup, sementara yang lainnya tersisih dan lenyap. Misalnya, penurunan suhu yang terus-menerus di suatu wilayah berarti populasi hewan tertentu, yang tidak tahan terhadap suhu rendah, akan terpangkas. Pada jangka panjang, hanya hewan yang tahan suhu dingin yang bertahan hidup, dan akhirnya menjadi seluruh populasi.

    Contoh lain, dalam kasus kelinci yang hidup terus-menerus dalam ancaman hewan pemangsa, hanya yang terbaik menyesuaikan diri dengan lingkup keadaan itu (misalnya, yang dapat berlari paling cepat), bertahan hidup dan mewariskan ciri atau sifatnya kepada generasi berikutnya. Akan tetapi, pemeriksaan seksama mengungkapkan bahwa tidak ada ciri baru yang muncul di sini, karena kelinci ini tidak berubah menjadi jenis hewan atau spesies yang baru, atau pun memperoleh sifat baru. Jadi, orang tidak dapat berkata bahwa seleksi alam menyebabkan evolusi.

    Karena itu, evolusionis hanya tinggal memiliki mutasi. Agar pernyataan evolusi dapat diterima, mutasi harus mampu menambah data genetik pada suatu makhluk hidup. Mutasi dijabarkan sebagai kesalahan dalam gen makhluk hidup, yang terjadi akibat pengaruh luar (misalnya, radiasi atau penyinaran,) atau pun akibat kesalahan penyalinan DNA. Tentu saja, mutasi dapat menyebabkan perubahan, namun perubahan itu selalu merusak. Dengan kata lain, mutasi tidak bisa mengembangkan makhluk hidup; bahkan sebaliknya, selalu membahayakannya.

    Genetika mencapai kemajuan besar selama abad ke-20. Dengan mempelajari berbagai penyakit keturunan pada makhluk hidup, berdasarkan ilmu pengetahuan yang berkembang cepat, para ilmuwan memperlihatkan bahwa mutasi bukanlah perubahan hayati yang dapat menyumbangkan sesuatu bagi evolusi. Ini bertentangan dengan pernyataan evolusionis. Kemajuan-kemajuan dalam genetika khususnya menghasilkan pengetahuan bahwa sekitar 4.500 penyakit yang diduga sebagai penyakit keturunan sebenarnya disebabkan oleh mutasi.

    Agar dapat diwariskan kepada keturunan, mutasi harus terjadi pada organ perkembangbiakan (sel sperma pada lelaki, indung telur pada perempuan). Hanya perubahan genetik jenis ini yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Banyak penyakit keturunan disebabkan justru oleh perubahan pada sel-sel tersebut.

    Mutasi, di sisi lain, terjadi di organ tubuh lainnya (misalnya, hati atau otak), sehingga tidak bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Mutasi yang demikian, disebut “somatik”, menyebabkan banyak penyakit kanker melalui kemunduran dalam DNA sel.

    Kanker merupakan salah satu contoh paling tepat tentang kerusakan yang disebabkan oleh mutasi. Banyak faktor karsinogenik (penyebab kanker), misalnya zat kimia dan sinar ultra-ungu, sebenarnya menyebabkan mutasi. Setelah adanya temuan mutakhir tentang gen onkogenik (pendorong kanker) dan gen pencegah tumor, yang apabila tidak bekerja dengan benar, mampu menimbulkan kanker, para peneliti menyadari bagaimana mutasi menyebabkan kanker.

    Kedua jenis gen ini penting bagi sel untuk memperbanyak diri, serta bagi tubuh untuk memperbaharui diri. Jika salah satunya rusak karena mutasi, sel-sel mulai tumbuh tak terkendali dan kanker pun mulai terbentuk. Kita dapat membandingkan keadaan ini dengan pedal gas yang macet atau rem yang blong pada sebuah mobil. Dalam kedua kasus tersebut, akan terjadi tabrakan. Begitu pula, pertumbuhan sel yang tak terkendali akan menyebabkan kanker, lalu kematian. Jika mutasi merusak gen-gen ini pada saat kelahiran, seperti dalam kasus retinoblastoma (kanker sel mata), bayi yang terkena akan segera meninggal dunia.

    chernobylMutasi secara tak sengaja selalu membahayakan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Dampak mengerikan kecelakaan nuklir pada tahun 1986 di Chernobyl menunjukkan akibat mutasi.

    Kerusakan yang diakibatkan oleh mutasi pada makhluk hidup tidak terbatas pada contoh-contoh ini saja. Hampir semua mutasi yang dapat teramati sejauh ini bersifat merusak; hanya beberapa saja yang tidak berpengaruh apa-apa. Walaupun demikian, kaum evolusionis, termasuk yang Muslim, masih mencoba mempertahankan anggapan bahwa mutasi adalah mekanisme yang berlaku dalam evolusi. Jika satu makhluk hidup memang berubah menjadi makhluk hidup lain, sebagaimana dinyatakan kaum evolusionis, mestinya terjadi berjuta-juta mutasi yang menguntungkan, dan terdapat pada semua sel benih dan peranakan.

    Ilmu pengetahuan, seiring dengan kemajuan yang terus-menerus dicapainya, telah menemukan berjuta-juta mutasi jahat, dan telah mengenali berbagai penyakit yang diakibatkannya. Akan tetapi, teori evolusi menghadapi kebingungan yang mengenaskan: para ilmuwan evolusionis tidak bisa menyebutkan satu pun mutasi yang benar-benar menambah data genetik.

    Pierre Paul Grassé, seorang ahli zoologi terkemuka Perancis, penyunting buku 35 jilid Traite de Zoologie, dan mantan ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis, mengibaratkan mutasi dengan huruf yang salah diketik saat menyalin naskah tertulis. Dan, sebagaimana huruf salah ketik, mutasi tidak menambah keterangan; bahkan, merusak data yang sudah ada. Grassé menyatakan fakta ini dengan cara berikut:

    Mutasi, dalam sejarah, terjadi secara acak. Mutasi tak saling melengkapi satu sama lain, tidak juga bertambah pada generasi selanjutnya menuju arah tertentu. Mutasi mengubah apa yang sudah menetap, namun secara kacau dan salah, walaupun bagaimana … Begitu ada kekacauan, sekalipun kecil, timbul pada makhluk yang tersusun dan teratur, maka penyakit, lalu kematian, pun mengikuti. Tidak ada jalan tengah yang bisa tercipta antara gejala kehidupan dan kekacauan. 14

    Menimbang fakta ini, mutasi, sebagaimana dijelaskan Grassé, “betapa pun banyaknya, tidaklah menghasilkan evolusi jenis apa pun.” Kita dapat membandingkan akibat mutasi dengan gempa bumi. Sama seperti gempa bumi, yang tidak membantu membangun atau memperbaiki sebuah kota melainkan malah memorak-porandakannya, mutasi pun selalu berpengaruh buruk. Dari sudut pandang ini, pernyataan evolusionis tentang mutasi adalah sepenuhnya tanpa dasar. (Untuk rincian, lihat The Evolution Deceit oleh Harun Yahya, Taha Publishers, London, 1999).

    “Kaum kami telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (QS. Al Kahfi, 18:15)

    ***

    1. Jalan cerita evolusi yang terkait dengan asal-muasal kehidupan disebut teori evolusi kimiawi. Tak terhitung jumlah percobaan yang dilakukan selama abad ke-20 gagal mendukung teori ini. Percobaan Stanley Miller, percobaan yang paling terkenal, mencakup “penciptaan” atmosfer purba dugaannya dan diikuti pembentukan beberapa asam amino. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa atmosfer purba jauh lebih bermusuhan terhadap senyawa organik (hidup) dibandingkan dengan perkiraan miller. Tak seorang pun pernah berhasil meniru perakitan protein, blok pembangun kehidupan yang sebenarnya, dalam percobaan “evolusi kimiawi” mana pun. Untuk lebih rinci, lihat Harun Yahya: Darwinism refuted, goodword books, New Delhi , 2003.
    2. Pierre-Paul Grasse, Evolution Of Living Organisms, Academic Press, New York , 1977, h.97
     
  • erva kurniawan 1:57 am on 21 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (4) 

    evolusiMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (4)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Kebenaran penting yang terabaikan oleh kaum muslimin yang mendukung teori evolusi

    Dalam bab sebelumnya, telah kita bahas bagaimana kaum Muslimin yang telah diyakinkan bahwa evolusi itu adalah sebuah fakta (kenyataan), dan bukan teori, mungkin tak menyadari berbagai kemajuan ilmiah terkait dan mutakhir, yang membantah paham Darwinisme. Tiadanya kesadaran ini menghalau kaum evolusionis Muslim untuk terus menerima gagasan dan kepercayaan yang sudah dibuktikan sebagai tak absah oleh ilmu pengetahuan. Lebih jauh, mereka mengabaikan kenyataan bahwa landasan yang mendasari evolusi mencerminkan tabiat pagan (musyrik, atau tak beragama), menganggap bahwa kuasa ilahiah dimiliki oleh unsur kebetulan atau ketidak-sengajaan dan peristiwa alam, dan telah menyebabkan amat banyak penindasan, pertikaian, perang, dan berbagai malapetaka lain.

    Bab ini akan khusus membahas kenyataan itu, yang terabaikan oleh kaum evolusionis Muslim, dan menghimbau mereka agar menghentikan dukungan bagi tabiat pagan yang memberikan landasan bagi paham pemikiran materialis dan tak bertuhan.

    Evolusi adalah gagasan yunani kuno yang tak mengenal agama

    Berlawanan dengan yang dinyatakan oleh para pendukungnya, evolusi bukanlah sebuah teori ilmiah, melainkan sebuah kepercayaan musyrik. Gagasan tentang evolusi muncul pertama kalinya dalam masyarakat kuno, seperti Mesir, Babilonia, dan Sumeria, lalu mencapai para filsuf Yunani kuno. Tugu peninggalan bangsa Sumeria yang musyrik berisi pernyataan yang mengingkari penciptaan, dan menegaskan bahwa makhluk hidup muncul dengan sendirinya sebagai bagian proses yang bertahap. Menurut kepercayaan Sumeria, kehidupan muncul dengan sendirinya dari kekacauan atau pergolakan air.

    Sebagai bagian dari agama takhayul yang dianutnya, orang Mesir kuno percaya bahwa “ular, katak, cacing, dan tikus timbul dari lumpur banjir Sungai Nil”. Sama seperti orang Sumeria, orang Mesir kuno mengingkari keberadaan Sang Pencipta, dan mengira bahwa “makhluk hidup muncul dari lumpur secara kebetulan atau tanpa sengaja.”

    Pernyataan terpenting para filsuf Yunani seperti Empedocles (abad ke-5 SM), Thales (wafat 546 SM), dan Anaximander (wafat 547 SM) dari Miletus adalah bahwa makhluk hidup pertama terbentuk dari zat-zat tak-hidup seperti udara, api, dan air. Teori ini berpendapat makhluk hidup pertama muncul tiba-tiba di air, dan lalu beberapa di antaranya meninggalkan air, menyesuaikan diri hidup di darat, dan mulai menetap hidup disana.

    Thales percaya bahwa air adalah akar segenap kehidupan, bahwa tumbuhan dan hewan mulai berkembang di air, dan bahwa manusia adalah hasil akhir proses ini. Anaximander,4 filsuf sezaman Thales yang lebih muda, berpendirian bahwa “manusia tumbuh dari ikan” dan bahwa sumber kehidupan mulai dengan “segumpal massa purba”.5

    Karya puisi Anaximander Tentang Alam merupakan karya tulis pertama yang ada yang berdasarkan teori evolusi. Dalam puisi itu, ia menulis bahwa makhluk hidup muncul dari lendir yang dikeringkan oleh matahari. Ia berpikir bahwa hewan pertama berkulit sisik yang berduri, dan hidup di lautan. Sambil berubah perlahan-lahan, makhluk mirip ikan ini pindah ke darat, melepaskan kulit sisik durinya, dan akhirnya menjadi manusia.6 (Untuk lebih rinci, lihat The Religion of Darwinism, Harun Yahya, Abu’l Qasim Publishers, Jeddah, 2003).

    Teorinya bisa dianggap sebagai landasan pertama teori evolusi masa kini, karena memiliki banyak kemiripan dengan paham Darwinisme.

    Empedocles menyatukan gagasan-gagasan awal, dan mengemukakan bahwa unsur-unsur dasar (yakni, tanah, udara, api, dan air) bersatu menciptakan berbagai tubuh. Ia juga percaya bahwa manusia berkembang dari kehidupan tumbuhan, dan hanya faktor di luar kesengajaanlah yang berperan dalam proses ini.7Sebagaimana telah disebutkan, pemikiran tentang ketidaksengajaan ini beserta perannya dalam penciptaan, menjadi landasan utama ditegakkannya teori evolusi.

    Heraclitus (wafat abad ke-5 SM) menyatakan, karena alam semesta selalu dalam proses perubahan yang terus-menerus, tidak ada gunanya mempertanyakan dongeng uraian tentang awal alam semesta. Ditandaskan olehnya bahwa alam semesta tidak berawal atau berakhir. Sebaliknya, alam semesta ada begitu saja. Singkatnya,8 kepercayaan materialis, yang di atasnya berdiri evolusi, juga ada di masa Yunani kuno.

    Gagasan perkembangan seketika didukung oleh banyak filsuf Yunani lain, khususnya Aristoteles (384-322 SM). Gagasan ini mengatakan bahwa hewan, khususnya cacing, serangga, dan tumbuhan, muncul dengan sendirinya di alam, dan tidak perlu melalui proses pembuahan. Maurice Manquat, yang tersohor akan berbagai kajiannya tentang gagasan Aristoteles mengenai sejarah alam, suatu kali berkata:

    Aristoteles begitu memikirkan asal-muasal kehidupan, sampai-sampai ia menerima kemunculan seketika (bersatunya zat-zat tak-hidup untuk seketika membentuk makhluk hidup) untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa tertentu yang tidak dapat diterangkan dengan cara lain.9

    Bila diperiksa dengan seksama, tampak ada cukup banyak kemiripan antara gagasan-gagasan para pemikir evolusionis zaman dulu dengan sekarang. Akar gagasan materialis, yaitu alam semesta tak berawal dan tak berakhir, maupun pandangan evolusionis, yaitu makhluk hidup muncul sebagai akibat faktor kebetulan, terdapat dalam budaya Sumeria musyrik, dan umum di kalangan pemikir materialis Yunani. Gagasan bahwa kehidupan muncul dari air dan adonan yang disebut segumpal “massa purba”, serta bahwa makhluk hidup muncul hanya karena ketidaksengajaan, menjadi dasar kedua gagasan ini, yang masih terkait sekalipun terpisah tenggang waktu yang amat panjang.

    Jadi, kaum evolusionis Muslim mendukung sebuah teori, yang akarnya tertanam dalam gagasan kuno yang telah terbukti tidak memiliki dasar ilmiah. Lebih lagi, gagasan serupa pertama kali diusulkan oleh para pemikir materialis kuno, dan mengandung makna pagan atau musyrik.

    Sebenarnya, evolusi tidak terbatas pada budaya Sumeria kuno maupun filsuf Yunani kuno saja, sebab evolusi juga membentuk saripati berbagai sistem kepercayaan mutakhir yang besar, seperti Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Dengan kata lain, evolusi tidak lebih daripada sebuah teori, yang sepenuhnya bertentangan dengan keyakinan dalam Islam.

    Sebagian evolusionis Muslim, sekalipun bertentangan dengan bukti ilmiah, menyatakan bahwa Al Qur’an mendukung apa yang disebut-sebut sebagai “teori evolusi penciptaan”, dan mencoba menemukan sumber evolusi di dunia Muslim. Mereka menyatakan bahwa gagasan ini pertama kali muncul dari para pemikir Muslim dan, saat karya mereka diterjemahkan ke dalam bahasa asing, gagasan evolusionis timbul di dunia Barat.

    Akan tetapi, beberapa contoh di atas jelas mengungkapkan bahwa evolusi tidak lebih daripada sebuah kepercayaan kuno, yang lahir di masyarakat kuno yang tak beragama. Sungguh suatu kesalahan besar apabila kita mencoba membuktikan bahwa paham evolusionis, yang dibangun di atas dasar kebendaan, bisa berasal dari kaum Muslimin, padahal sama sekali tidak ada dasar ilmiah dan sejarah yang mendukung pernyataan itu.

    Ketidaksengajaan bertentangan dengan kebenaran penciptaan

    Mereka yang berpendapat bahwa evolusi tidak bertentangan dengan penciptaan, lupa akan satu hal penting: Orang seperti mereka percaya bahwa pernyataan utama Darwinisme adalah, makhluk hidup muncul melalui perubahan bertahap (evolusi) dari makhluk hidup lain. Akan tetapi, sebenarnya bukan begitu, sebab kaum evolusionis menyatakan bahwa kehidupan muncul sebagai hasil ketidaksengajaan, oleh pergerakan tak-sadar. Dengan kata lain, kehidupan di Bumi lahir tanpa Sang Pencipta, dan dengan sendirinya, dari zat-zat tak-hidup.

    Pernyataan seperti itu mengingkari keberadaan Sang Pencipta sedari awal, dan karena itu tidak dapat diterima oleh kaum Muslimin. Akan tetapi, sebagian orang Muslim, yang tidak menyadari kebenaran ini, tidak melihat adanya bahaya apabila mendukung evolusi, berdasarkan anggapan bahwa Allah bisa saja menggunakan perubahan bertahap (evolusi) dalam penciptaan makhluk hidup.

    Namun, mereka mengabaikan satu bahaya besar: walaupun mereka sedang mencoba memperlihatkan bahwa evolusi tidak bertentangan dengan agama, nyatanya mereka tengah mendukung dan menyetujui sebuah gagasan yang amat tidak mungkin dari sudut pandang mereka sendiri. Sementara itu, kaum evolusionis berpura-pura tidak melihat keadaan ini, karena hal ini membantu mereka mencapai tujuan, yaitu agar masyarakat menerima gagasan mereka.

    Melihat masalah ini sebagai seorang Muslim yang taat, dan mempertimbangkannya dalam petunjuk Al Qur’an, nyata-nyata bahwa teori yang berlandasan utama ketidaksengajaan tidak memiliki kesamaan apa pun dengan Islam. Evolusi menganggap ketidaksengajaan, waktu, dan zat tak-hidup sebagai tuhan, dan menyematkan gelar “pencipta” pada makhluk-makhluk tak-sadar dan lemah ini. Tak seorang Muslim pun dapat menerima teori berdasar pagan serupa itu, sebab setiap Muslim tahu bahwa Allah, satu-satunya Sang Pencipta, yang menciptakan segalanya dari ketiadaan. Karena itu, Muslim menggunakan ilmu pengetahuan dan nalar untuk membantah semua kepercayaan dan gagasan yang bertentangan dengan fakta tersebut.

    Evolusi adalah sebagian dari paham kebendaan (materialisme), dan, menurut materialisme, alam semesta tidak berawal atau berakhir, sehingga tidak memerlukan Sang Pencipta. Pemikiran anti-agama ini mengajukan bahwa alam semesta, galaksi, bintang, planet, matahari, dan benda-benda langit lainnya, beserta sistem dan keseimbangan yang sempurna tanpa cacat di dalamnya, adalah hasil kebetulan (ketidaksengajaan).

    Dengan cara yang sama, teori evolusi menyatakan bahwa protein yang pertama dan sel yang pertama (yaitu blok atau satuan pembangun makhluk hidup) berkembang dengan sendirinya sebagai hasil serangkai kebetulan yang buta. Menurut pemikiran ini juga, semua keajaiban rancangan pada semua makhluk hidup, baik yang hidup di darat, di laut, atau di udara, adalah hasil ketidaksengajaan. Walaupun dikepung bukti-bukti penciptaan, dimulai dari rancangan pada tubuhnya sendiri, penganut teori evolusi bersikeras menganggap bahwa segenap kesempurnaan itu dihasilkan ketidaksengajaan dan proses tak sadar.

    Dengan kata lain, ciri utama mereka adalah menganggap ketidaksengajaan sebagai tuhan, demi mengingkari keberadaan Allah. Akan tetapi, penolakan untuk menerima atau melihat keberadaan dan keagungan Allah yang nyata ini, tidaklah mengubah apa pun. Pengetahuan Allah yang tak berhingga, dan seni Allah yang tak tertandingi, terungkap sendiri dalam apa pun yang diciptakanNya.

    Kenyataannya, berbagai kemajuan ilmiah mutakhir dengan gamblang menolak pernyataan-pernyataan tak berdasar evolusionis bahwa kehidupan muncul dengan sendirinya dan melalui proses alamiah. Rancangan agung pada makhluk hidup menunjukkan bahwa Sang Pencipta, yang memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan agung, yang menciptakan semua makhluk hidup. Fakta bahwa organisme yang paling sederhana sekali pun ternyata adalah rumit tak teruraikan, menempatkan setiap penganut teori evolusi dalam kebingungan yang sangat, tanpa jalan keluar – sebuah kenyataan yang sering mereka akui sendiri! Misalnya, matematikawan dan ahli astronomi Inggris yang tersohor, Fred Hoyle, mengakui bahwa kehidupan tidak mungkin ditimbulkan oleh ketidaksengajaan:

    Akan tetapi, sekali waktu kita melihat bahwa besarnya kemungkinan makhluk hidup berawal secara acak adalah begitu kecilnya, sampai-sampai menjadi mustahil … 10

    Evolusionis Pierre-Paul Grassé mengakui bahwa anggapan sifat ketidaksengajaan memiliki daya cipta adalah murni khayalan:

    Namun, teori Darwin bahkan lebih sulit dipenuhi: sebatang tumbuhan, seekor hewan, mensyaratkan terjadinya beribu-ribu peristiwa mujur yang tepat. Jadi, berbagai keajaiban menjadi biasa: peristiwa dengan tingkat kemungkinan amat rendah tidak mungkin tidak berlangsung … Tidak ada aturan yang melarang orang berangan-angan, namun dalam ilmu pengetahuan hal itu tidak boleh berlebihan.11

    Kata-kata itu membuat kebingungan pemikiran yang dihadapi kaum evolusionis menjadi benar-benar jelas: Sekalipun mereka lihat bahwa teori ini tak bisa dipertahankan dan tak ilmiah, mereka tak mau melepaskannya karena obsesi pemikiran mereka. Dalam pernyataan lainnya, Hoyle mengungkapkan mengapa kaum evolusionis yakin pada ketidaksengajaan:

    Sungguh, teori itu (yakni bahwa makhluk hidup dirancang oleh sebuah kecerdasan), sudah begitu jelasnya, sehingga orang bertanya-tanya mengapa teori itu tidak diterima luas, karena terbukti-benar dengan sendirinya. Sebabnya lebih berupa sebuah alasan kejiwaan daripada ilmiah. 12

    Apa yang dilukiskan Hoyle sebagai alasan “psikologis”atau kejiwaan telah menyiapkan kaum evolusionis untuk mengingkari penciptaan. Semua alasan ini adalah bukti yang cukup bagi evolusionis Muslim, untuk menganggap evolusi sebagai tidak lebih daripada sebuah teori yang diciptakan untuk mengingkari Allah.

    ==============

    1. David Skjaerlund, Philosophical Origins of Evolution, http: //www.forerunner.com/forerunner/x0742-philosophical-origin.html
    2. http: //www.candleinthedark.com/anaximander.html
    3. http: //buglady.clc.uc.edu/biology/bio106/earlymod.htm
    4. David Skjaerlund, Philosophical Origins of Evolution, http:/www.forerunner.com/forerunner/x0742-philosophical-origin.html
    5. http: //buglady.clc.uc.edu/biology/bio106/earlymod.htm
    6. Maurice Manquat, Aristote naturaliste, Paris : Librairie Philosophique, J. Vrin, 1932, h. 113
    7. Sir Fred Hoyle & Chandra Wickramasinghe (Guru Besar Astronomi Universitas Cambridge, Guru Besar Astronomi dan Matematika Terapan Universitas College), Cardiff Evolution from Space, J. M. Dent, 1981, h.141, 144
    8. Pierre-Paul Grasse, Evolution of Living Organisms, Academic Press, New York , 1977, h.103
    9. Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, Dent, London , 1981, h.130
     
  • erva kurniawan 1:45 am on 20 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (3) 

    teori darwinMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (3)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Akibat jika kaum evolusionis menjadi mayoritas

    Muslihat terpenting kaum evolusionis agar teori Darwin diterima secara luas adalah dengan menandaskan bahwa teori itu diterima luas di kalangan masyarakat ilmiah. Pendeknya, mereka menyatakan keabsahan teori ini didasarkan atas anggapan bahwa penganutnya merupakan mayoritas (berjumlah terbanyak), dan anggapan bahwa pandangan mayoritas adalah benar dalam setiap masalah. Dengan menggunakan jalan pikiran itu, serta pernyataan bahwa kebenaran evolusi kian terbukti oleh penerimaan yang luas di berbagai perguruan tinggi, mereka mencoba memakai tekanan kejiwaan pada setiap orang, termasuk yang percaya kepada Allah, untuk menerimanya.

    Arda Denkel, seorang evolusionis guru besar ilmu filsafat di Universitas Bosphorus, mungkin yang paling tersohor di Turki, bahkan mengakui kelirunya cara ini:

    Apakah dengan banyaknya orang, organisasi atau lembaga terhormat yang mempercayainya, teori evolusi terbukti benar? Bisakah teori itu dibuktikan dengan keputusan pengadilan? Apakah jika orang terhormat atau berkuasa mempercayai sesuatu, maka sesuatu itu akan menjadi benar? Saya ingin mengenang sebuah kenyataan sejarah.

    Bukankah Galileo berdiri di hadapan semua orang, pengacara, dan khususnya ilmuwan terhormat zamannya, dan secara sendirian mengatakan kebenaran, tanpa dukungan satu orang pun? Tidakkah berbagai sidang dewan Inkuisisi mengungkapkan suasana serupa? Memperoleh dukungan dari kelompok terhormat dan berpengaruh tidak menciptakan kebenaran, dan tidak berkaitan dengan kenyataan ilmiah. 2

    Seperti pendapat Denkel, penerimaan luas terhadap sebuah teori tidak membuktikan kebenarannya. Nyatanya, sejarah ilmu pengetahuan dipenuhi berbagai contoh teori, yang awalnya diterima oleh sedikit orang (golongan minoritas) saja, dan baru kemudian diterima kebenarannya secara mayoritas.

    Banyak ilmuwan masa kini yang menolak evolusi dan menerima bahwa Allah, Tuhan Pemilik Segala Kekuatan dan Kecerdasan Tak Terbatas telah menciptakan alam semesta ini. Beberapa ilmuwan yang menerima kebenaran penciptaan ini adalah,Owen Gingerich, profesor astronomi dan sejarah ilmu pengetahuan pada Harvard University; Carl Friedrich von Weizsacker, profesor fisika pada Germany’s Max-Planck-Gasellschaft University; Donald Chittick, profesor kimia pada Oregon State University; Robert Matthews, professor fisika pada Oxford University; Michael J. Behe, profesor biologi pada Lehigh University; David Menton, profesor anatomi pada Washington University, S. Jocelyn Bell Burnell, profesor fisika pada Universitas Terbuka di Inggris; dan William Dembski, profesor rekanan dalam dasar pandangan ilmu pengetahuan pada Baylor University.

    Lebih lagi, evolusi tidaklah diterima oleh seluruh masyarakat ilmiah, seperti yang diupayakan oleh para pendukungnya agar diyakini orang. Selama 20-30 tahun terakhir, jumlah ilmuwan yang menolaknya telah meningkat secara luar biasa. Kebanyakan dari mereka meninggalkan kepercayaan buta kepada Darwinisme, sesudah melihat rancangan yang tanpa cacat di alam semesta dan dalam makhluk hidup. Mereka telah menerbitkan karya tulis yang tak terhitung jumlahnya, yang membuktikan ketidak-absahan teori itu.

    Lebih penting lagi, mereka merupakan anggota berbagai perguruan tinggi terkemuka di seantero dunia, khususnya Amerika Serikat dan Eropa, dan pakar serta peneliti karir dalam bidang biologi, biokimia, mikrobiologi, anatomi, paleontologi, dan bidang ilmu lainnya.3 Karena itu, sangat keliru berkata bahwa jumlah terbanyak dalam masyarakat ilmiah mempercayai evolusi.

    Karena itu, tidak akan bermakna apa-apa, sekalipun jika kaum evolusionis sungguh menjadi jumlah terbanyak. Tidak ada pandangan mayoritas yang sepenuhnya benar hanya karena itu pandangan mayoritas. Kaum Muslimin yang mempercayai evolusi perlu tahu bahwa Al Qur’an membahas masalah ini ketika menceritakan nasib banyak masyarakat zaman dahulu, yang berpandangan serupa, dan akhirnya mengingkari Allah dan agamaNya dengan cara membiarkan diri tersesat dari jalan yang lurus. Allah memperingatkan kaum mukmin agar tidak mengikuti orang-orang yang penuh tipu-daya demikian, dan mengabarkan kepada umat manusia bahwa berjalan bersama jumlah terbanyak, atau mayoritas, bisa mengakibatkan manusia tergiring ke arah kesalahan yang mengerikan:

    Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al An’aam, 6: 116)

    ===================

    1. Arda Denkel, Cumhuriyet Bilim Teknik Eki (Suplemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Cumhuriyet), 27 Februari 1999, h.15 (Penebalan oleh Harun Yahya)
    2. Sejumlah pengecam Darwinisme masa kini paling terkemuka adalah Michael Behe (ahli biokimia), Michael Denton (ahli biokimia), Jonathan Wells (ahli biologi), William Dembski (matematikawan), Charles Taxton (ahli biokimia), dan Dean Kenyon (ahli biologi molekuler). Banyak ilmuwan lain yang berpandangan menentang Darwinisme dapat dihubungi melalui lembaga-lembaga sejenis The Discovery Institute, The Intelligent Design Network, atau The Institution for Creation Research. (Untuk rincian selanjutnya, lihat Harun Yahya: The Al Qur’an Leads the Way to Science, Nickleodeon Books, Singapura, 2002)
     
  • erva kurniawan 1:28 am on 19 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (2) 

    evolusiMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (2)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Mengapa Sebagian Kaum Muslimin Mendukung Teori Evolusi?

    Sepanjang sejarah, manusia sudah memikirkan alam semesta dan asal-muasal kehidupan ini, dan sudah mengajukan berbagai gagasan tentang hal ini. Kita dapat membagi gagasan-gagasan itu menjadi dua kelompok: yang menjelaskan alam semesta ini dari sudut pandang materialis, dan yang melihat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dari ketiadaan, yakni, kebenaran penciptaan.

    Dalam pengantar buku ini, telah kita lihat bahwa teori evolusi didirikan pada filsafat materialis. Pandangan materialis menyatakan bahwa alam semesta terdiri atas materi, dan materi adalah satu-satunya hal yang ada. Karena itu, materi ada selama-lamanya, dan tidak ada kuasa lain yang mengaturnya. Kaum materialis percaya bahwa faktor ketidaksengajaan (kebetulan) yang buta menyebabkan alam semesta membentuk diri, dan makhluk hidup muncul secara bertahap, berevolusi dari zat-zat tak-hidup. Dengan kata lain, semua makhluk hidup di dunia ini muncul sebagai akibat berbagai pengaruh alam dan ketidaksengajaan.

    Filsafat materialis menggunakan teori evolusi, yang keduanya saling melengkapi, untuk menjelaskan timbulnya makhluk hidup. Kesatuan ini, yang lahir di zaman Yunani kuno, kembali disebarluaskan saat ilmu pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, dan, karena teori itu dianggap mendukung paham materialisme, tak perduli secara ilmiah absah atau tidak, teori ini segera dirangkul oleh kaum materialis.

    Fakta penciptaan bertentangan dengan teori evolusi. Menurut pandangan kreasionis (penciptaan), materi tidaklah ada sejak dan untuk masa yang tak terhingga, dan karena itu, dikendalikan. Allah menciptakan materi dari ketiadaan dan memberinya keteraturan. Semua makhluk, hidup maupun tak-hidup, ada karena diciptakan Allah. Rancangan, perhitungan, keseimbangan, dan keteraturan yang tampak di alam semesta dan dalam makhluk hidup merupakan bukti nyata akan hal ini.

    Semenjak awal, agama telah mengajarkan kebenaran penciptaan, yang dapat dipahami semua orang melalui penggunaan akal dan pengamatan pribadi. Semua agama samawi telah mengajarkan bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan berfirman “Jadilah!”, dan bahwa bekerjanya alam semesta secara sempurna tanpa cela merupakan bukti daya ciptaNya yang agung. Banyak ayat Al Qur’an juga mengungkapkan kebenaran ini. Misalnya, Allah mengungkapkan bagaimana Dia secara ajaib menciptakan alam semesta dari ketiadaan:

    Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah, 2: 117)

    Allah juga mengungkapkan yang berikut:

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Ilmu pengetahuan mutakhir membuktikan ketidak-absahan pernyataan materialis-evolusionis, dan menegaskan kebenaran penciptaan. Berlawanan dengan teori evolusi, semua bukti penciptaan yang mengelilingi kita menunjukkan bahwa faktor kebetulan tidak berperan dalam terwujudnya alam semesta. Setiap rincian yang tampak saat kita mengamati langit, bumi, dan semua makhluk hidup dimaksudkan sebagai bukti kebijaksanaan dan kekuasaan Allah yang agung.

    “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. At Taubah, 9:71)

    Perbedaan mendasar antara agama dan paham ateisme adalah, yang pertama mempercayai Allah, sedangkan yang terakhir mempercayai materialisme. Ketika Allah bertanya kepada mereka yang ingkar, Dia menarik perhatian terhadap pernyataan yang mereka ajukan untuk menolak penciptaan:

    Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS. Ath Thuur, 52: 35)

    Sejak zaman bermula, mereka yang mengingkari penciptaan senantiasa menyatakan bahwa manusia dan alam semesta tidaklah diciptakan, dan selalu berusaha membenarkan pernyataan tak masuk akal itu. Dukungan yang terbesar bagi mereka tiba di abad ke-19, berkat teori Darwin.

    Kaum muslimin tidak boleh mengadakan jalan tengah dalam masalah ini. Memang, orang boleh berpikir sesukanya, dan boleh percaya apa pun yang ingin dipercayainya. Akan tetapi, tidak ada jalan tengah bagi teori yang mengingkari Allah dan ciptaanNya, sebab hal itu berarti tawar-menawar dalam unsur dasar agama. Tentu, berbuat demikian sama sekali tak bisa diterima.

    Para evolusionis, karena sadar betapa jalan tengah seperti itu akan merusak agama, mendorong orang-orang beriman agar berusaha memperolehnya.

    Kaum darwinis menganjurkan pandangan penciptaan melalui evolusi

    Para ilmuwan yang mendukung teori evolusi secara buta, kini semakin tersudut oleh berbagai kemajuan ilmiah baru, yang kian lama kian banyak dan kian terbuka bagi orang awam. Menyadari bahwa setiap penemuan baru adalah bertentangan dengan teori ini, serta menegaskan kebenaran penciptaan, maka demagogi (tindakan menghasut masyarakat) pun berperan lebih penting daripada bukti ilmiah dalam berbagai naskah evolusionis. Di sisi lain, majalah-majalah ilmiah pendukung teori evolusi yang paling terkemuka sekalipun, seperti Science, Nature, Scientific American atau New Scientist, terpaksa mengakui bahwa beberapa segi dalam teori Darwin sudah menghadapi jalan buntu. Para ilmuwan yang mendukung paham penciptaan memenangkan berbagai debat ilmiah ini, dan dengan demikian, menyingkapkan berbagai pernyataan tak berdasar yang diajukan kaum evolusionis.

    Di sinilah, pandangan penciptaan lewat evolusi menjadi penolong bagi kaum materialis. Ini merupakan salah satu taktik yang digunakan kaum evolusionis untuk melunakkan sikap para pendukung paham penciptaan (atau “Rancangan Cerdas”), dan melemahkan posisi intelektual mereka dalam melawan dogma Darwinisme. Walaupun tidak mempercayai Tuhan karena telah mendewakan faktor kebetulan atau ketidaksengajaan, dan menentang habis fakta penciptaan, kaum evolusionis menganggap bahwa teori mereka akan lebih dapat diterima jika mereka berdiam diri tentang gagasan kaum beragama yang sekaligus mendukung teori evolusi, bahwa Allah menciptakan makhluk hidup lewat evolusi. Malah, mereka menganjurkan jalan tengah antara teori ini dan agama, sehingga evolusi lebih dapat diterima dan kepercayaan akan penciptaan melemah.

    Melihat ini, kaum Muslimin harus mengerti bahwa adalah salah sepenuhnya apabila kita percaya bahwa Allah menciptakan alam semesta, namun sekaligus mendukung teori evolusi sekalipun tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan. Lebih jauh lagi, adalah sama salahnya apabila kita menyatakan bahwa evolusi selaras dengan Al Qur’an, dengan cara mengabaikan semua peringatan dalam kitab suci itu sendiri. Kaum Muslimin yang bersikap seperti itu perlu menyadari bahwa mereka sedang mendukung sebuah gagasan yang dirancang untuk membantu filsafat materialis dan, setelah tahu hal ini, harus segera menarik kembali dukungan mereka.

    Menolak evolusi tidak berarti menolak ilmu pengetahuan

    Jumlah Muslim yang percaya bahwa semua makhluk hidup muncul melalui evolusi tidaklah boleh diremehkan. Kesalahan mereka berdasarkan pada kurangnya pengetahuan serta berbagai sudut pandang yang keliru, khususnya yang terkait dengan berbagai masalah ilmu pengetahuan. Kesalahan yang utama adalah gagasan bahwa evolusi adalah fakta ilmiah dan sudah terbukti kebenarannya.

    Orang seperti mereka tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan telah mengikis habis tingkat kebenaran teori evolusi. Baik di tingkat molekuler, atau pun dalam biologi dan paleontologi, penelitian telah membuktikan ketidak-absahan pernyataan makhluk hidup muncul sebagai hasil proses evolusi. Teori Darwin mampu bertahan, sekalipun bertentangan dengan kenyataan ilmiah, hanya karena para evolusionis melakukan segala hal yang mereka bisa, termasuk sengaja menyesatkan orang, agar teori itu tetap hidup. Tulisan dan ceramah mereka dipenuhi istilah ilmiah yang tidak dimengerti orang awam. Tetapi bila kata-kata mereka ditelaah, orang tidak dapat menemukan bukti untuk mendukung teori mereka.

    Pemeriksaan yang seksama atas karya tulis terbitan kaum Darwinis telah jelas mengungkapkan kenyataan ini. Uraian mereka hampir tidak pernah berdasarkan bukti ilmiah yang kukuh. Berbagai bidang mendasar, tempat teori ini runtuh, dipulas dengan beberapa patah kata, dan banyak uraian aneh ditulis tentang sejarah alam. Mereka tidak pernah memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan utama, misalnya bagaimana pertama kali kehidupan timbul dari zat-zat yang tak-hidup, celah-celah lebar pada catatan fosil, dan sistem pada makhluk hidup yang rumit. Mereka tidak melakukannya, karena apa pun yang dapat mereka katakan atau tulis akan berlawanan dengan tujuan mereka serta mengungkapkan kekosongan teori mereka.

    darwinKetika Charles Darwin (1809-1882), pendiri teori ini, menelaah salah satu sistem rumit yang terdapat pada makhluk hidup, yakni mata, ia menyadari bahaya yang mengancam teorinya, dan ia bahkan mengakui bahwa memikirkan mata membuat sekujur tubuhnya menggigil. Seperti Darwin, para ilmuwan evolusionis masa kini tahu bahwa teori mereka tidak memiliki penjelasan tentang sistem rumit serupa itu. Namun, bukannya mengakui hal ini, mereka justru mencoba menutupi tiadanya bukti ilmiah, dengan cara menulis berbagai uraian khayal serta mencekokkan teori ini kepada masyarakat dengan memberinya sebuah topeng ilmiah.

    Cara-cara ini tampak jelas dalam debat tatap muka antara kaum evolusionis dengan mereka yang meyakini penciptaan, maupun dalam tulisan dan film dokumenter evolusionis. Sebenarnya, kaum evolusionis tidak peduli pada hal-hal seperti kebenaran ilmiah atau akal sehat, karena sasaran tunggalnya adalah membuat orang yakin bahwa evolusi adalah kenyataan ilmiah.

    Dengan cara demikian, kaum Muslimin pendukung evolusi termakan oleh citra teori ini yang katanya “ilmiah”. Khususnya, mereka tertusuk oleh semboyan Darwinis, seperti: “Siapa pun yang tidak mempercayai teori evolusi artinya bersikap taklid (meyakini sesuatu secara buta) atau tidak ilmiah,” dan karena itu memberikan ruang dalam keyakinan mereka yang sebenarnya. Karena terpengaruh keterangan usang atau tulisan dan pendapat evolusionis, mereka percaya bahwa hanya evolusi yang dapat menerangkan peristiwa munculnya kehidupan. Lalu mereka mencoba menyelaraskan agama dan evolusi, karena tidak mengetahui perkembangan ilmiah mutakhir maupun pertentangan dalam teori itu sendiri, serta tingkat keyakinan terhadap kebenaran teori tersebut yang telah lenyap.

    Akan tetapi, menimbang bahwa evolusi bertentangan 180 derajat dengan penciptaan, membuktikan kebenaran yang satu akan berarti menggugurkan yang lainnya. Dengan kata lain, menggugurkan evolusi berarti membuktikan penciptaan.

    Karena alasan-alasan ini, kaum materialis memandang debat tentang evolusi sebagai sejenis medan perang, semacam perang terbuka antar paham pemikiran, dan bukan sebagai masalah ilmiah. Jadi, kaum materialis melakukan semua cara yang mungkin untuk menghalangi mereka yang meyakini paham penciptaan.

    Misalnya, evolusionis Lerry Flank menyarankan agar kebenaran penciptaan dilawan dengan cara-cara berikut:

    Para pengawas terhadap kaum kreasionis harus ketat mengawasi susunan anggota dewan pendidikan negara bagian. Sebaiknya, mereka yang berminat kepada pendidikan yang bermutu serta kepada pencegahan langkah kaum fundamentalis yang hendak memakai sekolah negeri untuk berkhotbah, menjadi mayoritas anggota dewan-dewan ini … Jika ini gagal, dan buku-buku pelajaran berpaham kreasionis benar-benar dipakai dan disetujui, maka tindakan hukum menjadi perlu diambil. 1

    Jelaslah dari kata-kata ini bahwa kita bukan sedang bicara tentang suatu debat ilmiah, melainkan tentang sebuah perang gagasan, yang dicanangkan oleh kaum evolusionis dalam kerangka kerja siasat tertentu.

    Kaum Muslimin yang mempertahankan evolusi harus menyadari hal ini. Darwinisme bukan sebuah pandangan ilmiah; melainkan sebuah sistem berpikir yang dirancang untuk menggiring orang mengingkari Allah. Karena teori ini tidak berlandasan ilmiah, seorang Muslim tidak boleh membiarkan diri disesatkan oleh berbagai pendapat dalam teori ini, dan lalu memberikan dukungan, setulus apa pun niatnya.

    ===========

    1. Lester J. McCann, Blowing the Whistle on Darwinism (1986), h. 99 (kutipan diambil dari Randy Wysong, The Creation-Evolution Controversy (1976), h. 28-29)
     
  • erva kurniawan 2:40 am on 18 May 2015 Permalink | Balas  

    Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (1) 

    teori darwinMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (1)

    Harun Yahya

    Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

    Pengantar

    Beragam konsep bisa muncul di benak kita apabila teori evolusi disebut. Sebagian orang, terutama kaum materialis yang mengira teori ini adalah fakta yang sudah terbukti secara ilmiah, dengan amat sengit mendukungnya, dan juga, dengan sama sengitnya, menolak semua gagasan yang bertentangan dengannya.

    Kelompok kedua terdiri atas orang-orang yang tidak punya cukup keterangan tentang berbagai pernyataan teori evolusi. Mereka tak begitu tertarik kepadanya, karena tidak menyadari kerusakan yang telah dibawa Darwinisme kepada kemanusiaan dalam satu setengah abad terakhir ini. Bagi mereka tidak menjadi masalah bahwa teori ini dicekokkan kepada masyarakat serta dipertahankan mati-matian, sekalipun secara ilmiah teori ini sudah tidak absah, sebab mereka telah menutup mata terhadap apa yang sedang berlangsung.

    Seandainya pun mereka tahu bahwa teori ini telah kehilangan semua nilai kebenaran ilmiahnya, mereka tidak bisa bersungguh menghadapi orang yang masih memandangnya penting, karena mereka sendiri tidak menganggapnya penting. Mereka pikir tidak perlu menerangkan ketidak-absahan teori tersebut, menerbitkan buku, atau menggelar ceramah-ceramah tentang perihal ini, sebab di mata mereka teori itu sudah jadi barang kuno atau usang.

    Kelompok ketiga adalah mereka, yang di bawah pengaruh saran dan propaganda materialis, memandang teori ini sebagai fakta ilmiah dan mencari “jalan tengah” antara teori evolusi dan iman kepada Allah. Mereka menerima segenap uraian Darwinisme tentang asal-muasal kehidupan, namun mencoba membangun jembatan yang menghubungkan teori evolusi dengan kepercayaan agama, yaitu dengan berpendapat bahwa peristiwa dalam uraian tersebut berlangsung dalam kendali Allah.

    Sesungguhnya, semua pandangan itu keliru, sebab teori evolusi tidak dapat disajikan secara nalar sebagai sebuah fakta ilmiah, diabaikan seakan sepele, maupun disesuaikan dengan agama. Sebagaimana akan kita lihat di sepanjang buku ini, kerangka pemikiran teori ini adalah gagasan anti-agama, yang diajukan untuk memperkuat paham ateisme (paham tak bertuhan) dan memberinya landasan yang kukuh. Lebih lagi, teori ini dibela dengan sengit oleh mereka yang sudah terbuai oleh materialisme, karena dibangun di atas filsafat materialis (kebendaan), dan menyajikan uraian tentang dunia secara materialis. Sejak pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin sampai hari ini, teori ini tidak menyumbangkan apa pun bagi kemanusiaan selain pertikaian, pengisapan, perang, dan kemunduran. Menimbang hal itu, penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang kuat atas permasalahan ini, dan melancarkan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk melawannya di tingkat pemikiran atau ideologis.

    Buku ini menanggapi, dari sudut pandang yang amat berbeda, berbagai kesalahan kaum beriman, yang masih mendukung teori evolusi. Buku ini menawarkan jawaban bagi kaum Muslimin yang mencari satu “tempat pijakan bersama” bagi teori evolusi serta fakta penciptaan, dan yang bahkan mencoba memperoleh bukti kebenaran teori itu dalam Al Qur’an. Maksud buku ini bukanlah mencela kaum Muslimin pendukung teori evolusi, melainkan menjelaskan bahwa sikap mereka itu keliru, membantu mereka pada aras pemikiran, dan menjadi sarana bagi mereka untuk menerapkan sudut pandang yang lebih tepat.

    Dua fakta lain akan dibahas dalam buku ini. Pertama, Darwinisme adalah sebuah teori yang tak berlandasan ilmiah, dan kedua, bahwa sasaran teori ini yang sebenarnya adalah agama. Karena itu, buku ini akan menekankan betapa keliru apabila kaum Muslimin menganggap enteng atau meremehkan teori itu, dan tidak melihat perlunya mengobarkan perang pemikiran melawannya.

    Kaum beriman harus menghindari membela teori ini dan makna pemikirannya, karena keduanya menentang kebenaran Islam. Sebagian mukmin mungkin mendukung teori ini, karena tidak sadar akan berbagai bencana yang dibawanya pada umat manusia, bahwa teori ini didukung oleh mereka yang membenci agama, dan bahwa teori ini menolak fakta penciptaan. Mengingat hal itu, kaum Muslimin yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang teori ini, harus menghindari menempuh jalan itu, sebab sebagaimana difirmankan Allah dalam Al Qur’an kepada mereka yang taat:

    Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Israa’, 17: 36 )

    Muslim teladan sebaiknya meneliti masalah ini dengan setulusnya, dan berlaku sesuai dengan kesadaran bahwa:

    Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.(QS. Al Jin, 72: 14)

    Sebagaimana diperintahkan ayat di atas, kaum Muslimin yang meyakini kebenaran teori evolusi harus mempertimbangkan teori ini dengan hati-hati, melakukan penelitian yang luas, dan mengambil keputusan sesuai dengan nurani mereka. Buku ini ditulis untuk menolong mereka melakukan hal-hal tersebut, dan untuk sekadar menyinari jalan yang mereka tempuh.

    ***

     
  • erva kurniawan 1:21 am on 2 March 2015 Permalink | Balas  

    Jangan Menghina Buah Hati 

    PolaAsuhAnakJangan Menghina Buah Hati

    Panggilan buruk kepada anak berdampak negatif bagi kepribadian dan jiwanya. Sudah saatnya, orangtua berhati-hati.

    “ Aduh, anak saya ini lho, nakal sekali dan tidak bisa diatur.”

    “Anak bodoh, begitu saja tidak becus.” “Eh, kamu tidak mau dengar ya? Dasar anak bolot.” Petikan kalimat di atas sering kali meluncur dengan enaknya dari para orangtua. Kata-kata tak layak itu diungkapkan tanpa merasa berdosa dan menimbang-nimbang dampak negatifnya.

    Setidaknya ada tiga tipe orangtua yang berkaitan dengan kalimat-kalimat tak pantas di atas. Tipe pertama adalah orangtua “sempurna” yang begitu susah menerima kesalahan atau kekurangan anak-anaknya. Lalu kalimat-kalimat negatif akan keluar dengan mudahnya. Tipe kedua, jenis orang tua yang memilih-milih moment untuk mengucapkan kalimat-kalimat tak pantas untuk anaknya. Dan tipe terakhir, orangtua-orangtua yang berpikiran positif dan selalu meliat hal positif dari anak-anaknya.

    Labeling dan Budaya

    Labeling adalah sebuah proses memberikan predikat tertentu, baik pada manusia atau benda. Tapi mulai kini, berhati-hatilah para orangtua yang sering memberikan label pada anaknya. Menurut A Handbook for The Study of Mental Health, labelisasi yang diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut. Jika label yang baik sih tak jadi masalah. Tapi bagaimana jika labelnya buruk?

    Ketua Komnas Perlindungan Anak, Dr. Seto Mulyadi, mengidentifikasi “labeling buruk” pada anak sebagai salah satu bentuk kekerasan verbal yang dilakukan orangtua. Menurut Seto, pola asuh orangtua yang salah terhadap anak disebabkan karena faktor budaya. Kasus orangtua memojokkan anak dengan kata-kata yang tidak beretika muncul dari budaya sudut pandang orangtua yang keliru. “Orangtua yang tak bijak sering beranggapan bahwa anak itu boleh diperlakukan sewenang-wenang. Orangtua selalu benar sedangkan anak selalu salah. Lalu tindakan kekerasan terhadap anak adalah wajar, bahkan suatu keharusan. Anehnya, orangtua kerap melakukan pembenaran atas kebrutalannya dengan dalih, anak harus diberi ketegasan. Semua itu keliru dan tidak pada tempatnya,” Seto menyayangkan.

    Seto Mulyadi yang dikenal sebagai pakar psikologi anak ini mengatakan, labeling buruk sangat berdampak negatif bagi perkembangan jiwa anak. Apalagi bila labeling itu dalam bentuk yang negatif, seperti melabelkan anak dengan perilaku bandel, bodoh, biang kerok dan sebagainya. Seyogyanya kebiasaan-kebiasaan buruk ini dihentikan orangtua. Sebab kalau tidak, labeling akan menjadi sugesti bagi anak untuk mensifati label-label buruk yang dilekatkan kepadanya itu. Seorang anak bisa saja menghentikan perbuatan baiknya manakala ia mengingat-ingat label yang dilekatkan kepadanya, seperti ungkapan seorang anak, “Kata mama, saya nakal dan bodoh.”

    Dr. Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto ini mengingatkan, dalam teori labeling itu ada satu pemikiran mendasar yang akan berpengaruh di kemudian hari. “Seseorang yang diberi label sebagai seseorang yang devian (menyimpang, red) dan diperlakukan seperti orang devian akan menjadi devian.”

    Anak yang diberi label negatif, lalu mengiyakan label tersebut bagi dirinya dan cenderung bertindak sesuai dengan label yang melekat padanya. Dengan ia bertindak sesuai labelnya, orang akan memperlakukan dia juga sesuai labelnya. Hal ini menjadi siklus melingkar yang berulang-ulang dan semakin saling menguatkan.

    Mohammad Fauzil Adhim, pemerhati masalah anak dan keluarga melihat, dalam kasus ini ada faktor ketidaksiapan menjadi orangtua. “Terkadang pendidikan seseorang itu tidak menjamin dia untuk siap memposisikan diri sebagai orangtua. Orang yang berpendidikan tinggi sekali pun, kalau tidak siap menjadi orangtua, dia bisa terjebak pada kasus ini,” papar Mohammad Fauzil Adhim yang banyak menulis buku tentang anak dan keluarga ini.

    Merasa diri berharga dan dicintai adalah hal penting bagi tumbuh kembang kepribadian dan jiwa anak. Dan perasaan ini bisa didapatkan dari respon orang-orang sekitarnya, terutama orang terdekatnya, orangtua. Jika respon orangtua positif, tentunya tidak perlu dicemaskan akibatnya. Tetapi, adakalanya sebagai orangtua, tidak dapat menahan diri sehingga memberikan respon-respon negatif seputar perilaku anak. Walau pun sesungguhnya orangtua tidak bermaksud buruk.

    Tapi tidak selamanya proses labeling itu buruk. Mohammad Fauzil Adhim menjelaskan, bila label itu dilekatkan dengan sifat-sifat positif, maka hasilnya juga akan positif. itu jauh lebih baik. “Sejak awal kelahiran (bayi), labeling baik itu harus sudah dilakukan dengan cara memberikan nama yang baik buat anak, bahkan jauh sebelum anak itu lahir,” ujarnya. Fauzil Adhim mengimbau, sudah saatnya orangtua itu sadar akan posisinya sebagai pengasuh, pengayom, pendidik, dan pelindung bagi buah hati.

    Tentang yang satu ini, Kak Seto menambahkan, “Bila orangtua menginginkan anaknya tumbuh normal dan sehat dari sisi kejiwaannya, hendaknya ia mengubah paradigmanya yang keliru. Anak harus dihargai dan dilindungi dari tindak kekerasan, baik kekerasan dalam bentuk fisik maupun verbal. Anak pun sama dengan orangtua. Ia mempunyai hak dan martabat. Hentikanlah budaya otoriter dalam mendidik anak.”

    Pemerhati masalah perkembangan anak yang lain, Dra. Rahmita Pratama, dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia mengingatkan, agar orangtua selalu berusaha bersikap arif pada anak mereka. “Memang dalam kondisi tertentu adakalanya orangtua sudah tidak sabar. Jika kesabaran sudah diambang batas, sebelum kata-kata negatif keluar, ada baiknya orangtua menarik diri sementara dari anak,” saran Rahmita.

    Selain itu, Rahmita menekankan arti pentingnya orangtua memperhatikan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak. Orangtua harus bertuturkata lemah lembut. Ada pepatah, anak itu laksana kertas putih. Orangtua yang akan mewarnainya. Karenanya, orangtua harus berhati-hati dan mempertimbangkan segala ucapannya di hadapan anak.

    Karena anak laksana kertas yang putih, maka tak satupun orangtua rela kertas putih itu coreng moreng tak keruan rupa. Meski kadang lupa, hakikatnya setiap orangtua ingin menghiasa kertas putih dengan tinta dan huruf-huruf emas di atasnya. Jangan terlambat, mulai sekarang juga.

    Ikhwan Fauzi

     
  • erva kurniawan 2:47 am on 3 January 2015 Permalink | Balas  

    Korupsi itu Sebuah Pilihan? 

    korupsiKorupsi itu Sebuah Pilihan?

    Oleh: Dr Hasanudin, Dosen di Universitas Tanjungpura; visiting researcher di Kumamoto University, Jepang

    BANYAK upaya untuk menjelaskan sebab-sebab maraknya korupsi di Indonesia. Salah satu yang sering kita dengar bahwa korupsi itu terjadi akibat rendahnya gaji pegawai negeri. Gaji yang rendah itu tak cukup untuk menopang kehidupan seorang pegawai negeri secara layak, sehingga mereka melakukan korupsi untuk menutupi kekurangannya. Karena itu, membenahi kesejahteraan pegawai negeri adalah sebuah langkah utama dan pertama yang harus diambil pemerintah untuk memerangi korupsi.

    Tak ada yang salah dalam cara berpikir seperti itu, setidaknya secara makro. Hanya saja, cara berpikir seperti itu punya efek sampingan yang cukup berbahaya, yaitu sikap apologis dari pelaku korupsi, terutama bila disosialisasikan dengan cara yang keliru. Kita ketahui bahwa korupsi demikian parah menggerogoti birokrasi kita di semua jenjang dan telah berlangsung sangat lama. Akibatnya korupsi sudah sangat akrab bagi sebagain besar pelaku birokrasi. Lalu, sejauh ini tak pernah ada gerakan yang benar-benar serius untuk memerangi korupsi, sehingga kampanye antikorupsi nyaris tak pernah dilaksanakan. Akibat kurangnya sosialisasi, banyak pihak yang tak lagi bisa membedakan dengan jelas tindakan apa saja yang masuk dalam kategori korupsi.

    Dalam situasi yang demikian itu, analisis rendahnya gaji sebagai sebab korupsi adalah sebuah apologi yang tepat. Bila hal ini disosialisasikan secara luas, banyak orang akan mendapatkan bahan bakar untuk kendaraan apologinya. Artinya, akan banyak orang berpikir bahwa korupsi adalah sebuah pintu darurat selama pemerintah belum mampu menjamin kesejahteraan mereka. Padahal rendahnya gaji sebagai sebab korupsi adalah sesuatu yang masih bisa diperdebatkan. Perlu diperhatikan bahwa para pelaku korupsi itu tidak sekadar mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, tapi jauh melebihi hal itu.

    Meratanya korupsi di semua bidang dan tingkatan adalah sumber apologi lain. Banyak orang mengeluh bahwa dia terpaksa ikut terlibat korupsi karena semua orang terlibat. Keterlibatan semua orang itu membuat dia harus pula mengikutinya kalau tidak ingin dikucilkan atau bahkan dimusuhi. Namun, sebenarnya banyak juga yang lebih ringan pertimbangannya, kalau semua orang terlibat, mengapa pula saya perlu mengambil posisi ‘bodoh’ dengan tidak ikut terlibat. Dua jenis pemikiran apologis ini membuat korupsi itu jadi sebuah lingkaran setan.

    Sikap apologis mungkin sebuah karakter dasar manusia. Manusia cenderung mencari pembenaran atas tindakannya dengan berbagai cara. Apologi itu bisa bersifat verbal, yaitu dengan mengungkapkannya ke orang-orang di sekitarnya. Atau nonverbal, yaitu dengan mengumandangkannya di dalam hati. Tujuannya untuk meyakinkan diri sendiri dan mendapat pengakuan bahwa tindakan yang dia lakukan tidak salah. Kalaupun disadari bahwa tindakan itu salah, apologi itu diharapkan mengurangi kadar kesalahan itu.

    Mustofa Bisri dalam sebuah tulisannya sekitar sepuluh tahun lalu di sebuah media telah menjabarkan karakter apologis ini dengan bahasa yang unik. Argumen yang sahih untuk membenarkan sesuatu (tindakan), menurut Mustofa, biasa disebut dalil. Sedangkan alasan yang tidak kuat dan dicari-cari disebut dalih. Dua kata ini hanya berbeda pada huruf terakhirnya dan memiliki makna yang mirip, tapi sangat berbeda secara substantif. Pemikiran apologis tidak pernah bersandarkan pada dalil, melainkan pada dalih.

    ***

    Dalam bahasa Stephen Convey yang dijabarkan dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective People para pemikir apologis ini disebut sebagai orang yang berada dalam ‘lingkaran kepedulian’. Dalam lingkaran ini orang percaya bahwa dia tidak bebas, dan sangat ditentukan oleh faktor-faktor di luar dirinya. Dan mereka akan berusaha mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung kepercayaannya itu. Mereka merasa jadi korban dan tidak bisa mengontrol dirinya, serta menyalahkan pihak lain atas masalah yang dia hadapi.

    Masih menurut Convey, setiap kali kita berpikir bahwa masalahnya ada ‘di luar sana’, cara berpikir itulah masalah terbesarnya. Dengan begitu kita telah membiarkan diri kita dikontrol oleh elemen-elemen di luar kita. Dan, kita tidak akan pernah berubah selama situasi di luar sana tidak berubah, padahal kita sendiri juga tidak punya kuasa untuk mengubah sesuatu yang di luar tadi.

    Pendekatan proaktif yang disarankan Convey adalah dengan melakukan perubahan dari dalam ke luar. Kita harus menjadi berbeda, dan dengan menjadi berbeda kita bahkan bisa membebaskan diri dari faktor ‘di luar sana’ yang mengontrol diri kita. Bahkan pada tingkat yang lebih tinggi kita bisa memengaruhi serta mengubahnya. Jadi, yang pertama harus berubah adalah diri kita sendiri, lalu perubahan dalam diri kita itu kita perluas lingkupnya ke orang-orang di sekitar kita, dan seterusnya. Di sini kita kemudian telah melakukan perpindahan paradigma ke ‘lingkaran pengaruh’.

    Dengan konsep proaktif ini kita bisa membebaskan diri. Kalau kita selama ini telah terjerat dalam perilaku korupsi, maka kita bisa mulai berhenti dengan keyakinan bahwa sebab utama perilaku korup kita adalah diri kita sendiri, bukan gaji kita yang rendah. Kita harus mulai meyakinkan diri kita bahwa ada banyak cara selain korupsi untuk mengatasi ketidakmampuan gaji kita dalam mencukupi kebutuhan kita. Kita bisa mencontoh orang-orang bersih di sekitar kita, yang sebenarnya tidak terlalu sulit untuk ditemui.

    Upaya memberantas korupsi dengan pendekatan hukum sejauh ini tidak menunjukkan hasil yang memadai karena tidak pernah dilakukan secara serius. Demikian pula pendekatan top-down. Kedua pendekatan ini memerlukan seorang pemimpin yang tidak saja bersih, tapi juga sangat kuat. Sayangnya, dalam waktu dekat ini sosok pemimpin yang demikian itu sukar diharapkan untuk muncul. Karena itu, pendekatan budaya dengan pola bottom-up menjadi sangat penting. Dan, pemikiran proaktif tadi adalah sebuah kunci dalam gerakan budaya ini.

    Pemikiran ini mungkin akan dinilai normatif, naif, atau utopis. Tetapi, kiranya hal ini jauh lebih baik daripada terus-menerus memasok bahan bakar pemikiran apologis seperti diungkap di muka.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:22 am on 13 December 2014 Permalink | Balas  

    Jangan Biarkan Anak Kita Takut 

    siluet anak bapakJangan Biarkan Anak Kita Takut

    Perasaan takut adalah bagian dari fitrah anak. Tapi bila berlebihan, tak sehat bagi tumbuh kembang kepribadiannya. Jerit histeris tiba-tiba terdengar dari arah teras rumah. Seorang ibu yang sedang asyik memasak di dapur segera menuju sumber suara.

    Sekonyong-konyong ia merasa kaget karena melihat anaknya yang sedang bermain di teras rumah menangis keras sembari menampakkan perubahan raut wajah pucat pasi. Si kecil segera menghampiri bunda tercinta dan menyembunyikan wajah cemasnya di balik gaun. Ternyata sang anak takut dengan cicak yang sedang menempel di pagar rumah.

    Kejadian tersebut hanya sepenggal misal yang mungkin saja mungkin pernah terjadi di rumah kita. Takut adalah sifat atau tabiat alamiah yang ada pada setiap diri manusia. Ketakutan sebenarnya merupakan suatu keadaan yang dapat membantu individu melindungi dirinya dari suatu bahaya, sekaligus memberi pengalaman baru.

    Pada sejumlah balita, wajar jika dihinggapi perasaan takut. Biasanya rasa takut si kecil ini masih sebatas pada hal-hal spesifik, seperti takut pada binatang atau serangga tertentu, takut suasana gelap, juga takut bertemu orang asing. Meski boleh dibilang wajar, tapi bila sudah berlebihan perasaan takut yang hinggap pada anak tak boleh dibiarkan. Sifat takut yang akut bisa berakibat buruk bagi perkembangan perilaku anak. Bisa jadi, bila tidak segera diatasi, ia akan mengalami fobia.

    Leni Sinto Rini, Spi, konsultan psikologi pada klinik Aulad Sabita sebuah klinik khusus untuk perkembangan psikologi anak, melihat gejala ketakutan anak berawal dari pengkondisian lingkungan dekatnya. Pada dasarnya, anak itu mempunyai sifat pemberani, meski tidak semuanya begitu. Sering terjadi, ketakutan anak justru muncul karena “ditularkan” oleh orang tua, keluarga, nenek-kakek, bahkan saudara-saudaranya sendiri. Karena hendak menghentikan tangis anak, tanpa sadar orangtua sering membujuk anak dengan cara menakut-nakuti, misalnya dengan berujar, “Jangan menangis terus, nanti kamu digigit kucing.” Akibatnya, anak merasa terancam dan tidak aman setiap kali melihat kucing. Padahal umumnya, kucing hanya akan marah dan mencakar jika diganggu.

    Ika Pambajeng, psikolog, menimpali bahwa seringkali dari dalam lingkungan rumah, anak banyak belajar tentang macam-macam rasa takut. Takut hantu misalnya, selalu menjadi momok anak kecil saat ia mengkonsumsi film-film misteri yang ditayangkan berbagai media elektronik sehari-hari tanpa pengarahan orangtua “Seharusnya, setiap orangtua menyadari, bahwa meski semula mereka ingin menghibur buah hati ini dengan mengimajinasikan cerita-cerita fantastis, tapi pola asuh demikian sangat membahayakan perkembangan karakter anak. Bisa jadi, karena sering ditakut-takuti, anak akan menjadi seorang penakut hantu hingga dewasa,” ujar Ika menyesalkan.

    Saat anak dirundung rasa takut, ia akan mengekspresikannya melalui berbagai cara, seperti lewat tangisan, jeritan, bersembunyi atau tak mau lepas dari orangtua. Ada juga karena saking takutnya terhadap sesuatu, ia sampai terkencing-kencing. “Saat anak takut, hendaknya orangtua jangan memarahinya. Tapi, berikan ia ketenangan dan yakinkan kalau ia berada pada suasana yang aman dan damai. Yakinkanlah, tak ada yang perlu ditakuti. Sebab, saat anak merasa aman dengan dirinya sendiri maupun lingkungannya, hilanglah rasa takut tadi. Tentu saja ini perlu dukungan orang tua,” papar Leni Sinto Rini.

    Leni Sinto Rini juga menyoroti perasaan takut anak pada sekolah. Sekolah adalah lingkungan baru bagi anak. Anak yang belum dikenalkan dengan lingkungan sekolah, biasanya mengalami rasa takut dan cemas saat pertama kali. Mestinya, sejak dini, jauh sebelum anak memasuki jenjang pendidikan formil, orangtua sudah memperkenalkan lingkungan sekolah kepada anak-anaknya. “Bisa saja itu dilakukan dengan cara memasukkannya terlebih dahulu pada pendidikan nonformil, seperti play group, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT), dan sebagainya. Cara lain, bisa juga orangtua mengkondisikannya di rumah dengan memberikan beberapa materi sekolah, seperti mengajarinya baca tulis dan memberikan tugas-tugas PR yang sama seperti di sekolah,” jelas Leni.

    Ikhwan Fauzi

     
  • erva kurniawan 1:14 am on 11 December 2014 Permalink | Balas  

    Bocah-bocah Bunuh Diri 

    pisauBocah-bocah Bunuh Diri

    Oleh : Asro Kamal Rokan

    Nazar Ali Julian berusia 13 tahun. Dia bukan orang terkenal. Di sekolah, Nazar dikenal rajin dan tergolong pandai. Dia juga anak baik, rajin ke masjid, shalat, dan puasa Senin-Kamis.

    Belakangan ini, setelah kedua orang tuanya bercerai, Nazar berubah. Dia lebih suka tidur di rumah temannya, tidak di rumah bibinya di Kampung Ciwalen Pasar, Desa Ciwalen, Cianjur. Mungkin dia kesepian. Apalagi ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi sejak dua bulan lalu. Tiba-tiba, suatu sore, Nazar yang baik dan santun itu mengambil pisau dapur. Dia masuk ke kamar mandi dan menghunjamkan pisau tersebut berkali-kali ke perutnya. Nazar, remaja yang baru tumbuh, bunuh diri! Nazar jatuh dan terkapar berlumur darah.

    Kondisinya kritis. Rumah sakit Cimacan tak mampu menanganinya sehingga dia dibawa ke RSU Cianjur. Untuk perawatan lebih intensif, Nazar yang belum sadarkan diri kemudian dibawa ke RS Hasan Sadikin, Bandung. Kisah Nazar, anak kedua dari tiga bersaudara, satu dari deretan panjang kasus-kasus bunuh diri. Kini, mari kita lihat data-data kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri yang dilakukan anak-anak usia belasan tahun –usia, yang lazimnya, kegembiraan meliputi mereka. Penuh tawa dan canda.

    Nurdin bin Adas berusia 12 tahun. Warga Kampung Cikareo, Desa Salakuray, Garut, itu ditemukan tewas tergantung di plafon dapur rumah kakaknya. Nurdin diduga bunuh diri karena tak kuat menahan kerinduan kepada almarhumah ibunya.

    Bambang Surono berusia 11 tahun. Oktober 2003, warga Semarang, Jawa Tengah, dikejutkan berita ditemukannya murid V SD itu tewas tergantung. Diduga Bambang bunuh diri. Kisah paling menghebohkan dan menggedor nurani masyarakat, terjadi Agustus 2003. Heryanto yang baru berusia 12 tahun, menggantung dirinya karena malu tak mampu membayar iuran Rp 2.500 untuk kegiatan di sekolahnya. Murid kelas VI sekolah dasar di Garut itu dapat diselamatkan. Kasus-kasus yang menimpa anak usia belasan tahun itu –mungkin tidak hanya Nazar, Bambang, Nurdin, dan Heryanto, karena tidak semua dapat terpantau– memperpanjang angka kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri.

    Di Jakarta, menurut data Kepolisian Daerah Metro Jaya, pada 2003 saja 62 orang dilaporkan tewas akibat bunuh diri. Angka itu melonjak tiga kali dibanding 2002, yang mencapai 19 orang. Usia korban 16-65 tahun, sebagian besar lelaki. Mereka yang bunuh diri sebagian besar pengangguran, selebihnya pelajar, karyawan, pembantu rumah tangga, dan buruh. Umumnya, mereka mengalami tekanan ekonomi.

    Angka bunuh diri di Bali juga mencengangkan. Menurut data dr Nyoman Hanati SpKj –panelis diskusi Mewaspadai Bunuh Diri, Suatu Tinjauan Psikiatrik di RS Sanglah, akhir tahun lalu– selama Oktober, November, dan Desember, tercatat 30 kasus bunuh diri, 20 orang di antaranya tewas. Catatan BeFrienders.org –lembaga yang khusus mencatat dan mengulas kasus bunuh diri– memperlihatkan kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, lebih besar dibanding kematian akibat pembunuhan. Penyebab terbesar adalah depresi, tekanan ekonomi, dan krisis keluarga.

    Ada banyak alasan orang untuk bunuh diri –jalan pintas yang sangat dimurkai Allah. Tapi, satu hal untuk direnungkan, kematian sia-sia, apalagi dilakukan anak-anak usia belasan tahun, memperlihatkan ada sesuatu yang tidak benar sedang terjadi. Orang tua, guru sekolah, pakar pendidikan, ulama, masyarakat, merenunglah! Lakukan sesuatu: Selamatkan mereka!! Hari ini, kita mungkin dapat tenang melihat anak-anak bermain, bercanda, dan tertawa riang. Besok, siapa tahu?

    ***

    republika.co.id

     
  • erva kurniawan 1:10 am on 10 December 2014 Permalink | Balas  

    Definisi Hidup dan Mati 

    mati-suri-dalam-buzzleDefinisi Hidup dan Mati

    Pengertian hidup menurut bahasa Arab adalah kebalikan dari mati (naqiidlul maut). Tanda-tanda kehidupan nampak dengan adanya kesadaran, kehendak, penginderaan, gerak, pernapasan, pertumbuhan, dan kebutuhan akan makanan.

    Sedang pengertian mati dalam bahasa Arab adalah kebali­kan dari hidup (naqiidlul hayah). Dalam kitab Lisanul Arab dikatakan:

    “Mati adalah kebalikan dari hidup.”

    Jadi selama arti mati adalah kebalikan dari hidup, maka tanda-tanda kematian berarti merupakan kebalikan dari tanda-tanda kehidupan, yang nampak dengan hilangnya kesadaran dan kehendak, tiadanya penginderaan, gerak, dan pernapasan, serta berhentinya pertumbuhan dan kebutuhan akan makanan.

    Ada beberapa ayat dan hadits yang menunjukkan bahwa manusia akan mati ketika ruhnya (nyawanya) ditahan dan ketika jiwanya dipegang oleh Allah SWT Sang Pencipta. Allah SWT berfirman:

    “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentu­kan.” (QS. Az Zumar: 42)

    Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah RA bahwa Rasulullah SAW:

    “Sesungguhnya jika ruh sedang dicabut, maka mata akan men­gikutinya…”

    Perlu dipahami bahwa tidak ada yang mengetahui hakekat jiwa dan ruh tersebut kecuali Allah SWT. Demikian pula masalah pemegangan/pencabutan serta pengembalian ruh dan jiwa kepada Allah SWT selaku pencipta keduanya, termasuk dalam perkara ghaib yang berada di luar jangkauan eksperimen ilmiah. Yang dapat diamati hanyalah pengaruh-pengaruh fenom­ena tersebut dalam tubuh fisik manusia,  berupa tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya kematian.

    Meskipun beberapa ayat dan hadits telah menunjukkan bahwa berhentinya kehidupan adalah dengan pencabutan ruh dan penahanan jiwa, akan tetapi ayat atau hadits seperti itu tidak menentukan titik waktu kapan terjadinya pencabutan ruh, penahanan jiwa, dan berhentinya kehidupan. Pemberitaan wahyu tentang hal tersebut, ialah bahwa ruh jika dicabut, akan diikuti oleh pandangan mata, sebagaimana yang diterang­kan dalam hadits di atas. Demikian pula terdapat keterangan dari sabda Rasulullah SAW:

    “Jika kematian telah menghampiri kalian, maka pejamkanlah penglihatan kalian, sebab penglihatan akan mengikuti ruh (yang sedang dicabut)…” (HR. Ahmad, dari Syadad bin Aus RA)

    Oleh karena itu, penentuan titik waktu berhentinya kehidupan berarti memerlukan penelaahaan terhadap manath (fakta yang menjadi objek penerapan hukum) pada seseorang yang akan ditetapkan telah mati dan telah berhenti kehidu­pannya. Penelaahan ini membutuhkan keahlian dan pengetahuan.

    Sebelum ilmu-ilmu kedokteran maju dan sebelum adanya penelaahan organ tubuh secara teliti serta penemuan organ tubuh buatan, para dokter menganggap bahwa berhentinya jantung merupakan indikasi kematian manusia dan berhentinya kehidupannya. Namun kini mereka telah mengoreksi pendapat tersebut. Mereka kini mengatakan bahwa berhentinya detak jantung tidak selalu menunjukkan matinya manusia. Bahkan terkadang jantung sudah berhenti tetapi manusia tetap hidup. Begitu pula operasi jantung terbuka, mengharuskan penghen­tian jantung.

    Mereka kini mengatakan bahwa indikator yang menunjukkan kematian seseorang dan berhentinya kehidupan padanya, adalah matinya batang otak (brain stem). Batang otak adalah semacam tangkai pada otak yang berbentuk penyangga atau tonggak, yang terletak pada pertengahan bagian akhir dari otak sebe­lah bawah, yang berhubungan dengan jaringan syaraf di leher. Di dalamnya terdapat jaringan syaraf yang jalin menjalin. Batang otak merupakan sirkuit yang menghubungkan otak dengan seluruh anggota tubuh dan dunia luar, yang berfungsi membawa stimulus penginderaan kepada otak dan membagikan seluruh respons yang dikeluarkan oleh otak untuk melaksanakan pesan-pesan otak.

    Batang otak merupakan bagian otak yang berhenti ber­fungsi paling akhir, sebab matinya otak dan kulit/tutup otak terjadi sebelum matinya batang otak. Jika batang otak mati, matilah manusia dan berakhirlah kehidupannya secara total, meskipun jantungnya masih berdenyut, kedua paru-parunya masih bernapas seperti biasa, dan organ-organ lain masih berfungsi. Terkadang kematian batang otak terjadi sebelum berhentinya jantung, misalnya bila ada pukulan langsung pada otak, atau gegar otak, atau pemotongan batang otak. Dalam keadaan sakit, berhenti dan matinya jantung seseorang terja­di sebelum berhenti dan matinya otak.

    Ada beberapa peristiwa yang membingungkan para dokter. Pernah tercatat ada otak yang sudah tak berfungsi, tetapi organ-organ tubuh lainnya masih berfungsi. Telah diberitakan  ada seorang wanita Finlandia yang dapat melahirkan seorang bayi, padahal dia telah mengalami koma total selama dua setengah bulan. Wanita tersebut koma karena benturan yang mengakibatkan gegar otak. Tapi anehnya, wanita itu baru meninggal dua hari setelah dia melahirkan bayinya. Dalam keadaan komanya, dia bernapas dengan alat pernapasan, diberi makan lewat tabung, dan diganti darahnya setiap minggu selama 10 minggu. Bayi yang dilahirkannya dalam keadaan sehat dan normal.

    Demikian pendapat para dokter. Adapun para fuqaha, mereka tidak memutuskan terjadinya kematian, kecuali setelah adanya keyakinan akan datangnya kematian pada seseorang. Mereka telah menyebut tanda-tanda yang dijadikan bukti-bukti adanya kematian, di antaranya: nafas berhenti, mulut terbuka, mata terbelalak, pelipis cekung, hidung menguncup, pergelangan tangan merenggang, dan kedua telapak kaki lemas sehingga tidak dapat ditekuk ke atas.

    Jika muncul keraguan (syak) akan kematian seseorang, misalnya jika jantungnya berhenti berdetak, atau pingsan, atau dalam keadaan koma total karena sesuatu sebab, maka dalam hal ini wajib menunggu untuk memastikan kematiannya. Kepastian kematiannya nampak dari adanya tanda-tanda kema­tian atau adanya perubahan bau dari orang tersebut.

    Adapun hukum syara’ yang lebih kuat (raajih) dan menjadi dugaan kuat kami, ialah bahwa seseorang tidak dihukumi mati kecuali setelah ada keyakinan akan kematiannya, dengan adanya tanda-tanda yang menunjukkan kematian sebagaimana yang disebutkan oleh para fuqaha.

    Kami berpendapat demikian karena kehidupan pada manusia adalah sesuatu yang diyakini adanya, dan tidak dihukumi telah hilang kecuali dengan suatu alasan yang yakin pula. Hilangnya kehidupan tidak boleh dihukumi dengan alasan yang meragukan (syak), sebab sesuatu yang yakin tidak dapat dihilangkan keberadaannya dengan alasan yang meragukan. Begitu pula hilangnya kehidupan tidak dapat diputuskan dengan alasan yang meragukan, karena prinsip asal untuk menentukan keberadaan sesuatu adalah tetapnya apa yang ada pada sesuatu yang sudah ada, sampai ada suatu alasan yang membatalkan keberadaannya secara yakin. Perlu diingat pula bahwa kematian adalah kebalikan dari kehidupan, sehingga harus nampak tanda-tanda yang berkebalikan dari tanda-tanda kehidupan, seperti hilangnya akal, kesadaran, dan penginde­raan, berhentinya nafas, serta tidak adanya kebutuhan akan makanan.

    Atas dasar ini, maka pendapat para dokter bahwa matinya batang otak adalah tanda matinya manusia dan berhentinya kehidupannya secara medis, tidaklah sesuai dengan hukum syara’. Tidak berfungsinya batang otak dan seluruh organ tubuh yang vital –seperti jantung, paru-paru, hati– tidak dapat menjadi indikator kematian seseorang menurut hukum syara’. Yang menjadi indikator, adalah bila seluruh organ tubuh vital tidak berfungsi lagi, disertai dengan hilangnya seluruh tanda- tanda kehidupan pada seluruh seluruh organ-organ tersebut.

    Terhadap orang yang batang otaknya telah mati, dengan sebagian organ tubuh vitalnya yang masih berfungsi –yang menurut para dokter telah dianggap mati menurut ilmu kedokteran– begitu pula seseorang yang ada dalam sakaratul maut –yang disebut para fuqaha, telah sampai pada keadaan “gerakan binatang yang disembelih”/harakatul madzbuh– yang tidak mampu lagi untuk melihat, berbicara, bergerak dengan sadar, serta sudah tidak mungkin lagi melanjutkan kehidupannya, maka dalam hal ini ada beberapa hukum syara’ yang berlaku padanya. Hukum yang terpenting adalah sebagai berikut:

    1. Orang tersebut tidak boleh mewarisi harta orang lain, dan tidak boleh pula mewariskan harta kepada orang lain, sementara dia masih dalam keadaan tersebut. Bahwa dia tidak mewarisi harta orang lain, karena dia telah kehilangan kehidupannya yang tetap, yang ditandai dengan adanya kesadaran, gerakan, dan kehendak. Sedang syarat untuk ahli waris supaya dapat menerima harta warisan, ialah bahwa dalam jiwanya harus terdapat kehidupan yang tetap. Namun demikian, dalam keadaan seperti ini harta warisan tidak dibagi sampai orang tersebut diyakini telah mati.

    Maka dari itu, janin tidak dapat mewarisi kecuali jika dia telah lahir dan mempunyai tanda-tanda yang menunjukkan adanya kehidupan yang tetap padanya, seperti adanya tangisan saat bayi lahir, atau dia telah menguap. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah dan Al Musawwir bin Makhramah RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:

    “Anak kecil (bayi) tidak berhak mewarisi (harta warisan) hingga dia menangis dengan keras.” (HR. Ibnu Majah)

    Adapun bahwa dia tidak dapat mewariskan, dan juga harta warisannya tidak boleh dibagi jika dia dalam keadaan seperti ini, karena syarat pemindahan kepemilikan harta dari pewaris kepada ahli warisnya, ialah adanya keyakinan akan kematian pewaris. Orang yang batang otaknya telah mati, sementara sebagian organ vitalnya masih berfungsi, atau orang yang berada dalam sakaratul maut dan sampai pada “gerakan bina­tang yang disembelih” (harakatul madzbuh), sebenarnya masih mempunyai sebagian tanda kehidupan. Kematiannya belum dapat diyakini. Karenanya, harta warisannya tidak boleh dibagikan, kecuali setelah adanya keyakinan akan kematiannya.

    1. Tindakan Kriminal Terhadapnya:

    (a). Jika seseorang melakukan tindakan kriminal atas orang lain, lalu memotong batang otak orang tersebut, atau membuatnya berada dalam sakaratul maut, dan sampai pada “gerakan binatang yang disembelih” (harakatul madzbuh), serta bisa dipastikan bahwa dia akan mati dan tak akan pernah hidup lagi, kemudian datang orang kedua yang melanjutkan tindakan kriminal itu, maka yang dianggap pembunuh adalah orang pertama tadi. Sebab, dialah yang telah membuat korban menjadi tidak mungkin lagi melanjutkan kehidupannya. Karena itu, orang pertama itulah yang diqishash dan dihukum mati karena telah membunuh korban. Adapun orang kedua, dia tidak dianggap sebagai pembunuh. Dia tidak diqishash, dan tidak dihukum mati karena membunuh korban, tetapi dikenai sanksi berupa ta’zir, sebab dia telah melakukan pelanggaran terhadap kehormatan orang lain.

    Tapi kalau orang pertama tadi tidak membuat korban sampai pada “gerakan binatang yang disembelih” (harakatul madzbuh), serta hanya melukainya sampai luka berat, sementara pada diri korban masih ada kehidupan yang tetap –ditandai dengan adanya kesadaran, penginderaan, gerakan sadar– lalu datang orang kedua dan membunuhnya, maka dalam hal ini orang kedualah yang dianggap sebagai pembunuh. Dia wajib diqishash dan dihukum mati karena membunuh orang tersebut. Adapun orang pertama, tidak dianggap pembunuh. Dia dikenai sanksi karena melanggar kehormatan orang lain. Dia wajib membayar diyat sesuai organ tubuh yang dirusak dari organ korban yang dianiaya.

    (b). Jika orang yang dianiaya adalah seorang khalifah, atau orang yang dalam sakaratul maut/sampai pada “gerakan binatang yang disembelih” (harakatul madzbuh) adalah seorang khalifah, maka dalam hal ini tidak boleh diangkat khalifah lain untuk menggantikannya, kecuali setelah dipastikan kematiannya. Hal ini seperti yang pernah terjadi pada masa shahabat –radliyallahu ‘anhum– yaitu peristiwa yang terjadi pada Abu Bakar dan  Umar. Para shahabat tidak membai’at Umar, kecuali setelah mereka yakin akan kematian Abu Bakar. Begitu pula para Ahlusy Syura (enam orang shahabat yang ditunjuk Umar untuk bermusyawarah memilih khalifah) tidak melakukan pemilihan khalifah kecuali setelah mereka yakin akan kematian Umar. Adapun bila khalifah dalam keadaan sakaratul maut, atau sampai pada “gerakan binatang yang disembelih” (harakatul madzbuh), maka dia berhak –jika umat memintanya– untuk menunjuk penggantinya, dan dia mampu untuk melakukan penunjukan pengganti. Ini seperti yang pernah dilakukan Abu Bakar dan Umar dahulu tatkala mereka menunjuk penggantinya masing-masing. [ ]

    ABDUL QADIM ZALLUM

     
  • erva kurniawan 1:52 am on 30 November 2014 Permalink | Balas  

    Bagaimana Memahami Ayat Allah di Alam 

    biji kurmaBagaimana Memahami Ayat Allah di Alam

    Dalam Alqur’an dinyatakan bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak menaruh kepedulian akan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-Nya. Sebaliknya, ciri menonjol pada orang yang beriman adalah kemampuan memahami tanda-tanda kekuasaan sang Pencipta. Ia mengetahui bahwa semua ini diciptakan tidak dengan sia-sia, dan ia mampu memahami kesempurnaan ciptaan Allah di segala penjuru manapun. Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut kepada-Nya. Ia adalah termasuk golongan yang berakal, yaitu “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali ‘Imran: 190-191).

    Di banyak ayat dalam Alqur’an, pernyataan seperti, “Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” dan “terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal, ” memberikan penegasan tentang pentingnya memikirkan secara mendalam tentang tanda-tanda kekuasaan Allah. Segala sesuatu yang kita saksikan dan rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara keduanya adalah perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh karenanya menjadi bahan yang patut untuk direnungkan. Satu ayat berikut memberikan contoh akan nikmat Allah ini: “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. An-Nahl:11).

    Sebagaimana diketahui, pohon kurma tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah. Berawal dari biji mungil ini, yang berukuran kurang dari satu sentimeter kubik, muncul sebuah pohon besar berukuran panjang 4-5 meter dengan berat ratusan kilogram. Satu-satunya sumber bahan baku yang dapat digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang membentuk wujud pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada. Bagaimanakah sebutir biji mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat berpikir untuk menguraikan dan memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk pembentukan kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang diperlukan dalam membentuk pohon?

    Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah penting, sebab pohon yang pada akhirnya muncul dari biji tersebut bukanlah sekedar kayu gelondongan. Ia adalah makhluk hidup yang kompleks yang memiliki akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah. Akar ini memiliki pembuluh yang mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang yang tersusun rapi sempurna. Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk sekedar menggambar sebatang pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini mampu membuat wujud yang sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat yang ada di dalam tanah. Pengkajian ini menyimpulkan bahwa sebutir biji ternyata sangatlah cerdas dan pintar, bahkan lebih jenius daripada kita. Mungkinkah sebutir biji memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa? Tak diragukan lagi, pertanyaan ini memiliki satu jawaban: biji tersebut telah diciptakan oleh Dzat yang memiliki kemampuan membuat sebatang pohon. Dengan kata lain biji tersebut telah diprogram sejak awal keberadaannya.

    Dalam sebuah ayat disebutkan: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Al-An’aam: 59).

    Dalam ayat lain Allah menyatakan: ”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” QS. Al-An’am: 95).

    Biji hanyalah satu dari banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam semesta. Ketika manusia mulai berpikir tidak hanya menggunakan akal, akan tetapi juga dengan hati mereka, dan kemudian bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”, maka mereka akan sampai pada pemahaman bahwa seluruh alam semesta ini adalah bukti kekuasaan Allah SWT.

    ***

    (Diambil dari http://www.harunyahya.com)

     
  • erva kurniawan 2:02 am on 25 November 2014 Permalink | Balas  

    Seberapa Tahankah Anda Terhadap Kritik? 

    kritikSeberapa Tahankah Anda Terhadap Kritik?

    Kalau disuruh mencela dan mengkritik orang lain, jujur saja, kita pasti ‘senang’ melakukannya kan? Tapi bagaimana kalau kita di posisi mereka? Dikritik, dicela, dianggap selalu salah…hmm… seberapa sih anda bisa tahan?

    “Bagaimana kita bisa bekerja dengan baik, kalau kamu selalu datang terlambat?”

    “Mestinya anda bisa meningkatkan kinerja. Masa’ dari dulu kualitas pekerjaan anda begini-begini saja?”

    “Bagaimana kami mau bekerja dengan baik kalau anda sebagai manager tidak mampu memberikan fasilitas yang memadai ?”

    “Sepertinya anda selalu saja meminta fasilitas lebih. Sekali-sekali, tunjukkan dong kualitas kerja yang seimbang!”

    Suatu hari, anda mungkin akan mengeluarkan kritikan semacam itu kepada rekan kerja anda, termasuk bos anda. Tapi bukan tak mungkin, di hari lain, andalah yang akan menerima kritikan itu.

    Kalau itu terjadi pada anda, bagaimana rasanya? dikecam, disindir atau dicerca di depan banyak orang, dalam rapat atau dalam perbincangan santai di kantor, bagaimanapun, bukan hal yang menyenangkan. Kesal, dongkol …bahkan marah? sangat mungkin terjadi.

    Tetapi, seberapa dewasa anda untuk bisa mengakui bahwa kritik itu justru menjadi cambuk buat anda?

    pernahkah anda sedikit berpikir positif di tengah-tengah kemarahan anda ketika sedang dikritik, bahwa sebenarnya kritik mencerminkan perhatian orang lain terhadap diri anda?

    Kalau pikiran-pikiran baik itu hampir tak pernah terlintas di benak anda, maka mungkin beberapa tips berikut ini berguna supaya anda ‘tahan’ kritik.

    Jangan terburu marah

    Siapa sih yang tidak kesal atau marah kalau mendapat kritikan menohok? Tapi jujur saja, tiap orang berhak untuk melontarkan pendapat tentang anda, begitu pula sebaliknya.

    Dan kenyataannya, objektifitas selalu lebih besar bisa kita dapat dari kaca mata orang lain. Sebab itu, tahanlah amarah anda ketika seseorang mengkritik anda.

    Dengarkan saja, bahkan kalau perlu catat dan lalu renungkanlah di rumah dengan pikiran yang dingin. Dengan marah, tak ada yang bisa anda lakukan dan tak sedikitpun anda maju ke tingkat yang lebih baik.

    Terbukalah untuk mengakui

    Pernahkah anda lihat seseorang yang bebal —sudah dikritik berulang kali, tetapi tetap saja melakukan kesalahan yang sama?. Memang, ada banyak alasan mengapa orang tak mengacuhkan kritik orang lain terhadapnya.

    Tetapi, salahsatu yang kerap menjadi sebab mengapa anda atau kita tak hirau dengan kritik, adalah karena kita menutup diri untuk secara terbuka mengakui bahwa kita salah. Atau minimal mengakui bahwa “Oh ya, dia benar. Itulah sebenarnya saya. Mestinya saya merubah sesuatu dalam diri saya,”.

    Miranti marah ketika dikritik sering telat ke kantor sesudah jam makan siang. Padahal kenyataannya, ia kerap menghabiskan waktu istirahatnya bukan untuk makan siang, tapi untuk jalan-jalan ke mal. Ketika bos memerlukannya mengerjakan sesuatu, ia beberapa kali terlihat tidak ada di mejanya.

    Dengan menyikapi kritik secara terbuka, anda akan terlihat lebih simpatik. Pahami ketidak cocokan orang lain terhadap perilaku atau sikap anda, sebagaimana kalau anda merasa tidak senang terhadap tindakan orang lain.

    Dengan kata lain, bersikaplah empatif. Dengan demikian, anda akan cenderung bisa bersikap lebih tepat menghadapi kritik itu.

    Mintalah dikritik secara spesifik

    Belajarlah mengakui bahwa kemungkinan kritik yang dilontarkan orang lain terhadap diri anda itu benar. Dengan demikian, anda punya keinginan untuk belajar bagaimana orang lain ingin anda bersikap.

    Tapi, ada baiknya anda meminta orang lain mengkritik anda lebih spesifik, agar anda benar-benar mengerti dimana sebenarnya masalah orang lain terhadap diri anda.

    Sehingga, antara anda dan rekan yang mengkritik itu bisa saling memahami dengan jelas kondisi yang sebenarnya. Dengan begitu, akan lebih mudah jalan untuk memperbaiki apa yang tidak menyenangkan terhadap diri anda, di mata orang lain.

    Jangan balas mengkritik.

    Mensikapi kritik tidak berarti dengan balas mengkritik.Ketika kita dikritik, bersikaplah sungguh-sungguh akomodatif.

    Membalas kritik dengan kritik lagi, sama saja menyulut perdebatan yang tidak perlu. Jangan biasakan diri anda menyukai debat kusir, mendramatisir kata-kata atau kondisi yang hanya akan memberi sinyal terhadap rekan kerja lain bahwa anda defensif.

    Ibaratnya, kritik adalah api. Memadamkannya adalah dengan air, bukan dengan api lagi. Menghadapi rekan kerja, berusahalah selalu akomodatif dan hindari perdebatan yang tidak substantif.

    Mintalah saran konstruktif

    Kadang, kita ingin merubah diri tapi tak tahu bagaimana caranya. Mungkin rekan anda punya jalan keluarnya. Jadi mengapa tak bertanya padanya? Satu hal, sering kita malu kalau orang lain tahu betapa kita bodoh dan tak tahu harus berbuat apa. Tapi dengan mengakuinya dengan jujur dan jiwa besar, orang lain pasti akan dengan senang hati membantu anda.

    Memperlihatkan bahwa anda membutuhkan orang lain untuk perbaikan diri anda secara positif, justru akan menimbulkan reaksi yang simpatik dari lingkungan sekeliling anda. Kalau anda tak bisa membantu diri anda, berikanlah kesempatan orang lain melakukannya untuk anda.

    ***

    Singgih Hariman

    Kompas-Group

     

     
  • erva kurniawan 8:41 am on 6 November 2014 Permalink | Balas  

    Berpikir 

    otak manusiaBerpikir

    Harun Yahya

    Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan “filosof”.

    Padahal, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung. Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan:

    “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS. Shaad, 38: 29).

    Yang ditekankan di sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir. Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau berusaha untuk berpikir mendalam akan terus-menerus hidup dalam kelalaian yang sangat. Kata kelalaian mengandung arti “ketidakpedulian (tetapi bukan melupakan), meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam kecerobohan”. Kelalaian manusia yang tidak berpikir adalah akibat melupakan atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan penciptaan diri mereka serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup yang sangat berbahaya yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai:

    “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raaf, 7: 205)

    “Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam, 19: 39)

    Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berpikir secara sadar, kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran yang menjadikan mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta tanpa berpikir, ataupun hanya sekedar mengikuti kebiasaan yang ada, berada dalam kekeliruan. Ketika ditanya, para pengekor yang tidak mau berpikir tersebut akan menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah. Tetapi karena tidak berpikir, mereka sekedar melakukan ibadah dan aktifitas hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentalitas golongan ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an:

    Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.”

    Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?”

    Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.”

    Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.”

    Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?”

    “Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Mu’minuun, 23: 84-90)

    Berpikir dapat membebaskan seseorang dari belenggu sihir Dalam ayat di atas, Allah bertanya kepada manusia, “…maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?. Kata disihir atau tersihir di sini mempunyai makna kelumpuhan mental atau akal yang menguasai manusia secara menyeluruh. Akal yang tidak digunakan untuk berpikir berarti bahwa akal tersebut telah lumpuh, penglihatan menjadi kabur, berperilaku sebagaimana seseorang yang tidak melihat kenyataan di depan matanya, sarana yang dimiliki untuk membedakan yang benar dari yang salah menjadi lemah. Ia tidak mampu memahami sebuah kebenaran yang sederhana sekalipun. Ia tidak dapat membangkitkan kesadarannya untuk memahami peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak mampu melihat bagian-bagian rumit dari peristiwa-peristiwa yang ada. Apa yang menyebabkan masyarakat secara keseluruhan tenggelam dalam kehidupan yang melalaikan selama ribuan tahun serta menjauhkan diri dari berpikir sehingga seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi adalah kelumpuhan akal ini.

    Pengaruh sihir yang bersifat kolektif tersebut dapat dikiaskan sebagaimana berikut:

    Dibawah permukaan bumi terdapat sebuah lapisan mendidih yang dinamakan magma, padahal kerak bumi sangatlah tipis. Tebal lapisan kerak bumi dibandingkan keseluruhan bumi adalah sebagaimana tebal kulit apel dibandingkan buah apel itu sendiri. Ini berarti bahwa magma yang membara tersebut demikian dekatnya dengan kita, dibawah telapak kaki kita!

    Setiap orang mengetahui bahwa di bawah permukaan bumi ada lapisan yang mendidih dengan suhu yang sangat panas, tetapi manusia tidak terlalu memikirkannya. Hal ini dikarenakan para orang tua, sanak saudara, kerabat, teman, tetangga, penulis artikel di koran yang mereka baca, produser acara-acara TV dan professor mereka di universitas tidak juga memikirkannya.

    Ijinkanlah kami mengajak anda berpikir sebentar tentang masalah ini. Anggaplah seseorang yang telah kehilangan ingatan berusaha untuk mengenal sekelilingnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada setiap orang di sekitarnya. Pertama-tama ia menanyakan tempat dimana ia berada. Apakah kira-kira yang akan muncul di benaknya apabila diberitahukan bahwa di bawah tempat dia berdiri terdapat sebuah bola api mendidih yang dapat memancar dan berhamburan dari permukaan bumi pada saat terjadi gempa yang hebat atau gunung meletus? Mari kita berbicara lebih jauh dan anggaplah orang ini telah diberitahu bahwa bumi tempat ia berada hanyalah sebuah planet kecil yang mengapung dalam ruang yang sangat luas, gelap dan hampa yang disebut ruang angkasa. Ruang angkasa ini memiliki potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan materi bumi tersebut, misalnya: meteor-meteor dengan berat berton-ton yang bergerak dengan leluasa di dalamnya. Bukan tidak mungkin meteor-meteor tersebut bergerak ke arah bumi dan kemudian menabraknya.

    Mustahil orang ini mampu untuk tidak berpikir sedetikpun ketika berada di tempat yang penuh dengan bahaya yang setiap saat mengancam jiwanya. Ia pun akan berpikir pula bagaimana mungkin manusia dapat hidup dalam sebuah planet yang sebenarnya senantiasa berada di ujung tanduk, sangat rapuh dan membahayakan nyawanya. Ia lalu sadar bahwa kondisi ini hanya terjadi karena adanya sebuah sistim yang sempurna tanpa cacat sedikitpun. Kendatipun bumi, tempat ia tinggal, memiliki bahaya yang luar biasa besarnya, namun padanya terdapat sistim keseimbangan yang sangat akurat yang mampu mencegah bahaya tersebut agar tidak menimpa manusia. Seseorang yang menyadari hal ini, memahami bahwa bumi dan segala makhluk di atasnya dapat melangsungkan kehidupan dengan selamat hanya dengan kehendak Allah, disebabkan oleh adanya keseimbangan alam yang sempurna dan tanpa cacat yang diciptakan-Nya.

    Contoh di atas hanyalah satu diantara jutaan, atau bahkan trilyunan contoh-contoh yang hendaknya direnungkan oleh manusia. Di bawah ini satu lagi contoh yang mudah-mudahan membantu dalam memahami bagaimana “kondisi lalai” dapat mempengaruhi sarana berpikir manusia dan melumpuhkan kemampuan akalnya.

    Manusia mengetahui bahwa kehidupan di dunia berlalu dan berakhir sangat cepat. Anehnya, masih saja mereka bertingkah laku seolah-olah mereka tidak akan pernah meninggalkan dunia. Mereka melakukan pekerjaan seakan-akan di dunia tidak ada kematian. Sungguh, ini adalah sebuah bentuk sihir atau mantra yang terwariskan secara turun-temurun. Keadaan ini berpengaruh sedemikian besarnya sehingga ketika ada yang berbicara tentang kematian, orang-orang dengan segera menghentikan topik tersebut karena takut kehilangan sihir yang selama ini membelenggu mereka dan tidak berani menghadapi kenyataan tersebut. Orang yang mengabiskan seluruh hidupnya untuk membeli rumah yang bagus, penginapan musim panas, mobil dan kemudian menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang bagus, tidak ingin berpikir bahwa pada suatu hari mereka akan mati dan tidak akan dapat membawa mobil, rumah, ataupun anak-anak beserta mereka. Akibatnya, daripada melakukan sesuatu untuk kehidupan yang hakiki setelah mati, mereka memilih untuk tidak berpikir tentang kematian.

    Namun, cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung.

    Orang-orang yang tidak dapat membebaskan diri mereka dari sihir dengan cara berpikir, yang mengakibatkan mereka berada dalam kelalaian, akan melihat kebenaran dengan mata kepala mereka sendiri setelah mereka mati, sebagaimana yang diberitakan Allah kepada kita dalam Al-Qur’an :

    “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS. Qaaf, 50: 22)

    Dalam ayat di atas penglihatan seseorang menjadi kabur akibat tidak mau berpikir, akan tetapi penglihatannya menjadi tajam setelah ia dibangkitkan dari alam kubur dan ketika mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di akhirat.

    Perlu digaris bawahi bahwa manusia mungkin saja membiarkan dirinya secara sengaja untuk dibelenggu oleh sihir tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan hal ini mereka akan hidup dengan tentram. Syukurlah bahwa ternyata sangat mudah bagi seseorang untuk merubah kondisi yang demikian serta melenyapkan kelumpuhan mental atau akalnya, sehingga ia dapat hidup dalam kesadaran untuk mengetahui kenyataan. Allah telah memberikan jalan keluar kepada manusia; manusia yang merenung dan berpikir akan mampu melepaskan diri dari belenggu sihir pada saat mereka masih di dunia. Selanjutnya, ia akan memahami tujuan dan makna yang hakiki dari segala peristiwa yang ada. Ia pun akan mampu memahami kebijaksanaan dari apapun yang Allah ciptakan setiap saat.

    Seseorang dapat berpikir kapanpun dan dimanapun Berpikir tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus. Seseorang dapat berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke kantor, mengemudi mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan, melihat TV ataupun ketika sedang makan siang. Misalnya: di saat sedang mengemudi mobil, seseorang melihat ratusan orang berada di luar. Ketika menyaksikan mereka, ia terdorong untuk berpikir tentang berbagai macam hal. Dalam benaknya tergambar penampilan fisik dari ratusan orang yang sedang disaksikannya yang sama sekali berbeda satu sama lain. Tak satupun diantara mereka yang mirip dengan yang lain. Sungguh menakjubkan: kendatipun orang-orang ini memiliki anggota tubuh yang sama, misalnya sama-sama mempunyai mata, alis, bulu mata, tangan, lengan, kaki, mulut dan hidung; tetapi mereka terlihat sangat berbeda satu sama lain. Ketika berpikir sedikit mendalam, ia akan teringat bahwa:

    Allah telah menciptakan bilyunan manusia selama ribuan tahun, semuanya berbeda satu dengan yang lain. Ini adalah bukti nyata tentang ke Maha Perkasaan dan ke Maha Besaran Allah.

    Menyaksikan manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju tempat tujuan mereka masing-masing, dapat memunculkan beragam pikiran di benak seseorang. Ketika pertama kali memandang, muncul di pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini terdiri atas individu-individu yang khas dan unik. Tiap individu memiliki dunia, keinginan, rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau sedih, serta perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan, tumbuh besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja, menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-anaknya, menjadi tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal dunia. Dilihat dari sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup semua manusia tidaklah jauh berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup di perkampungan di kota Istanbul atau di kota besar seperti Mexico, tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang suatu saat pasti akan mati, seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang tersebut yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri: “Jika kita semua suatu hari akan mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang yang akan mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh untuk kehidupannya setelah mati; tetapi mengapa hampir semua manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka di dunia tak akan pernah berakhir?”

    Orang yang memikirkan hal-hal semacam ini lah yang dinamakan orang yang berpikir dan mencapai kesimpulan yang sangat bermakna dari apa yang ia pikirkan.

    Sebagian besar manusia tidak berpikir tentang masalah kematian dan apa yang terjadi setelahnya. Ketika mendadak ditanya,”Apakah yang sedang anda pikirkan saat ini?”, maka akan terlihat bahwa mereka sedang memikirkan segala sesuatu yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi mereka. Namun, seseorang bisa juga “berpikir” hal-hal yang “bermakna”, “penuh hikmah” dan “penting” setiap saat semenjak bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur, dan mengambil pelajaran ataupun kesimpulan dari apa yang dipikirkannya.

    Dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman memikirkan dan merenungkan secara mendalam segala kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang mereka pikirkan.

    “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Aali ‘Imraan, 3: 190-191).

    Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah.

    Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya menghantarkan kepada sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Misalnya: seseorang melihat orang lain dengan penampilan fisik yang lebih baik dari dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah karena kekurangan yang ada pada fisiknya dibandingkan dengan orang tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa iri terhadap orang tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah. Jika ridha Allah yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk rupa orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna. Dengan melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah ciptakan akan memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah agar menambah keindahan orang tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia juga meminta kepada Allah agar dikaruniai keindahan yang hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa seringkali dialami oleh seorang hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk mengetahui apakah dalam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir yang baik yang diridhai Allah atau sebaliknya.

    Keberhasilan dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan perenungan ataupun proses berpikir yang mendatangkan kebahagiaan di akhirat, masih ditentukan oleh kemauannya dalam mengambil pelajaran atau peringatan dari apa yang ia renungkan. Karena itu, sangatlah ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya selalu berpikir secara ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

    “Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).” (QS. Ghaafir, 40: 13).

    ***

    hyahya.org

    Nike Fatri LisiaJan

     
  • erva kurniawan 4:06 am on 4 November 2014 Permalink | Balas  

    Menggunakan Logika untuk mencapai keimanan 

    sholat malamMenggunakan Logika untuk mencapai keimanan

    Mencapai Keimanan Dengan Logika

    Keimanan adalah keyakinan, yang dalam Islam wajib dicapai dengan penuh kesadaran dan pengertian, karena hanya dengan inilah kesetiaan tunggal pada Islam (tauhid) bisa diharapkan, seperti halnya seorang fisikawan yang telah yakin akan keakuratan instrumennya, sehingga ia pun segera berbuat sesuatu, begitu instrumen itu mengabarkan existensi radiasi atom yang tidak pernah bisa dideteksi oleh indera fisikawan itu sendiri.

    Fitrah manusia

    Sejak adanya manusia, manusia memiliki berbagai ciri-ciri (fitrah) yang membedakannya dari mahluk lain. Manusia memiliki intuisi untuk memilih dan tidak mau menyerah pada hukum-hukum alam begitu saja. Manusia bisa mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan nalurinya, misal makan meski sudah kenyang (karena menghormati tuan rumah), atau tidak melawan meski disakiti (karena menjaga perasaan orang). Hal ini tidak ada pada binatang. Seekor kucing yang sudah kenyang tak mau lagi mencicipi makanan yang enak sekalipun.

    Manusia memiliki kemampuan mewariskan kepada manusia lain (atau keturunannya) hal-hal baru yang telah dipelajarinya. Inilah asal peradaban manusia. Hal ini tidak terdapat pada binatang. Seekor kera yang terlatih main musik dalam circus tidak akan mampu melatih kera lainnya. Seekor kera hanya bisa melatih seekor anak kera pada hal-hal yang memang nalurinya (memanjat, mencari buah).

    Kesamaan manusia dengan binatang hanya pada kebutuhan eksistensialnya (makan, minum, istirahat dan melanjutkan keturunan).

    Manusia mencari hakekat hidupnya

    Manusia yang telah terpenuhi kebutuhan eksistensialnya akan mulai mempertanyakan, untuk apa sebenarnya hidup itu. Hal ini karena manusia memiliki kebebasan memilih, mau hidup atau mati. Karena faktor non naluriahnya, manusia bisa putus asa dan bunuh diri, sementara tidak ada binatang yang bunuh diri kecuali hal itu dilakukannya dalam rangka mempertahankan eksistensinya juga (pada lebah misalnya).

    Pertanyaan tentang hakekat hidup ini yang memberi warna pada kehidupan manusia, yang tercermin dalam kebudayaan, yang digunakannya untuk mencapai kepuasan ruhaninya.

    Manusia membutuhkan Tuhan

    Dalam kondisi gawat yang mengancam eksistensinya (misalnya terhempas ombak di tengah samudra, sementara pertolongan hampir mustahil diharapkan), fitrah manusia akan menyuruh untuk mengharapkan suatu keajaiban.

    Demikian juga ketika seseorang sedang dihadapkan pada persoalan yang sulit, sementara pendapat dari manusia lainnya berbeda-beda, ia akan mengharapkan petunjuk yang jelas yang bisa dipegangnya. Bila manusia tersebut menemukan seseorang yang bisa dipercayainya, maka dalam kondisi dilematis ini ia cenderung merujuk pada tokoh idolanya itu.

    Dalam kondisi seperti ini, setiap manusia cenderung mencari “sesembahan”. Mungkin pada kasus pertama, sesembahan itu berupa dewa laut atau sebuah jimat pusaka. Pada kasus kedua, “sesembahan” itu bisa berupa raja (pepunden), bisa juga berupa tokoh filsafat, pemimpin revolusi bahkan seorang dukun yang sakti.

    Tanda-tanda eksistensi Tuhan

    Di luar masalah di atas, perhatian manusia terhadap alam sekitarnya membuatnya bertanya, “Mengapa bumi dan langit bisa sehebat ini, bagaimana jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat semilyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum- hukum alam bisa seteratur ini”.

    Pada masa lalu, keterbatasan pengetahuan manusia sering membuat mereka cepat lari pada “sesembahan” mereka setiap ada fenomena yang tak bisa mereka mengerti (misal petir, gerhana matahari). Kemajuan ilmu pengetahuan alam kemudian mampu mengungkap cara kerja alam, namun tetap tidak mampu memberikan jawaban, mengapa semua bisa terjadi.

    Ilmu alam yang pokok penyelidikannya materi, tak mampu mendapatkan jawaban itu pada alam, karena keteraturan tadi tidak melekat pada materi. Contoh yang jelas ada pada peristiwa kematian. Meski beberapa saat setelah kematian, materi pada jasad tersebut praktis belum berubah, tapi keteraturan yang membuat jasad tersebut bertahan, telah punah, sehingga jasad itu mulai membusuk.

    Bila di masa lalu, orang mengembalikan setiap fenomena alam pada suatu “sesembahan” (petir pada dewa petir, matahari pada dewa matahari), maka seiring dengan kemajuannya, sampailah manusia pada suatu fikiran, bahwa pasti ada “sesuatu” yang di belakang itu semua, “sesuatu” yang di belakang dewa petir, dewa laut atau dewa matahari, “sesuatu” yang di belakang semua hukum alam.

    “Sesuatu” itu, bila memiliki sifat-sifat ini:

    1. Maha Kuasa
    2. Tidak tergantung pada yang lain
    3. Tak dibatasi ruang dan waktu
    4. Memiliki keinginan yang absolut

    maka dia adalah Tuhan, dan berdasarkan sifat-sifat tersebut tidak mungkin zat tersebut lebih dari satu, karena dengan demikian berarti satu sifat akan tereliminasi karena bertentangan dengan sifat yang lain.

    Tuhan berkomunikasi via utusan

    Kemampuan berfikir manusia tidak mungkin mencapai zat Tuhan. Manusia hanya memiliki waktu hidup yang terhingga. Jumlah materi di alam ini juga terhingga. Dan karena jumlah kemungkinannya juga terhingga, maka manusia hanya memiliki kemampuan berfikir yang terhingga. Sedangkan zat Tuhan adalah tak terhingga (infinity). Karena itu, manusia hanya mungkin memikirkan sedikit dari “jejak-jejak” eksistensi Tuhan di alam ini. Adalah percuma, memikirkan sesuatu yang di luar “perspektif” kita.

    Karena itu, bila tidak Tuhan sendiri yang menyatakan atau “memperkenalkan” diri-Nya pada manusia, mustahil manusia itu bisa mengenal Tuhannya dengan benar. Ada manusia yang “disapa” Tuhan untuk dirinya sendiri, namun ada juga yang untuk dikirim kepada manusia-manusia lain. Hal ini karena kebanyakan manusia memang tidak siap untuk “disapa” oleh Tuhan.

    Utusan Tuhan dibekali tanda-tanda

    Tuhan mengirim kepada manusia utusan yang dilengkapi dengan tanda-tanda yang cuma bisa berasal dari Tuhan. Dari tanda-tanda itulah manusia bisa tahu bahwa utusan tadi memang bisa dipercaya untuk menyampaikan hal- hal yang sebelumnya tidak mungkin diketahuinya dari sekedar mengamati alam semesta. Karena itu perhatian yang akan kita curahkan adalah menguji, apakah tanda-tanda utusan tadi memang autentik (asli) atau tidak.

    Pengujian autentitas inilah yang sangat penting sebelum kita bisa mempercayai hal-hal yang nantinya hanyalah konsekuensi logis saja. Ibarat seorang ahli listrik yang tugas ke lapangan, tentunya ia telah menguji avometernya, dan ia telah yakin, bahwa avometer itu bekerja dengan benar pada laboratorium ujinya, sehingga bila di lapangan ia dapatkan hasil ukur yang sepintas tidak bisa dijelaskanpun, dia harus percaya alat itu. Seorang fisikawan adalah seorang manusia biasa, yang dengan matanya tak mungkin melihat atom. Tapi bila ia yakin pada instrumentasinya, maka ia harus menerima apa adanya, bila instrumen tersebut mengabarkan jumlah radiasi yang melebihi batas, sehingga misalnya reaktor nuklirnya harus segera dimatikan dulu.

    Karena yakin akan autentitas peralatannya, seorang astronom percaya adanya galaksi, tanpa perlu terbang ke ruang angkasa, seorang geolog percaya adanya minyak di kedalaman 2000 meter, tanpa harus masuk sendiri ke dalam bumi, dan seorang biolog percaya adanya dinosaurus, tanpa harus pergi ke zaman purba.

    Keyakinan pada autentitas inilah yang disebut “iman”. Sebenarnya tak ada bedanya, antara “iman” pada autentitas tanda-tanda utusan Tuhan, dengan “iman”-nya seorang fisikawan pada instrumennya. Semuanya bisa diuji. Karena bila di dunia fisika ada alat yang bekerjanya tidak stabil sehingga tidak bisa dipercaya, ada pula orang yang mengaku utusan Tuhan tapi tanda- tanda yang dibawanya tidak kuat, sehingga tidak pula bisa dipercaya.

    Menguji autentitas tanda-tanda dari Tuhan

    Tanda-tanda dari Tuhan itu hanya autentis bila menunjukkan keunggulan absolut, yang hanya dimungkinkan oleh kehendak penciptanya (yaitu Tuhan sendiri). Sesuai dengan zamannya, keunggulan tadi tidak tertandingi oleh peradaban yang ada. Dan orang pembawa keunggulan itu tidak mengakui hal itu sebagai keahliannya, namun mengatakan bahwa itu dari Tuhan !!!

    Pada zaman Nabi Musa, ketika ilmu sihir sedang jaya-jayanya, Nabi Musa yang diberi keunggulan mengalahkan semua ahli sihir, justru mengatakan bahwa ia tidak belajar sihir, namun semuanya itu hanya karena ijin Tuhan semata.

    Demikian juga Nabi Isa, yang menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, meski masyarakatnya merupakan yang termaju dalam ilmu pengobatan pada masanya. Toh Nabi Isa hanya mengatakan semua itu karena kekuasaan Tuhan semata, dan ia bukan seorang tabib.

    Dan Nabi Muhammad? Tanda-tanda beliau sebagai utusan yang utama adalah Al-Quran. Pada saat itu Mekkah merupakan pusat kesusasteraan Arab, tempat para sastrawan top mengadu kebolehannya. Dan meski pada saat itu semua orang takjub pada keindahan ayat-ayat Al-Quran yang jauh mengungguli semua puisi dan prosa yang pernah ada, Nabi Muhammad hanya mengatakan, ayat itu bukan bikinannya, tapi datangnya dari Allah.

    Itu 14 abad yang lalu. Pada masa kini, ketika ilmu alam berkembang pesat, terbukti pula, bahwa kitab Al-Quran begitu teliti. Tidak ada ayat yang saling bertentangan satu sama lain. Dan tak ada pula ayat Al-Quran yang tidak sesuai dengan fakta-fakta ilmu alam.

    Di sisi lain, fenomena pembawa ajaran itu juga menunjukkan sisi autentitasnya. Meski mereka:

    • orang biasa yang tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan, juga tidak join dengan penguasa atau yang bisa menjamin kesuksesannya;
    • menyebarkan ajaran yang melawan arus, bertentangan dengan tradisi yang lazim di masyarakatnya;

    mereka berhasil dengan ajarannya, dan keberhasilan ini sudah diramalkan lebih dulu pula, dan semua itu dikatakannya karena Tuhanlah yang menolongnya.

    Konsekwensi setelah meyakini autentitas tanda-tanda kenabian Muhammad

    Setelah kita menguji autentitas tanda-tanda kenabian Muhammad dengan menggunakan segala piranti logika yang kita miliki, dan kita yakin bahwa itu asli berasal dari Tuhan, maka kita harus menerima apa adanya yang disebutkan oleh kitab Al-Quran maupun oleh hadits yang memang teruji autentis berasal dari Muhammad.

    Dan ajaran Nabi Muhammad saw ini adalah satu-satunya ajaran autentis dari Allah, yang diturunkan kepada penutup para utusan, tidak tertuju ke satu bangsa saja, tapi ke seluruh umat manusia, sampai akhir zaman.

    ***

    Sumber : Eramuslim

     
  • erva kurniawan 1:09 am on 1 November 2014 Permalink | Balas  

    Khutbah Imam Katolik Yang Menggemparkan 

    DMITRIV SMIRNOVKhutbah Imam Katolik Yang Menggemparkan

    Seorang Imam Besar Katolik Ortodoks, Dmitri Smirnov, menyampaikan sebuah khutbah gereja yang menggemparkan di depan ratusan jemaatnya.

    Dia mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik pemeluk Islam. Berikut ini ceramahnya kepada jemaatnya sebagaimana Muslimina beritakan:

    Kalian lihat, ketika umat Islam merayakan hari besar keagamaannya, tidak satu pun orang yang berani melewati mereka, karena di seluruh dunia di masjid-masjid dan jalan-jalan kota di padati jutaan ribu umat Islam yang sedang bersujud kepada Tuhannya.

    Saksikanlah, barisan jutaan umat manusia yang beribadah dengan sangat teratur dan mengikuti shaf mereka masing-masing, dan hal itu tidak perlu diajarkan. Mereka berbaris dengan tertib tanpa harus di perintah.

    Lalu dimana kalian bisa melihat pemeluk Kristen seluruh dunia, bisa beribadah bersama? Dan hal itu tidak ada dalam Kristen, kalian tidak akan pernah melihatnya.

    Lihatlah mereka, orang Muslim kerap membantu dengan sukarela tanpa berharap imbalan, tapi pemeluk Kristen malah sebaliknya.

    Kalian tanyakan pada wanita tua itu (sambil menunjuk wanita yang lumpuh yang berada di gerejanya). Menurut wanita tua itu, seorang pengemudi Muslim sering menyediakan jasa transportasinya untuk mngantarnya ke gereja di Moskow.

    Dan setiap wanita tua itu ingin memberinya upah, tapi pengemudi Muslim selalu menolaknya dengan alasan bahwa Islam melarang mengambil upah pada wanita lansia, jompo, dhuafa dan anak-anak yatim di berbagai panti dan yayasan.

    Dengarkanlah persaksiannya, padahal wanita tua itu bukan ibu atau kerabatnya, tapi pengemudi Muslim mengatakan dalam Islam wajib menghormati orang yang lebih tua, apalagi orang tua yang lemah dan tak berdaya tersebut.

    Keikhlasan pribadi pengemudi Muslim tersebut tidak ada ditemukan dalam pemeluk Kristen yang mengajarkan kasih, tapi pengemudi Kristen bisa tanpa belas kasih meminta upah atas jasa transportasinya pada wanita tua itu. Dia mengatakan layak mendapat upah karena itu adalah profesinya sebagai jasa transportasinya.

    Seorang Muslim justru lebih dekat dengan Sang Mesiah, tapi orang Kristen hanya ingin uang. Apakah kalian tidak merasakan?

    Bagaimana dalam prosesi penebusan dosa, siapa saja harus membayar kepada pendetamu, entah itu miskin atau manula, wajib memaharkannya sebagai ritual pengampunan dosa.

    Saksikan juga, seorang Muslim tidak tertarik untuk mngambil upah pada orang-orang lansia. Mereka begitu ikhlas dengan sukarela membawakan barang-barang serta belanjaan wanita tua itu. Sampai sang wanita tua itu hendak berdoa ke gereja, sang pengemudi Muslim setia antar jemput wanita tua itu.

    Inilah kenapa saya mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik mayoritas pemeluk Islam dan negeri ini akan mnjadi milik Islam. Kalian lihat pribadi yang berbudi luhur dan santun, mampu membuat dunia tercengang, ternyata akhlak Muslim lebih mulia daripada jemaat Kristen.

    Kalian mendengar bahwa Islam dituduhkan sebagai agama teroris, tapi itu hanya isu belaka yang pada kenyataannya umat Islam lebih mengedepankan tata krama serta kesopanan.

    Walau mereka di fitnah sebagai teroris, tapi populasi jumlah mualaf di Eropa dan Rusia makin ramai berdatangan ke tempat ibadah orang Muslim untuk memeluk Islam, karena para mualaf tahu betul bahwa Islam tidak sekejam yang dunia tuduhkan.

    Sekarang dan selamanya, masa depan Rusia akan menjadi milik umat Islam. Di masa depan adalah kembalinya kejayaan Islam. Lihat populasi Muslim di Rusia, telah berjumlah 23 juta dan pemeluk Kristen mngalami penurunan menjadi 18 juta, lalu sisa yang lainnya masih tetap komunis.

    Ini sebuah fakta bahwa Islam sekarang menjadi agama terbesar di Rusia. Di utara bekas pecahan negara Uni Soviet mayoritas Muslim yaitu Republik Chechnya, Tarjikistan, Kajakhstan, Uzbeckistan dan Dagestan. Lalu umat Islam telah menjamah di kota-kota besar Rusia termasuk Moskow.

    Imam Besar mengakhiri khutbahnya dan turun ke mimbarnya dengan mata yang berair, di mana para jemaatnya masih trpaku dan haru, tidak menyangka seorang Imam Besar Katolik bisa mengagungkan orang Muslim.

    Sebagian jemaat ada yang menangis melihat cara ajaran Islam, ternyata berbudi luhur dan tidak layak di sebut “teroris”.

    ***

    (HP/MediaIslamia.com)

     
  • erva kurniawan 1:50 am on 16 September 2014 Permalink | Balas  

    Menapaki Perjalanan Yahudi Merebut Palestina 

    palestine-flagMenapaki Perjalanan Yahudi Merebut Palestina

    Pada 14 Mei 1948, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan kemerdekaan ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Mereka berhasil melaksanakan “amanat” yang disampaikan Theodore Herzl dalam tulisannya Der Judenstaat (Negara Yahudi) sejak 1896. Tidaklah mengherankan jika di tengah-tengah negara-negara Timur Tengah yang mayoritas menganut agama Islam, ada sekelompok manusia yang berkebudayaan dan bergaya hidup Barat. Mereka adalah para imigran Yahudi yang didatangkan dari berbagai negara di dunia karena mengalami pembantaian oleh penguasa setempat. Mereka dibenci di beberapa belahan dunia karena kebanyakan memiliki perangai buruk dan licik di balik kejeniusan mereka.

    Kaum Yahudi memilih Palestina sebagai tempat bermukim karena merasa memiliki keterikatan historis. Akibat pembantaian yang diderita, mereka merasa harus mencari tempat yang aman untuk ditempati. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati. Tapi Herzl lebih memilih Palestina. Herzl adalah The Founding Father of Zionism. Dia menggunakan zionisme sebagai kendaraan politiknya dalam merebut Palestina. Kemampuannya dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan orang-orang terkenal di dunia seperti Ratu Victoria Inggris, Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman, dan Sultan Turki di Istambul telah ditaklukkannya. Zionisme adalah otak dalam perebutan wilayah Palestina dan serangkaian pembantaian yang dilakukan Yahudi.

    Dengan berdatangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara besar-besaran, menyebabkan kemarahan besar penduduk Palestina. Gelombang pertama imigrasi Yahudi terjadi pada tahun 1882 hingga 1903. Ketika itu sebanyak 25.000 orang Yahudi berhasil dipindahkan ke Palestina. Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina oleh pendatang Yahudi. Bentrokan Kemudian gelombang kedua pun berlanjut pada tahun 1904 hingga 1914. Pada masa inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.

    Berdasarkan hasil perjanjian Sykes Picot tahun 1915, secara rahasia dan sepihak telah menempatkan Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris. Dengan berlakunya sistem mandat atas Palestina, Inggris membuka pintu lebar-lebar untuk para imigran Yahudi dan hal ini memancing protes keras bangsa Palestina. Aksi Inggris selanjutnya adalah memberikan persetujuannya melalui Deklarasi Balfour pada tahun 1917 agar Yahudi mempunyai tempat tinggal di Palestina.

    Pada tahun 1947 mandat Inggris atas Palestina berakhir dan PBB mengambil alih kekuasaan. Resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29 November 1947 membagi Palestina menjadi tiga bagian.Hal ini mendapat protes keras dari penduduk Palestina. Mereka menggelar demonstrasi besar-besaran menentang kebijakan PBB ini. Lain halnya yang dilakukan dengan bangsa Yahudi. Dengan suka cita mereka mengadakan perayaan atas kemenangan besar ini. Bantuan dari beberapa negara Arab dalam bentuk persenjataan perang mengalir ke Palestina. Saat itu pula menyusul pembubaran gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan pembunuhan terhadap Hasan al-Banna yang banyak berperan dalam membela Palestina dari cengkraman Israel.

    Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan dalam melawan kekejaman Israel. Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel. Kemudian pada tahun 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi.

    Pada Desember 1987, perjuangan rakyat Palestina terhimpun dalam satu kekuatan setelah sekian lama melakukan perlawanan secara sporadis terhadap Israel. Gerakan Intifadhah telah menyatukan solidaritas rakyat Palestina. Intifadhah merupakan aksi pemberontakan massal yang didukung massa dalam jumlah terbesar sejak tahun 1930-an. Sifat perlawanan ini radikal revolusioner dalam bentuk aksi massal rakyat sipil Untuk tetap bertahan dalam skema transformasi masyarakat yang menghindari aksi kekerasan, maka atas prakarsa Syekh Ahmad Yassin dibentuklah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) pada bulan Januari 1988, sebagai wadah aspirasi rakyat Palestina yang bertujuan mengusir Israel dari Palestina, mendirikan negara Islam Palestina, dan memelihara kesucian Masjid Al-Aqsha. Perlawanan terhadap Israel semakin gencar dilakukan dan mengakibatkan kerugian material bagi Israel berupa kehancuran pertumbuhan ekonomi, penurunan produksi industri dan pertanian, serta penurunan investasi. Kerugian lainnya yaitu hilangnya ketenangan dan rasa aman bangsa Israel.

    Hingga hari ini Israel masih berdiri kokoh di atas bumi Palestina. Saudara kita, penduduk asli Palestina, demikian tersiksa dan tidak memiliki masa depan yang jelas. Para pemuda Islam terus melakukan perlawanan, baik secara fisik dengan intifadhah-nya maupun dengan lobi-lobi di seluruh dunia. Layakkah perlawanan para pemuda ini disebut teroris? Bagaimana jika tiba-tiba kaum Yahudi dengan segala kekuatan, kejeniusan, dan propagandanya pindah ke bumi Indonesia, kemudian perlawanan bangsa kita terhadapnya disebut teroris? Mari kita perbanyak doa’ buat umat Muslim yang tertindas di bumi Allah, dimanapun mereka berada. Semoga Allah menguatkan mereka dan memberikan mereka kemenangan dunia dan akhirat, aamiin.

    ***

    Kiriman Sahabat Haris Satriawan

     
  • erva kurniawan 6:56 am on 6 September 2014 Permalink | Balas  

    Al Qur’an dan kajian ilmu pengetahuan 

    gambar-tata-suryaAl Qur’an dan kajian ilmu pengetahuan

    Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala ciptaan-Nya

    Ternyata Al-Qur’an telah mengetahui dahulu apa apa yang telah ditemukan oleh manusia dewasa ini, dibawah ini beberapa kutipan dari ayat Al-Quran mengenai hal tersebut, renungkan mungkinkah pada saat Al-Qur’an diturunkan hal tersebut bisa diketahui ??

    Relativitas Waktu

    “..Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 22:47)

    “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 32:5)

    Fungsi Gunung

    “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” (Al Qur’an, 21:31)

    Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.

    Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.

    Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain

    “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.” (Al Qur’an, 55:19-20)

    Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93. )

    Pergerakan Gunung

    “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an, 27:88 )

    Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

    Kadar Hujan

    “Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (Al Qur’an, 43:11)

    Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.

    Setetes Mani

    “Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (Al Qur’an, 75:36-37)

    Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya.

    Al-Qur’an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.

    Pembungkusan Tulang oleh Otot

    “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Al Qur’an, 23:14)

    Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

    “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (Al Qur’an, 96:1-3)

    Arti kata “‘alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

    Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa sebuah kata yang demikian tepat digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.

    Garis Edar

    “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)

    “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38

    Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

    Fungsi Matahari Dan Bulan

    “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Al-Qur’an 10:5)

    Jumlah Bulan

    “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan..” (Al-Quran 9:36)

    Pemisahan Langit dan Bumi

    “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al Qur’an, 21:30)

    Mengembangnya Alam Semesta

    “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)

    Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

    Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur’an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur’an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

    Pembentukan Hujan

    “Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira” (Al Qur’an, 30: 48 )

    Sarang Lebah Dan madu sebagai Obat

    “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia””.

    “kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (Al-Quran 16:68-69)

    ***

    Dari Sahabat, kiriman Lesmana, Kunkun

     
  • erva kurniawan 4:22 am on 16 August 2014 Permalink | Balas  

    Celoteh Merdeka 

    bendera-merah-putih2Celoteh Merdeka

    “Kemerdekaan ialah hak segala bangsa”, begitu bunyi bagian dari Pembukaan UUD 45. Kalimat yang lahir melalui proses olah fikir para founding fathers Republik Indonesia terasa begitu indah. Indahnya, bukan semata-mata karena kalimat itu terumuskan menjelang persiapan kemerdekaan, dan ditetapkan setelah kemerdekaan bangsa Indonesia. Tapi juga karena kalimat itu berarti tekad segenap bangsa Indonesia, melalui founding fathersnya, untuk berperan aktif memperjuangkan kemerdekaan yang lebih luas bagi bangsa-bangsa lain yang masih terjajah. Letak keindahan lain ialah bahwa rumusan kalimat tersebut senada dengan fitrah manusia serta misi utama yang diemban para Nabi, misi pembebasan.

    Di bagian lain dari Pembukaan UUD 45, juga tersurat kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Para founding fathers negeri ini tahu betul, bahwa penjajahan bukan hanya mengakibatkan derita panjang berupa kemiskinan serta derita fisik lainnya, tapi juga kebodohan yang melanda anak-anak negeri. Kebodohan itupun bukan semata-mata disebabkan bakat maupun faktor-faktor alam lainnya, tapi juga karena system pembodohan yang merupakan bagian dari paket penjajahan. Dengan meletakkan cita-cita “mencerdaskan bangsa” sebagai salah satu agenda utama bangsa yang baru merdeka, di situ tersirat kesadaran bahwa kecerdasan lah yang memungkinkan setiap manusia, lebih luas lagi bangsa untuk sadar akan hak-haknya dan dengan sendirinya menolak apabila hak-haknya dikangkangi oleh pihak dari luar dirinya. Hanya dengan kecerdasanlah anak-anak negeri mampu menopang dan menjaga bangunan kemerdekaan yang baru berdiri dan sangat rentan terhadap berbagai macam gangguan. Dengan kecerdasanlah bisa diharapkan kelak anak-anak negeri bisa berdiri sejajar dengan Bapak-Bapak bangsa, yang memungkinkan dihapuskannya istilah “Bapak-Anak”. Karena sejajar, maka semua adalah “Bapak” sekaligus semua adalah “Anak”.

    Cita-cita tinggal cita-cita. Tanpa menafikkan sama sekali usaha mewujudkan cita-cita tersebut, sulit dipungkiri bahwa perjalanan bangsa ini selanjutnya lebih didominasi warna yang bertentangan dengan cita-cita mulia itu. Keterjajahan selama kurun waktu yang sangat panjang ternyata bukan sekedar melahirkan kemiskinan, kebodohan dan kawan-kawannya, tetapi juga “dendam”. Keterjajahan berhasil mempertontonkan betapa nikmatnya menjajah. Dan itulah yang diam-diam merasuk dan mengendap ke alam bawah sadar manusia terjajah. Penjajahan baru, dengan bentuk-bentuknya yang juga baru mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Penjajahan baru itupun selanjutnya melahirkan “dendam” baru dan menjadi seperti lingkaran setan yang membelit bangsa.

    Cita-cita mencerdaskan bangsa mesti didengungkan kembali. Mesti digali lagi untuk menemukan format-format baru guna mematahkan mata rantai lingkaran setan bangsa ini. Format-format lama mesti diseleksi ulang, mana yang masih dipakai dan mana yang mesti dibuang jauh-jauh agar bangsa ini bisa lebih segar, lebih cerdas, lebih sadar akan hak-haknya dan lebih tanggap terhadap berbagai macam penjajahan baru yang coraknya jauh lebih beragam dan -bahkan- lebih halus, sehingga sulit terdeteksi. Hanya dengan tingkat kecerdasan yang berkembang dan terus berkembanglah, manusia bisa mendeteksi untuk selanjutnya menolak penjajahan-penjajahan baru yang juga berkembang.

    Kata merdeka pun mestinya dimaknai ulang, bukan hanya sebatas bebas dari penjajahan bangsa lain maupun merdeka-merdeka yang sifatnya artifisial semata. Namun mesti digali makna merdeka yang lebih hakiki, ke arah mana cakrawala pandang manusia dan bangsa diarahkan. Biarkan makna merdeka serta wilayah-wilayah cakupannya berkembang dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, seirama perkembangan kecerdasan manusia yang tidak semestinya dihambat atas nama apapun. Biarkan tiap orang, melalui berbagai caranya, menggali dan menemukan makna merdeka tanpa harus didiktekan oleh unsur-unsur luar. Dan biarkan pula tiap orang membawa makna merdekanya masing-masing untuk kemudian dirundingkan sampai batas mana ekspresi kemerdekaan, untuk dirumuskan menjadi makna merdeka yang lebih hakiki. Lebih hakiki, artinya lebih dari sebelumnya dan sangat membuka peluang bagi yang lebih lainnya yang mungkin ditemukan dan dirumuskan di masa akan datang. Begitu dan begitu terus, tanpa harus di finalkan makna hakiki itu.

    “Jo .. Jo .. nonton lomba panjat pinang yuk !”

    Lamunan Paijo buyar oleh ajakan  Blothong yang sudah dandan necis.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 4:07 am on 23 June 2014 Permalink | Balas  

    Perbedaan Awal-Akhir Ramadhan: Sebuah Persoalan Politik 

    hilalPerbedaan Awal-Akhir Ramadhan: Sebuah Persoalan Politik

    Bulan Ramadhan bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan Allah SWT sebentar lagi datang. Shaum atau ibadah puasa bulan Ramadhan adalah salah satu aturan Allah untuk mengantarkan kaum muslimin menjadi manusia bertaqwa (lihat QS. Al Baqarah 183).

    Namun, sayang, dalam pelaksanaannya, Ramadhan yang sejatinya menjadi bulan ibadah sekaligus syi’ar kesatuan umat itu ternoda oleh seringkali berbedanya awal dan akhir Ramadhan. Perbedaan itu konon merupakan masalah lama yang acap kali terjadi di dunia Islam, antara satu negara dengan negara lain, bahkan satu kota dengan kota lain.

    Namun di era globalisasi informasi dan canggihnya teknologi komunikasi ini, perbedaan itu mengusik nurani kita. Betapa siaran langsung sholat tarawih dari Masjidil Haram sepanjang bulan Ramadlon dapat diikuti oleh kaum muslimin di seluruh dunia, termasuk di sini melalui RCTI! Tapi kenapa tak bisa diadakan siaran langsung informasi “rukyatul hilal” awal dan akhir Ramadhan? Padahal bulan sabit (hilal) yang menjadi obyek yang diamati guna menentukan masuknya bulan baru adalah bulan yang satu, ya bulan sabit yang itu-itu juga?

    Dimana sebenarnya letak permasalahannya? Tulisan ini akan mengurainya dalam rangka menjaga kesatuan umat dan kesucian ibadah kita.

    Rukyatul Hilal Penentu Awal Ramadhan dan Idul Fitri Shaum Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha di samping merupakan ibadah yang mengatur hubungan seorang muslim dengan Rabb-nya, sesungguhnya juga merupakan salah satu fenomena yang menjadi syi’ar kesatuan umat Islam. Kaum muslimin wajib memulai puasa dan merayakan Idul Fitri secara serentak pada hari yang sama, semata-mata demi melaksanakan perintah Allah SWT yang telah mempersatukan mereka. Banyak sekali nash-nash yang menjelaskan hal ini. Misalnya, sabda baginda Rasulullah saw.:

    “Berpuasalah kalian jika melihat hilal (bulan sabit), dan berbukalah (beriedul Fitri lah) kalian jika melihat hilal. Dan jika hilal itu tertutup debu dari (penglihatan) kalian, maka sempurnakanlah (genapkanlah)bilangan bulan Sya’ban itu tiga puluh hari.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).

    “Sesungguhnya satu bulan itu ada 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihatnya (hilal). Dan jika hilal itu tertutup awan/mendung dari (penglihatan) kalian, maka perkirakanlah ia.” (HR. Bukhari)

    Hadits-hadits Rasul ini mengandung pengertian (dalalah) yang jelas (sharih ), bahwa sebab syar’i untuk mengawali Ramadhan adalah dengan melihat bulan sabit (ru`yatul hilal) untuk bulan Ramadhan. Demikian pula sebab syar’i untuk Idul Fitri adalah dengan melihat bulan sabit (ru`yatul hilal) untuk bulan Syawal. Ini seperti sebab pelaksanaan sholat zhuhur adalah tegelincirnya (zawal) matahari sebagaimana sabda Nabi saw.:

    “Jika matahari telah bergeser dari tengah-tengah langit, maka solatlah (zhuhur)” (lihat An Nabhani, As Syakhshiyyah al Islamiyyah Juz III/43).

    Hisab Sekedar Membantu

    Sebagian orang salah anggap bahwa dengan majunya ilmu hisab falaki (astronomi) maka kaum muslimin tak perlu merukyat untuk menentukan awal dan akhir Ramadhan. Bahkan mereka mememelintir kata rukyat dalam hadits tersebut sebagai “rukyat bil ilmi” yakni ilmu hisab. Tentu hal itu tak bisa dibenarkan karena tak ada indikasi (qorinah) yang menunjukkannya. Sehingga, perkataan Nabi SAW “Jika hilal tertutup awan/mendung dari (penglihatan) kalian”, artinya, jika kalian tidak melihat hilal dengan mata kalian (bi a’yunikum).

    Adapun perkataan Nabi SAW “maka perkirakanlah ia” bukan berarti merujuk pada perhitungan astronomi (hisab). Melainkan artinya adalah menyempurnakan bilangan bulan sebanyak 30 hari. Sabda Nabi saw:

    “Dan jika hilal itu tertutup awan/mendung dari (penglihatan) kalian, maka sempurnakanlah (genapkanlah) bilangannya menjadi tiga puluh hari.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

    Jadi, hisab astronomi paling modern sekalipun tak bisa menjadi penentu awal dan akhir Ramadhan. Sebab, Allah SWT memerintahkan memulai puasa Ramadhan dan Idul Fitri berdasarkan rukyatul hilal. Dan aturan ibadah itu datangnya mesti dari Dzat Yang diibadahi (Al Ma’bud), muslim pun diperintahkan untuk terikat dengan hukum syara.

    Kalau begitu, apa gunanya kemajuan ilmu astronomi bagi kepraktisan menjalankan ibadah Ramadhan?

    Mengingat realitas perhitungan hisab modern (hisab haqiqiy tahqiqiy) kecil sekali kesalahan perhitungannya, yakni sebesar 2 detik dalam 4000 tahun, dan akurasinya pun diamati observer setiap bulan melalui peralatan canggih, juga terbukti. Amat jarangnya kapal dalam navigasi tersesat, dugaan-dugaan akan gerhana bulan dan matahari yang tepat, maka perlu dipertimbangkan pengunaannya dalam membantu mencari posisi-posisi strategis untuk rukyat di seluruh dunia.

    Peranan ilmu hisab sebagai alat bantu ini, lantaran secara riil ilmu hisab hanya dapat menentukan wujudnya hilal dan kemungkinan dapat terlihatnya hilal. Sebaliknya, hisab tidak dapat menetapkan terlihat atau tidaknya bulan. Tambahan lagi, seperti dinyatakan oleh para ahli astronomis, hisab tidak dapat mendeteksi iklim dan cuaca. Oleh sebab itu, betapapun akuratnya perhitungan hisab modern tetap saja tidak dapat dijadikan patokan tentang rukyatul hilal. Dia hanya sekedar membantu memudahkan rukyat, bukan malah menolak atau mementahkan rukyat.

    Jadi, baik secara syar’iy maupun berdasarkan realitas, penentuan awal dan akhir Ramadhan tidak dapat tidak harus melalui penglihatan terhadap munculnya hilal (rukyatul hilal). Rasulullah saw. bersabda:

    “Jika kalian telah melihat hilal, maka berpuasalah kalian. Dan jika kalian telah melihat hilal, maka berbukalah (beridul Fitri) kalian. Jika hilal tertutup awan/mendung atas (penglihatan) kalian, maka perkirakanlah ia.”

    Perintah (amr) Rasulullah SAW dalam hadits-hadits untuk memulai puasa Ramadhan berdasarkan rukyatul hilal adalah perintah wajib (lil wujub), karena perintah tersebut adalah perintah untuk melaksanakan suatu kewajiban yang telah ditetapkan oleh firman Allah SWT :

    “Karena itu barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al Baqarah : 185)

    Perintah (amr) untuk berbuka puasa (beridul Fitri) berdasarkan rukyatul hilal adalah juga perintah wajib (lil wujub). Karena Rasulullah SAW telah melarang berpuasa pada dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Mengingat larangan ini adalah larangan untuk melaksanakan yang mandub atau fardhu, maka perintah Rasulullah di dalam hadits “dan berbukalah (beridul Fitri) kalian jika melihat hilal” berarti adalah perintah wajib (lil wujub ).

    Satu Rukyat Untuk Kaum Muslimin Sedunia

    Khithabusy Syari’ (seruan Allah SWT) dalam hadits-hadits di atas ditujukan bagi seluruh kaum muslimin. Tak ada bedanya antara orang Syam dan orang Hijaz. Begitu pula tak ada bedanya antara orang Indonesia dengan orang Irak. Sebab, lafazh-lafazh dalam hadits-hadits tersebut bersifat umum. Dhamir jama’ah (kata ganti berupa wawu jama’) yang terdapat dalam kalimat “berpuasalah kalian” (shuumuu) dan “dan berbukalah kalian” (wa afthiruu), tertuju untuk seluruh kaum muslimin. Sedangkan lafazh “melihat hilal” ( ru’yatihi) adalah isim jinsi yang di-idhafat-kan (disandarkan) pada dhamir (kata ganti). Ini menunjukkan bahwa rukyatul hilal yang dimaksud, adalah ru`yat dari siapa saja, selama dia muslim. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA

    “Bahwa seorang Arab Baduwi datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata, ‘Saya telah melihat hilal (Ramadhan).’ Rasulullah saw. lalu bertanya, ‘Apakah kamu bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah?’ Orang itu menjawab,’Ya.’ Kemudian Nabi SAW menyerukan, “Berpuasalah kalian!” (HR. Abu Dawud, An Nasa`i, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).

    Oleh karena itu, jika seorang muslim telah melihat hilal untuk bulan Ramadhan maupun Syawal, di manapun ia berada, maka wajib atas seluruh kaum muslimin untuk berpuasa ataupun berbuka (beridul Fitri). Tidak ada perbedaan antara satu negara dengan negara lainnya, atau antara seorang muslim dengan muslim lainnya. Sebab ru`yatul hilal oleh siapa saja dari kaum muslimin, merupakan hujjah bagi orang yang tidak melihat hilal.

    Menolak Rukyat Lantaran Beda Negara?

    Kini kaum muslimin hidup terkotak-kotak dalam berbagai bangsa dan negara. Setiap kepala negara menetapkan awal dan akhir Ramadhannya sendiri-sendiri tanpa lagi memperhatikan nash-nash syara’. Kalaupun mereka melihat pendapat fuqoha, nampaknya dijadikan sebagai dalil sekunder. Dalil primernya adalah kekuasaan mereka atas wilayah negara mereka, dan fanatisme mereka terhadap negara dan bangsa mereka. Padahal keterpecahan mereka dalam berbagai bangsa dan negara adalah hasil rekayasa imperialisme Barat. Bukan sekedar perasaan kebangsaan murni. Tengoklah bangsa Arab yang berpenduduk sekitar 220 juta terpecah dalam sekitar 20 negara? Kita di Indonesia prihatin atas gejala disintegrasi yang bisa memecah negara ini menjadi lebih dari 20 negara! Bukankah mestinya 1,5 milyar kaum muslimin ini mestinya hidup dalam satu naungan negara?!

    Mengenai ikhtilaaful mathaali’ perbedaan mathla’, yaitu tempat/waktu terbitnya hilal) –yang digunakan sebagian orang sebagai alasan (untuk berbeda dalam berpuasa dan beridul Fitri)? adalah merupakan manath (fakta untuk penerapan hukum) yang telah dikaji oleh para ulama terdahulu. Fakta saat itu, kaum muslimin memang tidak dapat menginformasikan berita rukyatul hilal ke seluruh penjuru wilayah negara Khilafah Islamiyah yang amat luas dalam satu hari, karena sarana komunikasi yang terbatas. Namun, kini fakta telah berubah. Malahan bila konsep terbitnya bulan (mathla) digunakan menjadi tidak logis.

    Dalam konsep mathla, setiap daerah yang berjarak 16 farsakh atau 120 km memiliki mathla sendiri. Artinya, penduduk Jakarta dan sekitarnya dalam radius 120 km hanya terikat dengan rukyat yang dilakukan di Cakung, tapi terikat dengan hasil rukyat di Pelabuhan Ratu. Penduduk Surabaya dan sekitarnya hanya terikat dengan rukyat di Tanjung Kodok tanpa perlu terikat rukyat di Makassar dan seterusnya. Dengan konsep mathla’ wilayah Indonesia yang jarak ujung Barat hingga ujung Timur sekitar 5200 km itu akan terbagi menjadi 43 mathla’.

    Karena kesulitan itu, menurut KH. Sahal Mahfudz, NU pindah madzhab (intiqalul madzhab). Sayangnya tidak pindah ke madzhab jumhur, yakni satu rukyat untuk seluruh dunia., melainkan membuat ‘madzhab’ baru yakni wilayatul hukmi, yakni penyamaan awal dan akhir Ramadhan diserahkan pada negara nasional masing-masing. Pertanyaan kita, apa landasan syar’i yang membolehkan wilayah kaum muslimin terpecah menjadi lebih dari 50 negara, yakni lebih dari 50 wilayatul hukmi? Bukankah Islam hanya mengajarkan satu wilayatul hukmi untuk seluruh dunia, yakni yang dipimpin oleh Imam Al A’zham, alias Khalifah! Rasulullah saw. bersabda:

    “Jika dibai’at dua khalifah (kepala negara penguasa wilayatul hukmi), maka bunuhlah yang kedua (jika tak mau meletakkan jabatan)” (HR. Muslim).

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 2:18 am on 21 April 2014 Permalink | Balas  

    Komitmen Sangat Penting Menjadi Dasar Pernikahan 

    pernikahan erva kurniawan titik rahayuningsihKomitmen Sangat Penting Menjadi Dasar Pernikahan

    Perkawinan adalah sesuatu yang sangat manusiawi. Karena secara biologis setelah melewati masa pubertas, organ -organ seksual seseorang memang disiapkan untuk bereproduksi dan ada sexual desire yang harus dipenuhi. Dalam psikologi, ada sebuah teori kebutuhan yang menyebutkan bahwa perilaku manusia dilandasi oleh upaya untuk memenuhi kebutuhan. Walaupun ada anggapan bahwa tanpa berpasanganpun manusia bisa hidup, tapi ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diperoleh dengan hanya hidup seorang diri, dan pernikahan termasuk di dalamnya. Apalagi agama pun menganjurkan untuk itu.

    Menurut Rieny Hasan, pernikahan adalah sebuah lembaga yang “paling save” untuk memberikan pemuasan kebutuhan yang paling mendasar yang disebut companionship atau kebersamaan. “Kebersamaan disini bukan sekedar kebersamaan dalam arti hanya hidup berdua saja. Tetapi di dalamnya harus ada shared vision, ada satu visi yang disepakati bersama, bahwa kebersamaan itu ditujukan bagi sesuatu yang tidak bisa dicapai kalau hanya dilakukan oleh satu orang saja, ” ujar Rieny seraya menyebutkan memiliki keturunan sebagai contoh hal yang tidak bisa dilakukan seorang diri.

    Namun Rieny menjelaskan kebutuhan manusia juga dibedakan kedalam tiga jenis, ada kebutuhan real, kebutuhan `awang-awangen’ atau kebutuhan yang sebenarnya tidak realistis dan kebutuhan neurotis atau kebutuhan yang hanya merupakan usaha untuk menutupi gejala-gejala neurotik yang sebetulnya muncul untuk memadamkan impuls-impuls yang biasanya diwarnai oleh rasa was-was, khawatir, pesimis. “dari ketiga ini, yang berpotensi untuk menimbulkan masalah adalah kebutuhan neurotis,” jelas Rieny.

    Ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang menikah. “Dulu dibilang bahwa kesamaan akan menjamin langgengnya sebuah perkawinan, ” tapi lanjut Rieny manusia berubah dan apa-apa yang di awal perkawinan itu sama dalam perjalanan bisa saja berubah. Dalam pandangan Rieny, yang terpenting saat bersepakat untuk menikah adalah komitmen, karena hal itulah yang menurut Rieny akan membuat pasangan menganggap pernikahan bukan hanya sebagai terminal yang cuma disinggahi sesaat. Kedua, adalah penerimaan terhadap pasangan.

    “Sebuah kesalahan besar kalau kita memasuki perkawinan sambil mengatakan saya akan bisa merubah dia,” apalagi tambah Rieny yang ingin diubah adalah kebiasaan yang sudah melekat dalam diri pasangan. “Yang ada nantinya, pernikahan jadi seperti sekolah yang kalau tidak menurut akan mendapat hukuman,” jelasnya sedikit berkelakar. Ketiga, jangan jadikan perkawinan seperti pertandingan di mana harus ada yang menang dan kalah. “Kita harus berpikir win-win.”

    Komunikasi adalah penting dalam sebuah ikatan perkawinan, walaupun pembicaraan itu berupa pertengkaran. Rieny menganggap hal itu lebih sehat ketimbang dia seribu basa. “Kalau pasangan tersebut merasa sudah tidak butuh bicara, berarti pasangan itu sudah tidak punya appetite lagi untuk saling memahami. Ikatan perkawinan bisa jadi pudar kalau suami istri itu menganggap ngomong pun sudah tidak ada gunanya,” ujar Rieny serius.

    Ada indikasi yang dapat dijadikan ukuran harmonis tidaknya sebuah hubungan. Menurut Rieny yang jugfa konsultan psikologi di sebuah tabloid ini, hal itu antara lain adanya rasa nyaman bila suami dan istri itu bertemu. Atau dengan kata lain, kalau salah satu tidak ada, yang lain merasa ada sesuatu yang hilang. Kedua pasangan sebaiknya dapat berkembang bersama, tanpa ada yang harus dirugikan. Kehidupan adalah pelajaran berharga, juga untuk istri dan suami, dan Rieny menekankan bahwa kebiasaan untuk selalu mau belajar dari pengalaman sangat dibutuhkan untuk sebuah hubungan. “Hindari kata-kata yang selalu memakai kata, pokoknya, harusnya, mestinya, gue maunya dan sebagainya,” cetus Rieny tersenyum. Yang terakhir menurutnya, adalah masing-masing pasangan perlu mengenal teman-teman dan lingkungan tempat pasangannya bekerja dan bergaul.

    Kalau Anda mau sukses dalam perkawinan, hendaknya setiap orang harus tahu sebetulnya kebutuhan apa yang hendak diperoleh dari mengikatkan diri dengan orang itu. Karena perkawinan adalah keputusan untuk menyerahkan kebebasan. “Dan kita tidak bisa seperti layaknya saat sebelum menikah, ada hal-hal yang harus kita lakukan kalau mau dibilang istri, lebih banyak lagi kalau mau dibilang istri yang baik, lebih banyak lagi kalau mau dibilang menantu yang baik, ipar yang baik dan seterusnya, ” ujar Rieny sambil melepas tawanya.

    “Pernikahan itu akan susah kalau dibikin susah, tapi kalau kita membuatnya menjadi mudah, memang tak ada yang terlalu sulit untuk dijalani,” tandas Rieny, mengakhiri perbincangan. Jadi, mengapa Anda masih bimbang untuk menikah?

    ***

    Oleh: Dra. Rieny Hasan

     
  • erva kurniawan 1:06 am on 15 April 2014 Permalink | Balas  

    Mengonsumsi Babi Menggampangkan Perselingkuhan 

    babiMengonsumsi Babi Menggampangkan Perselingkuhan

    Oleh: Rusilanti, Dosen Universitas Negeri Jakarta

    Salma, seorang murid SD, bangga menceritakan kepada ibu gurunya tentang bakmi yang dimakannya kemarin bersama teman-temannya. ”Rasanya enak, gurih, baunya tajam, merangsang nafsu makan,” kisahnya, menjawab pertanyaan guru.

    Sang guru pun menasihatinya agar berhati-hati dalam memilih restauran. Dengan rasa seperti itu, demikian bu guru menasihati, tak mustahil bakmi itu menggunakan minyak babi. Dengan polos Salma bertanya, ”mengapa Allah mengharamkan babi, meski itu hanya minyaknya?”

    Akhirnya dengan bijaksana sang guru menerangkan. Alkisah, seperti diriwayatkan Ibnu Majjah di Kitab ash-shahabah, dari ‘Abdullah bin Jabalah bin Hibban bin Hajar, dari bapaknya, yang bersumber dari datuknya (Hibban bin Hajar), dikemukakan bahwa ketika Hibban sedang menggodok daging bangkai, Rasulullah ada bersamanya.

    Maka turunlah ayat ini (Q.S. 5 Al- Maidah: 3) yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya , dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu adalah kefasikan).

    Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

    Seketika itu juga Hiban membuang rebusan bangkai tersebut. Dalam hal ini haramnya bangkai disetarakan dengan haramnya babi.

    Bila ditinjau dari segi komposisi gizinya, daging babi mirip daging lainnya, misalnya, dalam 100 gr daging babi mengandung protein cukup tinggi yaitu 11,9 gr untuk daging babi gemuk dan 14,1 gr sedikit di bawah daging sapi. Kandungan lemaknya menempati urutan tertinggi bila dibandingkan dengan hewan lain, yaitu 45 gr untuk daging babi gemuk dan 35 gr pada daging babi kurus.

    Dari berat pasaran babi, rataannya adalah 108 kg didapat 83 kg karkas yang terdiri dari 15,5 kg lemak (lard). Kandungan lemak daging dapat mempengaruhi akumulasi kolagen daging, karena akumulasi lemak dapat melarutkan dan menurunkan kolagen daging. Lemak babi (lard) mengandung 41 persen lemak jenuh, dimana dalam 1 sendok makan lemak babi (lard) terdapat 12 mg kolesterol.

    Kadar kolesterol yang tinggi ini dapat mengakibatkan penyakit arterosklerosis, jantung koroner, penyempitan pembuluh darah pada arteri otak yang dapat menyebabkan terjadinya stroke. Konsumsi lemak yang terlalu tinggi juga memicu berbagai jenis penyakit kanker. Kandungan niasin, ribovlavin dan Fe cukup tinggi, namun sedikit kandungan Ca dan tidak mengandung vitamin A dan D.

    Mesti diakui, ada komponen dari babi yang bermanfaat, bagi industri makanan, obat dan kosmetik. Komponen itu gelatin, lard, rened, dan insulin. Gelatin dan lard ini banyak digunakan karena karakter lemak babi memiliki kekhasan dibandingkan lemak dari daging lainnya.

    Kendati demikian, ditilik dari kandungan lemak babi yang tinggi, justru membuat lemak babi ini beharga murah. Ini jika dibandingkan dengan lemak sapi. Tak mengherankan, tak sedikit pengusaha menggunakan lemak babi, karena perhitungan ekonomis.

    Di sisi lain, pada industri makanan suka menggunakan minyak dan lemak babi, karena berfungsi sebagai penghantar panas, menambah cita rasa, mengempukkan produk akhir dan memperbaiki tekstur makanan. Gelatin, misalkan, digunakan untuk meratakan kekentalan sirop dan kecap. Juga diperlukan pada pembuatan agar-agar dan es krim agar kenyal dan lembut. Begitupun untuk pembuatan permen.

    Rened berfungsi memisahkan lemak dan protein pada proses pembuatan keju. Pada industri obat gelatin digunakan sebagai emulgator yang biasanya digunakan sebagai bahan penolong atau tambahan pada jenis obat kapsul, tablet, emulsi, pil, dan obat dalam lainnya. Sedangkan pada industri kosmetika, lemak babi digunakan misalnya dalam produk lipstik.

    Kendati memiliki ragam manfaat, mengonsumsi babi lebih banyak mudharatnya. Salah satu contohnya dari konsep perilaku manusia. Prof KH Ibrahim Hosen — yang disitir oleh Thobieb Al-Asyhar dalam bukunya “Bahaya makanan haram bagi kesehatan jasmani dan kesucian rohani” — menyingkapkan, mereka yang gemar mengonsumsi babi cenderung rasa cemburunya relatif rendah.

    Rendahnya rasa cemburu ini seperti sifat babi sendiri. Yaitu minim sifat malu dan hilangnya kepedulian terhadap sesama. Tak ayal, mereka yang terbiasa dan gemar makan babi, tidak mudah cemburu bahkan ketika pasangan hidupnya selingkuh.

    Penelitian lain pun menyingkapkan, terjadinya penurunan intelektual dari orang yang secara kontinu makan babi, dapat juga menyebabkan lemahnya kepekaan terhadap kehormatan diri (harga diri).

    Lantas, bagaimana dengan makanan halal yang diperoleh secara haram? Tentu tetap berpengaruh pada sikap mental manusia. Masalah halal bukan saja terletak pada dzatnya namun juga pada proses dan prosedur pembuatannya. Makanan yang halal mencerminkan jiwa bersih. Jasmani pun segar sehingga menumbuhkan ketenteraman dan kekhusyuan dalam beribadah.

    Berkait pengharaman babi, selain aspek ilmu pengetahuan, juga terutama karena aspek keimanan. Pelarangan mengonsumsi babi menjadi barometer ketaatan orang-orang yang beriman akan godaan-godaan. Dengan mengonsumsi makanan halal, berarti konsisten dengan kesepakatan kita dengan Allah pada saat ditiupkan-Nya ruh ke dalam kandungan ibu kita.

    Demikian pentingnya makanan halal tercermin dalam Hadis berikut “Barang siapa berusaha atas keluarganya dari barang halalnya, maka ia seperti orang yang berjuang di jalan Allah. Dan barang siapa menuntut dunia akan barang halal dalam penjagaan, maka ia berada di dalam derajat orang-orang yang mati syahid” (HR. Thabrani dari abu Hurairah).

    Dengan demikian, kita wajib mendapatkan makanan halal, baik cara mendapatkannya, barang (dzatnya), maupun proses produksinya. Ini mengingat barang halal bila tercampur dengan haram, maka hukumnya haram menurut tinjauan fikih. Berkaitan dengan itu, perlu upaya menyelamatkan umat Islam dari terkonsumsinya komponen babi di dalam produk makanan, obat, serta kosmetik yang dibelinya. Peran pemerintah dalam pemberian Label Halal tentu menjadi alternatif tanpa harus memberatkan konsumen.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 2:25 am on 8 April 2014 Permalink | Balas  

    Memelihara Urusan Umat 

    pemimpin1Memelihara Urusan Umat

    Kompleksitas penderitaan rakyat kian hari kian mengkhawatirkan. Bagaimana tidak? Setelah sekian lama terhimpit oleh beban ekonomi akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, kini hampir bisa dikatakan, bukan hanya bidang ekonomi saja yang memukul sendi-sendi kehidupan namun telah menyebar di segala bidang kehidupan. Salah satunya adalah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). KKN yang diharapkan mati dengan hembusan angin reformasi, justru tumbuh subur bak cendawan di musim hujan.

    Pada saat ini, bukan hanya para pejabat teras saja yang melakukan korupsi, namun telah merambah pada tingkatan bawah. Gubernur, bupati, camat, bahkan sampai pada tataran lurah/ kepala desa seakan-akan tidak mau kalah; mereka berlomba-lomba mengikuti jejak para seniornya di jajaran yang lebih tinggi.

    Satu contoh yang bisa menunjukkan praktik ini adalah tatkala berlangsung proses pemilihan kepala daerah. Hampir bisa dipastikan?walau sering sulit diungkap?bau busuk politik uang menjadi panorama khas setiap pemilihan kepala daerah. Apa yang terjadi pada proses pemilihan gubernur di Bali adalah salah satu contoh yang nyata. Beberapa anggota dewan akhirya mengaku mendapat ‘gizi’ (baca: suap) untuk memilih salah satu calon. Demikian juga apa yang terjadi pada proses pemilihan gubernur di DKI Jakarta. Akhirnya, salah satu calon gubernur yang gagal terpilih mengaku telah mengeluarkan uang beberapa miliar untuk memberi ‘gizi’ (suap) kepada para aggota dewan agar memilihnya. Demikian pula apa yang terjadi pada proses pemilihan gubernur di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan belahan daerah lainnya; semuanya menunjukkan indikasi yang sama: money politics.

    Pertanyaannya, mengapa mereka melakukan hal seperti itu? Mengapa mereka melakukan praktik money politics dan praktik keji lainnya guna mendapatkan jabatan?

    Kesalahan Logika

    Alasan logis atas tindakan tersebut adalah sudut pandang yang keliru tentang jabatan. Mereka menyangka bahwa jabatan adalah sumber penghasilan yang melimpah; jabatan dianggap seolah-olah sebuah pekerjaan yang bisa menghasilkan pemasukan uang yang banyak. Dengan sudut pandang ini, akhirnya prinsip-prinsip ekonomi kapitalis pun berlaku di sana. Ibarat sebuah investasi, jabatan harus bisa balik modal bahkan harus menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi kemakmuran sang pejabat.

    Oleh karena itu, tidak mengherankan mengapa tatkala proses pemilihan kepala daerah, para calon tidak canggung-canggung menghamburhamburkan uang. Sebab, dalam perhitungannya, dalam rentang waktu lima tahun pasti akan balik modal dan pasti untung.

    Dari sinilah muncul malapetaka lainnya. Pemerintah bukan lagi memikirkan bagaimana mensejahterakan rakyat, namun justru sebaliknya; sibuk mencari pemasukan agar balik modal. Rakyat akhirnya terbengkalai, tidak terurus, dan bahkan?yang lebih menyakitkan lagi?dijadikan sebagai obyek pemerasan.

    Dengan dalih meningkatkan pendapatan negara, berbagai pajak dikenakan dan dinaikkan. Dengan dalih agar mendapatkan dana segar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), berbagai subsidi pada aspek-aspek vital di kurangi bahkan dicabut. Masyarakat semakin tercekik lehernya dengan semakin membumbungnya harga-harga kebutuhan sehari-hari.

    Akhirnya, pelayanan yang seharusnya dilakukan oleh penguasa kepada rakyatnya menjadi terbalik; seolah-olah rakyatlah yang kini harus melayani kepentingan para penguasa.

    Dampak Kesalahan Logika

    Kesalahan logika para penguasa ini akhirnya berdampak sangat serius dalam aspek pelayanan kepada masyarakat. Jabatan yang seharusnya lebih mengedepankan aspek pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat menjadi terbalik. Kalaupun ada pelayanan, itu pun setengah hati, kalau tidak mau dikatakan sebagai pemanis muka.

    Pelayanan yang ada lebih banyak menyentuh kulit mukanya saja daripada pelayanan yang paripurna. Artinya, kalaulah ada sebuah rencana diluncurkannya sebagai sebuah produk pelayanan, itu terkesan?jika tidak mau dikatakan lebih menekankan?pendekatan proyek.

    Kekeringan yang melanda hampir di seluruh daerah di negeri ini adalah secuil bukti kongkret betapa buruknya pelayanan dari penguasa. Kita semua sudah tahu bahwa penyebab kekeringan adalah akibat digundulinya hutan-hutan yang ada. Akan tetapi, mengapa pemerintah tidak pernah memikirkan upaya yang harus dilakukan dalam jangka panjang, seperti melestarikan hutan yang ada, sehingga pada saat musim kemarau tidak terjadi kekeringan? Justru pemerintah membiarkan hutan-hutan yang ada dikapling-kapling oleh para konglomerat hitam itu, demi sebuah ‘pemasukan negara’.

    Demikian juga di sektor pendidikan. Pendidikan murah dan berkualitas seakan-akan menjadi impian yang sulit diwujudkan. Kasus Haryanto, anak SD di Bandung yang gantung diri akibat orangtuanya tidak memberinya uang sebesar 2.500 untuk membayar prakarya yang dibelinya dari sekolah?karena memang orangtuanya tidak punya uang?adalah secuil contoh nyata betapa buruknya pelayanan pemerintah terhadap rakyat di sektor pendidikan.

    Pengurusan Umat dalam Pandangan Islam

    Islam memandang bahwa penguasa bertugas untuk melakukan ri’âyah (pengurusan) seluruh urusan rakyat baik di dalam negeri maupun luar negeri. Artinya, para penguasa dengan segala kewenangan yang ada padanya (baik kekuasaan, kekuatan, dan kebijakan), harus berusaha sekuat tenaga untuk mensejahterakan kehidupan rakyat. Apa saja yang sudah ditetapkan oleh Allah untuk diadakan?karena memang merupakan hak rakyat?harus diupayakan seoptimal mungkin. Inilah amanah yang menjadi tanggung jawab penguasa, yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT kelak di akhirat nanti.

    Berkaitan dengan hal ini, Rasul saw., misalnya, pernah bersabda:

    Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu: padang rumput, air, dan api. (HR Abu Dawud).

    Ketika membaca hadis di atas, penguasa yang baik akan menerjemahkannya melalui kebijakannya mengelola barang-barang tambang, laut, sungai, hutan, dan sumberdaya alam lainnya?yang menguasai hajat hidup orang banyak?sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Seluruh potensi sumberdaya alam yang ada akan dikelola oleh Negara dengan sebaik-baiknya. Keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan sumberdaya alam itu kemudian dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, seperti untuk menyelenggarakan pendidikan gratis, pengobatan gratis, penyediaan perumahan yang memadai, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang memadai, dll. Semua itu adalah hak rakyat yang harus dipenuhi oleh pemerintah secara optimal. Bukan sebaliknya, sumberdaya alam yang ada diserahkan pengelolaannya oleh pemerintah kepada pihak asing atau konglomerat hitam.

    Sungguh, penguasa Muslim bertanggung jawab dalam pengurusan seluruh rakyatnya. Abdullah bin Umar menuturkan bahwa dia pernah mendengarkan Rasulullah saw. bersabda:

    Imam (penguasa) adalah pelayan rakyat; dia bertanggung jawab terhadap rakyat yang dilayaninya. (HR al-Bukhari).

    Dengan demikian, tampak jelas bahwa para penguasa adalah pelayan rakyat (râ’iyah). Sebagai pelayan rakyat, penguasa tentu harus menyediakan semua kebutuhan tuannya?yakni rakyatnya?dengan sebaik-baiknya. Artinya, sebagai pelayan rakyat, penguasa harus memenuhi apa saja kebutuhan dan hak rakyat, yang semua itu harus dipenuhi dengan baik.

    Teladan Para Khalifah

    Banyak teladan dari para penguasa Muslim sejati di seputar bagaimana sikap amanah dan tanggung jawab mereka dalam mengurusi urusan umatnya. Salah satunya adalah yang ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau setiap malam sering merasa gelisah dan tidak bisa tidur hanya karena khawatir jika nanti menghadap Allah SWT beliau harus mempertanggungjawabkan amanahnya. Beliau khawatir tidak bisa mempertanggungjawabkan amanahnya sebagai pemimpin umat karena beliau tidur terlelap pada malam hari, sementara boleh jadi masih ada rakyatnya yang tidak bisa tidur karena perutnya keroncongan karena kelaparan akibat kelalaian dirinya.

    Demikian juga Khalifah Umar bin al-Khaththab. Beliau sering melakukan inspeksi mendadak untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Dalam salah satu inspeksinya, beliau pernah mendapati seorang ibu dari sebuah keluarga yang merebus batu agar seolah-olah dia kelihatan sedang menanak nasi?karena tidak punya lagi makanan yang harus dimakan. Hal itu dia lakukan guna menghentikan tangis anak-anaknya yang kelaparan. Saat itu juga, Khalifah Umar dengan sigap mengambil gandum di Baitul Mal untuk mencukupi kebutuhan keluarga tersebut. Gandum tersebut beliau panggul sendiri, walau para pengawalnya melarangnya. Khalifah Umar memandang bahwa kejadian ini adalah akibat kelalaian beliau dalam mengurusi umat. Oleh karena itu, beliau tidak mau jika apa yang telah menjadi tanggung jawabnya ditimpakan kepada orang lain/ bawahannya. Beliau takut, bagaimana nanti beliau harus mempertanggungjawabkan kejadian ini kepada Allah SWT kelak pada Hari Perhitungan.

    Sungguh, fragmen di atas sulit kita temui pada masa sekarang. Para pejabat sekarang banyak yang enak-enak tidur, sedangkan ribuan bahkan jutaan anak-anak jalanan berkeliaran tak tentu arah di jalan-jalan dan kolong-kolong jembatan guna mengais sesuap nasi. Para pejabat seolah-olah tidak peduli lagi bagaimana susahnya menyekolahkan anak sehingga kasus Haryanto terjadi.

    Wahai Kaum Muslim

    Marilah kita bersama-sama merapatkan barisan dan kekuatan kita untuk menjalin tali ukhuwah kita. Satukan tekad dan pandangan bahwa syariat Islamlah yang mampu mensejahterakan hidup kita. Tidak ada sistem lain yang lebih bagus daripada sistem Islam yang telah diberkati oleh Allah. Sistem kapitalis dengan produk penguasa kapitalis telah terbukti menyengsarakan kita. Demikian juga trauma sistem sosialis yang telah menjepit kehidupan kita dalam kenestapaan. Tidak ada sistem alternatif lain kecuali sistem Islam. Marilah kita berjuang bersama untuk penerapan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Marilah kita berjuang untuk terwujudnya pemimpin yang benar-benar kita cintai dan mencintai kita. Sebab, Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan ‘Auf bin Malik, pernah bersabda:

    Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. (HR Muslim).

    Tidakkah kita menginginkan apa yang disabdakan oleh Rasul di atas terwujud saat ini? Tidakkah kita merindukan para pemimpin yang kita cintai dan mereka pun mencintai kita?

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 4:15 am on 24 March 2014 Permalink | Balas  

    Sudut Pandang Ilmiah tentang Kentut 

    kentutSudut Pandang Ilmiah tentang Kentut

    Karena sekarang lagi jamannya rekan-rekan mengilmiahkan sesuatu, berikut saya forwardkan tulisan: Maaf! Mungkin sedikit tidak sopan tetapi sebagai tambahan pengetahuan:

    1. Darimana asal kentut? Dari gas dalam usus. Gas dalam usus berasal dari udara yang kita telan, gas yang menerobos ke usus dari darah, gas dari reaksi kimia dan gas dari bakteri dalam perut.
    2. Apa komposisi kentut? Bervariasi. Makin banyak udara anda telan, makin banyak kadar nitrogen dalam kentut (oksigen dari udara terabsorbsi oleh tubuh sebelum sampai di usus). Adanya bakteri serta reaksi kimia antara asam perut dan cairan usus menghasilkan karbondioksida. Bakteri juga menghasilkan metana dan hidrogen. Proporsi masing-masing gas tergantung apa yang anda makan, berapa banyak udara tertelan, jenis bakteri dalam usus, berapa lama kita menahan kentut. Makin lama menahan kentut, makin besar proporsi nitrogen, karena gas-gas lain terabsorbsi oleh darah melalui dinding usus. Orang yang makannya tergesa-gesa kadar oksigen dalam kentut lebih banyak karena tubuhnya tidak sempat mengabsorbsi oksigen.
    3. Kenapa kentut berbau busuk? Bau kentut karena kandungan hidrogen sulfida dan merkaptan. Kedua senyawa ini mengandung sulfur (belerang). Makin banyak kandungan sulfur dalam makanan anda, makin banyak sulfida dan merkaptan diproduksi oleh bakteri dalam perut, dan makin busuklah kentut anda. Telur dan daging punya peran besar dalam memproduksi bau busuk kentut. Kacang-kacangan berperan dalam memproduksi volume kentut, bukan dalam kebusukannya.
    4. Kenapa kentut menimbulkan bunyi? Karena adanya vibrasi lubang anus saat kentut diproduksi. Kerasnya bunyi tergantung pada kecepatan gas.
    5. Kenapa kentut yang busuk itu hangat dan tidak bersuara? Salah satu sumber kentut adalah bakteri. Fermentasi bakteridan proses pencernaan memproduksi panas, hasil sampingnya adalah gas busuk. Ukuran gelembung gas lebih kecil, hangat dan jenuh dengan produk metabolisme bakteri yang berbau busuk. Ini kemudian menjadi kentut, walau hanya kecil volumenya,tapi SBD (Silent But Deadly).
    6. Berapa banyak kentut diproduksi sehari? Rata-rata setengah liter sehari dalam 14 kali kentut.
    7. Mengapa kentut keluar melalui lubang dubur? Karena density-nya lebih ringan, kenapa gas kentut tidak melakukan perjalanan ke atas? Tidak demikian. Gerak peristaltik usus mendorong isinya ke arah bawah. Tekanan di sekitar anus lebih rendah. Gerak peristaltik usus menjadikan ruang menjadi bertekanan, sehingga memaksa isi usus, termasuk gas-nya untuk bergerak ke kawasan yang bertekanan lebih rendah, yaitu sekitar anus. Dalam perjalanan ke arah anus, gelembung-gelembung kecil bergabung jadi gelembung besar. Kalau tidak ada gerak peristaltik, gelembung gas akan menerobos ke atas lagi, tapi tidak terlalu jauh, karena bentuk usus yang rumit dan berbelit- belit.
    8. Berapa waktu yang diperlukan oleh kentut untuk melakukan perjalanan ke hidung orang lain? Tergantung kondisi udara, seperti kelembaban, suhu, kecepatan dan arah angin, berat molekul gas kentut, jarak antara ‘transmitter’ dengan ‘receiver’. Begitu meninggalkan sumbernya, gas kentut menyebar dan konsentrasinya berkurang. Kalau kentut tidak terdeteksi dalam beberapa detik, berarti mengalami pengenceran di udara dan hilang ditelan udara selama-lamanya. Kecuali kalau anda kentut di ruang sempit, seperti lift, mobil, konsentrasinya lebih banyak, sehingga baunya akan tinggal dalam waktu lama sampai akhirnya diserap dinding.
    9. Apakah setiap orang kentut? Sudah pasti, kalau masih hidup. Sesaat setelah meninggalpun orang masih bisa kentut.
    10. Betulkah laki-laki kentut lebih sering daripada perempuan? Tidak ada kaitannya dengan gender. Kalau benar, berarti perempuan menahan kentutnya, dan saat kentut banyak sekali jumlah yang dikeluarkan.
    11. Saat apa biasanya orang kentut? Pagi hari di toilet. yang disebut “morning thunder”. Kalau resonansinya bagus, bisa kedengaran di seluruh penjuru rumah.
    12. Mengapa makan kacang-kanagan menyebabkan banyak kentut? Kacang-kacangan mengandung zat gula yang tidak bisa dicerna tubuh. Gula tsb (raffinose, stachiose, verbascose) jika mencapai usus, bakteri di usus langsung berpesta pora dan membuat banyak gas. Jagung, paprika, kubis, kembang kol, susu juga penyebab banyak kentut (bukan baunya!).
    13. Selain makanan, apa saja penyebab kentut? Udara yang tertelan, makan terburu-buru, makan tanpa dikunyah, minum soft drink, naik pesawat udara (karena tekanan udara lebih rendah, sehingga gas di dalam usus mengalami ekspansi dan muncul sebagai kentut).
    14. Apakah kentut sama dengan sendawa, tapi muncul dari lain lubang? Tidak… sendawa muncul dari perut, komposisi kimianya lain dengan kentut. Sendawa mengandung udara lebih banyak, kentut mengandung gas yang diproduksi oleh bakteri lebih banyak.
    15. Kemana perginya gas kentut kalau ditahan tidak dikeluarkan? Bukan diabsorbsi darah, bukan hilang karena bocor. Tapi bermigrasi ke bagian atas menuju usus dan pada gilirannya akan keluar juga. Jadi bukan lenyap, tapi hanya mengalami penundaan.
    16. Mungkinkah kentut terbakar? Bisa saja. Kentut mengandung metana, hidrogen yang combustible (gas alam mengandung komponen ini juga). Kalau terbakar, nyala-nya berwarna biru karena kandungan unsur hidrogen.
    17. Bisakah menyalakan korek api dengan kentut? Jangan mengada-ada… konsistensinya lain. Juga suhunya tidak cukup panas untuk memulai pembakaran.
    18. Mengapa kentut anjing dan kucing lebih busuk? Karena anjing dan kucing adalah karnivora (pemakan daging). Daging kaya akan protein. Protein mengandung banyak sulfur, jadi bau kentut binatang ini lebih busuk. Lain dengan herbivora seperti sapi, kuda, gajah, yang memproduksi kentut lebih banyak, lebih lama, lebih keras bunyinya, tapi relatif tidak berbau.
    19. Betulkah bisa teler kalau mencium bau kentut 2-3 kali berturut-turut? Kentut mengandung sedikit oksigen, mungkin saja anda mengalami pusing kalau mencium bau kentut terlalu banyak.
    20. Apakah warna kentut? Tidak berwarna. Kalau warnanya oranye seperti gas nitrogen oksida, akan ketahuan siapa yang kentut.
    21. Kentut itu apakah asam, basa atau netral? Asam, karena mengandung karbondioksisa (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S).
    22. Apa yang terjadi kalau seseorang kentut di planet Venus? Planet Venus sudah banyak mengandung sulfur (belerang) di lapisan udaranya, jadi kentut di sanapun tidak ada pengaruhnya.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 2:09 am on 18 March 2014 Permalink | Balas  

    Masjid 24 Jam 

    siluet Masjid NabawiMasjid 24 Jam

    Sahabat

    Masjid Nabawi pada masa Rasulullah saw adalah pusat berbagai kegiatan, tidak saja untuk ibadah seperti sholat, akan tetapi di tempat itu pulalah Rasulullah saw telah membina amalan2 masjid lainnya. Dakwah, ta’lim dan tarbiyah, menerima perwakilan2 yang datang ke Madinah, membentuk rombongan2 yang hendak dihantar ke berbagai tempat (negeri dekat maupun negeri jauh), bahkan sampai mengatur tentarapun dilaksanakan (dengan musyawarah) di masjid.

    Ada baiknya kita bayangkan sejenak bagaimana masjid nabawi yang sederhana telah dibina. Dindingnya dari pelepah kurma. Lantainya tanah yang terbuka. Atapnya setinggi langit, dengan matahari, bulan dan bintang2 sebagai pelitanya. Bagian atas mihrab diberi sedikit naungan dari pelepah kurma. Bila panas kepanasan, bila hujan kehujanan. Siapapun yang sholat di sana, maka butir2 tanah akan melekat pada semua anggota sujudnya.

    Masjid nabawi pada masa Nabi saw hidup memang terlalu bersahaja. Akan tetapi dari tempat seperti inilah cahaya hidayah memancar dan menerangi seluruh alam, bahkan sebelum lampu (pelita) diletakkan seorang pendeta yang mendapat hidayah [1]. Lewat amalan-amalan masjid di tempat yang penuh barakah inilah dunia ditaklukan dan ditempatkan di bawah telapak kaki orang-orang yang menghidupkannya.

    Seorang yang cerdas akan segera memahami bahwa aktivitas yang banyak di masjid tersebut malah menghidupkannya 24 jam dalam sehari. Tamu-tamu yang datang untuk ziarah kepada Rasulullah saw atau sekedar untuk sholat di sana, tidak hanya datang pada siang hari, tetapi juga datang ketika hari telah gelap. Kita teringat bagaimana seorang sahabat telah menjamu tamu Rasulullah saw pada malam hari, yakni ketika dia memberikan semua jatah makan malam anak-istrinya hingga menjadikan Allah swt suka kepada mereka.

    Kita telah salah paham dengan membiarkan masjid2 menjadi tempat yang sepi dengan amalan, sementara aktivitas kita yang lain malah menggalakkan tempat lainnya menjadi hidup 24 jam sehari. Hotel, rumah makan, supermarket, pabrik, stasiun, cinema (juga televisi), tempat hiburan, bahkan rumah sakit dan penjara telah menjadikan para pengunjungnya ‘ketagihan’ untuk mendatangi atau menambah ‘omzet’ aktivitasnya.

    Sungguh, ummat ini tidak akan menjadi baik sampai mereka kembali kepada cara dan jalan yang telah ditempuh oleh nabinya. Maka, bila saja setiap dari kita berkehendak menjadikan negeri kita “baldatun thoyyibun ghoffur”, sudah sepatutnya kita kembali ke masjid. Kembali untuk memakmurkannya dengan menghidupkan amalan-amalan masjid nabawi. Tentu saja kita melakukannya bersama sahabat dan teman kita.

    Lalu, berapa lama kita buat usaha ini hingga sampai pada puncak kejayaan? Nabi kita sendiri dengan segala kelebihannya telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk menghidupkan cahaya hidayah. Untuk itu, bila kita (yang tahu betul keadaan kita sendiri) berkehendak mencapai perolehan yang sama dengan apa yang telah dicapai oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, hendaknya kita tidak ‘menset’ tempo yang sama dengan mereka. Bila waktu yang kita miliki terbatas, maka kita tidak perlu buru2 mengharapkan hasilnya. Biarlah anak-cucu atau cicit kita yang menikmati barakahnya.

    Rasulullah saw dan para sahabatnya telah menanggung beban yang sangat berat berupa kesusahan, kelaparan dan ketakutan pada banyak hari2 mereka. Inilah kurun terbaik dari ummat ini, kurun yang merekam keadaan2 dimana batu2 diikat ke perut mereka (karena saking laparnya), nafas2 yang menyesak di tenggorokan atau mata yang terbalik (untuk menggambarkan ketakutan yang sangat) dalam mempertahankan agama ini.

    Generasi sesudahnya, yakni mereka yang dibukakan Allah swt segala perbendaharaan dunia, tidak dapat lebih baik, bahkan tidak dapat menyamai generasi awal, walaupun kita tahu bahwa darah dan air mata mereka telah tumpah dan menyuburkan amal agama di banyak tempat di dunia ini. Lalu bila dibandingkan dengan mereka, apalah artinya kita? Maka, bila mereka telah menderita seperti itu, paling kurang mestinya kita berusaha atas masjid kita hingga keluar titik peluh (rasa letih dan lelah yang sangat).

    Sememangnya, kejayaan kita tidak terletak pada berapa luas dunia yang boleh kita taklukkan, tetapi lebih pada berapa banyak kadar kesusahan dan penderitaan yang dapat kita tanggung. Bila hari ini kita bersusah-payah menghidupkan masjid2 dengan cahaya hidayah dan berusaha memancarkan cahayanya ke seluruh alam, maka semakin banyak kesusahan yang kita derita, semakin tinggilah derajat kejayaan kita. Kurun kita akan merupakan kurun yang lebih baik daripada kurun generasi anak-cucu kita. Ya, meskipun mereka dapat menundukkan dunia dan menduduki tahta kekuasaan di atasnya. Subhanallah.

    ***

    Abi Subhan Pattaya

    Catatan kaki: [1] Tamim Darri ra.

     
    • rahayumadiana 11:58 am on 18 Maret 2014 Permalink

      “Rasulullah saw dan para sahabatnya telah menanggung beban yang sangat berat berupa kesusahan, kelaparan dan ketakutan pada banyak hari2 mereka”

      “Generasi sesudahnya, yakni mereka yang dibukakan Allah swt segala perbendaharaan dunia”

      meski telah dibukakan perbendaharaan dunia, tapi belum bisa melakukan banyak hal untuk agama ini yang setara dengan mereka.. Mari turut berkontribusi menegakkan agama ini.

  • erva kurniawan 1:19 am on 23 February 2014 Permalink | Balas  

    Ta’aruf atau Pacaran 

    cintaTa’aruf atau Pacaran

    Di kalangan tertentu pacaran tidak dikenal, pun mereka tahu tetapi cenderung menghindari karena menganggap gaya itu tidak lagi mutlak dilakukan pada masa pranikah. Selain dinilai tidak sesuai dengan norma agama -ini terbukti dari pengalaman sepanjang sejarah keberadaan manusia bahwa pacaran cenderung kelewat batas bahkan tidak sedikit yang amoral- juga berkembangnya pemikiran bahwa satu kesia-siaan saja berjalan bersama orang yang belum tentu 100 % menjadi pasangannya. Ya, bagaimana mungkin bisa meyakinkan bahwa orang yang saat ini berjalan bersamanya memiliki komitmen untuk tetap ‘setia’ sampai ke jenjang pernikahan, la wong sudah sekian tahun berpacaran ternyata wacananya hanya sebatas curhat-curhatan dan take n give yang tak berdasar, tidak meningkat pada satu tindakan gentle, menikah! Atau setidaknya mengajukan surat lamaran ke orangtua si gadis. Berbagai dalih dan argumentasi pun meluncur untuk mengkamuflasekan ketidakgentle-annya itu, yang kemudian semua orang pun tahu itu cuma lips service dari orang yang tidak benar-benar dewasa alias childish.

    Kedewasaan, ukurannya tidak terwakili hanya oleh umurnya yang diatas seperempat abad misalnya, tetapi juga pada sikap diri, attitude yang tertampilkan dalam kesehariannya. Dalam dunia pekerjaan, sikap dewasa dapat dilihat dari profesionalisme kerja, termasuk didalamnya kedisplinan. Dalam hubungan interelasi, bijaksana, proporsional dalam bersikap dan berbicara bisa jadi satu parameter kedewasaan. Nah yang menjadi masalahnya kemudian, tidak sedikit orang yang seharusnya bersikap dewasa justru memamerkan sifat kekanakkan saat berkesempatan bersama pasangannya, sikap yang dipraktekkan secara tidak proporsional dari ungkapan kasih sayang dan pengorbanan.

    Orang terlihat dewasa mungkin hanya dari fisiknya saja, namun sisi lainnya seringkali luput dari perhatian. Padahal kedewasaan jelas meliputi beberapa aspek yang sekiranya patut diperhatikan dalam memilih pasangan yang kelak dinominasikan untuk menjadi pasangan hidup. Dewasa secara fisik, dimana organ-organ reproduksi telah berfungsi secara optimal yang ditandai dengan produksi sperma yang baik pada pria dan produksi sel telur yang memadai pada wanita. Selain perkembangan sel-sel otot tubuh menandakan -sekaligus membedakan- pria dan wanita. Dewasa secara psikologis, yang ditandai dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan, serta mampu menjalani hubungan interdependensi. Ini penting untuk diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam pernikahan.

    Dewasa secara sosial-ekonomi ditampakkan dalam kemampuan seseorang untuk membiayai kebutuhan hidup yang layak sebagai suami-istri. Tentu hal ini terkait dengan adanya pekerjaan yang jelas serta penghasilan yang tetap, serta kesadaran akan meningkatnya biaya kehidupan dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya anggota keluarga kelak. Berdasarkan aspek kedewasaan diatas, maka wajarlah jika disatu sisi justru ada orang yang enggan berpacaran. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa pacaran selain tidak diajarkan dalam agama Islam karena melanggar norma yang digariskan, juga dianggap ‘buang-buang waktu’, ‘wujud ketidakgentle-an’, ‘aktifitas sia-sia’ dan lain-lain. Namun sekedar diketahui, bahwa diluar itu ada sebagian yang memang benar-benar takut untuk mencintai, dicintai dan bahkan takut jatuh cinta. Dalam psikologi, orang-orang ini mungkin dianggap terkena sindrom fear of intimacy, satu kondisi yang disebabkan oleh ketakutan yang teramat sangat untuk menerima resiko kenyataan di kemudian hari. Seperti ditulis astaga.com, menurut psikolog Robert W Firestone dan Joyce Catlett, fear of intimacy ini adalah salah satu perwujudan dari pertahanan psikologis, yang lebih merupakan cermin dari pikiran dan sikap negatif atas hal-hal yang dilihat dan dipelajarinya waktu kecil.

    Maka kemudian, Islam mengenal ‘pacaran’ dalam kemasan yang berbeda. Ustadz Ihsan Arlansyah Tanjung, konsultan keluarga sakinah di situs eramuslim sering mengatakan bahwa pacaran akronim dari ‘pakai cara nikah’. Ya, Islam hanya mengajarkan bentuk-bentuk curahan kasih sayang dan cinta itu setelah melalui satu proses sakral yakni pernikahan. Sementara proses pranikah yang dilakukan untuk saling mengenal antara calon pria dan wanita biasa disebut proses ta’aruf (perkenalan). Yang penting dari ta’aruf adalah saling mengenal antara kedua belah pihak, saling memberitahu keadaan keluarga masing-masing, saling memberi tahu harapan dan prinsip hidup, saling mengungkapkan apa yang disukai dan tidak disukai, dan seterusnya.

    Kaidah-kaidah yang perlu dijaga dalam proses ini antar lain nondefensif, tidak bereaksi berlebihan pada feedback negatif, serta terbuka untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru, Jujur, tidak curang, berbohong dan punya sense of integrity yang kuat, Menghormati batas-batas, prioritas dan tujuan calon pasangan yang menyangkut diri mereka maupun tidak, Pengertian, empati, dan tidak mengubah pasangannya sedemikian rupa serta tidak mengontrol, manipulatif, apalagi mengancam pasangan dalam bentuk apa pun.

    Dalam tahap ini anda dan dia bisa saling mengukur diri apakah cocok satu sama lain atau tidak. Masing-masing pihak masih harus sama-sama membuka options/kemungkinan batal atau jadi. Maka umumnya dilakukan tanpa terlebih dahulu melibatkan orangtua agar tidak menimbulkan kesan ‘harga jadi’ dan tidak ada lagi proses tawar menawar, sehingga jika pun gagal/batal tidak ada konsekuensi apa-apa. Karena jika sudah sampai menemui orangtua berarti secara samar maupun terang-terangan seorang pria sudah menunjukkan niat untuk memperistri si wanita. Yang perlu jadi ingatan, seringkali pasangan-pasangan itu terjebak dalam aktifitas pacaran yang terbungkus sampul ta’aruf. Apa namanya bukan pacaran kalau ada rutinitas kunjungan yang melegitimasi silaturahmi dengan embel-embel ‘ingin lebih kenal’.

    Jika sudah mantap atas pilihan masing-masing barulah kemudian melibatkan orang tua dalam proses selanjutnya, lamaran (khitbah). Untuk khitbah tak ada aturan yang kaku, yang penting dalam masa penjajagan keduanya berkenalan dan saling mengungkap apa yang disukai dan tidak disukai, saling mengungkap apa visi misi dalam pernikahan dan seterusnya. Tentunya khitbah harus tetap mengikuti aturan pergaulan Islami, tak berkhalwat, tak mengumbar pandangan, tak menimbulkan zina mata, hati (apalagi badan), tak membicarakan hal-hal yang termasuk kejahatan dan sebagainya.

    Yang perlu disadari, khitbah mirip jual beli, dalam masa tawar menawar bisa jadi, bisa juga batal. Pembatalannya harus tetap sopan menurut aturan Islami, tidak menyakiti hati dengan kata-kata yang kasar, tidak membicarakan aib yang sempat diketahui dalam khitbah kepada orang lain.

    Namun sebagaimana jual beli harus ada prinsip kedua belah pihak ridho. Khitbah baru bisa berlanjut ke pernikahan jika kedua pihak ridho, jika salah satu membatalkan proses tawar menawar maka pernikahan tak akan jadi. Kalaupun dibatalkan (meski mungkin menyakitkan), harus ada alasan yang kuat untuk salah satu pihak membatalkan rencana nikah yang sudah matang. Sebab Islam melarang ummatnya saling menyakiti tanpa alasan. Jadi jika ada yang ragu (dengan alasan yang benar) sebelum menikah, sebaiknya membatalkan sebelum terlanjur.

    Adapun jarak antara khitbah dan akad nikah, tidak ada aturan yang menjelaskan harus berapa lama, tentu dalam hal ini masing-masing pihak bisa mengukurnya sendiri. Satu hari bisa jadi sudah deadline bagi pria-wanita yang sudah sedemikian menggebunya hingga khawatir terjerumus kepada dosa zina. Namun jika bisa merasa ‘aman’ dengan menunda beberapa waktu tidak masalah.

    Jadi, jika segalanya sudah terencana dengan matang dan baik, seperti kata seorang bijak, jika berani menyelam ke dasar laut, mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan

    Wallahu a’lam bishshowaab

    ***

    Abinya Hufha

     
  • erva kurniawan 9:34 am on 14 February 2014 Permalink | Balas  

    Indahnya Ketulusan Cinta 

    cintaIndahnya Ketulusan Cinta

    Menerima pendamping kita apa adanya dengan tidak berharap terlalu banyak, merupakan bekal untuk mencapai kemesraan dalam rumah tangga dan kebahagiaan di akhirat.

    Sebagai hamba yang dianugerahi fitrah, kita memang perlu menyeimbangkan harapan. Tak salah kita berdoa memohon suami yang sempurna, tetapi pada saat yang sama kita juga harus melapangkan dada untuk menerima kekurangan. Kita boleh memancangkan harapan, tapi kita juga perlu bertanya apa yang sudah kita persiapkan agar layak mendampingi pasangan idaman.

    Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk memperbaiki kehidupan kita, rumah tangga kita, serta pasangan kita. Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan semakin sulit kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan. Sebaliknya, semakin tinggi komitmen pernikahan kita (marital commitment) akan semakin lebar jalan yang terbentang untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan.

    Apa bedanya harapan dan komitmen? Apa pula pengaruhnya terhadap keutuhan rumah tangga kita? Harapan terhadap perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan. Bila kita memiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi kita untuk menerima pasangan apa adanya. Kita akan selalu melihat dia penuh kekurangan. Jika kita menikah karena terpesona oleh kecantikannya, kita akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut begitu istri kita sudah tidak memikat lagi. Betapa cepat dan berlalu dan betapa besar nestapa yang harus ditanggung.

    Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah tangga seperti apa yang ingin kita bangun. Kerelaan untuk menerima kekurangan, termasuk mengikhlaskan hati menerima kekurangannya membuat kita lebih mudah mensyukuri perkawinan.

    Disebabkan oleh komitmen yang sangat kuat pada Allah dan Rasul-Nya istri Julaibib  mengikhlaskan hati untuk menikah dengan Julaibib. Yang baru semalam usia pernikahan mereka Julaibib mengakhiri hayat di medan syahid. Ketika ibunya merasa tidak rela dikarenakan rendahnya rendahnya martabat dan buruknya perawakan fisik, ia meminta agar orang tuanya menerima pinangan itu kalau memang Rasulullah saw. yang menentukan.

    Orang yang melapangkan hati untuk menenggang perbedaan, cenderung akan menemukan banyak kesamaan. Perbedaan itu bukan lantas tidak ada, tetapi kesediaan untuk menenggang perbedaan membuat kita mudah untuk melihat kesamaan dan kebaikannya. Sebaliknya, kita akan merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain, tidak terkecuali pendamping hidup kita, bila kita sibuk mempersoalkan perbedaan. Apalagi jika kita sering menyebut-nyebutnya, semakin terasa perbedaan itu dan semakin tidak nyaman membina hubungan dengannya.

    Semoga Allah melindungi kita dari mempersoalkan perbedaan tanpa mengilmui. Semoga Allah menjauhkan kita dari kesibukan yang membinasakan. Semoga Allah pula kelak mengukuhkan ikatan perasaan di antara kita dengan kasih sayang, ketulusan, dan kerelaan menenggang perbedaan. Sesungguhnya telah berlalu umat-umat sebelum kita yang mereka binasa karena sibuk mempersoalkan perbedaan dan memperdebatkan hal-hal yang menjadi rahasia Allah.

    Nah, jika mempersoalkan perbedaan, menyebut-nyebutnya, dan mengeluhkannya akan membuat hubungan renggang, mengapa tidak melapangkan hati untuk menenggangnya? Sesungguhnya menenggang perbedaan akan menumbuhkan kasih sayang dan kemesraan yang hangat. Ada perasaan mengharukan yang sekaligus membahagiakan jika kita memberikan untuknya apa yang ia sukai.

    Untuk itu, ada tiga hal yang perlu kita pahami agar ia mempercayai ketulusan kita. Pertama, berikanlah perhatian yang hangat kepadanya. Besarnya perhatian membuat dia merasa kita sayang dan kita cintai. Kedua terimalah ia tanpa syarat. Penerimaan tanpa syarat menunjukkan bahwa kita mencintainya dengan tulus. Tidak mungkin menerima dia apa adanya jika kita tidak memiliki ketulusan cinta dan kebersihan niat. Ketiga, ungkapkanlah dengan kata-kata yang tepat.

    Berkaitan dengan ungkapan ini, ada sebuah tips yang ahsan yang disampaikan oleh ustaz yang kini masih mengajar di jurusan Psikologi, UII, Yogyakarta ini. Yakni terminologi “aku” dan kamu”. Saat kita mendapatkan bahwa masakan yang dibuat pasangan kita keasinan misalnya, maka gunakanlah kata ganti “aku” . “Aku lebih suka kalau sayurnya lebih manis, sayang” Tapi saat kita mendapatkan suatu kelebihan pada diri pasangan, ia sukses menggoreng telor dadar misalnya (biasanya ia menggoreng berkerak), maka kita gunakan kata ganti “kamu”. “Kamu memang pintar, istriku”. Kita gunakan kata “aku” untuk sesuatu yang sifatnya negatif dan “kamu” untuk sesuatu yang sifatnya positif. Untuk semua hal.

    Tampaknya memang benar, karena penggunaan kata ganti “kamu” untuk sebuah kesalahan yang telah dilakukan oleh pasangan kita cenderung menyaran pada arti memvonis alih-alih memosisikan pasangan kita sebagai tertuduh.

    Dalam perspektif pragmatik (linguistik), terminologi ini merupakan sebuah upaya penggunaan maksim kesopanan dengan tetap mempertahankan maksim kerja sama. Dengan tujuan agar tidak terjadi konflik pada keduanya.

    Berangkat dari petunjuk Allah ini tidak layak bagi kita untuk sibuk mempersoalkan kekurangan ataupun kesalahan, apalagi kekurangan yang sulit dihilangkan, sepanjang ia tidak melakukan kekejian yang nyata. Betapa pun banyak yang tidak kita sukai darinya, kemesraan dengannya tak akan pudar jika kita mencoba untuk berbaik sangka kepada Allah, barangkali di balik itu Allah berikan kebaikan yang sangat besar. Sebaliknya, sesedikit apa pun keburukannya, bila kita sibuk menyebut-nyebut dan mengingatnya, akan sangat memberatkan jiwa. Dampak selanjutnya tidak hanya bagi hubungan suami istri, tetapi merembet pada hubungan kita dan si kecil.

    Terimalah ia apa adanya. Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah. Sesudahnya berupaya memperbaiki dan bukan menuntut untuk sempurna. Bukankah kita sendiri mempunyai kekurangan, mengapa kita sibuk menuntut istri untuk sempurna? Ada amanat yang harus kita emban ketika kita menikah. Ada ruang untuk saling berbagi. Ada ruang untuk saling memperbaiki. Dan bukan saling mengeluhkan, alih-alih menyebut-nyebut kekurangan.

    Pahamilah kekhilafannya agar ia merasa ringan dalam memperbaiki, meski bukan berarti kita lantas membiarkan kesalahan. Berikanlah dukungan dan kehangatan kepadanya sehingga ia berbesar hati menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan. Tunjukkanlah bahwa kita memang sangat menghargainya, menerimanya dengan tulus, mau mengerti dan bersemangat mendampinginya.

    Dalam buku ini Ustaz Fauzil memang tidak hanya membahas seputar keikhlasan menerima pasangan kita apa adanya. Namun tampaknya beliau memandang masalah yang remeh temeh ini dalam beberapa hal telah menjadi batu karang yang cukup terjal yang kemudian melahirkan benih-benih konflik dan alih-alih  perceraian.

    Seperti pada bagian akhir, beliau menjelaskan bagaimana upaya belajar itu tidak sebatas menerima apa adanya, tetapi juga diikuti dengan belajar mendengar dengan sepenuh hati. Karena tidak jarang kita bukan tidak paham jawaban yang sesungguhnya diinginkan di balik pertanyaan pasangan.

    Cukup banyak hal sepele yang tampaknya kita anggap telah kita berikan tetapi ternyata hal itu jauh meleset dari dugaan. Kita bukan mendengar pasangan tetapi mendengar diri sendiri, kita bukan memberi solusi tapi malah menambah materi. Kita bukan memberi jalan keluar alih-alih menghakimi. Kita bukan memberikan jawaban, tetapi malah memberikan pertanyaan. Kita bukan meringankan tetapi malah memberatkan. Benarkah?

    Al akhir, kekayaan itu ada di jiwa. Dan keping kekayaan itu dimulai dari ketulusan menerima. Dengan kekayaan jiwa kita akan lebih mudah memberikan empati, lebih mudah untuk memahami, lebih mudah untuk berbagi dan lebih mudah mendengar dengan sepenuh hati.

    Hari ini, ketika kita bermimpi tentang sebuah pernikahan yang romantis sementara ikatan batin di antara kita dan pasangan begitu rapuh, sudahkah kita berterima kasih kepadanya? Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan kesalahan kita? Jika belum, mulailah dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita dan ungkapkan sebuah panggilan sayang untuknya. Mulailah dari yang paling mudah, hatta yang paling remeh atau kecil sekalipun. Mulailah dari yang paling kecil, demikian Ustaz Aa’ berpesan. Little things mean a lot, demikian Ustaz Fauzil menambahkan. Agar cinta bersemi dalam keluarga kita, agar cinta senantiasa berbunga dalam kehidupan kita.

    Masya Allah. Subhanallah. Alhamdulillahirabbil alamiin. Wallahu alam bisshawab.

    (bagi yang belum menikah tidak usah khawatir, jika engkau jaga risalah Allah adalah sebuah keniscayaan jika Allah kan berikan yang terbaik buat antum, sekali lagi terbaik dalam perspektif Allah, dan bukan perpektif kita)

    ***

    Judul buku: Agar Cinta Bersemi Indah

    Penulis: M. Fauzil Adhim

     
  • erva kurniawan 7:59 am on 5 January 2014 Permalink | Balas  

    Kristologi: Cerita Sex dalam Al Kitab Injil 

    natalKristologi: Cerita Sex dalam Al Kitab Injil

    Apakah ini firman Tuhan atau buatan manusia?

    CERITA SEX DALAM ALKITAB

    Sebagai Kitab Suci, seharusnya Alkitab berisi firman Allah yang suci dari hal-hal yang kotor, termasuk bersih dari cerita-cerita porno yang bisa membangkitkan birahi, sehingga bisa dibaca oleh semua orang, termasuk orang tua dan anak-anak.

    Namun jika kita membaca Alkitab, akan kita temui cerita-cerita porno yang sangat merangsang birahi, sehingga tidak pantai dibaca baik oleh anak-anak ataupun para remaja. Apalagi oleh seorang yang gairah sex-nya sangat tinggi, karena bisa-bisa dia akan memperkosa perempuan yang ada di sekitarnya setelah membaca Alkitab.

    Inilah di antara kisah-kisah tersebut:

    Persundalan Ohola dan Oholiba:

    “23:1. Datanglah firman TUHAN kepadaku:

    23:2 “Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari satu ibu.

    23:3 MEREKA BERSUNDAL DI MESIR, MEREKA BERSUNDAL PADA MASA MUDANYA; DI SANA SUSUNYA DIJAMAH-JAMAH DAN DADA KEPERAWANANNYA DIPEGANG-PEGANG.

    23:4 Nama yang tertua ialah Ohola dan nama adiknya ialah Oholiba. Mereka Aku punya dan mereka melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan. Mengenai nama-nama mereka, Ohola ialah Samaria dan Oholiba ialah Yerusalem.

    23:5 Dan Ohola berzinah, sedang ia Aku punya. Ia sangat berahi kepada kekasih-kekasihnya, kepada orang Asyur, pahlawan-pahlawan perang,

    23:6 berpakaian kain ungu tua, bupati-bupati dan penguasa-penguasa, semuanya pemuda yang ganteng, pasukan kuda.

    23:7 Ia melakukan persundalannya dengan mereka, semuanya orang Asyur pilihan; ia menajiskan dirinya dengan semua orang, kepada siapa ia berahi dan dengan berhala-berhalanya.

    23:8 Ia tidak meninggalkan persundalannya yang dilakukannya sejak dari Mesir, sebab PADA MASA MUDANYA ORANG SUDAH MENIDURINYA, DAN MEREKA MEMEGANG-MEGANG DADA KEPERAWANANNYA DAN MENCURAHKAN PERSUNDALAN MEREKA KEPADANYA.

    23:9 Oleh sebab itu Aku menyerahkan dia ke dalam tangan kekasih-kekasihnya, dalam tangan orang Asyur, kepada siapa ia berahi.

    23:10 Mereka menyingkapkan auratnya, anak-anaknya lelaki dan perempuan ditangkap dan ia sendiri dibunuh dengan pedang. Dengan demikian namanya dipercakapkan di antara kaum perempuan sebab hukuman telah dijatuhkan atasnya.

    23:11. Walaupun hal itu dilihat oleh adiknya, Oholiba, ia lebih berahi lagi dan persundalannya melebihi lagi dari kakaknya.

    23:12 Ia berahi kepada orang Asyur, kepada bupati-bupati dan penguasa-penguasan kepada pahlawan-pahlawan perang yang pakaiannya sangat sempurna, kepada pasukan kuda, semuanya pemuda yang ganteng.

    23:13 Aku melihat bahwa ia menajiskan diri; kelakuan mereka berdua adalah sama.

    23:14 Bahkan, ia menambah persundalannya lagi: ia melihat laki-laki yang terukir pada dinding, gambar orang-orang Kasdim, diukir dalam warna linggam,

    23:15 pinggangnya diikat dengan ikat pinggang, kepalanya memakai serban yang berjuntai, semuanya kelihatan seperti perwira, yang menyerupai orang Babel dari Kasdim, tanah kelahiran mereka.

    23:16 Segera sesudah kelihatan oleh matanya ia berahi kepada mereka dan mengirim suruhan kepada mereka ke tanah Kasdim.

    23:17 Maka orang Babel datang kepadanya menikmati tempat tidur percintaan dan menajiskan dia dengan persundalan mereka; sesudah ia menjadi najis oleh mereka, ia meronta dari mereka.

    23:18 Oleh karena ia melakukan persundalannya dengan terang-terangan dan memperlihatkan sendiri auratnya, maka Aku menjauhkan diri karena jijik dari padanya, seperti Aku menjauhkan diri dari adiknya.

    23:19 Ia melakukan lebih banyak lagi persundalannya sambil teringat kepada masa mudanya, waktu ia bersundal di tanah Mesir.

    23:20 IA BERAHI KEPADA KAWAN-KAWANNYA BERSUNDAL, YANG AURATNYA SEPERTI AURAT KELEDAI DAN ZAKARNYA SEPERTI ZAKAR KUDA.

    23:21 ENGKAU MENGINGINKAN KEMESUMAN MASA MUDAMU, WAKTU ORANG MESIR MEMEGANG-MEGANG DADAMU DAN MENJAMAH-JAMAH SUSU KEGADISANMU.” (Yehezkiel 23:1-21)

     

    Kisah Incest Nabi Lot dan Kedua Anak Perempuannya:

    “19:31 Kata kakaknya kepada adiknya: “Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi.

    19:32 Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.”

    19:33 Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, LALU MASUKLAH YANG LEBIH TUA UNTUK TIDUR DENGAN AYAHNYA; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun.

    19:34 Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.”

    19:35 Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, LALU BANGUNLAH YANG LEBIH MUDA UNTUK TIDUR DENGAN AYAHNYA; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun.

    19:36 Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka.” (Kejadian 19:31-36)

     

    Perzinahan Daud dengan Batsyeba:

    “11:2 Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.

    11:3 Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: “Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.”

    11:4 Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya.

    11:5 Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: “Aku mengandung.”  (I Samuel 11:2-5)

     

    Kisah Incest Anak Daud Amnon dengan Tamar:

    “13:1. Sesudah itu terjadilah yang berikut. Absalom bin Daud mempunyai seorang adik perempuan yang cantik, namanya Tamar; dan Amnon bin Daud jatuh cinta kepadanya.

    13:2 Hati Amnon sangat tergoda, sehingga ia jatuh sakit karena Tamar, saudaranya itu, sebab anak perempuan itu masih perawan dan menurut anggapan Amnon mustahil untuk melakukan sesuatu terhadap dia.

    13:3 Amnon mempunyai seorang sahabat bernama Yonadab, anak Simea kakak Daud. Yonadab itu seorang yang sangat cerdik.

    13:4 Katanya kepada Amnon: “Hai anak raja, mengapa engkau demikian merana setiap pagi? Tidakkah lebih baik engkau memberitahukannya kepadaku?” Kata Amnon kepadanya: “Aku cinta kepada Tamar, adik perempuan Absalom, saudaraku itu.”

    13:5 Lalu berkatalah Yonadab kepadanya: “Berbaringlah di tempat tidurmu dan berbuat pura-pura sakit. Apabila ayahmu datang menengok engkau, maka haruslah engkau berkata kepadanya: Izinkanlah adikku Tamar datang memberi aku makan. Apabila ia menyediakan makanan di depan mataku, sehingga aku dapat melihatnya, maka aku akan memakannya dari tangannya.”

    13:6 Sesudah itu berbaringlah Amnon dan berbuat pura-pura sakit. Ketika raja datang menengok dia, berkatalah Amnon kepada raja: “Izinkanlah adikku Tamar datang membuat barang dua kue di depan mataku, supaya aku memakannya dari tangannya.”

    13:7 Lalu Daud menyuruh orang kepada Tamar, ke rumahnya, dengan pesan: “Pergilah ke rumah Amnon, kakakmu dan sediakanlah makanan baginya.”

    13:8 Maka Tamar pergi ke rumah Amnon, kakaknya, yang sedang berbaring-baring, lalu anak perempuan itu mengambil adonan, meremasnya dan membuat kue di depan matanya, kemudian dibakarnya kue itu.

    13:9 Sesudah itu gadis itu mengambil kuali dan mengeluarkan isinya di depan Amnon, tetapi ia tidak mau makan. Berkatalah Amnon: “Suruhlah setiap orang keluar meninggalkan aku.” Lalu keluarlah setiap orang meninggalkan dia.

    13:10 Lalu berkatalah Amnon kepada Tamar: “Bawalah makanan itu ke dalam kamar, supaya aku memakannya dari tanganmu.” Tamar mengambil kue yang disediakannya itu, lalu membawanya kepada Amnon, kakaknya, ke dalam kamar.

    13:11 Ketika gadis itu menghidangkannya kepadanya supaya ia makan, dipegangnyalah gadis itu dan berkata kepadanya: “Marilah tidur dengan aku, adikku.”

    13:12 Tetapi gadis itu berkata kepadanya: “Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu.

    13:13 Dan aku, ke manakah kubawa kecemaranku? Dan engkau ini, engkau akan dianggap sebagai orang yang bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah dengan raja, sebab ia tidak akan menolak memberikan aku kepadamu.”

    13:14 Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia.” (II Samuel 13:1-14)

    Kidung Pembangkit Birahi:

    “7:1. Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, puteri yang berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman.

    7:2 Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur campur. Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung.

    7:3 Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang.

    7:4 Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim; hidungmu seperti menara di gunung Libanon, yang menghadap ke kota Damsyik.

    7:5 Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya.

    7:6 Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi.

    7:7 SOSOK TUBUHMU SEUMPAMA POHON KORMA DAN BUAH DADAMU GUGUSANNYA.

    7:8 KATAKU: “AKU INGIN MEMANJAT POHON KORMA ITU DAN MEMEGANG GUGUSAN-GUGUSANNYA Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel.” (Kidung 7:1-8)

    Pemerkosaan dan Pembantaian:

    “19:22. Tetapi sementara mereka menggembirakan hatinya, datanglah orang-orang kota itu, orang-orang dursila, mengepung rumah itu. Mereka menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada orang tua, pemilik rumah itu: “Bawalah ke luar orang yang datang ke rumahmu itu, supaya kami pakai dia.”

    19:23 Lalu keluarlah pemilik rumah itu menemui mereka dan berkata kepada mereka: “Tidak, saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat; karena orang ini telah masuk ke rumahku, janganlah kamu berbuat noda.

    19:24 Tetapi ada anakku perempuan, yang masih perawan, dan juga gundik orang itu, baiklah kubawa keduanya ke luar; perkosalah mereka dan perbuatlah dengan mereka apa yang kamu pandang baik, tetapi terhadap orang ini janganlah kamu berbuat noda.”

    19:25 Tetapi orang-orang itu tidak mau mendengarkan perkataannya. Lalu orang Lewi itu menangkap gundiknya dan membawanya kepada mereka ke luar, kemudian mereka bersetubuh dengan perempuan itu dan semalam-malaman itu mereka mempermainkannya, sampai pagi. Barulah pada waktu fajar menyingsing mereka melepaskan perempuan itu.

    19:26 Menjelang pagi perempuan itu datang kembali, tetapi ia jatuh rebah di depan pintu rumah orang itu, tempat tuannya bermalam, dan ia tergeletak di sana sampai fajar.

    19:27 Pada waktu tuannya bangun pagi-pagi, dibukanya pintu rumah dan pergi ke luar untuk melanjutkan perjalanannya, tetapi tampaklah perempuan itu, gundiknya, tergeletak di depan pintu rumah dengan tangannya pada ambang pintu.

    19:28 Berkatalah ia kepada perempuan itu: “Bangunlah, marilah kita pergi.” Tetapi tidak ada jawabnya. Lalu diangkatnyalah mayat itu ke atas keledai, berkemaslah ia, kemudian pergi ke tempat kediamannya.

    19:29 Sesampai di rumah, diambilnyalah pisau, dipegangnyalah mayat gundiknya, dipotong-potongnya menurut tulang-tulangnya menjadi dua belas potongan, lalu dikirimnya ke seluruh daerah orang Israel.” (Hakim-hakim 19:22-29)

    Adakah cerita porno dan biadab semacam itu layak dimuat oleh kitab suci seperti Alkitab? Pantaskah anak kecil dan remaja membaca ayat-ayat Alkitab di atsa? Baikkah efek yang ditimbulkan ayat-ayat sex tersebut bagi seorang pemerkosa?

    Ada orang Kristen berpendapat bahwa cerita sex tersebut ditulis agar manusia tidak berzinah. Tapi cerita sex tersebut bukannya mencegah manusia untuk berzinah malah mengobarkan nafsu birahi manusia.

    Islam dalam mencegah orang berbuat zinah menulis dalam kalimat yang santun dan tidak menimbulkan nafsu birahi serta aman dibaca oleh anak-anak dan remaja:

    “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al Israa’:32)

    ***

    Referensi:

    Kitab Suci Al Qur’an

    Kitab Suci Alkitab TB-LAI

    Dari sahabat: Yuni Mardiyanto

     
    • anz1el 4:21 pm on 6 Januari 2014 Permalink

      saya penasaran, saudara/i Yuni Mardiyanto ini sebetulnya sudah berapa kali khatam baca Al Kitab ya? Tapi sayang tuh, cuma main comot aja ayatnya…. dibaca sampai habis dong kisahnya….

      Ohola Oholiba itu kiasan, kan ada tu udah di-Copy pasal 23:4 Ohola ialah Samaria dan Oholiba ialah Yerusalem. Dimana pada masa itu, Israel memang bangsa yang membangkang banget sama perintah-perintah Allah… (mesum banget sih pikirannya?) :p

      soal Incest… kisah itu benar-benar nyata…. Tapi sepertinya penulis postingan ini luput menuliskan AKIBAT dari dosa zinah itu. Anak-anak Lot dari anak kandungnya cuma jadi bangsa Amon dan Moab yang cuma jadi budak bangsa lain. Daud lebih cepet lagi dihukumnya, anak hasil selingkuh itu langsung mati…

      Gitu juga dengan kisah-kisah yang dituliskan di postingan ini…
      sekali lagi cuma menyarankan, mbok dibaca dulu sampai habis… di khatamkan dulu baca Alkitabnya…baru komentar :D

      salamm

    • kezia 1:32 am on 30 Desember 2014 Permalink

      yah itukan dari kisah nyata.. Tuhan berfirman ” beranak cuculah dan bertambah banyak penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasa atas ikan ikan di laut dan burung burung diudara dan atas segala binatang yang merayapi bumu” kejadian 1 : 28.. kita kalo misalnya ga dikasih tau gimana cara sex yang bener yah melalui apa dong ? hawa dan adam mempunyai anak karna firman Allah ya gak? yah kita ntar berhubungan sama suami ataupun iistri yah melalui internet tetapi sebelum dari internet tau dari firman Allah yang sudah disediakan untuk anak anak Tuhan membacanya

      positif thinking men! udh gede! hahaha
      syalom

  • erva kurniawan 7:56 am on 4 January 2014 Permalink | Balas  

    Kristologi: Bible Firman Tuhan atau Buatan Manusia 

    natalKristologi: Bible Firman Tuhan atau Buatan Manusia

    Bukti-bukti di bawah ini bisa dijadikan bahan pengetahuan kita semua tentang kebohongan kitab suci umat kristen.

    Bible: Firman Tuhan atau Buatan Manusia?

    DAUD:

    Seorang laki-laki yang sesuai hati Tuhan Berbuat zina dengan istri Uria yang bernama Batsyeba:

    (a) “Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia (Batsyeba). Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengannya (berhubungan seksual) …” (Injil – 2 Samuel 11: 4).

    (b) “Daud dengan jahat menyebabkan kematian Uria, suami Batsyeba.” (Injil – 2 Samuel 11: 6-25).

    (c) “Daud tanpa malu-malu menari dalam keadaan telanjang, lihat indeks dengan judul Nabi, tetapi telanjang.”

    INCEST:

    “Hubungan seksual antara dua orang yang mempunyai hubungan yang sangat dekat.” (Kamus New Collins). Contohnya, antara ayah dan anak perempuannya, anak laki-laki dan ibunya, ayah dan menantu perempuannya, kakak laki-laki dan adik perempuannya, dan lain sebagainya.

    Perzinahan di Dalam Kitab Tuhan (?) Antara Seorang Ayah dan Anak Perempuannya:

    (a) “Pada malam itu mereka (kedua anak perempuan Lot) memberi ayah mereka (Lot) minum anggur; lalu anak perempuan yang lebih tua berhubungan seksual dengannya. Keesokan harinya berkatalah sang kakak kepada adik-nya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; Sebaiknya malam ini kita beri dia minum anggur lagi; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, sehingga masing masing kita akan mempunyai anak dari ayah kita.

    Demikianlah pada malam itu juga mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih muda berhubungan seksual juga dengan ayahnya;

    ….

    Dengan cara ini mengandung kedua anak Lot itu dari ayah mereka.” (Injil – Kejadian 19:33-36 / Dalam buku aslinya Kejadian 19: 33-35).

    Dari “Good News Bible in Today’s English” Pada Injil versi yang lebih lama, seperti versi King James dan Katholik-Roma, “Hubungan Seksual” dengan samar dilukiskan dengan “Menyambung Keturunan Dari Ayah Kita.”

    Perzinahan Antara Ibu dan Anak Laki-lakinya: (b) “Ruben (anak laki-laki tertua Yakub), pada saat ayahnya tidak ada, berhubungan seksual dengan Bilhah, gundik ayahnya ….” (Injil – Kejadian 35: 22).

    Pada Injil versi yang lebih lama, kata “berbaring” digunakan untuk melukiskan “Hubungan Seksual”. Perzinahan Antara Mertua dan Menantu Perempuan-nya:

    (c) “Ketika Yehuda melihat dia (Tamar, menantu perempuannya), disangka dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya. Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan di tepi jalan itu serta berkata: “Marilah, berapa bayaranmu, ”

    (ia tidak tahu bahwa perempuan itu menantunya). Perempuan itu bertanya, “Apakah yang akan kau berikan kepadaku?” (untuk berhubungan seks dengan saya) Jawabnya: “Aku akan mengirimkan kepadamu seekar anak kambing dari anak kambing dombaku.”

    Perempuan itu berkata: “Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku. ”

    “… Lalu diberikannyalah semua itu kepadanya, lalu ia berhubungan seks dengannya, dan karenanya perempuan itu mengandung” (Injil – Kejadian 38: 15-18)

    Dikutip dari Good News Bible Dari hubungan zinah antara ayah dan menantunya ini, lahirlah anak kembar yang kemudian menjadi nenek moyang Yesus Kristus. Lihat Matius 1: 3: “Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar .. ”

    Perzinahan dan Perkosaan Antara Kakak Laki-laki dan Adik Perempuannya:

    (d) “… dan berkata kepadanya: (Tamar, adiknya, jangan campur adukkan dengan Tamar pada ”

    (c)” di atas) “Marilah tidur dengan aku (berhubungan seks denganku), adikku. ”

    “Tetapi gadis itu berkata kepadanya, “Tidak kakakku (Amnon, salah seorang anak laki-laki Daud), jangan perkosa aku … ”

    “Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan karena ia lebih kuat darinya, diperkosanyalah dia (adiknya), lalu tidur dengan dia.” (Injil – 2 Samuel 13: 10-14).

    Perkosaan dan Perzinahan Secara Keseluruhan Antara Anak Laki-laki dan Ibunya!

    (e) “Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom (anak laki-laki raja Daud) di atas Sotoh, lalu Absalom melakukan hubungan seksual dengan gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel. ”

    “… di depan mata semua orang” dalam versi King James diterjemahkan menjadi “di depan mata seluruh Israel. “Hal ini sesuai dengan janji Tuhan kepada raja Daud:

    “Beginilah firman Tuhan. Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu (Daud) yang datang dari kaum keluargamu sendiri: Aku akan mengambil istri-istrimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain (pada kenyataannya oleh anak laki-lakinya sendiri); orang itu akan tidur (melakukan hubungan seksual) dengan istri-istrimu di siang hari (dengan semua orang melihat kejadian tersebut).

    Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi (dengan Bath Sheba, istri Uriah), tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.” (Injil – 2 Samuel 12: 11-12).

    Anda dapat menerka darimana majalah “Penthouse” dan “Playboy” mendapatkan inspirasinya. Darimana lagi kalau bukan dari kitabnya yaitu kitab ini? (Variasi tipe-tipe perzinahan lainnya dapat dilihat pada Imamah 18: 8-18, 20: 11-14 dan 17-21).

    ORANG ISRAEL:

    Pelacur yang tidak pernah puas –

    (a) “Engkau bersundal juga dengan orang Asyur, oleh karena engkau (orang Israel) belum merasa puas; ya, engkau bersundal dengan mereka, tetapi masih belum merasa puas.” (Injil – Yehezkiel 16: 28).

    Pelacuran oleh Dua Orang Perempuan Kakak beradik – Ohala dan Oholiba:

    (b) “… Ia birahi kepada kawan kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. (Injil – Yehezkiel 23:1-49) (New World Translation).

    (c) ” ….. sebab roh perzinahan menyesatkan mereka (Bangsa Yahudi) dan mereka berzinah meninggalkan Allah mereka.” (Injil – Hosea 4: 12, 6: 10 dan 9: 1).

    PEMBUNUHAN MASAL:

    Di tangan bangsa Yahudi

    (a) “Maka sekarang bunuhlah semua anak laki-laki di antara anak-anak mereka, dan juga semua perempuan yang pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu bunuh. ”

    “Tetapi semua orang muda di antara perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimu.” (Injil – Bilangan 31: 17-18).

    Dan bangsa Yahudi menyelamatkan untuk diri mereka 32.000 perawan, ayat 35; lihatjuga ayat 40.

    Pertanyaannya: Bagaimana orang Yahudi dapat membedakan, sedangkan belum ada medical check? Tak lain adalah dengan mencobanya, itukah ketentuan dari Tuhan?.

    (b) “Tetapi dari kota-kota bangsa itu yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kau (bangsa Yahudi) biarkan hidup apa pun yang bernafas.” (Injil – Ulangan 20: 16).

    (c) “Mereka (bangsa Yahudi) menumpas segala sesuatu yang di kota itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua -maupun muda, bahkan lembu, domba dan keledai, dengan mata pedang.” (bahkan keledai pun tidak disisakan!) (Injil -Yosua 6: 21).

    (d) “Dia (Yosua) tidak membiarkan apapun tetap hldup.” (Injil Yosua 10: 28)

    ONANISME:

    “Penarikan penis dari vagina sebelum ejakulasi” (Kamus “New Collins”). Istilah medisnya -“Coitus Interruptus”

    “Lalu berkatalah Yehuda kepada Onan (Adik Er), ‘Hampirilah istri kakakmu itu, kawinlah dengan dia …. ‘ Tetapi Onan tahu, bahwa bukan ia yang empunya keturunannya nanti (tidak dapat membawa namanya), sebab itu setiap kali ia menghampiri (berhubungan seksual dengan) istri kakaknya itu (Tamar), ia membiarkan maninya terbuang, supaya ia jangan memberi keturunan (nama) kepada kakaknya.” (Injil – Kejadian 38: 8-9).

    NABI (TETAPI TELANJANG):

    Jika yang seperti itu adalah para pendeta, Tuhan mem-berkahi jemaah tersebut –

    (a) “Setelah ia (Nuh) minum anggur, mabuklah ia, dan ia telanjang dalam kemahnya.” (Injil – Kejadian 9: 21 ).

    (b) “Ia (Saul) pun menanggalkan pakaiannya, dan ia pun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sepanjang hari dan malam itu. Itulah sebabnya orang berkata: Apakah juga Saul termasuk golongan Nabi? ” (Injil – 1 Samuel 19: 24).

    (c) “… Betapa raja orang Israel (Daud), yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!” (Injil – 2 Samuel 6: 20).

    (d) “Berfirmanlah Tuhan: `”Seperti hambamu Yesaya berjalan telanjang dan tidak berkasut tiga tahun lamanya ¡Ä tua dan muda, telanjang dan tidak berkasut dengan pantatnya kelihatan, suatu penghinaan bagi Mesir.” (Injil -Yesaya 20: 3-4)

    PERKOSAAN:

    Anak laki-laki memperkosa dan berbuat zina dengan saudara perempuannya – (a) “Tetapi Amnon (salah seorang anak Daud) tidak mau mendengarkan perkataannya (Saudara perempuannya: Tamar), dan sebab ia lebih kuat darinya, diperkosalah dia, lalu tidur (berhubungan seksual) dengan dia.” (Injil – 2 Sa-muel 13: 14).

    Seorang anak laki-laki berzina dan memperkosa ibu-nya! (b) “Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom (anak laki-laki Daud yang lainnya) di atas Sotoh, lalu Absalom menghampiri (melakukan hubungan seksual dengan) gundik-gundik ayahnya (istilah yang sama dengan “istri”, lihat Keturah pada indeks) di depan mata seluruh Israel. ” (Injil – 2 Samuel 16: 22).

    SARAH:

    Kitab suci Injil bahkan tidak menghindarkan Tuhan dari fitnah hubungan haram yang ditujukan kepadanya: Dalam kasus pembuahan Yesus Kristus, Tuhan Yang Maha Kuasa mengatur agar Maria mengandung Yesus dengan intervensi Roh Kudus, seperti dinyatakan dalam Injil:

    (a) “. . . Roh Kudus akan turun (pertanyaannya adalah, bagaimana?) atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau (bagaimana?); … ” (Injil – Lukas 1: 35).

    Sebaliknya di dalam kasus Ishak, Sarah mengandungnya dengan intervensi langsung dari Tuhan; seperti tertulis dalam kitab suci-Nya:

    (b) “Tuhan mengunjungi Sarah, seperti yang difirmankan-Nya, dan Tuhan melakukan kepada Sarah seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sarah, ….. ” (Injil -Kejadian 21: 1-2).

    PERBUDAKAN:

    Disetujui Tuhan – “Kamu harus membagikan mereka (para budak) sebagai milik pusaka kepada anak-anakmu yang kemudian, supaya diwarisi sebagai milik; kamu harus memperbudakkan mereka untuk selama-lamanya ….” (Injil – Imamat 25: 46).

    ANAK TUHAN:

    Banyak kata-kata ini di dalam Injil

    (a) “Anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah. (Injil – Lukas 3: 38).

    (b) “Maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu; siapa saja yang disukai mereka.”

    “… ketika anak-anak Allah menghampiri anak anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang- orang yang gagah perkasa di zaman purbakala; orang-orang yang kenamaan.” (Injil – Kejadian 6: 2 dan 4).

    WANITA:

    Dilarang berbicara di dalam gereja – (a) “… Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan jemaat.” (Injil- 1 Korintus 14: 34-35).

    (b) “Untuk memotong tangan perempuan yang menolong suaminya.” (Injil – Ulangan 25: 11-12).

    (c) “Suami akan berkuasa atas istrinya.” (Injil – Keja-dian 3: 16). “Pemimpin seorang perempuan adalah seorang laki-laki.” (Injil – 1 Korintus 11: 3).

    “Seorang laki-laki dapat menjual anak perempuannya.” (Injil – Keluaran 21: 7).

    ***

    Dari sahabat: Yuni Mardiyanto

     
    • anz1el 9:55 pm on 4 Januari 2014 Permalink

      Om, saya Zie dan kebetulan Kristen…
      cuma mau koreksi sedikit, om…. Kitab suci kami namanya Alkitab. Alkitab itu terdiri dari 66 kitab, (dan 76 kalau Katolik)

      terus terang, kalau om nulis seperti itu , Zie khawatir justru om akan ditertawakan. Mana ada yang namanya Injil satu keluaran, injil Hosea, injil 1 korintus, bla bla bla…. :D

      yang bener cuma satu tuh om dari yang om tulis di postingan di atas itu : Injil Lukas. Karena yang disebut Injil itu “cuma” 4 Kitab dari 66 yang ada di Alkitab :D

      Saya nggak akan mengomentari pandangan om tentang ayat-ayat itu. Terserah sih, itu kan pendapat om. Ngutip dari Alquran deh, Lakum dinukum waliyadin (eh, bener nggak ini nulisnya) :p

      Saya nggak tersinggung sama sekali kok. Cuma kalau Zie boleh saran, lain kali kalau baca Alkitab jangan asal comot satu ayat aja, tapi perikopnya di baca semua.

      Terus anak Tuhan apakah artinya Tuhan diperanakkan? gimana dengan anak kunci dan anak sungai om?
      beranak juga ya?

      hehe….

      gitu aja sih. Salam kenal :)

  • erva kurniawan 7:24 am on 3 January 2014 Permalink | Balas  

    Kristologi, Kejanggalan dalam Agama Kristen 

    natalKristologi, Kejanggalan dalam Agama Kristen

    Berikut saya sampaikan beberapa kejanggalan dalam ajaran agama kristen :

    1. MENYEMBAH MANUSIA YESUS SEBAGAI TUHAN DI ANTARA 3 OKNUM TUHAN MEREKA (TRINITAS)

    Yesus bukanlah Tuhan dengan bukti sebagai berikut:

    Yesus Dilahirkan Maryam

    Jika Nabi Adam dan Hawa yang manusia saja tidak perlu dilahirkan dari wanita, lha kok Yesus yang dianggap sebagai Tuhan oleh orang Kristen lahir dari wanita?

    “Tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud” (Roma 1:3)

    “Yakub memperanakan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus” (Matius 1:16)

    “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin” (Lukas 2:6)

    Kasihan sekali nenek moyang Yesus, yaitu Nabi Daud, karena “Tuhan” Yesus lahir belakangan, Daud tak bisa menyembah Yesus. Benar2 tidak masuk di akal.

    Menurut konsep yang benar, Tuhan itu adalah pencipta segalanya, bagaimana Yesus menciptakan Daud, Maryam, dll, jika Yesus sendiri adalah keturunan dari orang2 tersebut?

    Islam mengajarkan Tuhan itu tidak beranak dan diperanakan:

    “Dia tidak beranak dan tidak diperanakan” (Al Ikhlas 112:3)

    Yesus Menyusu Susu Ibunya

    “Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan SUSU yang telah MENYUSUI Engkau” (Lukas 11:27)

    Sesungguhnya Allah telah memberikan mukjizat pada beberapa Nabi, seperti Ibrahim yang tak mempan dibakar, Musa yang bisa membelah lautan Merah, demikian pula Yesus yang bisa berbicara ketika lahir atas izin Allah.

    Tapi mereka semua adalah manusia biasa. Masak Tuhan menyusu air susu ibu, yang bener saja! Nabi Adam dan Hawa yang manusia saja tidak menyusu.

    “Tuhan Yesus Disunat (Pria)”

    “Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh Malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya” (Lukas 2:21)

    Bayangkan, masak Tuhan seperti manusia! Disunat dan dikandung ibu-Nya. Tuhan apa itu?

    “Tuhan” Yesus Ditampar dan Diludahi Manusia

    “Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lalu mereka menampar muka-Nya” (Yohanes 19: 1-3)

    “Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembahNya. Sesudah mengolok-olokan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pakaian-Nya kepada-Nya” (Markus 15: 19-20a)

    Coba renungkanlah, adakah Tuhan selemah itu. Bisa dihina, ditampar, dan diludahi oleh manusia? Jika Yesus itu adalah Tuhan dan dia selemah itu, niscaya milyaran manusia bisa mengeroyok Yesus jika dia berani memasukkan mereka ke neraka. Tidak benar.

    Bukan cuma Yesus yang digambarkan lemah, tapi juga Allah:

    “Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki BERGULAT dengan dia SAMPAI FAJAR MENYINGSING. KETIKA ORANG ITU MELIHAT, BAHWA IA TIDAK DAPAT MENGALAHKANNYA, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab ENGKAU TELAH BERGUMUL MELAWAN ALLAH DAN MANUSIA, DAN ENGKAU MENANG.” (Kejadian (Pergumulan Yakub dengan Allah 32:24-30))

    Hal ini berbeda dengan Islam yang mengakui kekuasaan Tuhan:

    “…Jika Tuhan menghendaki, Dia bisa memusnahkan kamu semua dan menggantimu dengan makhluk yang baru. Demikian itu tidak sukar bagi Allah.” (Ibrahim:19-20)

    “…Allah Maha Kuasa di atas segalanya” (Al Baqarah 106).

    Pengakuan Yesus bahwa Dia Bukan Tuhan

    “Yesus mendekati mereka dan berkata, “KepadaKu telah Diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Matius 28:18)

    Jika Yesus cuma diberikan kuasa, tentulah ada yang lebih Maha Kuasa yang MEMBERIKAN KUASA tersebut kepada Yesus. Dan itu tidak lain Allah SWT.

    “Aku TIDAK DAPAT BERBUAT APA2 dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar…” (Yohannes 5:30)

    “… Aku mengusir setan dengan kuasa Allah…” (Lukas 11:20)

    “… Lalu Yesus menengadah ke atas (ke arah sorga) dan berkata, “Bapa, Aku mengucapkan syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu bahwa Engkau selalu MENDENGARKAN AKU, tetapi oleh orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya (dengan keras), supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku…” (Yohannes 11:41-43)

    Yesus itu menurut Islam adalah manusia yang diutus Allah sebagai Nabi seperti Nabi Muhammad, inilah penjelasan Al Qur’an yang mengkoreksi penyimpangan yang ada di Alkitab:

    “Ingatlah ketika Allah berfirman: Ya Isa anak Maryam, adakah engkau katakana kepada manusia: Ambillah aku dan ibuku menjadi Tuhan, selain daripada Allah?

    Isa menjawab, “Maha Suci Engkau ya Allah. Tak pantas bagiku mengatakan sesuatu yang bukan hakku. Jika kukatakan demikian, tentu Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa2 yang dalam diriku dan aku tiada mengetahui apa yang ada pada diri (zat) Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala yang ghaib. Tiadalah kukatakan kepada mereka, melainkan apa2 yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan aku menjadi saksi atas mereka, selama aku hidup bersama mereka Tatkala engkau mewafatkanku. Engkaulah pengawas mereka. Engkau menjadi saksi atas tiap-tiap sesuatu.” (Al Maidah:116-117)

    Alkitab sebenarnya dan Al Qur’an menyatakan Tuhan itu satu:

    “Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa TUHANLAH ALLAH, TIDAK ADA yang lain KECUALI DIA” (Ulangan 4:35)

    “Katakanlah: Tuhan itu satu!” (Al Ikhlas 112:1)

    Yesus Tidak Tahu Tentang Hari Kemudian

    “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan ANAKPUN TIDAK, hanya Bapa saja” (Markus 13:32)

    Tuhan Tidak Mengenal Musim Buah

    “Dan dari jauh ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau ia mendapat apa-apa dari pohon itu. Tetapi waktu ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab MEMANG BUKAN MUSIM BUAH ARA” (Markus 11:13)

    Jadi jika Tuhan menurut pandangan Islam itu Maha Tahu, bahkan tak ada sehelai daunpun yang gugur tanpa Dia mengetahuinya, maka Alkitab menceritakan bagaimana “Tuhan” Yesus tidak tahu kalau saat itu bukan musim buah Ara. Padahal jangankan Tuhan, manusia seperti Petanipun tahu kalau sedang tidak musim buah Ara, maka tidak akan didapati buahnya. Tapi sayangnya “Tuhan” Yesus yang seharusnya Maha Tahu, TIDAK MENGETAHUI hal ini, dan terus berjalan mendekati pohon Ara tersebut.

    Dari ayat di atas jelas Yesus bukan Tuhan, karena dia tidak Maha Mengetahui. Tuhan di dalam Islam adalah Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Coba lihat bagaimana Al Qur’an menggambarkan kebesaran Tuhan. Sesungguhnya mustahil jika Tuhan itu ilmunya kalah daripada para petani yang tidak lebih dari makhluk ciptaannya:

    “… Yang mengetahui segala yang tersembunyi dan yang nyata, dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (6 Al An’aam:73)

    “Di sisi Allah segala anak kunci yang ghaib. Tiadalah yang mengetahuinya, kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiadalah gugur sehelai daun pun, melainkan Dia mengetahuinya. Dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita perut bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya itu dalam Kitab yang terang.” (Al An’aam 6:59).

    Anak Allah Selain Yesus:

    “anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah” (Lukas 3:38)

    Melkisedek tidak berbapa beribu, dan sama dengan Yesus (Ibrani 7:3)

    Baca juga Kejadian 6:2-4, Mazmur 2:7, Roma 8:14. Pada Injil Yohannes 5:19-47 (Kesaksian Yesus Tentang diri-Nya) dan juga Ibrani, begitu banyak pertentangan tentang konsep Trinitas ini.

    2. PENEBUSAN DOSA MANUSIA DENGAN PENYALIBAN YESUS

    Dalam ajaran Kristen yang diajarkan oleh Paulus, seluruh manusia berdosa karena nenek moyang mereka, Adam dan Hawa, memakan buah terlarang. Hal ini bukan saja bertentangan dengan Al Qur’an, tapi juga bertentangan dengan ajaran Alkitab itu sendiri:

    “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya” (Yehezkiel 18:20)

    Hal ini dibenarkan oleh Al Qur’an:

    “Orang yang berdosa, tiada memikul dosa orang lain. Dan tiadalah untuk manusia, melainkan apa-apa yang dia usahakan” (An Najm 53:38-39)

    Jadi tak mungkin Tuhan bersikap tidak adil, misalnya si Fulan membunuh seseorang, kemudian anak serta cucunya dan seluruh keturunannya yang belum lahir ketika pembunuhan terjadi ikut mewarisi dosanya, dan harus ikut dibunuh.

    Jadi konsep bahwa Yesus turun ke dunia untuk menebus dosa seluruh manusia hanya karena nenek moyang mereka, Adam dan Hawa, makan buah terlarang itu jelas bertentangan dengan akal dan nilai2 keadilan. Lagi pula haruskah dosa warisan tersebut ditebus dengan dosa yang lebih besar, yaitu menyalib Yesus? Kemudian jika Penyaliban itu dianggap keharusan untuk menebus dosa manusia, kenapa Yudas Iskariot di Alkitab (Markus 14:10;Matius 26:14;Lukas 22:3) disebut sebagai pengkhianat? Bukankah dia telah membantu terjadinya penyaliban tersebut?

    Jika Yesus memang bersedia disalib, kenapa dia menyebut Yudas pengkhianat, dan kenapa dia memanggil-manggil Tuhan:

    “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34).

    Lagipula jika jiwa Yesus itu benar2 Tuhan, tentulah jiwanya sanggup menahan itu. Bukankah banyak orang2 seperti suku Indian yang dapat menahan siksa dan diam saja ketika disiksa?

    Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengampun, dia mengampuni hambanya yang bertobat:

    “Kemudian Adam memperoleh beberapa kalimat dari Tuhannya (ia minta ampun), lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima taubat lagi Penyayang.” (Al Baqarah 2:37)

    “Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati” (Yehezkiel 18:21)

    3. PERTENTANGAN AYAT ALKITAB (Tanda Pemalsuan)

    Pada 2 Samuel 24:13 disebut 7 tahun kelaparan, sementara di 1 Tawarikh 21:11-12 cuma 3 tahun.

    “So Gad came to David, and said unto him, Thus saith the LORD, Choose thee Either three years’ famine; or three months to be destroyed before thy foes, while that  the sword of thine enemies overtaketh thee; or else three Days the sword of the LORD, even the pestilence, in the land, and the angel of the LORD destroying throughout all the coasts of Israel. Now therefore advise thyself what word I shall bring again to him that sent me. (2 Chronicles 21:11-12)

    “ So Gad came to David, and told him, and said unto him, Shall seven years of famine come unto thee in thy land? or wilt thou flee three months before thine enemies, while they pursue thee? or that there be three days’ pestilence in thy land? now advise, and see what answer I shall return to him that sent me. (2 Samuel 24:13)

    Pada versi Inggris, King James Version of the Bible dari http://www.bible.com, pertentangan ini masih ada, tapi pada Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, tahun 1999, ternyata pertentangan ini “dikoreksi” sehingga masa kelaparan jadi 3 tahun saja. Benar-benar aneh? Setelah ribuan tahun salah, di Indonesia kesalahan itu akhirnya “direvisi.” Jangan-jangan yang benar malah 7 tahun, he he he…:)

    Cerdik juga ahli Alkitab Indonesia ini dalam merubah ayat Alkitab mereka, sehingga “terlihat” benar!

    “Kemudian datanglah Gad kepada Daud, lalu berkatalah ia kepadanya:” “Beginilah firman TUHAN: Haruslah engkau memilih: TIGA TAHUN  kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari hadapan lawanmu,” sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau  tiga hari pedang TUHAN,” yakni penyakit sampar, ada di negeri ini dan malaikat TUHAN mendatangkan kemusnahan di Seluruh daerah orang Israel. Maka sekarang, timbanglah jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku” (1 Tawarikh  21:11-12)

    “”Kemudian datanglah Gad kepada Daud, memberitahukan kepadanya dengan  berkata kepadanya: “Akan datangkah menimpa engkau tiga tahun kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, pedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah 3 hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku” (2 Samuel 24:13)

    Pada 2 Tawarikh 36:9, Yoyakhin jadi raja pada umur 8 tahun, sementara pada 2 Raja-raja 24:8 berumur 18 tahun.

    “Jehoiachin was EIGHTEEN years old when he began to reign, and he reigned” in Jerusalem”three months. And his mother’s name was Nehushta, the” daughter of Elnathan of  Jerusalem.  (2 Kings 24:8)

    “Jehoiachin was EIGHT years old when he began to reign, and he reigned” three months and ten days in Jerusalem: and he did that which was evil in” the sight of the LORD.  (2  Chronicles 36:9)

    Pada versi Inggris, King James Version of the Bible dari http://www.bible.com, pertentangan ini masih ada, tapi pada Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, tahun 1999, ternyata pertentangan ini “dikoreksi” sehingga umur Yoyakhin jadi 18 tahun. Benar-benar aneh? Setelah ribuan tahun salah, di Indonesia kesalahan itu akhirnya “direvisi.” Jangan-jangan yang benar malah umur 8 tahun!

    Pada 2 Samuel 24:1 TUHAN yang menghasut Daud, tapi pada 1 Tawarikh 21:1 IBLIS yang menghasut Daud.

    “”Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan  mereka, firman-Nya: “Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda” (2 Samuel 24:1)

    “”IBLIS bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel” (1 Tawarikh 21:9)

    Perbedaan Iblis dengan Tuhan itu tentu jauh jauh sekali! Bagaimana kita tahu kalau sebenarnya orang Kristen sekarang ini tidak menyembah Iblis, kalau Alkitabnya mengandung kesalahan separah itu? Jangan-jangan sebenarnya Yesus itu sama sekali bukan Tuhan karena memang Alkitab mengandung kesalahan yang fatal.

    Oleh karena itulah Al Qur’an menyebut orang-orang Kristen adalah orang-orang yang sesat, karena meski Alkitab mereka jelas-jelas salah, tapi mereka tetap mengikuti jalan yang salah.

    Pada 2 Samuel 10:18 Daud membunuh 700 ekor kuda dan 40.000 orang pasukan berkuda, sementara pada 1 Tawarikh justru 7000 ekor kuda dan 40.000 orang pasukan berjalan kaki.

    “Tetapi orang Aram itu lari dari hadapan orang Israel, dan Daud membunuh dari orang Aram itu TUJUH RATUS ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang pasukan berkuda. Sobakh, panglima tentara mereka, dilukainya sedemikian, hingga ia mati di sana” (2 Samuel 10:18)

    “tetapi orang Aram itu lari dari hadapan orang Israel, dan Daud membunuh dari orang Aram itu TUJUH RIBU ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang pasukan BERJALAN KAKI; juga Sofakh, panglima tentara itu dibunuhnya” (1 Tawarikh 19:18)

    Lihat perbedaan di atas, ada orang Kristen yang berargumen bahwa jika si A melihat pertemuan kemudian pulang ketika jumlah peserta ada 700, sementara si B baru pulang setelah jumlah peserta ada 7000, maka jika si A menulis 700 dan si B 7000, maka tidak ada pertentangan. Dua-duanya benar.

    Tapi hal di atas menunjukkan bahwa Alkitab itu bukan firman Tuhan yang dicatat oleh manusia. Tapi sekedar catatan sejarah menurut pemikiran manusia. Bedanya Alkitab dengan buku sejarah pada umumnya adalah, Alkitab mengandung banyak kesalahan yang tidak konsisten, sedang buku sejarah tidak.

    Pada 2 Tawarikh 9:25, Sulaiman punya 4.000 kandang, sementara pada 1 Raja-raja 4:26 ada 40.000.

    “Salomo mempunyai juga EMPAT RIBU kandang untuk kuda-kudanya dan kereta-keretanya dan dua belas ribu orang berkuda, yang ditempatkan dalam kota-kota kereta dan dekat raja di Yerusalem” (2 Tawarikh 9:25)

    “Lagipula Salomo mempunyai kuda EMPAT PULUH RIBU  kandang untuk kereta-keretanya dan dua belas ribu orang berkuda” (1 Raja-Raja 4:26)

    Betapa menyedihkannya perbedaan dan kalimat di atas.

    Jika Alkitab benar-benar diturunkan Allah, tentu tidak ada pertentangan. Ini bukti adanya kesalahan manusia, karena budaya menulis belum ada ketika itu (alat tulis berupa batu), cuma mulut ke mulut, dan tak ada yang mampu menghafal Alkitab sebagaimana Al Qur’an.

    Yang parah lagi adalah, bagaimana Lembaga Alkitab Indonesia berusaha menutupi pertentangan-pertentangan Ayat Alkitab tersebut dengan melakukan penipuan, yaitu merubah ayat yang katanya merupakan ayat suci.

    Jelas hal di atas menunjukkan adanya campur-tangan manusia dari dulu hingga sekarang. Dulu dari benar dirubah jadi salah. Sekarang mereka berusaha menutupi pertentangan ayat dengan “mengkoreksinya.”

    Secara ilmiah, etiskah hal tersebut? Apa yang menjamin bahwa pilihan LAI itulah yang tepat, misalnya dengan memilih 3 tahun, dan bukan 7 tahun kelaparan?

    Kemudian bagaimana dengan perbedaan antara Tuhan dan Iblis pada beberapa ayat?

    Jelas Alkitab yang banyak pertentangan dan dirubah oleh manusia itu sudah tidak suci lagi, sedangkan Al Qur’an sudah dijamin keasliannya oleh Allah, karena dari dulu hingga sekarang, selalu ada hafidz (orang yang hafal Al Qur’an) sehingga jika ada perubahan satu katapun, mereka akan segera mengkoreksinya.

    Untuk masuk Al Azhar, anda harus hafal Al Qur’an, sementara untuk bisa lulus PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an) di Jakarta anda juga harus hafal Al Qur’an, belum lagi di seantero dunia. Lewat merekalah keaslian Al Qur’an akan terus terjaga.

    ***

    Referensi: Al Qur’an; Alkitab (Lembaga Alkitab Indonesia, 1999)

    Untuk Pertentangan ayat Alkitab, baca King James Version of Bible di http://www.bible.com, karena di Alkitab edisi 1999, pertentangan itu dihilangkan.

    Oleh: Yuni Mardiyanto

     
  • erva kurniawan 4:44 am on 27 November 2013 Permalink | Balas  

    Nabi Muhammad SAW 

    muhammad 3Nabi Muhammad SAW

    Mari kita lihat beberapa nama orang-orang yang mengagumi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam:

    1. “Muhammad adalah suatu jiwa yang bijaksana dan pengaruhnya dirasakan dan tak akan dilupakan oleh orang orang di sekitarnya.” (Diwan Chand Sharma, seorang sarjana beragama Hindu, dalam bukunya The Prophets of the East (Nabi-nabi dari Timur), Calcutta 1935, halaman 122.)

    2. “Empat tahun setelah kematian justinian, 569 m, lahir di Makkah di tanah Arab, seorang yang memberikan pengaruh yang terbesar bagi umat manusia. Orang itu adaIah … Muhammad …. ” (John William Draper, M.D., LLD., dalam bukunya A History of the Intellectual De-velopment of Europe (Sejarah Perkembangan Intelektual di Eropa), London 1875.)

    3. “Saya ragu apakah ada orang lain yang bisa merubah kondisi manusia begitu besar seperti yang dilakukan oleh dia (Muhammad SAW).” (R.V.C. Bodley dalam The Messenger (Sang Utusan), London 1946, halaman 9.).

    4. “Saya telah mempelajari dia (Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam) laki-laki yang luar biasa- dan menurut saya, terlepas dari pemikiran anti kristen, dia adalah penyelamat umat manusia.” (George Bernard Shaw dalam The Genuine of Islam (Islam yang Murni), volume I no. 81936).

    5. “Dengan sebuah keberuntungan yang sangat unik dalam sejarah, Muhammad adalah pendiri dari suatu negara, suatu kerajaan dan suatu agama.” (R.Bosworth-Smith dalam Mohammed and Mohammedanism, 1946).

    6. “Muhammad adalah pribadi religius yang paling sukses” (Encyclopedia Britannica, edisi ke-11).

    **

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 4:09 am on 19 November 2013 Permalink | Balas  

    Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama 

    darwin_xrayHakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama

    HARUN YAHYA

    Di jaman ini, sejumlah kalangan berpandangan bahwa teori evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin tidaklah bertentangan dengan agama. Ada juga yang sebenarnya tidak meyakini teori evolusi tersebut akan tetapi masih juga ikut andil dalam mengajarkan dan menyebarluaskannya. Hal ini tidak akan terjadi seandainya mereka benar-benar memahami teori tersebut. Ini adalah akibat ketidakmampuan dalam memahami dogma utama Darwinisme, termasuk pandangan paling berbahaya dari teori tersebut yang diindoktrinasikan kepada masyarakat. Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta makhluk hidup, namun pada saat yang sama berpandangan bahwa “Allah menciptakan beragam makhluk hidup melalui proses evolusi,” hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori tersebut.

    Tulisan ini ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman akan tetapi salah dalam memahami teori evolusi. Di sini diuraikan sejumlah penjelasan ilmiah dan logis yang penting yang menunjukkan mengapa teori evolusi tidak sesuai dengan Islam dan fakta adanya penciptaan. Dogma dasar Darwinisme menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara spontan sebagai akibat peristiwa kebetulan. Pandangan ini sama sekali bertentangan dengan keyakinan terhadap adanya penciptaan alam oleh Allah. Kesalahan terbesar dari mereka yang meyakini bahwa teori evolusi tidak bertentangan dengan fakta penciptaan adalah anggapan bahwa teori evolusi adalah sekedar pernyataan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Oleh karenanya, mereka mengatakan: “Bukankah tidak ada salahnya jika Allah menciptakan semua makhluk hidup melalui proses evolusi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain; apa salahnya menolak hal ini?”

    Akan tetapi, sebenarnya terdapat hal yang sangat mendasar yang telah diabaikan: perbedaan mendasar antara para pendukung evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan (=kreasionis) bukanlah terletak pada pertanyaan apakah “makhluk hidup muncul masing-masing secara terpisah atau melalui proses evolusi dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Pertanyaan yang pokok adalah “apakah makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan akibat rentetan peristiwa alam, atau apakah makhluk hidup tersebut diciptakan secara sengaja?”

    Teori evolusi, sebagaimana yang diketahui, mengklaim bahwa senyawa-senyawa kimia inorganik dengan sendirinya datang bersama-sama pada suatu tempat dan waktu secara kebetulan dan sebagai akibat dari fenomena alam yang terjadi secara acak. Mula-mula senyawa-senyawa ini membentuk molekul pembentuk kehidupan, seterusnya terjadi rentetan peristiwa yang pada akhirnya membentuk kehidupan. Oleh sebab itu, pada intinya anggapan ini menerima waktu, materi tak hidup dan unsur kebetulan sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta. Orang biasa yang sempat membaca dan mengerti literatur teori evolusi, paham bahwa inilah yang menjadi dasar klaim kaum evolusionis. Tidak mengherankan jika Pierre Paul Grassé, seorang ilmuwan evolusionis, mengakui evolusi sebagai teori yang tidak masuk akal. Dia mengatakan apa arti dari konsep “kebetulan” bagi para evolusionis: “…'[Konsep] kebetulan’ seolah telah menjadi sumber keyakinan [yang sangat dipercayai] di bawah kedok ateisme. Konsep yang tidak diberi nama ini secara diam-diam telah disembah.” (Pierre Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.107)

    Akan tetapi pernyataan bahwa kehidupan adalah produk samping yang terjadi secara kebetulan dari senyawa yang terbentuk melalui proses yang melibatkan waktu, materi dan peristiwa kebetulan, adalah pernyataan yang tidak masuk akal dan tidak dapat diterima oleh mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta seluruh makhluk hidup. Kaum mukmin sudah sepatutnya merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan masyarakat dari kepercayaan yang salah dan menyesatkan ini; serta mengingatkan akan bahayanya.

    Pernyataan tentang “adanya kebetulan” yang dikemukakan teori evolusi dibantah oleh ilmu pengetahuan. Fakta lain yang patut mendapat perhatian khusus dalam hal ini adalah bahwa berbagai penemuan ilmiah ternyata malah sama sekali bertentangan dengan klaim-klaim kaum evolusionis yang mengatakan bahwa “kehidupan muncul sebagai akibat dari serentetan peristiwa kebetulan dan fenomena alamiah.” Ini dikarenakan dalam kehidupan terdapat banyak sekali contoh adanya rancangan (design) yang disengaja dengan bentuk yang sangat rumit dan telah sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk hidup memiliki rancangan yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan konsep “kebetulan.” Perancangan dan perencanaan yang luar biasa dalam kehidupan ini sudah pasti merupakan tanda-tanda penciptaan Allah yang khas dan tak tertandingi, serta ilmu dan kekuasaan-Nya yang Tak Terhingga. Usaha para evolusionis untuk menjelaskan asal-usul kehidupan dengan menggunakan konsep kebetulan telah dibantah oleh ilmu pengetahuan abad 20. Bahkan kini, di abad 21, mereka telah mengalami kekalahan telak. (Silahkan baca buku Blunders of Evolutionists, karya Harun Yahya, terbitan Vural Publishing).

    Jadi, alasan mengapa mereka tetap saja menolak adanya penciptaan oleh Allah kendatipun telah melihat fakta ini adalah adanya keyakinan buta terhadap atheisme.

    Allah tidak menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi Oleh karena fakta yang menunjukkan adanya penciptaan atau rancangan yang disengaja pada kehidupan adalah nyata, satu-satunya pertanyaan yang masih tersisa adalah “melalui proses yang bagaimanakah makhluk hidup diciptakan.” Di sinilah letak kesalahpamahaman yang terjadi di kalangan sejumlah kaum mukmin. Logika keliru yang mengatakan bahwa “Makhluk hidup mungkin saja diciptakan melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk lain” sebenarnya masih berkaitan dengan bagaimana proses terjadinya penciptaan makhluk hidup berlangsung.

    Sungguh, jika Allah menghendaki, Dia bisa saja menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi yang berawal dari sebuah ketiadaan sebagaimana pernyataan di atas. Dan oleh karena ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, kita bisa mengatakan bahwa, “Allah menciptakan kehidupan melalui proses evolusi.” Misalnya, jika terdapat bukti bahwa reptil berevolusi menjadi burung, maka dapat kita katakan,”Allah merubah reptil menjadi burung dengan perintah-Nya “Kun (Jadilah)!”. Sehingga pada akhirnya kedua makhluk hidup ini masing-masing memililiki tubuh yang dipenuhi oleh contoh-contoh rancangan yang sempurna yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep kebetulan. Perubahan rancangan ini dari satu bentuk ke bentuk yang lain – jika hal ini memang benar-benar terjadi – akan sudah barang tentu bukti lain yang menunjukkan penciptaan. Akan tetapi, yang terjadi ternyata bukan yang demikian. Bukti-bukti ilmiah (terutama catatan fosil dan anatomi perbandingan) justru menunjukkan hal yang sebaliknya: tidak dijumpai satu pun bukti di bumi yang menunjukkan proses evolusi pernah terjadi. Catatan fosil dengan jelas menunjukkan bahwa spesies makhluk hidup yang berbeda tidak muncul di muka bumi dengan cara saling berevolusi dari satu spesies ke spesies yang lain. Tidak ada perubahan bentuk sedikit demi sedikit dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, spesies makhluk hidup yang berbeda satu sama lain muncul secara serentak dan tiba-tiba dalam bentuknya yang telah sempurna tanpa didahului oleh nenek moyang yang mirip dengan bentuk-bentuk mereka. Burung bukanlah hasil evolusi dari reptil, dan ikan tidak berevolusi menjadi hewan darat. Tiap-tiap filum makhluk hidup diciptakan masing-masing secara terpisah dengan ciri-cirinya yang khas. Bahkan para evolusionis yang paling terkemuka sekalipun telah terpaksa menerima kenyataan tersebut dan mengakui bahwa hal ini membuktikan adanya fakta penciptaan.

    Misalnya, seorang ahli palaentologi yang juga seorang evolusionis, Mark Czarnecki mengaku sebagaimana berikut: “Masalah utama yang menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi adalah catatan fosil; yakni sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan dalam lapisan-lapisan geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah menunjukkan bukti-bukti adanya bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan Darwin – sebaliknya spesies [makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba, dan keanehan ini telah memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang mendukung penciptaan] yang mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh Tuhan (Mark Czarnecki, “The Revival of the Creationist Crusade”, MacLean’s, 19 January 1981, p. 56)

    Khususnya selama lima puluh tahun terakhir, perkembangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti palaentologi, mikrobiologi, genetika dan anatomi perbandingan, dan berbagai penemuan menunjukkan bahwa teori evolusi tidak lah benar. Sebaliknya makhluk hidup muncul di muka bumi secara tiba-tiba dalam bentuknya yang telah beraneka ragam dan sempurna. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Allah menggunakan proses evolusi dalam penciptaan. Allah telah menciptakan setiap makhluk hidup masing-masing secara khusus dan terpisah, dan pada saat yang sama, dengan perintah-Nya “Kun (Jadilah)!” Dan ini adalah sebuah fakta yang nyata dan pasti.

    Kesimpulan Sungguh sangat penting bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa waspada dan berhati-hati terhadap sistem ideologi yang ditujukan untuk melawan Allah dan din-Nya. Selama 150 tahun, teori evolusi atau Darwinisme telah menjadi dalil serta landasan berpijak bagi semua ideologi anti agama yang telah menyebabkan tragedi bagi kemanusiaan seperti fasisme, komunisme dan imperialisme; serta melegitimasi berbagai tindak kedzaliman tak berperikemanusiaan oleh mereka yang mengadopsi berbagai filsafat ini. Oleh karenanya, tidak sepatutnya kenyataan dan tujuan yang sesungguhnya dari teori ini diabaikan begitu saja. Bagi setiap orang yang mengaku muslim, ia memiliki tanggung jawab utama dalam membuktikan kebohongan setiap ideologi anti agama yang menolak keberadaan Allah dengan perjuangan pemikiran dalam rangka menghancurkan kebatilan dan menyelamatkan masyarakat dari bahayanya.

     
  • erva kurniawan 2:07 am on 22 October 2013 Permalink | Balas  

    Merawat Cinta dalam Nuansa Ibadah 

    Kisah cinta Laila MajnunMerawat Cinta dalam Nuansa Ibadah

    Banyak orang mengakui arti penting dalam rumah tangga. Banyak orang selalu mencari cara bagaimana agar pohon cinta senantiasa bersemi, tak layu dimakan usia dan tak lekang oleh problema. Banyak jalan menuju kelanggengan cinta, tapi tahukah Anda dimana kuncinya?

    Arief dan Fatimah sudah lebih dari lima tahun menikah dan memiliki empat anak yang masih kecil-kecil. Arief adalah seorang guru SD dengan penghasilan pas-pasan. Di sela kesibukannya merawat anak-anak,Fatimah membantu menambah pendapatan keluarga dengan berjualan makanan kecil. Himpitan ekonomi seringkali menjadi awal dari munculnya pertengkaran demi pertengkaran. Bagi mereka, hidup terasa begitu berat dan menyiksa. Suasana yang dominan adalah kerja keras, keluh kesah dan kekakuan. Tidak ada lagi kehangatan komunikasi, boro-boro ngomong cinta. Ada apa dengan cinta mereka?

    Ponco dan Sinta adalah pasangan eksekutif muda yang sukses. Semua yang menjadi impian orang muda mereka miliki; rumah, kendaraan, status sosial, liburan ke luar negeri. Tapi, semakin hari Ponco dan Sinta semakin merasa asing. Mereka tenggelam dalam dunianya sendiri. Memang selalu ada kecupan di pagi hari, telepon rutin saat makan siang, hadiah kejutan saat ulang tahun perkawinan atau liburan bersama di akhir tahun, tapi, mengapa aktifitas cinta mereka terasa hambar?

    Ada apa dengan cinta, apa makna dan hakikat cinta, siapa sebenarnya yang menumbuhkan cinta dan bagaimana seharusnya memupuk pohon cinta? Simak tulisan berikut-diramu berdasarkan uraian dari beberapa narasumber, pakar masalah cinta dan perkawinan untuk menjawab rasa penasaran Anda.

    Hakikat cinta

    Menurut Dra Ieda Poernomo Sigit Sidi, Psi, konsultan masalah perkawinan dan keluarga, secara psikologis cinta dapat dimaknai sebagai perasaan terhadap seseorang yang bisa mendorong munculnya keinginan untuk bahagia, menyenangkan, dan meringankan beban orang yang dicintainya. KH Rahmat Abdullah, Pimpinan Iqro, Bekasi, mengatakan, cinta menumbuhkan keinginan untuk selalu menyelamatkan, membahagiakan dan memberikan hal-hal yang bermanfaat pada orang yang dicintai. Oleh karena itu, kata Rahmat mengutip pendapat IbnU Abbas, hubungan jasadiyah sebagai muara dan puncak tumpahan segala perasaan harus diterjemahkan sebagai upaya memberi bukan merampas. “Lewat hubungan itu, orang Ingin melimpahkan bukan mengharapkan, Ingin pasangannya mendapatkan yang paling baik, paling membahagiakan. Bukan dia memuaskan diri dengan itu.”

    Lebih jauh, Rahmat mengaitkan konsep cinta dengan ketaatan pada Allah Swt. Artinya, cinta sebagai kekuatan yang dapat mendorong seseorang berkorban untuk orang yang dicintainya haruslah diletakkan dalam rangka mentaati perintah Allah, yaitu, menjaga diri dan keluarganya dari api neraka serta berbuat baik pada pasangan. Karena itu, kata Rahmat, Allah mencegah hal-hal yang dapat merusak hubungan cinta dan menganjurkan hal-hal yang dapat mengokohkannya. Misalnya, larangan saling berdiam diri dan perintah menumbuhkan iklim dialogis dan kebersamaan dalam rumah tangga. Dr. Setiawan Budi Utomo, anggota Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia, menyebutnya sebagai cinta karena Allah dan mencintai dijalan Allah ( al hubbu fillah wa billah ).

    Cinta memang memiliki kekuatan luar biasa dalam nenggerakkan jiwa. Menurut Rahmat, menyitir kisah salafussaleh, cinta sejati membuat pemiliknya dapat bersabar kala menderita, sanggup mensyukuri apa yang dirasakannya, berhasil mengubah derita menjadi kelezatan bahkan rela melupakan segala kepedihan kala berhadapan dengan yang dicintainya. Siapakah yang dapat menghadirkan cinta sejati dalam hati kita? Rahmat mengatakan, Allah lah yang menjadikan diantara suami istri itu rasa kasih dan sayang sebagai salah satu tanda kekuasaan-Nya. “Mawaddah warrohmah itu dari Allah, Dia yang menggerakkan hati seseorang untuk mencintai pasangannya:’ kata Setiawan. Ieda pun berpendapat serupa. Dalam pandangannya, jodoh harus dipahami sebagai ketentuan Allah (takdir). “Nggak bisa dijelaskan kenapa kita jatuh cinta pada orang itu dan tidak pada yang lain. Tuhan yang memberikan itu.”

    Berawal dari keshalehan pribadi

    Kata Ieda, perasaan cinta pada pasangan memang bersifat fluktuatif, naik turun tergantung pada kondisi interaksi suami istri dalam kehidupan sehari-hari. Jika ada hal yang mengganggu perasaan, ada hal yang menimbulkan kekecewaan, misalnya, respon yang diberikan pasangan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau pasangan tidak merespon cinta, maka cinta dapat berubah menjadi kesal, bahkan benci.

    Jika kebencian telah mendominasi hati, maka suasana yang muncul dalam interaksi pasangan suami istri adalah kebekuan, kegersangan dan kehambaran. Bukankah kita tidak pernah mencitakan situasi seperti ini saat melangkah memasuki gerbang pernikahan. Nah, bagaimana sih merawat cinta? Benarkah tumbuh kembangnya cinta sejati pada pasangan hidup mensyaratkan wujudnya keshalehan pribadi (kekuatan ruhiyah) dalam diri mereka yang menginginkannya?

    Menjawab persoalan ini, Setiawan menunjuk ayat AI Quran yang berbunyi: “Apabila kalian mencintai Aku maka ikutilah Aku”. “Karena itu, katanya, perasaan cinta harus dibuktikan dengan komitmen perjodohan atas dasar kesolehan (agama). Artinya, pernikahan sebagai wadah penyemaian bibit cinta harus menjadikan agama sebagai pertimbangan utama dan menomorsekiankan pertimbangan lainnya. “Kalau itu tidak dijaga, maka otomatis cinta pun akan luntur.”

    Rahmat mengatakan, karena Allah yang menghadirkan cinta, Allah yang menguasai hati manusia, maka mohonlah pada-Nya agar la merawat cinta tersebut dihati kita. Lihat skenario Nabi Musa yang pelik: dicari tentara di rumah, dihanyutkan dalam peti ke sungai, sampai ke istana tapi tidak ada yg cedera dari beliau.

    Kenapa? Sebab Allah berfirman: “Aku tanamkan dalam dirimu kecintaan dari-Ku, agar engkau dibentuk dalam pengawasan mata-Ku.” Setiap orang yg melihat Nabi Musa akan tertarik, jatuh hati. Jika Allah mencintai hamba-Nya maka la tidak akan diam. “Jibril Aku mencintai si Fulan di bumi, maka kamu harus mencintainya.” Dan Jibril pun mengajak malaikat langit untuk mencintai fulan.

    Betapa tingginya cinta yang berasal dari Allah, sehingga saat salah satu pihak berkurang, usaha untuk mencintai tetap jalan.Menurut pendapat Setiawan, ini menunjukkan bahwa ada kolerasi positif antara hubungan ritual seseorang dengan Allah yang menghasilkan kekuatan ruhiyah dan hubungannya dengan kekasihnya (pasangannya,red). “Semakin dekat seseorang pada Allah, semakin ia memiliki kekuatan untuk mencintai pasangannya, begitupun sebaliknya, Jika hubungan seseorang dengan Allah buruk, maka ia akan menemui hal yang tidak menyenangkan pada perilaku pasangannya,” kata konsultan syariah di Bank Indonesia ini.

    Ciri kekuatan ruhiyah

    Kekuatan ruhiyah memiliki kemampuan yang tinggi dalam merawat cinta dan mempertahankan komitmen pernikahan, apa saja ciri-cirinya? Ciri-ciri orang yang memiliki kekuatan ruhiyah, menurut Setiawan, antara lain mampu mengendalikan emosi, melakukan banyak ibadah ritual pada Allah, kedekatan pada Allah yang tampak dari aktifitas keseharian, lebih sensitif dan empati pada penderitaan orang lain.

    Sedangkan secara psikologis, kata Ieda, seseorang yang mengenal dirinya, bertanggung jawab atas dirinya sendiri, memikirkan orang lain, dan mampu bertanggung jawab atas orang lain, adalah orang yang memiliki kematangan pribadi. Selain itu, ia bisa menampung aspirasi orang lain, bisa beradaptasi, luwes dalam bersikap dan bisa menghargai pendapat orang lain sekali pun berbeda dengan pendapatnya. “Dia juga bisa menata emosinya, dia tahu kapan dia harus bicara, kepada siapa, seberapa jauh, jadi dia menjaga interaksi lingkungan dengan baik.”

    Rahmat Abdullah menyebutkan ciri-ciri kekuatan ruhiyah bukan sekedar yang diaplikasikan pada fenomena ibadah zhahir semisal dzikir, tilawah dan tahajud tapi benar-benar ibadah yang menjadi malakah (capa-bility) jiwa. “Gerak dzikirnya bukan hanya lidah, tetapi gerak hati yang menyatu dengan jasad. Kekuatan dzikir bisa menopang batin, sebaliknya jiwa yang matang bisa mendorong lahirnya bekerja.”

    Bertanggungjawab dan lebih tenang

    Dengan keshalehan dan kesabaran, kata Setiawan, seseorang akan lebih tenang dalam menghadapi konflik atau terpaan masalah. Perbedaan perspektifkah, pertengkarankah atau yang lainnya akan dijadikan sebagai bumbu-bumbu yang menambah erat hubungan suami istri. “Konflik yang terjadi tidak dimasukkan ke dalam hati sehingga bisa membakar hati. Berbeda jika terjadi pada orang yang tidak soleh dan tidak sabar, konflik akan ditumpuk menjadi endapan, seperti bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak.”

    Dengan kata lain, Ieda mengatakan jika seseorang memiliki kekuatan ruhiyah, kestabilan jiwa, maka ia akan mencintai pasangannya dengan kesadaran penuh terhadap tanggungjawab. Menurut Ieda, tuntutan pertangunganjawaban di hadapan Allah membuat mereka tetap berusaha merawat cintanya agar makin besar dan kuat, apa pun masalah yang dihadapi. “Langkah mereka dilandasi keinginan beribadah, mengikuti sunah Rasul, mendidik anak-anak sebagai amanah Allah, sehingga tidak berpikir macam-macam. Yang penting bagaimana menyenangkan suami atau istri.”

    Praktik Ibadah untuk Cinta

    Rahmat mengatakan bahwa praktik ibadah yang dilakukan secara bersama dapat menjadi sarana perawat ibadah yang ampuh. Misalnya, shalat malam berjamaah. Kata Rahmat mengutip hadits Nabi, Allah merahmati seorang istri yang membangunkan suaminya untuk shalat malam, jika tidak mau ia akan memercikkan air hingga terbangun, atau sebaliknya. Bahkan, kata Setiawan, Rasulullah setiap malam mengajak keluarganya shalat malam, bukan hanya istrinya tetapi juga cucunya. “Ibarat kalau kita ingin berlayar, harus menjadikan seluruh anggota kapal sepaham, bukan hanya sebagian.”

    Pada bagian lain, Rahmat mengisahkan, bahwa jika datang ke rumah Aisyah, Rasulullah akan bertanya, apakah ada makanan hari ini? Aisyah menjawab tidak ada. Maka Rasul berkata, “Ya sudah, tidak apa-apa. Saya berpuasa saja hari ini.”Ini kan suatu yg mengagumkan buat istrinya. Begitu hebatnya ruhaniah beliau.”

    Senada dengan pendapat Rahmat dan Setiawan, ,Ieda mengatakan bahwa praktik ibadah ritual yang mengantarkan pada hakikat ibadah akan mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi kecerdasan emosionalnya, termasuk kemampuannya dalam menata emosi, beradaptasi dan berinteraksi dengan pasangan. “Kematangan spiritual bisa membantu tercapainya kematangan pribadi. Kan orang yang spiritualnya tinggi, jadi bagus. Dia bisa menata perilakunya.”

    Idealnya, rumah tangga dipertahankan dengan cinta hingga akhir. Bagaimana jika tak ada lagi cinta? Menurut Setiawan, rumah tangga dapat bertahan tanpa cinta, sepanjang masih ada komitmen, misi dan visi pernikahan, juga tekad dan kemauan. Katanya, orang sering mencampuradukkan hubungan suami istri itu dengan cinta, padahal ini berbeda. Jika sudah tak ada cinta, kekuatan ruhiyah seseorang tetap dapat melahirkan rasa tanggungjawab, terhadap anak-anak, terhadap masa depan mereka, untuk mempertahankan rumahtangga.

    Kata Rahmat, kehidupan rumah tangga tidak hanya soal romantis, tapi ada tanggungjawab. Suatu hari ada orang yang mengadu pada Khalifah Umar bahwa ia sudah tidak mencintai mencintai istrinya. Umar berkata, apakah setiap rumah tangga harus dibangun di atas cinta? Usahakanlah untuk menanam benih cinta, suatu saat kamu akan menemukan. Berkata Rahmat, “Kalau mau ingin dapet cinta. Tanam benihnya. Paksakan diri. Buat laki2 bersifat baik, melindungi. Buat perempuan taat kepada Allah, taat pada suami, menjaga diri.”

    Terawat hingga kiamat

    Menurut Setiawan, dalam ayat lain dijelaskan bahwa pada hari kiamat nanti orang-orang yang dekat (termasuk suami istri, red) akan menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang yang bertaqwa. Itu menunjukkan bahwa ikatan ketaqwaan itulah yang akan memastikan erat tidaknya, dekat tidaknya hubungan seseorang dengan pasangannya. Kenapa? Karena itulah ikatan yang abadi, itulah yang akan konsisten dan tetap eksis, bahkan hingga hari akhir. “Wajah cantik bisa luntur karena sifatnya temporer.” Jadi, merawat cinta dengan ikatan ruhiyah, ikatan spiritual membuat cinta awet terawat hingga hari kiamat. Tidakkah kita ingin tetap dipersatukan dengan pasangan kita di surga kelak?

    ***

    Oleh: Dwi septiawati Djafat; Laporan Dina, Maria, Vieny

     
  • erva kurniawan 4:47 am on 12 October 2013 Permalink | Balas  

    Berlian dan bau Busuk 

    siluet ontaBerlian dan bau Busuk

    Ketika Jack Welch menjadi nara sumber seminar di Jakarta, seorang peserta bertanya, bagaimana ia bisa mengelola gurita usaha yang demikian besar dan berhasil. Entah ia rendah hati, entah benar-benar seperti itu keadaannya, salah satu CEO terkemuka dunia ini berujar, tidak ada yang bisa melakukan pekerjaan sebesar itu seorang sendiri. Bahkan, diapun tidak sanggup melakukannya. Ia melakukan semua pekerjaan besar ini, bersama-sama orang-orang terbaik yang dimiliki General Electric. Oleh karena alas an terakhirlah, maka setiap kali Welch berjalan-jalan keliling dunia, ia selalu mencari orang-orang terbaik. Bila benar demikian, rupanya salah satu kunci keberhasilan dalam mengelola gurita usaha yang demikian meraksasa, adalah mencari dan memilih orang yang tepat. Sebagaimana pernah saya tulis, begitu orang-orang berada di tempatnya yang tepat, mesin organisasi akan hidup dan lari cepat dengan sendirinya.

    Persoalannya sekarang, bagaimana kita bisa menemukan orang-orang tepat ini dlm keseharian ? Sebagai orang yang telah lama malang melintang membantu klien di sektor SDM, serta bergaul luas dengan banyak sekali rekan psikolog yang berjam terbang tinggi dalam memilih orang, saya sampai pada kesimpulan : memilih orang bukanlah perkara yang mudah. Lebih-lebih memilih orang potensial, sekaligus tepat di posisinya serta berkinerja tinggi. Seringkali terjadi, mencari orang seperti menanam pohon. Ketika bertemu bibit yang tepat, lahannya kurang mendukung. Kadang terjadi, karena tidak ada pilihan, terpaksa memilih bibit yang kurang memadai. Akan tetapi, karena lahannya subur, maka berkembanglah sang bibit secara meyakinkan. Idealnya memang, bibitnya baik dan lahannya subur.

    Sayang kehidupan nyata jarang dalam kondisi ideal. Satu ketika, saya pernah menemukan seorang manajer dengan potensi yang tinggi, sekaligus memiliki kemampuan interaksi yang mengagumkan. Namun, bertemu dengan lingkungan pemilik dengan gaya ‘memiliki’ karyawan. Di mana pekerjaan pribadi dicampur dengan pekerjaan kantor, tidak mengenal hari libur, ketika harus berkumpul dg keluarga mendadak dipanggil. Maka larilah calon potensial tadi entah kemana.

    Belajar dari sini, mampu menggaji orang tidak otomatis bisa membuat orang dan organisasi berkinerja tinggi. Ada faktor kedua setelah mampu menggaji, yakni kemampuan untuk menggunakan sang calon. Tanpa kemampuan terakhir, keadaan hanya akan menyerupai bibit unggul yang ditanam di atas batu kering. Di sinilah letak kelalaian banyak orang berduit. Punya uang tetapi tidak bisa menggunakan orang secara tepat dan pas. Ujung-ujungnya, kadang konsultan yang disalahkan, kerap alat test yang dianggap keliru, psikolog dikatakan kurang kompeten.Lebih-lebih kalau ‘lahan kering’ tadi bertemu dengan kebiasaan tidak sabar untuk sedikit-sedikit memecat orang. Padahal, mencari orang berbakat sekaligus cocok dengan kita lebih mirip dengan mencari berlian, dibandingkan dengan mencari sumber bau busuk. Mencari berlian memerlukan waktu, ketekunan, kesabaran dan tidak jarang malah membutuhkan pengorbanan. Namun mencari sumber bau busuk, ia relatif lebih mudah.

    Ini tidak hanya berlaku bagi perusahaan dan pengusaha. Ia juga berlaku pada pribadi-pribadi yang merasa memiliki berlian di dalam dirinya. Untuk menunjukkan bahwa diri Anda berlian memerlukan waktu yang amat panjang, pengorbanan dan kesabaran. Lain halnya kalau mau menunjukkan kebusukan-kebusukan. Dalam waktu yang amat pendek, semua orang tahu akan kebusukan-kebusukan tadi. Saya pernah memiliki seorang mantan atasan yang amat tekun. Sejak tamat SMU telah mulai bekerja, sambil bekerja ia kuliah. Tidak jarang ia melaksanakan pekerjaan setingkat kuli. Untuk sampai pada posisi tertinggi di dalam perusahaan, ia sudah mendaki tangga karir yang terjal, berat, menggoda dan menyakitkan. Setelah dua puluh tahun, baru pemilik tahu kalau dialah berliannya. Lain halnya dengan bau busuk. Lihat saja mantan menteri yang dibawa ke pengadilan gara-gara korupsi. Hanya butuh waktu bulanan untuk menghancurkan seluruh bangunan karir dan reputasinya yang selama ini amat menjulang. Belajar dari sini, bagi perusahaan maupun bagi pribadi, teramat penting untuk menyadari hakikat mendalam dari berlian dan bau busuk. Kita semua memang tidak menyukai bau busuk dan menyukai berlian. Namun, sebagaimana cerita di atas, untuk menemukannya atau untuk ditemukan orang lain, memerlukan tenggang waktu dan pengorbanan yang amat berbeda.

    Bercermin dari sini, setiap kali ada gangguan atau godaan karir, saya belajar untuk menempatkannya dalam kerangka berlian dan bau busuk ini. Demikian juga kalau menghadapi klien tidak sabar dan mau cepat-cepat tahu berliannya. Sebagaimana kita berproses secara panjang dan kompleks menjadi manusia dewasa. Berlian dalam bentuk karyawan, maupun diri kita juga sama. Ada kalanya kita memiliki kinerja yang turun drastis. Ada saatnya orang demikian bergairah dalam memacu prestasi. Kalau hanya karena ketidaksabaran, egosime dan sejenisnya kita memfokuskan pada bau busuk – dan lupa potensi berliannya – tidak ada perusahaan yang akan menemukan berlian. Demikian juga dengan Anda yang menyimpan berlian dalam diri masing-masing. Benar ungkapan orang bijak, di manapun berlian tetap berlian. Akan tetapi, agar berlian Anda ditemukan orang, diperlukan banyak usaha dan pengorbanan.

    ***

    Oleh : Gede Prama

     
  • erva kurniawan 4:27 am on 9 October 2013 Permalink | Balas  

    Lima Detik Pertama Penentu Sukses 

    anak-tertawaLima Detik Pertama Penentu Sukses

    Sukses, mungkin tidak satupun manusia di dunia ini yang tak ingin meraihnya, karena bahkan seorang yang berencana bunuh diripun tak ingin mengalami kegagalan. Maksudnya, orang akan menanggung malu teramat besar jika upaya bunuh dirinya ternyata tidak berhasil, meskipun seharusnya ia bersyukur. Mungkin terlalu ekstrim jika yang diambil contoh adalah soal bunuh diri, namun hal itu sekedar ingin memberikan gambaran bahwa untuk hal paling hina pun orang berusaha maksimal untuk merealisasikannya.

    Apapun, untuk meraih sukses, kuncinya adalah rencana yang matang dan usaha yang maksimal untuk menjalankan semua yang telah terencana itu. Dalam prinsip manajemen, langkah ini biasa dikenal dengan, Rencanakan Apa Yang Hendak Dikerjakan, dan Kerjakan Apa yang Sudah Direncanakan. Artinya, jika keluar dari prinsip tersebut, bisa jadi satu keniscayaan bahwa kegagalan segera menghampiri Anda.

    Namun, tahukah Anda apa yang paling menentukan dari semua proses awal menuju kesuksesan ketika hendak memulai satu upaya merealisasikan semua rencana? Rahasia sukses seseorang dalam meraih semua impiannya, entah itu berkenaan dengan karir, hubungan interpersonal atau apapun yang menjadi obsesinya ternyata ada pada lima detik pertama setiap langkah awalnya. Lima detik begitu menentukan? Tepat! Karena yang harus Anda lakukan pada lima detik pertama itu adalah kunci sukses nomor satu yang tidak boleh dilewatkan, satu hal yang sangat mudah dan praktis untuk dilakukan: Tersenyum. David J Lieberman dalam sebuah buku laris yang berjudul, Get Anyone To Do Anything menyebutkan, taktik nomor satu untuk menciptakan kesan pertama yang luar biasa tetapi mudah dilakukan adalah: Tersenyum.

    Mengapa senyum? Jangan pernah pernah menganggap sepele tersenyum, karena Rasulullah pun memberikan nilai sedekah untuk setiap senyum yang kita berikan kepada saudara kita. Selain itu, senyum mampu menciptakan empat hal yang luar biasa: Menimbulkan rasa percaya diri, kebahagiaan, dan semangat. Dan yang lebih penting, tersenyum menandakan penerimaan yang tulus.

    Orang yang tersenyum dianggap sebagai orang yang penuh percaya diri karena ketika kita sedang grogi atau tidak yakin dengan diri kita atau sekitar kita, kita cenderung untuk tidak tersenyum. Tentu saja tersenyum menimbulkan kebahagiaan sehingga akan mempertemukan kita kepada orang-orang yang bahagia karena kita melihat mereka dengan cara yang positif. Semangat sangat penting untuk menciptakan kesan yang baik karena semangat itu dapat menular kepada orang lain. Dengan tersenyum menunjukkan bahwa Anda menyenangi tempat dimana Anda berada dan senang bertemu dengan orang yang Anda temui sehingga pada gilirannya dia akan semakin tertarik untuk bertemu Anda. Pada akhirnya, tersenyum menunjukkan penerimaan yang tulus dan menyebabkan orang lain tahu bahwa Anda mau menerima dia dengan tulus.

    Anda tentu masih ingat pesan sebuah iklan produk parfum pria yang pernah ditayangkan di TV yang berbunyi, “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda …”. Ya, kesan pertama, itulah yang harus Anda ciptakan untuk bisa memulai segalanya lebih lancar sehingga kesuksesan seolah sudah digenggaman Anda. Dan tersenyum, jelas cara yang paling ampuh untuk menciptakan kesan pertama yang mengagumkan. Berkenaan dengan kesan pertama ini, ada sesuatu yang disebut pengaruh pertama, yakni sebuah proses dimana kesan pertama kita terhadap orang lain menyebabkan kita menilai perilaku berikutnya atas dasar kesan pertama kita. Ini artinya, kesan pertama kita terhadap seseorang sangat penting karena segala sesuatu yang kita lihat dan kita dengar selanjutnya disaring melalui pendapat kita yang pertama. Akibatnya, Anda menciptakan citra orang tersebut sebagaimana ketika mula-mula Anda bertemu dengannya dan Anda melihat perilakunya pada masa-masa selanjutnya melalui citra ini. Jadi, apabila kesan pertama seseorang terhadap Anda baik, maka dia akan cenderung lebih baik dalam menilai anda pada masa-masa selanjutnya.

    Dimanapun, kapanpun, bersama siapapun, sedang apapun ketika Anda tengah berinteraksi dengan orang lain, jadikan senyum sebagai modal utama Anda. Senyum bisa menjadi senjata yang paling ampuh dalam berbagai kondisi, seperti hubungan interpersonal dan interelasi, saat interview, wawancara dan lain sebagainya. Sebagai ingatan, jangan pernah sia-siakan momentum awal (detik-detik pertama) untuk tidak menjadikannya sebaik mungkin, karena percakapan dan hubungan Anda selanjutnya akan disaring melalui momentum awal ini, dengan demikian akan menciptakan kesan yang sangat baik. Itulah sebabnya mengapa tersenyum itu sangat penting. Lakukanlah dengan segera dan senyum akan menjelaskan banyak hal tentang diri Anda: Semuanya Positif.

    Wallaahu `a’lam bishshowaab

    ***

    Oleh: Bayu Gautama – eramuslim

     
  • erva kurniawan 3:48 am on 23 September 2013 Permalink | Balas  

    Informasi Geologi dalam Al-Quran 

    7 lapisan bumiInformasi Geologi dalam Al-Quran

    Bagaimana Anda menunjukkan bukti tentang agama ini kepada mereka yang tidak mengerti tentang Bahasa Arab atau pun tidak mengetahui sesuatu pun tentang ketidakmungkinan ditirunya Al-Quran? Apakah hal ini satu-satunya cara bagi mereka untuk mempelajari bahasa Arab dan menguasai ilmunya? Jawabannya, tentu saja, adalah ‘TIDAK’, Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, telah menunjukkan kemurahannya kepada mereka dan kepada generasi-generasi yang lain dengan mengirimkan bukti-bukti yang sesuai untuk semua manusia, apa pun ras mereka, bahasa mereka atau kapan pun mereka berada.

    Kami hadirkan Profesor Palmer, seorang ahli ilmu bumi terkemuka di Amerika. Dia mengepalai sebuah komite yang mengorganisasikan Ulang Tahun Masyarakat Geologi Amerika. Ketika kami bertemu dengan dia, kami menunjukkan berbagai macam keajaiban sains di dalam Al-Quran dan Sunnah, dia sangat tercengang. Saya teringat sebuah anekdot ketika kami menginformasikan kepadanya bahwa Al-Quran menyebutkan bagian paling bawah dari bumi dan menyatakan bahwa bagian tersebut dekat dengan Jerusalem, di mana sebuah pertempuan terjadi antara Persia dan

    Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia berfirman dalam Al-Quran:

    Alif Laam Miim, Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang paling rendah (adnal-ardh) dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (Quran 30:1-3)

    Istilah adna bisa berarti lebih dekat dan paling bawah. Para penafsir Al-Quran, semoga Allah ridha kepada mereka semua, berpendapat bahwa adnal-ardh berarti tanah paling dekat ke Semenanjung Arab. Akan tetapi, arti kedua juga tetap bisa diterapkan. Dengan cara ini, Al-Quran yang Suci memberikan satu kata dengan beberapa arti, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw ketika dia mengatakan:

    Aku telah dikaruniai dengan kata-kata yang paling mudah difahami. [Al-Bukhari dan Muslim]

    Ketika kita meneliti bagian paling bawah dari bumi, kita menemukan bahwasanya bagian tersebut secara tepat berada di titik di mana Roma dikalahkan. Ketika kami menginformasikan hal ini kepada Profesor Palmer, dia mempertentangkan dengan mengatakan bahwa ada beberapa daerah lain yang lebih rendah dari pada yang disebutkan dalam Al-Quran. Dia memberikan contoh-contoh dan nama-nama dari beberapa daerah di Eropa dan Amerika. Kami meyakinkan dia bahwa informasi kami sahih dan benar. Dia memiliki globe secara topografi yang menunjukkan pengangkatan dan penurunan. Dia mengatakan bahwa akan jadi mudah untuk membuktikan mana bagian paling bawah di bumi dengan globe tersebut. Dia memutar globe tersebut dengan tangannya dan memfokuskan telunjuknya pada daerah dekat Jerusalem. Mengherankan, di sana ada tanda panah kecil yang mengarah pada daerah dengan kalimat: ‘bagian terendah di muka bumi.’

    Profesor Palmer segera mengakui bahwa informasi kami adalah benar adanya. Dia kemudian berkata, sebagaimana Anda ketahui sekarang dengan globe ini, yang mengatakan bahwa ini  sebenarnya adalah bagian paling bawah dari bumi.

    Profesor Palmer: Tempat dari daerah tersebut adalah Laut Mati, yaitu di sini, dan menariknya, label di globe ini mengatakan ‘titik terendah bumi’. Maka sesungguhnya hal ini didukung oleh penafsiran dari kata yang dimaksud.

    Profesor Palmer bahkan lebih tercengang ketika dia menemukan bahwa Al-Quran berbicara tentang masa lalu dan menjelaskan bagaimana awal mula penciptaan dimulai; bagaimana bumi dan langit-langit diciptakan; bagaimana air dipancarkan keluar dari kedalaman bumi; bagaimana pegunungan ditancapkan di atas tanah; bagaimana tanam-tanaman pertama kali ditumbuhkan; bagaimana bumi saat ini, menjelaskan pegunungan, menjelaskan fenomena-fenomenanya, menjelaskan perubahan-perubahan pada permukaan bumi sebagaimana disaksikan di Semenanjung Arab. Dia bahkan menjelaskan masa depan dari pada tanah Arab dan masa depan dari seluruh bumi. Di sini, Profesor Palmer mengakui bahwa Al-Quran adalah buku yang sangat menakjubkan yang menjelaskan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

    Sebagaimana para ahli sains lainnya, Profesor Palmer pada mulanya ragu-ragu. Akan tetapi segara sesudahnya dia datang dengan pendapatnya. Di Kairo, dia mempresentasikan sebuah makalah penelitian yang berkaitan dengan aspek yang tak bisa ditiru dari pengetahuan tentang ilmu bumi yang berada dalam Al-Quran. Dia mengatakan bahwa dia tidak mengetahui bagaimana keadaan sains sesungguhnya pada masa Nabi Muhammad diutus. Akan tetapi dari apa yang kita ketahui tentang sedikitnya pengetahuan dan arti pada masa itu, tidak ragu lagi bahwa kita bisa menyimpulkan bahwa Al-Quran adalah sebuah cahaya dari ilmu Tuhan yang diwahyukan kepada Muhammad saw. Inilah kesimpulan Profesor Palmer:

    Kita memerlukan penelitian tentang sejarah Timur Tengah pada awal tradisi penyampaian dari mulut ke mulut untuk mengetahui apakah sesungguhnya kejadian sejarah semacam itu telah dilaporkan. Jika ternyata tidak ada rekaman, maka hal ini menguatkan kepercayaan kita bahwa Allah telah mengirimkan melalui Muhammad saw sedikit dari pengetahuan-nya yang mana baru kita temukan belum lama berselang ini. Kita mencari tindak lanjut dialog pada topik sains di dalam Al-Quran dalam konteks ilmu bumi. Terima kasih banyak.

    Sebagaimana Anda lihat, inilah salah satu dari raksasa di bidang ilmu bumi di dunia kita saat ini, datang dari Amerika. Dia tidak ragu-ragu untuk mengikuti dan membeberkan pendapatnya. Akan tetapi dia masih memerlukan seseorang untuk menunjukkan kebenaran kepadanya. Orang-orang barat dan orang-orang timur keduanya telah hidup di tengah-tengah perseteruan antara agama dan sains. Perseteruan ini, bagaimana pun juga, tidak bermanfaat, karena pesan-pesan yang lalu telah didistorsikan. Oleh karena itu, Allah mengirimkan Nabi Muhammad saw dengan Islam untuk meluruskan apa-apa yang telah dirusak.

    Seseorang mungkin akan bertanya: ‘Bagaimana nantinya orang-orang ini menerima apa yang kita katakan kepada mereka ketika kita secara materi berada di luar mereka dan kita tidak mengikuti agama kita secara dekat?’ Jawaban saya kepada mereka adalah bahwa pengetahuan meningkatkan kepedulian seseorang yang memperolehnya. Orang-orang berpengetahuan peduli hanya pada fakta-faktanya, tidak pada gambaran di luarnya. Kejayaan Islam saat ini justru terletak pada pengetahuan ini dan kemajuan sains. Sains modern bisa akan tetapi hanyalah akan menundukkan kepalanya kepada referensi kepada buku Allah dan kepada Sunnah Nabi-nya saw.

    Sifat alami, Al-Fitrah, yang telah diciptakan oleh Allah atas manusia tidak mencapai ketenangan kecuali dengan jalan Islam atau iman. Mereka yang tidak memiliki iman berada dalam kondisi yang tidak mudah dan bingung. Lebih jauh lagi, atmosfer kebebasan di dunia Barat telah menolong para ahli sains Barat untuk mengekspresikan apa yang mereka percayai tanpa rasa takut. Kami telah mendengar banyak di antara mereka di dalam episode-episode ini yang menegaskan dan mengenalkan keajaiban di abad ini, Al-Quran, yang akan tetap bertahan hidup sampai Hari Akhir.

    ***

    Diterjemahkan dari paper http://www.gulfdc.com

     
  • erva kurniawan 4:55 am on 9 September 2013 Permalink | Balas  

    Penyembuhan Kanker dengan Shalat Tahajud 

    tahajudPenyembuhan Kanker dengan Shalat Tahajud

    Shalat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Dr. Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunnah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker.

    Tidak percaya? “Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. Jika anda melakukannya secara rutin, benar,khusuk,dan ikhlas, niscaya anda terbebas dari infeksi dan kanker”, ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan “tukang obat” jalanan.

    Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul “Pengaruh Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Respons ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan siko-neuroimunologi”. Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar dokt or dalam bidang ilmu kedokteranpada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.

    Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakanibadah salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya,khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi. (coping).

    Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.

    Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai mis teri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

    Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00- normalnya antara 69-345 nmol/liter. “Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

    DR. Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan.

    Sholat dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11* rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika) Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud.

    Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajuud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. “jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi.

    Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress,” Nah, menurut DR. Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infek si. Dengan sholat tahjjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa,seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker.

    Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

    “Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan Berkurbanlah”, (Q.S Al-Kautsar:2) Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya.

    Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita ???????

    Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membuka sebuah klinik yang bernama “Pengobatan Melalui Al Quran” Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran.

    Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.

    Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal. Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang waktu yang diwajibkan oleh Islam.

    Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal.

    Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam “sepenuhnya” karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

    Kesimpulannya : Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi lagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal.

    Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang  tidak segan-segan untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih normal.

    Maka tidak heranlah timbul bermacam macam gejala-gejala sosial masyarakat saat ini.

     
  • erva kurniawan 4:15 am on 29 August 2013 Permalink | Balas  

    Lebah Madu 

    lebah-maduLebah Madu

    Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. (QS. An-Nahl, 16:68)

    Lebah madu membuat tempat penyimpanan madu dengan bentuk heksagonal. Sebuah bentuk penyimpanan yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk geometris lain. Lebah menggunakan bentuk yang memungkinkan mereka menyimpan madu dalam jumlah maksimal dengan menggunakan material yang paling sedikit. Para ahli matematika merasa kagum ketika mengetahui perhitungan lebah yang sangat cermat. Aspek lain yang mengagumkan adalah cara komunikasi antar lebah yang sulit untuk dipercaya. Setelah menemukan sumber makanan, lebah pemadu yang bertugas mencari bunga untuk pembuatan madu terbang lurus ke sarangnya. Ia memberitahukan kepada lebah-lebah yang lain arah sudut dan jarak sumber makanan dari sarang dengan sebuah tarian khusus. Setelah memperhatikan dengan seksama isyarat gerak dalam tarian tersebut, akhirnya lebah-lebah yang lainnya mengetahui posisi sumber makanan tersebut dan mampu menemukannya tanpa kesulitan.

    Lebah menggunakan cara yang sangat menarik ketika membangun sarang. Mereka memulai membangun sel-sel tempat penyimpanan madu dari sudut-sudut yang berbeda, seterusnya hingga pada akhirnya mereka bertemu di tengah. Setelah pekerjaan usai, tidak nampak adanya ketidakserasian ataupun tambal sulam pada sel-sel tersebut. Manusia tak mampu membuat perancangan yang sempurna ini tanpa perhitungan geometris yang rumit; akan tetapi lebah melakukannya dengan sangat mudah. Fenomena ini membuktikan bahwa lebah diberi petunjuk melalui “ilham” dari Allah swt sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 68 di atas.

    Sejak jutaan tahun yang lalu lebah telah menghasilkan madu sepuluh kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan. Satu-satunya alasan mengapa binatang yang melakukan segala perhitungan secara terinci ini memproduksi madu secara berlebihan adalah agar manusia dapat memperoleh manfaat dari madu yang mengandung “obat bagi manusia” tersebut. Allah menyatakan tugas lebah ini dalam Al-Qur’an:

    Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl, 16: 69)

    Tahukah anda tentang manfaat madu sebagai salah satu sumber makanan yang Allah sediakan untuk manusia melalui serangga yang mungil ini?

    Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon.

    Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari dan propolis (getah lebah) dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh sama sekali. Para dokter asal Polandia juga mengatakan dalam konferensi tersebut bahwa getah lebah (bee resin) dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit kulit, penyakit ginekologis dan berbagai penyakit lainnya.

    ***

    Dari Harunyahya.com

     
  • erva kurniawan 4:31 am on 15 August 2013 Permalink | Balas  

    Sang Lelaki dan Sang Wanita 

    nasehat ibundaSang Lelaki dan Sang Wanita

    Dalam praktek kehidupan sehari-hari, laki-laki dan perempuan lantas memiliki ruang-ruang aktivitas sendiri-sendiri. Keduanya memiliki pasang surut dan dinamikanya sendiri-sendiri.

    Mayoritas laki-laki ingin tampil sebagai lelaki. Mereka ingin menguatkan fitrah lelakinya itu dengan berbagai atribut yang semakin menegaskan kelaki-lakiannya. Mulai dari pakaian, pekerjaan, rumah tangga, sampai berbagai aksesoris dalam kehidupannya.

    Demikian pula perempuan. Sebagian besar mereka juga ingin menampilkan kewanitaannya. Karena itu segala aktivitas mereka bertujuan untuk menonjolkan perbedaan itu. Semakin berbeda semakin menarik. Semakin sama, semakin membosankan. Begitulah kira-kira semangatnya. Dan itu memang terbukti kebenarannya. Dan memang begitulah seharusnya.

    Maka segala upaya dan energi pun dikerahkan untuk memberikan kepuasaan terhadap ekspresi gender itu. Secara individual, mayoritas lelaki ingin menampilkan diri sebagai sosok yang kekar dan kokoh. Pelindung wanita. Karena itu ingin diunggul-unggulkan dan dihormati.

    Sedangkan mayoritas wanita merasa senang jika dilindungi, disayangi dan dihargai. Karena itu kebanyakan justru mereka menempatkan diri dalam posisi itu.

    Lelaki cenderung agresif, sedangkan wanita cenderung defensif. Lelaki cenderung aktif, wanita cenderung pasif. Ini menjadi semacam insting gender. Memang ada beberapa perkecualian, pada sebagian lelaki dan wanita. Akan tetapi, kalau kita bicara secara statistik, maka sifat mayoritasnya adalah seperti itu.

    Sebagai contoh, kalau ada seorang laki-laki yang kerempeng, tak berotot, berkulit lembut, pasif, tak bisa melindungi, tak mampu menafkahi, dan sebagainya, maka lelaki seperti ini kurang diminati oleh wanita untuk menjadi pasangannya. Kebanyakan wanita ingin punya pasangan lelaki yang bisa melindunginya. Baik dalam artian fisik, finansial, maupun psikis alias kejiwaan.

    Lelaki yang lebih kokoh secara fisik lebih disukai oleh kebanyakan wanita, meskipun tidak harus seperti seorang binaragawan. Seorang lelaki yang kaya, juga lebih disukai wanita daripada lelaki yang miskin. Demikian pula lelaki yang memiliki kedewasaan sikap lebih disukai oleh kebanyakan wanita. Meskipun, ada beberapa perkecualian pada orang-orang tertentu. Tetapi sekali lagi kita bicara dalam skala mayoritas.

    Sebaliknya, kalau anda bertanya pada seorang lelaki, wanita macam apakah yang dia rindukan untuk menjadi pasangannya, maka anda akan memperoleh kondisi sebaliknya. Kebanyakan lelaki menyukai wanita yang berkulit lembut dan tidak terlalu berotot.

    Mereka juga lebih suka wanita yang tidak lebih kaya darinya. Kecuali lelaki itu memang ingin “berlindung” kepada sang wanita. Banyak kasus perceraian terjadi disebabkan oleh kalah tingginya penghasilan lelaki dibandingkan dengan wanita. Dan ini menjadi sumber pertengkaran terus menerus di dalam keluarga tersebut. Sekali lagi jika ditanyakan kepada lelaki – dengan kondisi normal – mereka akan lebih suka jika merekalah yang menafkahi keluarganya.

    Para lelaki juga lebih suka kepada wanita yang bermanja-manja kepadanya, butuh perlindungannya, butuh bimbingannya. Ini menjadi salah satu alasan, kenapa banyak pasangan lelaki dan perempuan selalu lebih tua si lelaki. Meskipun ada juga yang sebaliknya. Akan tetapi itu minoritas.

    Namun demikian, lelaki juga suka kepada wanita yang mandiri dalam kewanitaannya. Termasuk dalam sikap keibuannya. Itu bisa berarti keibuan bagi anak-anaknya, tapi sekaligus “keibuan” bagi pasangannya.

    Menariknya, sang wanita juga menyukai dirinya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya, sekaligus juga sebagai “ibu” bagi pasangannya. Tentu saja selama hubungan pasangan itu berjalan normal dan saling menghargai.

    Intinya, jika kita melihat kepada fitrah masing-masing, lelaki dan perempuan itu akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaannya jika mereka bisa memenuhi fitrahnya. Lelaki sebagai lelaki dan perempuan sebagai perempuan…

    Sebagian pendapat menduga, ini adalah produk budaya. Artinya, kebiasaannya sejak dulu memang demikian, sehingga membentuk patron yang demikian pula.

    Akan tetapi, penelitian lebih lanjut tentang otak lelaki dan perempuan, ternyata menunjukkan bahwa mereka memang berbeda secara biologis. Bukan hanya fisik, melainkan sampai ke psikis dan perilakunya, dikarenakan fungsi otak dan hormon yang berbeda.

    Bisa saja kondisi ini dibentuk dan direkayasa untuk berubah, akan tetapi ketika lelaki dan perempuan itu berinteraksi lebih dekat, akan muncul kecenderungan untuk kembali ke fitrah semula. Jika dipaksakan berubah, yang terjadi adalah pertengkaran dan kemudian mereka bakal berpisah atau bercerai. Konsep pasangan akan runtuh. Dan kemudian mereka akan memilih hidup sendiri-sendiri. Lantas, bermunculanlah penyakit-penyakit sosial dikarenakan kegagalan tersebut.

    Ini adalah fitrah alam. Seperti halnya siang dan malam. Bisa saja dipaksakan seseorang mengalami siang terus menerus, atau malam terus menerus, tetapi yang terjadi adalah masalah bagi yang bersangkutan.

    Ini juga seperti konsep sosialisme yang komunis. Sama rasa, sama rata. Semua manusia disamaratakan. Padahal sesungguhnya setiap kita adalah berbeda. Memiliki keinginan yang berbeda. Ingin tampil berbeda. Ingin berekspresi secara berbeda. Memiliki kemampuan yang juga berbeda. Dan pasti memiliki ukuran kepuasan dan kebahagiaan yang berbeda.

    Ketika dipaksa sama, itu hanya akan berjalan sementara waktu. Sekian lama kemudian, semuanya bakal runtuh. Sebagaimana kita saksikan pada sistem komunisme di dunia internasional. Akan tetapi sistem individualisme dan liberalisme yang keterlaluan pun bakal menemui masalah, karena sesungguhnyalah semua manusia memiliki fitrah untuk berpasang-pasangan.

    Kembali kepada lelaki dan perempuan, masing-masing harus memperoleh porsi yang sesuai dengan fitrahnya. Individu yang berbeda, yang diciptakan untuk berpasangan dan membantu satu sama lain.

    Sebagai individu mereka harus memperoleh penghormatan dan penghargaan. Akan tetapi sebagai pasangan, mereka harus bisa saling memberi kepada pasangannya agar terjadi keseimbangan dalam fungsi sosialnya. Setiap kita adalah makhluk individu yang sekaligus makhluk sosial. Individualisme yang sosialis. Atau sosialisme yang individualis…

    ***

    Oleh: Firliana Putri

     
  • erva kurniawan 4:20 am on 6 August 2013 Permalink | Balas  

    Hukum Merokok 

    rokok (1)Hukum Merokok, No Smoking

    Oleh: Dr. Ir. M. Romli, Msc

    Rokok, dulu makruh, kini haram. Sepintas, ini mungkin terasa aneh. Wong hukum kok berubah-ubah, yang dari dulu diketahui makruh sekarang dikatakan haram.

    Hal ini disebabkan kita masih sering mencampuradukkan antara pengertian syariah dan fiqih. Syariah adalah hukum yang diwahyukan oleh Allah SWT, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah. Apa yang telah ditetapkan 14 abad yang lalu berupa hukum Syariah itu, tetap berlaku hingga kini bahkan sampai akhir jaman nanti, tidak berubah.

    Lain halnya dengan Fiqih. Fiqih adalah hukum Islam yang dideduksi dari syariah untuk menjawab situasi-situasi spesifik yang tidak secara langsung ditetapkan oleh hukum syariah. Penetapan hukum berdasarkan deduksi ini dapat saja berubah tergantung pada situasi dan kondisi dimana hukum itu diterapkan. Kedua istilah yang sebenarnya tidak sama ini, hingga kini masih sering dipukul rata saja dengan sebutan, Hukum Islam.

    Lima Ratus Silam

    Budaya (me) rokok termasuk gelaja yang relatif baru di dunia Islam. Tak lama setelah Chirstopher Columbus dan penjelajah-penjelajah Spanyol lainnya mendapati kebiasaan bangsa Aztec ini pada 1500, rokok kemudian tersebar dengan cepatnya ke semenanjung Siberia dan daerah Mediterania. Dunia Islam, pada saat itu berada dui bawah kekhilafahan Ustmaniyah yang berpusat di Turki. Setelah diketahui adanya sebagian orang Islam yang mulai terpengaruh dan mengikuti kebiasaan merokok, maka dipandang perlu oleh penguasa Islam saat itu untuk menetapkan hukum tentang merokok.

    Pendekatan yang digunakan untuk menetapkan hukum merokok, adalah dengan melihat akibat yang nampak ditimbulkan oleh kebiasaan ini. Diketahui bahwa merokok menyebabkan bau nafas yang kurang sedap. Fakta ini kemudian dianalogkan dengan gejala serupa yang dijumpai pada masa Rasulullah Saw, yaitu larangan mendatangi masjid bagi orang-orang yang habis makan bawang putih/bawang merah mentah, karena bau tak sedap yang ditimbulkannya. Hadist mengenai hal ini diriwayatkan antara lain oleh Ibnu Umar, ra, dimana Nabi bersabda, “Siapa yang makan dari tanaman ini (bawang putih) maka jangan mendekat masjid kami” (HR Bukhari-Muslim).

    Sebagaimana kita ketahu, di penghujung sholat setiap orang memberikan salam, yang bisa bertemu muka satu dengan yang lainnya. Dapat dibayangkan, betapa tidak nyamannya bila ucapan salam ke kanan-kiri itu menebarkan “wangi” bawang mentah! Berdasarkan analogi tersebut, para ulama Islam saat itu berpendapat bahwa merokok hukumnya makruh (tercela).

    Kini, Haram

    Demikianlah hukum merokok yang sampai saat ini kita pahami, makruh. Lima ratus tahun berselang, fakta-fakta medis menunjukkan bahwa rokok tidak sekedar menyebabkan bau nafas tak sedap, tetapi juga berakibat negatif secara lebih luas pada kesehatan manusia.

    Sebenarnya pengaruh buruk dari merokok terhadap kesehatan telah diperkirakan sejak awal abad XVII (Encyclopedia Americana, Smoking and Health, p.70 1989). Namun demikian, rupanya perlu waktu hingga 350 tahun untuk mengumpulkan bukti-bukti ilmiah yang cukup untuk meyakinkan dugaan-dugaan itu.

    Kenaikan jumlah kematian akibat kanker paru-paru yang diamati pada awal abad XX telah menggelitik dimulainya penelitian-penelitian ilmiah tentang hubungan antara merkokok dan kesehatan. Sejalan dengan peningkatan pesat penggunaan tembakau, penelitian pun lebih dikembangkan, khususnya pada tahun-tahun 1950-an dan 1960-an.

    Laporan penting tentang akibat merokok terhadap kesehatan dikeluarkan oleh The Surgeon General’s Advisory Committee on Smoking and Health di Amerika Serikat pada tahun 1964. Dua tahun sebelumnya The Royal College of Physician of London di Inggris telah pula mengeluarkan suatu laporan penelitian penting yang mengungkapkan bahwa merokok menyebabkan penyakit kanker paru-paru, bronkitis, serta berbagai penyakit lainnya.

    Hingga tahun 1985 sudah lebih dari 30.000 paper tentang rokok dan kesehatan dipublikasikan. Sekarang ini tanpa ada keraguan sedikitpun disimpulkan bahwa merokok menyebabkan kanker paru-paru baik pada laki-laki maupun wanita. Diketahui juga bahwa kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker pada manusia. Merokok juga dihubungkan dengan kanker mulut, tenggoroka, pankreas, ginjal, dan lain-lain.

    Bukti-bukti ilmiah tentang pengaruh negatif rokok terhadap kesehatan yang telah diringkaskan di atas mengharuskan kita untuk meninjau kembali status hukum makruh merokok yang selama ini kita ketahui. Beberapa fakta berikut ini sangatlah relevan untuk dijadikan bahan perenungan dan pertimbangan, sebelum sebatang rokok lagi mulai anda “nikmati” :

    1. Rokok menyebabkan kanker dan kanker menyebabkan kematian, maka merokok menyebabkan kematian. Hukum tentang perbuatan semacam ini secara terang dijelaskan dalam syariat Islam, antara lain ayat Al-Quran yang terjemahannya adalah: “…dan janganlah kamu membunuh jiwa…” (QS 6:151)

    2. Tubuh kita pada dasarnya adalah amanah dari Allah yang harus dijaga. Mengkonsumsi barang-barang yang bersifat mengganggu fungsi raga dan akal (intoxicant) hukumnya haram, misalnya alkohol, ganja dan sebangsanya. Perhatikan firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib adalah kekejian, termasuk perbuatan setan.Jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu sukses” (QS 5:90). Kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam sebuah hadist yang dikumpulkan oleh Muslim dan Abu Dawud, dimana Nabi Saw berkata, “Setiap yang mengganggu fungsi akal (intoxicant) adalah khamr dan setiap khamr adalah haram”.

    3. Merokok hampir selalu menyebabkan gangguan pada orang lain. Asap rokok yang langsung diisapnya berakibat negatif tidak saja pada dirinya sendiri, tapi juga orang lain di sekitarnya. Asap rokok yang berasal dari ujung puntung maupun yang dikeluarkan kembali dari mulut dan hidung si perokok, menjadi “jatah” orang-orang disekelilingnya. Ini yang disebut passive smoking atau sidestream smoking yang berakibat sama saja dengan mainstream smoking. Berbuat sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya (mudharat) bagi diri sendiri apalagi orang lain, adalah hal yang terlarang menurut syariat. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Laa dharar wa laa dhiraar”.

    4. Harta yang kita miliki tidaklah pantas untuk dibelanjakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaa, misalnya dengan membakarnya menjadi abu dan asap rokok. Tegakah kita melihat selembar uang berwajah kartini dibakar setiap minggunya? Perhatikan ayat-ayat Alquran sebagai berikut: “…dan janganlah menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sungguh para pemboros adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar pada Tuhannya” (QS 17: 26-27). Sungguh ayat ini adalah suatu deskripsi yang sangat serius

    Kesimpulan

    Uraian singkat di atas cukuplah kiranya membuktikan bahwa kebiasaan merokok merupakan suatu perbuatan yang terlarang menurut ajaran Islam. Merokok tidak saja memberikan mudharat bagi pelakunya, tetapi juga bagi orang-orang lain di sekitarnya. Merokok tidak dapat memberikan manfaat apapun bagi pelakunya, sehingga membelanjakan harta untuk rokok termasuk dalam kategori pemborosan (tabdzir) yang sangat dicela oleh Islam.

    Perlu ditegaskan di sini bahwa Islam pada dasarnya adalah suatu sistem yang membangun, bukan yang menghancurkan. Islam tidak datang untuk menghancurkan kebudayaan, moral maupun kebiasan-kebiasaan umat manusia, tetapi ia datang untuk memperbaiki kondisi umat manusia. Dengan demikian segala sesuatunya dilihat dari persepektif kesejahteraan umat manusia, apa yang merugikan dihilangkan dan apa yang bermanfaat dikonfirmasikan. Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa Islam adalah suatu sistem yang:

    “..menyuruh mengerjakan ma’ruf dan melarang perbuatan mungkar, dan menghalalkan segala cara yang baik dan mengharamkan segala yang buruk…” (QS. 7:157).

    Mudah-mudahan kita sekalian diberi kekuatan untuk selalu melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT dan RasulNya, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya.

    Wallahu a’lam

    ***

    Penulis adalah auditor LPPOM MUI, Direktur APN dan Staf Dosen Jurusan Teknologi Industri-FATETA, IPB.

    Sumber: Jurnal Halal No. 5 / I / Mei – Juni 1995

     
    • lazione budy 10:42 pm on 12 Agustus 2013 Permalink

      Haram.
      Saya ikuti anjuran Muhammadyah beberapa tahun yg lalu dan sampai sekarang tidak akan merokok.
      Lebih banyak mudaratnya.

  • erva kurniawan 4:19 am on 10 June 2013 Permalink | Balas  

    Kenapa Berbeda 

    2Mother_sonKenapa Berbeda

    Perbedaan laki-laki dan perempuan, ternyata sudah terjadi sejak saat-saat awal penciptaan manusia di dalam rahim. Penyebab utamanya adalah terbentuknya hormon yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dikendalikan oleh hormon androgen. Sedangkan perempuan dipengaruhi oleh hormon estrogen.

    Hormon-hormon inilah yang bertanggungjawab terhadap terbentuknya fisik lelaki dan perempuan. Lelaki lebih berotot, sedangkan perempuan lebih lemah lembut. Lelaki berkumis dan bercambang, sedangkan perempuan tidak. Lelaki memiliki alat genital kelaki-lakian, sementara perempuan dengan genital kewanitaannya. Dan seterusnya.

    Tapi, darimanakah munculnya hormon-hormon itu? Dan kenapa bisa berbeda antara hormon lelaki dan hormon perempuan? Ternyata, ini disebabkan oleh perintah dari dalam genetika cikal bakal bayi.

    Rangkaian genetika adalah seperangkat ‘perintah’ yang terdapat di dalam inti sel-sel manusia. Pada setiap inti selnya, manusia menyimpan sekitar 5 miliar perintah. Seperti program komputer saja layaknya.

    Pada saat pembentukan janin di dalam rahim, sperma sang ayah dengan ovum sang ibu menyumbangkan separo sifat-sifat mereka. Lantas, bergabung menjadi sebuah sel baru yang disebut sebagai Stem sel. Cikal bakal bayi.

    Di dalam sel tunggal itulah perintah penciptaan mulai berjalan. Ada perintah untuk membentuk kepala, membentuk tangan, kaki, dan berbagai organ-organ tubuh manusia, secara sempurna. Maka sel tunggal itu pun membelah menjadi bertriliun-triliun sel hanya dalam waktu sekitar 9 bulan. Dan kemudian membentuk struktur dan fungsi yang sangat canggih.

    Proses pembedaan antara lelaki dan perempuan dimulai hari ke-13 setelah sperma dan sel telur bergabung menjadi Stem sel. Dan baru berhenti sekitar 10 hari sesudah kelahiran bayi.

    Apakah yang terjadi saat itu? Ternyata ada jenis gen dalam sperma lelaki yang menyebabkan si bayi terbentuk menjadi bayi laki-laki atau bayi perempuan. Namanya Gen SRY alias Sexual Determining Region. Gen ini menghasilkan substansi yang disebut TDF, dan menyebabkan tumbuhnya alat kelamin lelaki atau alat kelamin perempuan.

    Adalah sangat menarik, jenis kelamin bayi yang akan lahir itu ternyata ditentukan oleh sang ayah lewat kromosom Y yang terdapat pada spermanya. Sedangkan sel telur ibu bersifat pasif dalam hal ini. Kromosom ayah memiliki kode XY. Sedangkan kromosom ibu berkode XX.

    Jika kromosom Y dari ayah bertemu dengan kromosom X dari ibu, maka janin tersebut akan berkembang menjadi bayi lelaki. Jika kromosom X dari ayah yang bertemu dengan X dari ibu, maka janin berkembang menjadi bayi perempuan. Ini persis seperti yang diceritakan oleh Al-Qur’an, bahwa penentu jenis kelamin lelaki dan perempuan adalah sperma ayah, bukan sel telur ibu.

    QS. An Najm (53): 45-46 dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan, dari sperma yang dipancarkan.

    Ini sungguh luar biasa. Sejak belasan abad yang lalu Al-Qur’an telah menunjukkan bahwa penentu jenis kelamin pada seorang bayi ternyata adalah sperma yang dipancarkan oleh sang ayah. Dan kini hal tersebut telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa antara laki-laki dan perempuan memang memiliki fungsi yang berbeda tapi saling melengkapi. Tidak bisa disamakan. Jika anda ingin memiliki bayi dengan jenis kelamin tertentu, maka yang harus direkayasa adalah sperma sang ayah.

    Nah, sejak penentuan jenis kelamin itu terjadi, maka janin bakal menghasilkan hormon yang berbeda. Pada janin laki-laki, ia akan menghasilkan hormon androgen alias hormon lelaki. Sedangkan pada wanita akan menghasilkan hormon estrogen.

    Sejak sekitar hari ke 13 itu janin laki-laki menghasilkan hormon-hormon lelaki yaitu testosteron dan MIS (Mullerian duct Inhibiting Substance). Kedua jenis hormon ini akan menyebabkan otak si janin bertumbuh menjadi otak laki-laki.

    Testosteron berfungsi untuk membentuk alat kelamin lelaki dengan segala perlengkapannya, serta menekan terbentuknya kelenjar susu. Sedangkan MIS bertugas untuk mencegah terbentuknya alat kelamin wanita, termasuk rahim dan saluran telur. Dengan demikian, secara berangsur-angsur janin itu akan mengarah kepada bentuk lelaki dengan segala kekhasannya.

    Sebaliknya, janin akan menjadi perempuan jika hormon yang bekerja adalah hormon-hormon estrogen. Secara bertahap si janin akan membentuk semua kelengkapan organ tubuh wanita.

    Perkembangan tersebut – baik pada lelaki maupun wanita – terjadi selama pembentukan bayi di dalam rahim, sampai usia sekitar 10 hari setelah kelahiran. Jika, dalam kurun 10 hari itu terjadi pengaruh-pengaruh pada sistem organ seks mereka, atau fungsi otaknya, maka boleh jadi hal itu akan mengganggu perilaku seksualnya di kemudian hari.

    Sebagai contoh, jika hewan percobaan yang berkelamin jantan dikebiri sesaat setelah kelahirannya, maka di waktu-waktu selanjutnya hewan tersebut akan bertingkah laku sebagai betina. Demikian pula penyuntikan hormon estrogen pada si jantan, juga menyebabkannya bertingkah laku sebagai betina.

    Pada manusia pun terjadi demikian. Jika ada seorang wanita disuntik dengan hormon laki-laki, maka ia akan menunjukkan sifat-sifat yang cenderung laki-laki dan lebih agresif dibanding sebelumnya. Demikian pula sebaliknya, jika seorang lelaki disuntik dengan hormon-hormon kewanitaan, maka ia akan menunjukkan gejala-gejala fisik dan bersikap sebagai perempuan.

    Karena itu jangan heran, pada seorang waria, mereka mengandalkan suntikan hormon itu untuk membentuk fisik mereka agar menjadi lebih wanita. Sekaligus akan berpengaruh pada beberapa sifatnya. Namun, tentu saja, tidak bisa sempurna. Karena sudah “telanjur jadi”.

    ***

    Oleh: Firliana Putri

     
    • portable solar Battery charger 2:30 am on 17 Juni 2013 Permalink

      Sooooooo awesome submit, i love some words so much and
      may i quote a few of them on my blog site?
      I also have e-mailed you relating to could
      it be probable for us to exchange our links, hope speaking with you soon.
      Wonderful Job, Chow!

  • erva kurniawan 3:18 am on 9 June 2013 Permalink | Balas  

    Laki-Laki dan Wanita Sosok yang Berbeda 

    siluet keluarga 2Laki-Laki dan Wanita Sosok yang Berbeda

    Laki-laki dan perempuan adalah sosok yang berbeda. Dalam banyak hal. Karena itu, kita tidak bisa begitu saja menyamakan keduanya, meskipun – tentu saja – mereka sama-sama manusia.

    Perbedaan itu, mulai dari yang bersifat fisik sampai yang bersifat psikis. Dari bentuk maupun fungsinya. Dalam menghadapi masalah, maupun cara menyelesaikannya. Dan dalam berbagai kebiasaan mereka sehari-hari, termasuk aktivitas mereka di dalam rumah tangga.

    Para ahli otak, bahkan menyebut otak perempuan dan otak lelaki memiliki perbedaan struktur dan fungsi, yang terbentuk sejak mereka di dalam kandungan. Di antaranya, otak lelaki memiliki bagian otak reptil yang lebih besar dibandingkan wanita. Padahal, ini adalah bagian yang bertanggungjawab terhadap perilaku kasar seseorang.

    Karena bagian ini lebih besar dan lebih aktif pada seorang lelaki, maka tidak heran lelaki berperilaku lebih kasar dibandingkan dengan wanita. Seperti seekor reptil. Kalau sedang emosi, cenderung untuk mengandalkan fisik. Seperti memukul, membanting, berkata kasar dan sebagainya. Sedangkan pada wanita, bakal menyikapi dengan lebih hati-hati dan terkontrol.

    Pada perempuan, fungsi otaknya lebih tajam dalam menangkap situasi yang terjadi di sekitarnya. Terutama yang terkait dengan perasaan emosional, seperti sedih dan gembira. Termasuk perubahan ekspresi lawan bicaranya, atau bahasa tubuh mereka, dibandingkan lelaki.

    Ternyata semua itu juga berpangkal pada struktur dan fungsi otak yang berbeda antara keduanya. Pada wanita sistem limbiknya bekerja 8 kali lebih kuat dibandingkan dengan lelaki. Inilah yang memungkinkan wanita menjadi lebih perasa. Cuma, sayangnya, kepekaan ini juga membuat wanita lebih emosional dalam bersikap: gampang merasa sedih dan gembira.

    Pada umumnya wanita juga memiliki kemampuan bahasa dan mendiskripsikan persoalan secara lebih mendetil. Ternyata ini disebabkan sel-sel otak yang bertanggungjawab terhadap kemampuan bahasa pada perempuan tersebar dalam wilayah yang luas di otak kanan maupun otak kiri. Sehingga, pada wanita yang mengalami stroke, kebanyakan mereka tidak kehilangan kemampuan bicaranya. Sel-sel yang berkait dengan fungsi bicara masih berjalan dengan baik. Suatu hal yang jarang terjadi pada pria. Kebanyakan pria jika kena stroke, kemampuan bicaranya bakal menurun drastis.

    Kemampuan berbahasa dan perasaan yang halus itu memberikan kemampuan kepada seorang wanita untuk bisa menjelaskan perasaannya dengan lebih mengesankan dibandingkan kebanyakan lelaki. Secara struktural, otak wanita memiliki saraf penghubung antara otak kanan dan kirinya lebih tebal dibandingkan pria.

    Dalam hal seksualitas, keduanya juga memiliki kemampuan dan kencenderungan berbeda. Meskipun masing-masing memiliki libido atau nafsu yang relatif sama. Perbedaan itu lebih pada cara memperoleh dan melakukannya.

    Wanita memiliki saraf-saraf seksualitas yang lebih tersebar dibandingkan lelaki. Hampir di seluruh tubuhnya. Sedangkan lelaki lebih terkonsentrasi pada daerah genitalnya.

    Selain itu, wanita cenderung bersikap pasrah dalam beraktifitas seksual. Sedangkan lelaki lebih bersifat agresif. Kenikmatan dan kepuasan mereka berbeda. Ini disebabkan oleh bagian otak yang disebut preoptic medial yang terdapat di hypothalamus. Bagian ini kaya dengan saraf-saraf penerima rangsangan seksual yang fungsi dan jumlahnya berbeda pada lelaki dan perempuan.

    Wanita lebih suka bergaya lordosis alias pasrah telentang, sedangkan lelaki lebih suka agresif dan bergaya kiposis atau menungging. Meskipun pada prakteknya bisa sangat bervariasi. Itu dikarenakan perbedaan fungsi preoptic medial-nya. Yang satu peka terhadap rangsangan hormon estrogen, sedangkan yang lelaki peka terhadap hormon androgen.

    Otot-otot dan saraf yang bekerja pada sekitar daerah vital mereka pun berbeda. Pada lelaki, ia baru bisa melakukan hubungan seksual jika otot dan sarafnya menegang aktif. Sedangkan pada wanita, tidak perlu kondisi seperti itu. Meskipun otot dan sarafnya sedang pasif, seorang wanita tetap bisa melakukan hubungan intim. Saraf-saraf seksual di tulang punggung lelaki memiliki jumlah dan ketebalan lebih banyak dibandingkan perempuan. Yang disebut sebagai Nukleus Onuf’s, berfungsi mengatur aktif tidaknya alat genital.

    Perbedaan lainnya adalah pada kemampuan mengelola rasa sakit dan stres. Ternyata perempuan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Ini pun disebabkan oleh perbedaan otak mereka.

    Sejak usia baligh, perempuan sudah terbiasa didera nyeri dan stres disebabkan oleh perubahan kondisi menjelang haid alias menstruasi. Nyeri karena datang bulan itu, seringkali datang bersamaan dengan gejolak emosi dan stres.

    Belum lagi, ketika mereka melahirkan. Rasa sakit dan stres semakin meningkat. Tapi mereka bisa mengatasinya dengan baik. Dan berulangkali terjadi, seiring dengan jumlah anak yang mereka lahirkan. Mereka bisa mengelola nyeri dan stres itu lebih baik daripada pria.

    Belum lagi, masa menyusui, masa membesarkan dan mendidik anak, serta berbagai masalah rumah tangga yang datang silih berganti. Wanita memiliki daya tahan yang lebih baik dibandingkan pria. Meskipun, kelihatannya wanita kalah berotot dan lebih lemah. Dan seterusnya. Dan sebagainya.

    Pada dasarnya, pada bagian ini saya hanya ingin mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memang berbeda. Berbagai penelitian bidang kedokteran dan biologi telah membuktikan hal itu. Mereka memang memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Karena itu harus diperlakukan secara berbeda pula. Karena, sesungguhnyalah mereka adalah sosok yang berbeda, dalam fisik, tingkah laku, maupun ukuran kebahagiaannya…

    ***

    Oleh: Firliana Putri

     
  • erva kurniawan 1:01 am on 28 May 2013 Permalink | Balas  

    Kisah Rupiah 

    redenominasiKisah Rupiah

    Lahir sebagai negara fiskal baru, 1946, Republik Indonesia mengadopsi model yang sama. BNI 46 ditetapkan sebagai Bank Sentral, menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI), dengan janji tiap Rp 2 bernilai satu gram emas. Bankir internasonal menolaknya. Setelah menyerah dalam Konferensi Meja Bundar (1949), sebagai syarat pengakuan atas RI, BNI 46 diganti oleh De Javasche Bank (mulai 1951 diubah jadi Bank Indonesia), ORI diganti dengan UBI (Uang Bank Indonesia).

    Begitu diakui (1949) rupiah dipatok Rp 3.8 per dolar AS. Saat ORI jadi UBI (1952) rupiah melorot ke Rp 11.4 per dolar. Sepanjang waktu kemudian rupiah terus melorot sampai Rp 45 (1959), sempat melesat ke Rp 0,25 (1965), berkat sanering (Rp 1000 menjadi Rp 1) oleh Presiden Soekarno. Selama Orde Baru asalnya Rupiah Rp.315.-=USD.1.00; atas order IMF dan Bank Dunia rupiah berkali-kali didevaluasi. Pada 1970 jadi Rp 378, 1971 jadi Rp 415, 1978 merosot lagi 55%, jadi Rp 625; didevaluasi lagi pada September 1983, 45%, jadi Rp 970 per dolar AS. Pada 1986 bertengger di Rp 1.660/dolar AS.

    Dari waktu ke waktu nilai tukar rupiah terus terdepresiasi, mencapai Rp 2.200 per dolar AS sebelum “Krismon” 1997. Rupiah kemudian “terjun bebas” pertengahan 1997, dan sejak itu terus terombang-ambing, lagi-lagi atas kemauan IMF dan Bank Dunia – dalam sistem kurs mengambang, dengan titik terendah Rp 16.000, awal 1998. Saat ini fluktuatif di Rp 9.500-Rp 10.000. Sementara dolar AS sendiri, yang berlaku sebagai jangkar, telah kehilangan lebih dari 95 persen daya belinya sejak berlaku pada 1913. Rupiah telah kehilangan 99 persen daya belinya sejak 1946.

    Belakangan para bankir menemukan teknik baru, bukan untuk menghentikan, tapi menyembunyikan, proses keruntuhan uang kertas. Namanya redenominasi. Pembuangan beberapa angka 0 adalah untuk memberi efek psikologis masyarakat untuk tidak merasakan semakin miskin. Realitas sejatinya tidak bisa dikelabui. Dalam rentang dua tahun terakhir saja sejak isu redenominasi dilontarkan 2010 lalu, diukur dengan nilai telor ayam saja, rupiah telah kehilangan lebih dari 25% daya belinya. Dua tahun lalu Rp 100.000 dapat 7 kg telor ayam, hari ini cuma dapat 5 kg. Tidak ada bedanya rupiah diberi lima angka 0 (Rp 100.000) atau digunduli hanya dengan dua angka 0 (Rp 100). Daya belinya sudah tergerus 25%.

    Redenominasi bukan solusi. Solusinya adalah ikutilah Nabi, kembali kepada Dirham perak dan Dinar emas, yang sudah terbukti bebas dari inflasi.

    ***

    Sumber: wakalanusantara.com

     
  • erva kurniawan 1:15 am on 15 May 2013 Permalink | Balas  

    Misteri Kematian Matahari dalam Al-Quran 

    matahariMisteri Kematian Matahari dalam Al-Quran

    Oleh Dr. Mohamad Daudah

    Dan Matahari berjalan ke tempat Peristirahatannya. Itu adalah keputusan dari Yang Mahakuasa, Yang Maha Mengetahui. (Surah Ya Sin, 38)

    Matahari telah memancarkan panas selama sekitar 5 miliar tahun sebagai akibat dari reaksi kimia konstan berlangsung pada permukaannya. Pada saat yang ditentukan oleh Allah di masa depan, reaksi ini pada akhirnya akan berakhir, dan Matahari akan kehilangan semua energi dan akhirnya Mati. Dalam konteks itu, ayat di atas dapat dijadikan acuan bahwa pada suatu hari energi matahari akan segera berakhir. (Allah maha tahu akan kebenarannya).

    Kata Arab “limustaqarrin” dalam ayat ini merujuk pada tempat tertentu atau waktu. Kata “tajrii” diterjemahkan sebagai “berjalan,” juga bermakna seperti “untuk bergerak, untuk bertindak cepat, untuk bergerak, mengalir.”

    Tampaknya dari arti kata bahwa Matahari akan terus dalam perjalanannya dalam ruang dan waktunya, tetapi pergerakan ini akan berlanjut sampai waktu tertentu yang telah ditetapkan. Ayat “Ketika matahari dipadatkan dalam kegelapan,” (QS. at-takwir, 1) yang muncul dalam deskripsi Hari Kiamat, memberitahu kita bahwa seperti waktu itu akan datang. Waktu tersebut hanya diketahui oleh Allah.

    Kata Arab “taqdiiru,” diterjemahkan sebagai “keputusan” dalam ayat tersebut, termasuk makna seperti “untuk menunjuk, untuk menentukan nasib sesuatu, untuk mengukur.” Dengan ungkapan dalam ayat 38 dari Surah Ya Sin, kita diberitahu bahwa masa hidup Matahari terbatas pada jangka waktu tertentu, yang ditahbiskan oleh Allah.

    “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d, 2)

    Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” (Surah Fatir, 13)

    Penggunaan kata “musamman” dalam ayat di atas menunjukkan bahwa masa hidup Matahari akan berjalan untuk “jangka waktu tertentu.” Analisis ilmiah tentang akhir Matahari menjelaskan sebagai mengkonsumsi 4 juta ton materi kedua, dan mengatakan bahwa Matahari akan mati ketika bahan bakar yang dimiliki semua telah dikonsumsi oleh matahari.

    Panas dan cahaya yang dipancarkan dari matahari adalah energi yang dilepaskan seketika. Inti hidrogen berubah menjadi helium dalam proses fusi nuklir. Energi Matahari, dan karena itu hidupnya, sehingga akan berakhir setelah bahan bakar ini telah digunakan. (Allah maha mengetahui kebenaran.) Laporan berjudul “The Death of the Sun” oleh Departemen Ilmu BBC News mengatakan:

    …Matahari secara bertahap akan mati. Sebagai inti bintang ke dalam kehancuran, akhirnya akan menjadi cukup panas untuk memicu atom lain menyusunnya menjadi helium.

    Sebuah dokumenter, juga berjudul “The Death of the Sun,” disiarkan oleh National Geographic TV, memberikan penjelasan sebagai berikut:

    Matahari menghasilkan panas dan menopang kehidupan di planet kita. Tapi seperti manusia, Matahari juga memiliki umur yang terbatas. Seiring dengan penuaan bintang tersebut, Matahari akan menjadi lebih panas dan menguapkan semua lautan kita dan membunuh semua kehidupan di planet Bumi … Matahari terus menjadi lebih panas karena usia dan membakar bahan bakar lebih cepat. Suhu akan meningkat, akhirnya memusnahkan kehidupan hewan, penguapan laut dan membunuh semua kehidupan tanaman … Matahari akan membengkak dan menjadi bintang raksasa merah, menelan planet-planet terdekat. Daya tarik gravitasinya akan mengurangi dan mungkin memungkinkan Bumi melarikan diri. Pada akhirnya, ia akan menyusut menjadi bintang kecil putih, memancarkan cahaya selama seminggu untuk ratusan miliar tahun.

    Para ilmuwan baru-baru ini menguraikan struktur Matahari dan menemukan apa yang terjadi di dalamnya. Sebelum itu, tak ada yang tahu bagaimana memperoleh energi matahari atau bagaimana Matahari menghasilkan panas dan cahaya.

    “…Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ?” (QS. Al-An’aam, 80)

    ***

    Sumber: berkahsejahteraabadi.blogspot.com

     
  • erva kurniawan 1:45 am on 3 May 2013 Permalink | Balas  

    Menyembelih Sapi (Sebuah Penelitian) 

    menyembelih sapiMenyembelih Sapi (Sebuah Penelitian)

    Just sharing, semoga dihari yang mendatang akan lebih banyak timbul tentang kebenaran islam yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern.. Semoga bermanfaat.

    Di bawah ini adalah tulisan yang disadur dan diringkas oleh Usman Effendi AS.,dari makalah tulisan Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P., Sekretaris Eksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta:

    Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University , sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?

    Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.

    Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.

    Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.

    Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.

    Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!

    Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:

    Penyembelihan Menurut Syariat Islam

    Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:

    Pertama

    pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.

    Kedua

    pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.

    Ketiga

    setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).

    Keempat

    karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.

    Penyembelihan Cara Barat

    Pertama

    segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).

    Kedua

    segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).

    Ketiga

    grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

    Keempat

    karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.

    Bukan Ekspresi Rasa Sakit!

    Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!

    Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

    Nah, jelas bukan, bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara syariat Islam ternyata lebih ‘berperikehewanan’. Apalagi ditambah dengan anjuran untuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan sembelihan :

    “Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).

    ***

    sumber : hasbee.wordpress.com

     
  • erva kurniawan 1:16 am on 29 April 2013 Permalink | Balas  

    Membedakan Zionesme dari Yahudi 

    palestine-flagMembedakan Zionesme dari Yahudi

    Oleh: Harun Yahya

    Sebagaimana disebutkan sebelumnya, sikap toleransi yang wajib diperlihatkan kaum Muslimin terhadap orang-orang ahli kitab telah terbukti sepanjang sejarah Islam. Selama berabad-abad, umat Islam memperlakukan kaum Yahudi dengan sangat bersahabat dan mereka menyambut persahabatan ini dengan kesetiaan. Namun, hal yang telah merusak keadaan ini adalah Zionisme.

    Zionisme muncul pada abad ke-19. Dua hal yang menjadi ciri menonjol Eropa abad ke-19, yakni rasisme dan kolonialisme, telah pula berpengaruh pada Zionisme. Ciri utama lain dari Zionisme adalah bahwa Zionisme adalah ideologi yang jauh dari agama. Orang-orang Yahudi, yang merupakan para mentor ideologis utama dari Zionisme, memiliki keimanan yang lemah terhadap agama mereka. Bahkan, kebanyakan dari mereka adalah ateis. Mereka menganggap agama Yahudi bukan sebagai sebuah agama, tapi sebagai nama suatu ras. Mereka meyakini bahwa masyarakat Yahudi mewakili suatu ras tersendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa Eropa. Dan, karenanya, mustahil bagi orang Yahudi untuk hidup bersama mereka, sehingga bangsa Yahudi memerlukan tanah air tersendiri bagi mereka.

    Hingga saat kemunculan Zionisme di Timur Tengah, ideologi ini tidak mendatangkan apapun selain pertikaian dan penderitaan. Dalam masa di antara dua perang dunia, berbagai kelompok teroris Zionis melakukan serangan berdarah terhadap masyarakat Arab dan Inggris. Di tahun 1948, menyusul didirikannya negara Israel, strategi perluasan wilayah Zionisme telah menyeret keseluruhan Timur Tengah ke dalam kekacauan.

    Titik awal dari Zionisme yang melakukan segala kebiadaban ini bukanlah agama Yahudi, tetapi Darwinisme Sosial, sebuah ideologi rasis dan kolonialis yang merupakan warisan dari abad ke-19. Darwinisme Sosial meyakini adanya perjuangan atau peperangan yang terus-menerus di antara masyarakat manusia. Dengan mengindoktrinasikan ke dalam otak mereka pemikiran “yang kuat akan menang dan yang lemah pasti terkalahkan”, ideologi ini telah menyeret bangsa Jerman kepada Nazisme, sebagaimana orang-orang Yahudi kepada Zionisme.

    Kini, banyak kaum Yahudi agamis, yang menentang Zionisme, mengemukakan kenyataan ini. Sebagian dari para Yahudi taat ini bahkan tidak mengakui Israel sebagai negara yang sah dan, oleh karenanya, menolak untuk mengakuinya. Negarawan Israel Amnon Rubinstein mengatakan: “Zionisme adalah sebuah pemberontakan melawan tanah air (Yahudi) mereka dan sinagog para Pendeta Yahudi”. (Amnon Rubinstein, The Zionist Dream Revisited, hlm. 19)

    Pendeta Yahudi, Forsythe, mengungkapkan bahwa sejak abad ke-19, umat Yahudi telah semakin jauh dari agama dan perasaan takut kepada Tuhan. Kenyataan inilah yang pada akhirnya menimpakan hukuman dalam bentuk tindakan kejam Hitler (kepada mereka), dan kejadian ini merupakan seruan kepada kaum Yahudi agar lebih mentaati agama mereka. Pendeta Forsythe menyatakan bahwa kekejaman dan kerusakan di bumi adalah perbuatan yang dilakukan oleh Amalek (Amalek dalam bahasa Taurat berarti orang-orang yang ingkar kepada Tuhan), dan menambahkan: “Pemeluk Yahudi wajib mengingkari inti dari Amalek, yakni pembangkangan, meninggalkan Taurat dan keingkaran pada Tuhan, kebejatan, amoral, kebiadaban, ketiadaan tata krama atau etika, ketiadaan wewenang dan hukum.” (Rabbi Forsythe, A Torah Insight Into The Holocaust, http://www.shemayisrael.com/rabbiforsythe/holocaust.)

    Zionisme, yang tindakannya bertentangan dengan ajaran Taurat, pada kenyataannya adalah suatu bentuk fasisme, dan fasisme tumbuh dan berakar pada keingkaran terhadap agama, dan bukan dari agama itu sendiri. Karenanya, yang sebenarnya bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Timur Tengah bukanlah agama Yahudi, melainkan Zionisme, sebuah ideologi fasis yang tidak berkaitan sama sekali dengan agama.

    Akan tetapi, sebagaimana yang terjadi pada bentuk-bentuk fasisme yang lain, Zionisme juga berupaya untuk menggunakan agama sebagai alat untuk meraih tujuannya.

    Penafsiran Taurat yang Keliru oleh Kaum Zionis

    Taurat adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa. Allah mengatakan dalam Alquran: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),…” (QS. Al-Maa-idah, 5:44). Sebagaimana pula dinyatakan dalam Alquran, isi Taurat di kemudian hari telah dirubah dengan penambahan perkataan manusia. Itulah mengapa di zaman sekarang telah dijumpai “Taurat yang telah dirubah”.

    Namun, pengkajian terhadap Taurat mengungkap keberadaan inti ajaran-ajaran Agama yang benar di dalam Kitab yang pernah diturunkan ini. Banyak ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh Agama yang benar seperti keimanan kepada Allah, penyerahan diri kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, takut kepada Allah, mencintai Allah, keadilan, cinta, kasih sayang, menentang kebiadaban dan kedzaliman tertulis dalam Taurat dan bagian-bagian lain dari Kitab Perjanjian Lama.

    Selain itu, peperangan yang terjadi sepanjang sejarah dan pembantaian yang terjadi ini dikisahkan dalam Taurat. Jika seseorang berniat untuk mendapatkan dalil – meskipun dengan cara membelokkan fakta-fakta yang ada – untuk membenarkan tindakan keji, pembantaian dan pembunuhan, ia dapat dengan mudah mengambil bagian-bagian ini dalam Taurat sebagai rujukan untuk kepentingan pribadinya. Zionisme menempuh cara ini untuk membenarkan tindakan terorismenya, yang sebenarnya adalah terorisme fasis, dan ia sangat berhasil. Sebagai contoh, Zionisme telah menggunakan bagian-bagian yang berhubungan dengan peperangan dan pembantaian dalam Taurat untuk melegitimasi pembantaian yang dilakukannya terhadap warga Palestina tak berdosa. Ini adalah penafsiran yang tidak benar. Zionisme menggunakan agama sebagai alat untuk membenarkan ideologi fasis dan rasisnya.

    Sungguh, banyak orang-orang Yahudi taat yang menentang penggunaan bagian-bagian Taurat ini sebagai dalil yang membenarkan pembantaian yang dilakukan terhadap warga Palestina sebagai tindakan yang benar. The Neturie Karta, sebuah organisasi Yahudi Ortodoks anti Zionis, menyatakan bahwa, nyatanya, “menurut Taurat, umat Yahudi tidak diizinkan untuk menumpahkan darah, mengganggu, menghina atau menjajah bangsa lain”. Mereka menekankan lebih jauh bahwa, “para politikus Zionis dan rekan-rekan mereka tidak berbicara untuk kepentingan masyarakat Yahudi, nama Israel telah dicuri oleh mereka”. (Rabbi E. Schwartz, Advertisement by Neturei Karta in New York Times, 18 Mei 1993)

    Dengan menjalankan kebijakan biadab pendudukan atas Palestina di Timur Tengah dengan berkedok “agama Yahudi”, Zionisme sebenarnya malah membahayakan agama Yahudi dan masyarakat Yahudi di seluruh dunia, dan menjadikan warga Israel atau Yahudi diaspora sebagai sasaran orang-orang yang ingin membalas terhadap Zionisme.

    ***

    Sumber: http:/www.harunyahya.com/indo/artikel/049.htm

     
  • erva kurniawan 12:36 pm on 20 April 2013 Permalink | Balas  

    Ibu Kita Kartini 

    Ibu Kita Kartini

    Kartini adalah seorang sosok wanita yang tengah berjuang, dimana ia belum sampai pada tujuan perjuangannya. Kartini masih berada dalam proses, proses yang juga dijalani oleh wanita-wanita sesudahnya. Perjalanan Kartini

    Kartini adalah seorang wanita yang cerdas. Terbukti hanya dengan bekal pendidikan Sekolah Rendah (setingkat SD), ia telah mampu mengajukan kritik dan saran pada Pemerintah Hindia Belanda, yang salah satunya berbunyi “Berilah pendidikan bagi bangsa jawa”. Hal ini menunjukkan bahwa Kartini mempunyai keperdulian yang sangat dalam terhadap nasib bangsanya, yang oleh pemerintah Hindia Belanda dibiarkan berada dalam kebodohan dan kebutaan.

    Pada mulanya Kartini tidak bercita-cita untuk menjadi muslimah. Sebelum Kartini lebih jauh mengenal Islam, ia telah mengenal sebuah prinsip melalui semboyan Revolusi Perancis, yaitu Liberte, Egalite, Freternite (Kemerdekaan, Persamaan, Persaudaraan). Beranjak dari sinilah Kartini mulai berusaha mendobrak adat yang berlaku pada masa itu, dimana orang selalu dibeda-bedakan berdasarkan warna darahnya, apakah dia ningrat (berdarah biru) atau bukan. Menurut Kartini, yang membedakan derajat seseorang hanyalah pikirannya (fikroh) dan budi pekertinya (akhlak).

    Kartini Berjuang Sendiri

    Dalam menjalani perjuangannya, Kartini berjuang sendiri, tidak bergabung dengan barisan manapun yang dapat memperkokoh kedudukannya.

    “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. 61:4)

    Sudah merupakan sunatullah, bahwa orang yang berjuang sendirian akan lebih rentan terhadap berbagai serangan yang datang dari musuh-musuhnya. “Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir.” (Ali bin Abi Thalib).

    Serigala itu hanya menerkam domba yang sendirian. Demikianlah yang terjadi pada Kartini. Oleh sebab itu dengan leluasa musuh-musuhnya menjadikan Kartini sebagai permainan serta memper-alatnya. Tidak jarang Kartini menjadi bulan-bulanan musuh-musuhnya yang berkedok sebagai teman surat-menyurat (Stella yang Yahudi), guru privat (Annie Glasser, mata-mata Abendanon), dan lainnya. Bahkan sempat pula Kartini diperalat oleh Ir.H.Van Kol, yang berusaha memperjuangkan ke-berangkatan Kartini ke negeri Belanda, untuk dijadikannnya sebagai saksi hidup atas kebobrokan pemerintah Hindia Belanda di tanah jajahan. Hal ini bukan berarti Van Kol perduli dan membela rakyat di tanah jajahan, tetapi ia berambisi untuk meme-nangkan partainya (sosialis) di parlemen.

    Hidayah Allah

    Seperti telah disebutkan bahwa menjadi seorang muslimah bukanlah awal dari cita-cita Kartini. Bahkan ada suatu masa dimana Ny.Van Kol berusaha mengkristenkan Kartini. Meskipun ia gagal untuk mengkristenkan Kartini, namun ia berhasil mendangkalkan aqidah Kartini. Sehingga dalam beberapa suratnya, Kartini sering menyebutkan Allah dalam konsep trinitas.

    “Namun demikian, Allah pula lah yang mempunyai kehendak atas hamba-Nya. Allah menurunkan hidayah-Nya pada Kartini melalui sebuah pengajian dan pertemuan singkatnya dengan KH. Sholeh Darat. Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)…” (QS. 2:257)

    Inilah titik awal dari pembalikan Kartini (inqilab) dari kegelapan jahiliyah menuju pada cahaya Islam (Minazh Zhulumaati ilan Nuur). Melalui Al-Quran yang sebagian diterjemahkan oleh KH.Soleh Darat, Kartini mulai mempelajari Islam dalam arti yang sebenarnya. Mulai saat itu Kartini bercita-cita untuk menjadi seorang muslimah sejati.

    Kalimat Minazh Zhulumaati ilan Nuur sering Kartini ulang-ulangi di dalam suratnya, yang dalam bahasa Belanda ditulis sebagai Door Duisternis Tot Licht. Sayang-nya, kalimat tersebut diterjemahkan oleh Armijn Pane (nasrani) sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”, sehingga maknanya yang begitu dalam tidak lagi terlihat.

    Rancu

    Meskipun Kartini telah berusaha untuk mempelajari Islam dan berjuang di jalan Islam, tapi ia belum juga mempunyai gambaran yang jelas tentang Islam, sehingga pemahamannya tentang Islam bersifat parsial, tidak menyeluruh. Hal inilah yang menjadikan Kartini tidak tahu akan panjangnya jalan yang harus ditempuh dan bagaimana cara berjalan diatasnya. Pemikirannya sering kali masih rancu dengan konsep Barat dalam operasional dan perinciannya, walaupun secara global adalah konsep Islam. Hal ini sangat mungkin sekali terjadi, karena teman-teman dekat Kartini adalah Yahudi dan Nasrani.

    Juga dalam beberapa suratnya, secara tidak sadar Kartini menceritakan tentang praktek keburukan umat Islam (bukan Islamnya yang buruk) kepara sahabatnya yang bukan muslim. Hal inilah yang kelak kemudian hari akan menjadi bumerang dan fitnah bagi umat Islam.

    Melihat perjalanan kehidupan Kartini, banyak pelajaran yang dapat kita petik. Janganlah kini kita menyalahkan Kartini kalau ia belum bisa lepas dari kungkungan adat dan pengaruh pendidikan baratnya. Kartini telah berjuang untuk mendobraknya, dan ia pun telah berusaha menjadikan dirinya seorang muslimah sejati. Mudah-mudahan Allah merahmati Kartini atas usaha dan perjuangannya.

    “Hidup ini patut kita hayati ! Bagaimana kita mau menang kalau kita tidak berjuang lebih dulu ?” “Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya” Surat-surat Kartini

    ***

    Diringkas dari sumber “Tragedi Kartini” karya Asma Karimah

    Hudzaifah.org

     
  • erva kurniawan 1:17 am on 19 April 2013 Permalink | Balas  

    Raden Ajeng Kartini dan Yu Ngasirah 

    Raden Ajeng Kartini dan Yu Ngasirah

    Oleh: A. Suryana Sudrajat

    Kartini menikah dengan Djojoadiningrat, yang sudah punya tiga istri dan tujuh anak. Bahkan putri tertua suaminya hanya terpaut delapan tahun dari sang Raden Ajeng itu. Perkawinan yang berlangsung pada 8 November 1903 itu praktis menyudahi perlawanannya terhadap praktek poligami di masyarakat Jawa. Setelah diboyong ke Rembang menjadi raden ayu di kabupaten, Kartini tidak lagi bicara soal kedudukan perempuan atau menyerang poligami, bahkan juga cita-citanya mengenai pendidikan. Sangat boleh jadi ia sudah berdamai dengan lingkungannya. Ini memang aneh: seorang pemberontak bisa menjadi begitu lentuk.

    Padahal, bagi Kartini, poligami adalah aib dan dosa karena memperlakukan wanita sewenang-wenang. Itulah serangan-serangannya terhadap praktek tersebut yang amat tajam dan cenderung emosional. “Bagaimana saya bisa menghormati seseorang yang sudah kawin dan menjadi ayah dan kemudian, bila bosan pada anak-anaknya, ia dapat membawa perempuan lain ke rumah dan mengawininya secara sah sesuai dengan hukum Islam?” tulis Kartini kepada Stella Zeehandelaar. Menurut dia, meskipun hal itu seribu kali tidak disebut dosa dalam pandangan Islam, selama-lamanya dia tetap menganggapnya begitu. “Dan dapatkah kamu membayangkan siksaan yang harus diderita seorang perempuan jika suaminya pulang bersama perempuan lain, pesaingnya, dan harus diakuinya sebagai istrinya yang sah?”

    Awalnya adalah Ngasirah. Dia yang melahirkan Kartini pada 21 April 1879. Waktu itu ayah Kartini, Sosroningrat, masih wedana. Tapi ketika diangkat jadi bupati, ia menikah dengan Raden Ajeng Moerjam, keturunan bangsawan Madura. Moerjam-lah yang kemudian menjadi raden ayu Bupati Jepara, bukan Ngasirah yang telah melahirkan delapan anak. Ngasirah, anak kiai yang pedagang kopra dari Desa Mayong, Jepara, tergusur. Dia hanya seorang selir dan tidak berhak tinggal di rumah utama kabupaten. Ia harus memanggil anak-anaknya sendiri ndoro (majikan), sementara mereka memanggil dirinya yu (panggilan untuk orang kebanyakan atau kakak perempuan). Bahkan Ngasirah masih harus merangkak-rangkak dan membungkuk-bungkuk di depan putra-putrinya sendiri.

    Menurut Kardinah, adik Kartini, yang juga dipaksa kawin dengan seorang patih yang sudah beristri dan punya anak, Kartini tidak malu mengaku ibunya dari rakyat biasa. Tapi yang disebut Kardinah itu meragukan. Sebab, meski tidak malu, Kartini sama sekali bungkam mengenai itu. Misalnya ketika ada yang mencoba menanyakannya. Ia juga tidak pernah menuturkan ihwal ibunya yang tragis itu dalam surat-suratnya. Malahan J.H. Abendanon, yang menerbitkan Door Duisternis tot Licht atawa Habis Gelap Terbitlah Terang, tidak menyebut jelas siapa ibu Kartini, selain tidak mengatakan apa-apa tentang kehidupan rumah tangga Sosroningrat. Persoalan ibu kandung Kartini baru muncul setelah pada 1954 H. Boumen menyebutnya secara eksplisit.

    Kritik Kartini kepada Islam yang mendukung poligami memang keras. Ia juga sempat meminta fatwa kepada Snouck Hurgronje, via Abendanon, tentang hak dan kewajiban perempuan dan anak perempuan dalam hukum Islam. Sebulan kemudian dia mendapat jawaban: “perempuan di Jawa dalam soal perkawinan baik-baik saja adanya.” Ia kecewa “orang besar” itu telah menentang perjuangannya. “Masih adakah orang yang dengan tenang mengatakan bahwa ‘keadaan mereka baik-baik saja’ kalau mereka melihat dan mengetahui semuanya yang telah kami lihat dan alami?” tulis Kartini kepada Abendanon. Kartini tak tahu bahwa Snouck, yang sewaktu bermukim di Mekah bernama Abdul Ghaffar, bukanlah “teladan” dalam perkara yang satu ini. Orientalis itu kawin dua kali dengan gadis pribumi yang baru 13 dan 17 tahun, yang tidak diakuinya di depan hukum Belanda. Keturunannya kini bermukim di Bandung.

    Kartini sering merasa sendiri dan putus asa soal poligami. “Saya tidak mau. Mulutku menjerit, hatiku menggemakan jeritan itu ribuan kali.” Baginya, beristri lebih dari satu itu adalah sebuah kejahatan raksasa dan biang keterpurukan perempuan Jawa. Dan bukan tatanan feodalistik masyarakat Jawa yang jadi biang keterpurukan perempuan yang sebenarnya.

    Kartini seperti tidak melihat sistem yang sebenarnya bertanggung jawab dalam menghinakan dan menindas perempuan itu, lebih-lebih perempuan kebanyakan seperti Ngasirah, ibunya. Ia punya keterbatasan untuk melihat bahwa poligami bisa tampak begitu menjijikkan justru karena ia menjadi bagian dari poligami, sistem yang Kartini sendiri cukup bahagia menjadi bagiannya. Toh, akhirnya dia sendiri menikah dengan jenis laki-laki yang tidak dihormatinya itu.

    Betulkah hanya karena tidak kuasa melawan? Di Rembang, ia tidak bicara tentang kedudukan wanita, tapi bersuara lantang dan bagus tentang rakyat yang miskin akibat pajak dan politik candu pemerintah. Ia malahan bangga menceritakan usaha suaminya memberantas candu, yang mendapat tentangan dari seorang anggota Dewan Hindia yang menyatakan bahwa pemerintah masih butuh uang. Pada 10 Agustus 1904 ia menulis kepada Ny. Abendanon: “Tengoklah, jadi bukannya rakyat yang tak mau berhenti mengisap candu, tapi pemerintah. Pahit, tapi benar, kutuk terhadap orang Jawa adalah suatu kekuatan hidup bagi pemerintah.”

    Anehnya pula, kepada sahabat-sahabat Belanda-nya ia mengatakan hidupnya bahagia di tengah tiga selir (yang bernasib seperti Ngasirah, ibunya sendiri) dan tujuh anak mereka. Kebahagiaan, kalau benar, yang hanya sebentar dikecapnya. Ia wafat 17 September 1904, empat hari setelah melahirkan anak laki-laki.

    ***

    (Kolom Majalah Tempo, 17 April 2006)

     
    • Gilig Guru 5:22 am on 21 April 2015 Permalink

      Sebagian besar sumber cerita perjuangan Kartini ini tidak jelas, kecuali buku terjemahan Balai Pustaka/Armin Pane. Surat aslinya banyak yg tidak ada.

  • erva kurniawan 1:19 am on 8 March 2013 Permalink | Balas  

    Filsafat Ilmu 

    ilmuFilsafat Ilmu

    Oleh : Reza Ervani

    Bismilahirrahmanirrahiim

    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Al Quran Al Karim Surah Ali Imran ayat 190-191)

    Merenungkan Penciptaan Langit dan Bumi, dan bergantinya siang dan malam

    Ada sunatullah, hukum-hukum alam, formulasi fisika, pola serasi yang membina langit dan bumi. Ilmu yang kita punya semata-mata hanya merupakan interpretasi dari semua itu

    Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Al Quran Al Karim Surah Ar Rahman ayat 7-9)

    Mencari Tanda-tanda Kebesaran Allah

    Tafakkaru fii khalqillah wa laa tafakkaru fi dzatillah”

    Ah, sepandai-pandainya engkau, sekali lagi, yang sedang kau pelajari hanya tanda-tanda kebesarannya. Di cakupan ruang dan waktu ini, kau hanya sedang belajar tentang ayat-ayatNya, hingga saat nanti Ia izinkan engkau bertemu denganNya.

    Mereka berpegang pada iman sebagai akar ilmu, melahirkan ketekunan

    Berpegang pada patok iman, agar kau tak terlempar jauh dan tak bisa kembali. Saat ada hubungan yang belum kau temukan kaitannya, kembalikan kepada Sang Penguasa Yang Maha Tahu segalanya. Ia akan anugerahkan engkau ketekunan dalam lingkaran luas yang sejuk.

    Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar”. (Al Quran Al Karim Surah Al Qashash ayat 80)

    Memanfaatkan ilmu, sebuah interpretasi amal, melahirkan teknologi

    Silahkan merambah lahan ilmu seluas-luasnya, tapi agar ada manfaatnya, amalkan, interpretasikan dalam karya, yang biasa kita sebut sebagai teknologi. Agar perguruan tinggi tak jadi menara gading, agar semakin tinggi ilmu, semakin terang pula cahaya pencerahan pada masyarakat awam.

    Penghambaan

    Setelah kau dapatkan, tunduk sujud. Karena semakin kau tahu, semakin sadarlah engkau bahwa dirimu tak setara setitik debu di lautan ilmuNya yang Maha Luas. Kau mintakan padaNya agar ilmu tak membawamu kepada logika tak bertuan. Kau mintakan agar ilmuNya menjaga ilmu yang diamanahkan padamu.

    Selamat Mencari Ilmu

    Allahu’Alam

     
    • under sink water filtration 12:59 am on 28 Maret 2013 Permalink

      Today, I went to the beachfront with my children.

      I found a sea shell and gave it to my 4 year old daughter and said “You can hear the ocean if you put this to your ear.” She placed the shell to her ear and screamed.

      There was a hermit crab inside and it pinched her ear.
      She never wants to go back! LoL I know this is totally off topic but
      I had to tell someone! Cheers!

  • erva kurniawan 1:09 am on 28 February 2013 Permalink | Balas  

    3 Faedah Dari Tanda-tanda Yang Ada Di Semesta Alam Dan Penemuan- penemuan Ilmiah 

    semesta alam3 Faedah Dari Tanda-tanda Yang Ada Di Semesta Alam Dan Penemuan- penemuan Ilmiah

    1. Kita dapat menelaah asma-asma dan sifat-sifat Allah SWT yang ada di semesta alam, agar menjadi jelas bagi kita bahwa Allah Maha Bijaksana, Maha Mengatur, Maha Menciptakan, dan Maha Pemberi Rizki. Dialah yang menciptakan tiap-tiap makhluknya dengan sebaik-baiknya dan Anda tidak akan menemukan adanya perbedaan dalam ciptaan-Nya.

    “…(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu…” (QS. An-Naml (27): 88)

    “Dia telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (QS. Thaahaa (20): 50)

    Semuanya itu menunjukkan adanya Allah dan kemahakuasaan-Nya. Perhatikanlah tubuh Anda… perhatikanlah segala aktivitas Anda… dan semua perkataan yang Anda ucapkan. Perhatikanlah pula semua kesibukan, perasaan, dan gagasan Anda. Anda adalah bagian dari alam dan Anda sendiri adalah alam. Pada diri Anda tersembunyi alam yang paling agung. Mengapa Anda tidak mau memikirkan dan merenungkan diri Anda sendiri sehingga Anda menjadi hamba Allah yang baik?

    “(Juga) pada dirimu sendiri, maaka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Adz-Dzaariyaat (51): 21)

    Mula-mula faedah yang dapat kita petik ialah kita dapat menelaah asma- asma Allah melalui semesta alam dan sifat-sifat-Nya. Apabila kita melihat bunga yang merah, kita akan berpikir siapakah yang memberinya warna merah sedemikian indahnya.

    2. Hendaknya perasaan dan penemuan ini dan juga pemahaman ini beralih kepada iman.

    Tidaklah cukup Anda hanya mengenal bahwa yang menciptakan bunga adalah Allah, sedang Anda tetap tidak shalat, tidak menunaikan zakat, tidak bertasbih, dan tidak pula berdzikir kepada Allah. Demikianlah karena seorang peneliti yang kafir sekalipun mengetahui bahwa semua itu adalah buatan Allah, tetapi dia tidak beriman kepada Allah.

    3. Anda dapat berdzikir kepada Allah melalui kitab semesta alam yang ditampilkan oleh Allah kepada Anda sehingga memudahkan Anda untuk mengingat-Nya.

    Anda memandang pohon, maka mulut Anda berdecak kagum mengucapkan “Subhanallah”

    Anda memandang gunung, maka mulut Anda mengatakan “Subhanallah”

    Anda memandang ke air, cahaya, bumi, langit, gunung-gunung, dan lembah-lembah, lalu Anda berdecak kagum seraya mengucapkan “Subhanallah”

    Al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad SAW dan adalah mula-mula surat yang diturunkan adalah Iqra’ (bacalah), padahal beliau adalah seorang yang Ummi, tidak bisa baca dan tulis.

    “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur’an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang memgingkari(mu)”. (QS. Al-Ankabut (29): 48).

    Akan tetapi beliau keluar dari gua Hira dan mengeluarkan kepalanya dari gua hira untuk membaca lembaran semesta alam, lalu membaca bintang-bintang yang gemerlapan, matahari yang terbit, lembah-lembah, aiar yang menyumber, parit-parit dan pancuran-pancuran air, serta sungai-sungai dan pohon-pohon, lalu beliau membaca semua itu. Oleh karena itu, ahlul `ilmi ada yang mengatakan sehubungan dengan makna iqra’, yakni bacalah semua yang terdapat disemesta alam agar Anda mengenal Allah SWT.

    Jangan sampai seseorang diantara kita lalai terhadap ayat-ayat yang besar ini. Manakala dia berekreasi atau pergi ke hutan, ia hanya memandang hasil kreasi manusia yang hina dan meninggalkan kreasi dan buatan Tuhan manusia (Allah SWT).

    Allah SWT telah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda- tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran (3): 190-191)

    Kita memohon kepada Allah semoga Dia menghindarkan kita dari neraka dan menjadikan kita termasuk orang yang menafakuri penciptaan diri dan tanda-tanda yang besar dari kekuasaan Allah yang terdapat di alam semesta.

    Semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita, Muhammad SAW, segenap keluarga dan shahabat-ahahabatnya.

    ***

    die *Cambuk Hati* DR. Aidh Al-Qarni

    Sumber: jkmhal.com

     
  • erva kurniawan 1:06 am on 25 January 2013 Permalink | Balas  

    Tiap Saat Diincar Bencana 

    Tiap Saat Diincar Bencana

    Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?”

    QS. Al Ahzab (33) : 17

    Sebenarnya Bumi adalah planet yang rawan bencana. Tapi memang begitulah, setiap benda langit memiliki kondisi yang kurang lebih sama. Selalu diincar oleh bencana. Hanya, khusus Bumi, Allah memberikan perlindungan ekstra, sehingga bisa dihuni oleh makhluk hidup. Termasuk manusia.

    Bumi memang planet istimewa yang paling aneh di antara sembilan planet lainnya di tatasurya ini. Tidak ada satu pun benda langit anggota tatasurya yang bisa ditempati oleh makhluk hidup, karena tidak memenuhi prasyarat untuk itu. Dan teristimewa karena selalu diancam bencana yang menghancurkan kehidupan.

    Merkurius, planet yang paling dekat matahari, jelas-jelas tidak bisa dihuni disebabkan oleh ekstrimnya suhu permukaan planetnya. Perputaran rotasi Merkurius demikian lambatnya, sehingga ada bagian yang membara karena terlalu lama menghadap matahari, sedangkan bagian lainnya membeku karena terlalu lama membelakangi matahari. Dengan suhu seekstrim itu, tidak ada makhluk hidup yang tahan berada di permukaannya.

    Venus sebagai planet ke dua, memiliki suhu yang ‘lumayan’. Namun, tetap saja tidak bisa dihuni oleh makhluk hidup. Suhunya mencapai 450 derajat celsius. Cukup untuk melelehkan logam timbal. Inilah ‘planet pemanggang’ raksasa. Atmosfernya memiliki tekanan sangat besar dan berat. Kurang lebih sama dengan kalau kita berada di kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut.

    Yang lebih mengerikan, atmosfernya memiliki kandungan asam sulfat – H2SO4 – yang sangat besar dengan ketebalan ribuan meter. Sehingga permukaan planet ini selalu diguyur oleh hujan asam. Tak mungkin ada kehidupan di planet seperti ini.

    Planet yang lebih jauh adalah Mars. Inilah planet ke 4 setelah Bumi. Dulu, banyak ilmuwan berharap akan menemui kehidupan di planet ini. Namun setelah AS mendaratkan pesawat tanpa awaknya ke Mars, terbukti tidak ada kehidupan di sana.

    Bagaimana mungkin bisa ada kehidupan, karena ternyata Mars tidak memiliki prasyarat untuk munculnya kehidupan. Tak ada air. Tak ada kandungan oksigen yang cukup. Atmosfernya dipenuhi oleh gas beracun CO2 dalam kadar yang sangat tinggi.

    Angin badai pasir terjadi selama berbulan-bulan tanpa henti. Permukaannya penuh dengan kawah-kawah selebar ratusan meter, yang sangat dalam dan membahayakan.

    Planet ke 5 adalah Jupiter. Inilah planet terbesar di tatasurya kita. Sebuah planet gas tanpa daratan. Ya, tak ada daratan di sana. Semuanya berbentuk gas dengan suhu yang sangat dingin. Dan angin badai yang berlangsung selama ratusan tahun. Planet ini besarnya sekitar 318 kali Bumi.

    Planet ke 6 adalah Saturnus. Bentuknya sangat khas dengan adanya cincin berisi gas, batu dan es, yang berputar di sekeliling planetnya. Planet ini juga terdiri dari gas dengan komposisi 75% Hidrogen dan 25% Helium. Kerapatannya lebih rendah dibandingkan air. Tentu saja tak mungkin ada kehidupan di planet ke 5 & 6 ini.

    Planet ke 7 adalah Uranus. lnilah planet yang terdiri dari bongkahan batu dan es. Atmosfernya terdiri dari gas beracun metana yang mematikan, bercampur dengan Hidrogen dan Helium. Planet ini memiliki waktu mengelilingi matahari yang sangat panjang. Jika Bumi butuh waktu setahun untuk mengelilingi matahari, maka Uranus butuh waktu 84 tahun untuk sekali keliling matahari.

    Planet ke 8 dan 9 adalah Neptunus dan Pluto. Keduanya adalah bongkahan es yang mati. Suhu di Neptunus berkisar minus 218 derajat celsius. Sedangkan Pluto sekitar minus 328 derajat celsius. Di atas permukaan Neptunus sering terjadi badai dengan kecepatan tinggi sampai 2000 km per jam. Atmosfernya juga dipenuhi Hidrogen, Helium dan Metana sangat tinggi.

    Sedangkan planet ke 10, juga sebuah bongkahan es mati di balik Pluto. Planet ini masih terus diteliti keberadaannya oleh para ahli astronomi.

    Bumi, sebagai planet ke 3 di tatasurya, sungguh memiliki keistimewaan luar biasa. Sehingga memenuhi syarat untuk dihuni makhluk hidup. Seluruh kondisinya sangat unik dan ‘aneh’, karena memiliki mekanisme yang saling mengontrol dalam keseimbangan sempurna.

     

    Atmosfernya tersusun sempurna dengan ketebalan 1000 km, bersaf-saf melindungi penghuninya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Komposisinya juga sempurna, mengandung gas Nitrogen yang tak gampang bereaksi, sebesar 78%. Sementara, oksigennya stabil pada kisaran 21%. Sedangkan gas-gas beracun semisal CO2, CO, dan lainnya, total hanya berjumlah 1%.

    Yang lebih menakjubkan adalah sirkulasi air. Planet ini memiliki keseimbangan sirkulasi air yang mengagumkan. Tak kurang dari 400 miliar ton air mengalami sirkulasi dan penjernihan otomatis sepanjang tahun.

    Hujan air, benar-benar hanya terjadi di planet bumi. Mekanisme hujan akibat pemanasan air di permukaan Bumi oleh sinar matahari ini menjadi sebuah mekanisme penyediaan air bersih yang benar-benar sempurna. Entah apa jadinya jika di Bumi tidak ada mekanisme hujan. Pastilah tidak ada air bersih dalam kadar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara berkualitas.

    Semua air terkumpul di lautan dengan kadar garam yang tinggi. Tak ada air tawar, karena semua air di daratan bakal mengalir ke laut. Maka, manusia akan mengalami masalah besar, karena kesulitan air tawar bersih.

    Bukan hanya air dan udara, planet Bumi dipenuhi oleh segala macam makanan. Uniknya cadangan makanan itu tersedia secara otomatis melalui sebuah mekanisme sempurna yang disebut sebagai ‘rantai makanan’.

    Air, udara, sinar matahari, tumbuh-tumbuhan, dan binatang, bekerjasama untuk membangun suatu mekanisme saling menguntungkan sehingga selalu ‘tercipta’ makanan. Berupa buah-buahan, sayuran, segala macam binatang laut, ternak, unggas, dan lain sebagainya. Semua itu bermunculan dalam mekanisme abadi. Tiada henti, selama berjuta tahun.

    Jika terus kita cermati, maka kita bakal menemukan segala kondisi Bumi ini sangatlah ‘aneh’. Sebagaimana planet yang lain, sebenarnya Bumi ini menyimpan potensi bencana yang luar biasa dahsyatnya. Selain yang datang dari luar, seperti batuan angkasa, sinar matahari, gelombang elektromagnetik dari luar angkasa, maka Bumi sendiri menyimpan bencana yang tiada terkira.

    Di dalam Bumi sendiri ada potensi energi yang demikian besar, berupa magma sebagai inti Bumi. Selain itu ada gas-gas beracun dan bertekanan tinggi di dalam perutnya. Atau lempeng-lennpeng tektonik yang menyimpan energi gempa yang sangat besar dan membahayakan.

    Gelombang air laut, angin badai, petir, banjir, dan semacamnya juga menjadi potensi bencana yang sewaktu-waktu bisa memporak-parandakan kehidupan di muka Bumi. Belum lagi kacaunya iklim, dan berkembang biaknya segala macam penyakit ganas.

    Maka, sebenarnya kehidupan manusia di permukaan planet Bumi ini sangatlah rawan bencana. Terutama ketika mekanisme keseimbangannya telah bergeser jauh dari yang seharusnya. Bencana bakal susul menyusul menghantam semua makhluk yang ada di atasnya, dan menyengsarakan kita semua.

    ***

    Firliana Putri

     
  • erva kurniawan 1:35 am on 7 January 2013 Permalink | Balas  

    Fisika di Balik Keindahan Bulu Merak 

    Fisika di Balik Keindahan Bulu Merak

    Tak seorang pun yang memandang corak bulu merak kuasa menyembunyikan kekaguman atas keindahannya. Satu di antara penelitian terkini yang dilakukan para ilmuwan telah mengungkap keberadaan rancangan mengejutkan yang mendasari pola-pola ini.

    Para ilmuwan Cina telah menemukan mekanisme rumit dari rambut-rambut teramat kecil pada bulu merak yang menyaring dan memantulkan cahaya dengan aneka panjang gelombang. Menurut pengkajian yang dilakukan oleh fisikawan dari Universitas Fudan, Jian Zi, dan rekan-rekannya, dan diterbitkan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, warna-warna cerah bulu tersebut bukanlah dihasilkan oleh molekul pemberi warna atau pigmen, akan tetapi oleh struktur dua dimensi berukuran teramat kecil yang menyerupai kristal. (1)

    Zi dan rekan-rekannya menggunakan mikroskop elektron yang sangat kuat untuk menyingkap penyebab utama yang memunculkan warna pada bulu merak. Mereka meneliti barbula pada merak hijau jantan (Pavo rnuticus). Barbula adalah rambut-rambut mikro yang jauh lebih kecil yang terdapat pada barb, yakni serat bulu yang tumbuh pada tulang bulu. Di bawah mikroskop, mereka menemukan desain tatanan lempeng-lempeng kecil berwarna hitam putih, sebagaimana gambar di sebelah kanan. Desain ini tersusun atas batang-batang tipis yang terbuat dari protein melanin yang terikat dengan protein lain, yakni keratin. Para peneliti mengamati bahwa bentuk dua dimensi ini, yang ratusan kali lebih tipis daripada sehelai rambut manusia, tersusun saling bertumpukan pada rambut-rambut mikro. Melalui pengkajian optis dan penghitungan, para ilmuwan meneliti ruang yang terdapat di antara batang-batang tipis atau kristal-kristal ini, berikut dampaknya. Alhasil, terungkap bahwa ukuran dan bentuk ruang di dalam tatanan kristal tersebut menyebabkan cahaya dipantulkan dengan beragam sudut yang memiliki perbedaan sangat kecil, dan dengannya memunculkan aneka warna.

    “Ekor merak jantan memiliki keindahan yang memukau karena pola-pola berbentuk mata yang berkilau, cemerlang, beraneka ragam dan berwarna,” kata Zi, yang kemudian mengatakan, “ketika saya memandang pola berbentuk mata yang terkena sinar matahari, saya takjub akan keindahan bulu-bulu yang sangat mengesankan tersebut.”(2) Zi menyatakan bahwa sebelum pengkajian yang mereka lakukan, mekanisme fisika yang menghasilkan warna pada bulu-bulu merak belumlah diketahui pasti. Meskipun mekanisme yang mereka temukan ternyata sederhana, mekanisme ini benar-benar cerdas.

    Jelas bahwa terdapat desain yang ditata dengan sangat istimewa pada pola bulu merak. Penataan kristal-kristal dan ruang-ruang [celah-celah] teramat kecil di antara kristal-kristal ini adalah bukti terbesar bagi keberadaan desain ini. Pengaturan antar-ruangnya secara khusus sungguh memukau. Jika hal ini tidak ditata sedemikian rupa agar memantulkan cahaya dengan sudut yang sedikit berbeda satu sama lain, maka keanekaragaman warna tersebut tidak akan terbentuk.

    Sebagian besar warna bulu merak terbentuk berdasarkan pewarnaan struktural. Tidak terdapat molekul atau zat pewarna pada bulu-bulu yang memperlihatkan warna struktural, dan warna-warna yang serupa dengan yang terdapat pada permukaan gelembung-gelembung air sabun dapat terbentuk. Warna rambut manusia berasal dari molekul warna atau pigmen, dan tak menjadi soal sejauh mana seseorang merawat rambutnya, hasilnya tidak akan pernah secemerlang dan seindah bulu merak.

    Telah pula dinyatakan bahwa desain cerdas pada merak ini dapat dijadikan sumber ilham bagi rancangan industri. Andrew Parker, ilmuwan zoologi dan pakar pewarnaan di Universitas Oxford, yang menafsirkan penemuan Zi mengatakan bahwa penemuan apa yang disebut sebagai kristal-kristal fotonik pada bulu merak memungkinkan para ilmuwan meniru rancangan dan bentuk tersebut untuk digunakan dalam penerapan di dunia industri dan komersial. Kristal-kristal ini dapat digunakan untuk melewatkan cahaya pada perangkat telekomunikasi, atau untuk membuat chip komputer baru berukuran sangat kecil. (3)

    Jelas bahwa merak memiliki pola dan corak luar biasa dan desain istimewa, dan berkat mekanisme yang sangat sederhana ini, mungkin tidak akan lama lagi, kita akan melihat barang dan perlengkapan yang memiliki lapisan sangat cemerlang pada permukaannya. Namun, bagaimanakah desain memesona, cerdas dan penuh ilham semacam ini pertama kali muncul? Mungkinkah merak tahu bahwa warna-warni pada bulunya terbentuk karena adanya kristal-kristal dan ruang-ruang antar-kristal pada bulunya? Mungkinkah merak itu sendiri yang menempatkan bulu-bulu pada tubuhnya dan kemudian memutuskan untuk menambahkan suatu mekanisme pewarnaan padanya? Mungkinkah merak telah merancang mekanisme itu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan desain yang sangat memukau tersebut? Sudah pasti tidak.

    Sebagai contoh, jika kita melihat corak mengagumkan yang terbuat dari batu-batu berwarna ketika kita berjalan di sepanjang tepian sungai, dan jika kita melihat pula bahwa terdapat pola menyerupai mata yang tersusun menyerupai sebuah kipas, maka akan muncul dalam benak kita bahwa semua ini telah diletakkan secara sengaja, dan bukan muncul menjadi ada dengan sendirinya atau secara kebetulan. Sudah pasti bahwa pola-pola ini, yang mencerminkan sisi keindahan dan yang menyentuh cita rasa keindahan dalam diri manusia, telah dibuat oleh seorang seniman. Hal yang sama berlaku pula bagi bulu-bulu merak. Sebagaimana lukisan dan desain yang mengungkap keberadaan para seniman yang membuatnya, maka corak dan pola pada bulu merak mengungkap keberadaan Pencipta yang membuatnya. Tidak ada keraguan bahwa Allahlah yang merakit dan menyusun bentuk-bentuk mirip kristal tersebut pada bulu merak dan menghasilkan pola-pola yang sedemikian memukau bagi sang merak. Allah menyatakan Penciptaannya yang tanpa cacat dalam sebuah ayat Al Qur’an:

    Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik Bertasbih KepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Hasyr, 59:24)

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:27 am on 18 December 2012 Permalink | Balas  

    Belajar Dari Lebah Dan Madu Opsi 

    Belajar dari Lebah dan Madu Opsi

    Oleh: Aa Gym

    Dari perut Lebah itu keluarlah minuman (Madu) yang macam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan (Q.S. An Nahl 69)

    Allah menciptakan Lebah ini bukan semata-mata jadi Lebah. Tetapi jadi pelajaran bagi kita. Karena tidak ada satupun yang Allah ciptakan sia-sia. Apa hikmah yang dapat kita ambil dari Lebah ini?

    Saudaraku di seluruh penjuru. Aa tertarik tentang Madu. Madu ini asalnya adalah sari-sari bunga yang dikumpulkan oleh Lebah, yang setelah diproses dalam tubuh Lebah akan dihasilkan Madu. Masuknya adalah sesuatu yang bagus, yaitu sari dan bunga, dan keluarnya jauh lebih bagus yaitu Madu. Madu ini bermanfaat bagi dirinya, manfaat bagi manusia, menjadi obat menyehatkan, menyembuhkan, memperbaiki kulit, berbagai hal, dahsyat sekali.

    Artinya kalau sesuatu itu dimasukkan input yang bagus-bagus, yang positif-positif, maka hasilnya akan jauh lebih positif, jauh lebih baik. Kalau kita terbiasa mengambil input secara berpikir dan cara bertindak yang positif, masukan yang kita simpan di pikiran yang positif, disimpan didalam hati kita bagus-bagus seperti bunga. Maka akan lahirlah pribadi yang seperti Madu. Cemerlang, manfaat, jadi obat, jadi penerang orang yang didalam kegelapan. Penyemangat orang-orang yang lunglai, menumbuhkan bibit-bibit kebajikan, serta menebar bibit-bibit kemuliaan.

    Nah tampaknya dalam hidup berkeluarga sebaiknya juga seperti ini, sangat senang mengumpulkan input-input positif, dan biasa menyebarkan sesuatu yang positif.

    Ingin sekali ya seperti Lebah, menjadi wanita yang selalu berpikir positif. Ketika melihat apapun yang ada di sekelilingnya. Sehingga pikirannya tidak sempat berpikir negatif. Yang membuat seseorang cepat maju bahkan mudah sekali untuk menjadi pribadi yang bisa mengajak orang lain karena selalu berpikir positif.

    Ya jadi memang tabungan kita ini, tabungan pikiran itu harus kita olah, sehingga yang masuk yang positif. Di setiap kejadian pasti ada hikmah. Pikirannya itu membangun bukan merusak. Mempersatukan bukan mencerai berai, menyemangati bukan melemahkan. Pokoknya pikiran yang positif-positif maka nanti akan lahirlah perilaku positif. Inilah yang harus kita evaluasi pada diri kita. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

    Semoga Allah menjadikan hari ini, hari penuh berkah, hari penuh perubahan menuju kebaikan. Hari yang penuh manfaat. Amin ya rabbal alamin.

    ***

    dtjakarta.or.id

     
  • erva kurniawan 1:19 am on 3 December 2012 Permalink | Balas  

    Tips Orangtua Jika Mengetahui Anak Menyalahgunakan Narkoba 

    Tips Orangtua Jika Mengetahui Anak Menyalahgunakan Narkoba

    Fenomena penyalahgunaan Narkoba menjadi pembicaraan semua pihak, khususnya orang tua. Perang terhadap Narkoba telah dikumandangkan. Orang tua menjadi sangat khawatir dengan pergaulan anak-anaknya. Kekhawatiran ini membuat para orang tua atau pihak yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan remaja dan pemuda mulai mendirikan LSM anti Narkoba dan panti rehabilitasi untuk ketergantungan Narkoba. Seminar, sarasehan, kelompok studi tentang narkoba dan penanggulangannya sudah sangat banyak dilakukan, termasuk melatih dan merekrut sejumlah orang untuk menjadi tenaga penyuluhan untuk memerangi Narkoba. Di pihak lain, pengedar tampaknya semakin menjadi-jadi, bahkan mengedarkan narkoba sampai kepada pelajar SD.

    Fenomena penyalahgunaan Narkoba menjadi pembicaraan semua pihak, khususnya orang tua. Perang terhadap Narkoba telah dikumandangkan. Orang tua menjadi sangat khawatir dengan pergaulan anak-anaknya. Kekhawatiran ini membuat para orang tua atau pihak yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan remaja dan pemuda mulai mendirikan LSM anti Narkoba dan panti rehabilitasi untuk ketergantungan Narkoba. Seminar, sarasehan, kelompok studi tentang narkoba dan penanggulangannya sudah sangat banyak dilakukan, termasuk melatih dan merekrut sejumlah orang untuk menjadi tenaga penyuluhan untuk memerangi Narkoba. Di pihak lain, pengedar tampaknya semakin menjadi-jadi, bahkan mengedarkan narkoba sampai kepada pelajar SD.

    Anak kita terperangkap penyalahgunaan Narkoba tentu saja tidak terlepas dari masalah yang mendorongnya, seperti terpengaruh teman sebaya atau lingkungan di mana dia bergaul atau karena tidak harmonisnya hubungan antara anak dan orang tua sehingga si anak melakukan pelarian dengan mengkonsumsi Narkoba.

    Bagi remaja, hubungan teman sebaya meluas dan menduduki peran utama pada kehidupan mereka. Teman sebaya secara tipikal menggantikan peran keluarga sebagai hal utama untuk sosialisasi dan aktivitas waktu luang. Remaja memiliki hubungan teman sebaya yang bervariasi dan membuat norma dan system nilai yang berbeda. Faktor resiko teman sebaya dapat digambarkan sebagai berikut : Berhubungan dengan teman sebaya yang menggunakan obat-obatan memiliki kecenderungan yang besar juga menggunakan obat-obatan. Tekanan negatif dari teman sebaya dapat menjadi resiko tersendiri. Contoh anak yang sebenarnya berasal dari keluarga baik-baik, mendapat nilai baik di sekolah dan tinggal di lingkungan yang baik pula, namun akhirnya terperangkap mengkonsumsi narkoba karena pengaruh temannya.

    Berikut tips yang barangkali berguna bagi orang tua yang redaksi sarikan dari buku Penanggulangan Terpadu Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Masyarakat di DKI Jakarta:

    • Berusahalah tenang. Kendalikan emosi, marah, tersinmggung atau rasa bersalah tidak ada gunanya.
    • Jangan tunda masalah. Hadapilah kenyataan itu. Adakan dialog terbuka dengan anak dengan sikap tenang. Kemukakan apa yang Anda ketahui, tidak dengan cara menuduh. Jangan pada saat ia masih berada dalam pengaruh Narkoba.
    • Dengarkan anak dan beri dorongan nonverbal kepadanya. Dialog dengan anak merupakan kunci pemecahan masalah. Jangan rendahkan harga dirinya. Buatlah agar ia merasa aman dan nyaman berbicara dengan Anda.
    • Jika ia mau mengakui hal itu, hargailah kejujurannya. Anda pun perlu bersyukur karena dapat menciptakan keterbukaan itu.
    • Jujur terhadap diri sendiri. Beri contoh sikap jujur dan terbuka. Mau mengakui kelemahan dan kesalahan sendiri. Jangan membela diri atau merasa diri benar. Saling memaafkan untuk kesalahan sikap, kata-kata atau perbuatan di masa lalu yang menyakitkan orang lain.
    • Jika perlu minta bantuan pihak ketiga , jika sulit mengendalikan emosi, minta bantuan pihak ketiga yang dapat melakukan pendekatan yang lebih baik.
    • Tingkatkan hubungan dalam keluarga teliti hubungan dengan anak/anggota keluarga lain. Selesaikan konflik pribadi yang ada. Rencanakan rekreasi dengan anak atau anggota kelurga lain.
    • Bangun kehidupan berdisiplin, untuk menjauhkan anak dari lingkungan di mana Narkoba digunakan.
    • Cari Pertolongan tenaga profesi, pusat pengobatan atau rehabilitasi. Dengan atau tanpa seizin anak, berkonsultasilah kepada tenaga ahli.
    • Pendekatan kepada orangtua teman anak pemakai Narkoba, kunjungi orangtua teman anak Anda yang menggunakan Narkoba pada waktu yang tepat. Ungkapkan apa yang Anda ketahui dengan hati-hati dan bijaksana. Ajaklah bekerjasama menghadapi masalah itu.

    Lalu bagaimana caranya agar orangtua dapat mencegah penyalahgunaan Narkoba di rumah? Berikut Tipsnya:

    1. Menjadi teladan atau role model dalam budaya anti-Narkoba, anti kekerasan dan disiplin diri:

    • Orangtua yang juga menyalahgunakan narkoba tidak memiliki wibawa terhadap anaknya untuk juga tidak menggunakannya.
    • Perlihatkan kemampuan orangtua untuk berkata tidak dan untuk meminta tolong jika perlu
    • Tidak menggunakan cara kekerasan (tindakan dan kata-kata) terhadap anak dan orang lain. Hormati hak-hak asasi anak dan orang lain. Perlakukan anak atau orang lain dengan adil dan bijaksana.
    • Hidup secara tertib dan teratur.

    2. Membantu anak mengembangkan kemampuan menolak tekanan kelompok sebaya untuk menggunakan Narkoba atau terlibat dalam kekerasan:

    • Beritahu anak mengenai haknya melakukan hak yang cocok bagi dirinya didasari rasa tanggung jawab, sehingga jika ada teman yang memaksa atau membujuk, ia berhak untuk menolaknya.
    • Bimbing anak mencari kawan sejati, yang tidak menjerumuskan dirinyaa dalam hal yang merugikan atau merusak.
    • Ajarkan anak menolak tawaran penyalahgunaan Narkoba.
    • Mengetahui jadwal kegiatan anak dan siapa kawan-kawannya.

    3. Mendukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif:

    • Mendukung kegiatan anak di sekolah, berolahraga, memiliki hobi, bermain musik, dan lain-lain tanpa menuntut anak agar berprestasi atau menang.
    • Orangtua melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan anak. Anak sangat menghargai saat-saat orangtua melibatkan diri dalam kegiatan mereka.

    4. Membuat kesepakatan bersama tentang norma dan peraturan :

    • Anak ajar hidup yang teratur. Dorong anak belajar bertanggung jawab dengan menetapkan aturan bagi perilaku atau kegiatannya sehari-hari. Termasuk tidak menyalahgunakan Narkoba.
    • Tetapkan hal itu secara adil dan tuliskan peraturan-peraturan itu.

    ***

    Sumber BNN

     
  • erva kurniawan 1:41 am on 26 November 2012 Permalink | Balas  

    Makhluk dan Sang Pencipta 

    Makhluk dan Sang Pencipta

    Ketika kita berbicara tentang wihdatul wujud, atau Tauhidul wujud -manunggaling kawula lan gusti – kita tidak bisa melepaskan diri dari keberadaan dua tokoh terkenal: Husain bin Mansyur al Hallaj dan Syech Siti Jenar. Mereka adalah tokoh-tokoh yang dikenal sebagai penganut faham bersatunya makhluk dengan Tuhannya. Al Hallaj hidup pada abad ke 10 di Bagdad, sedangkan Syech Siti Jenar abad ke 16 di Pulau Jawa.

    Sampai akhir hayatnya dihukum oleh ‘penguasa’ pada zaman itu kedua tokoh tersebut tetap Istiqamah berpendapat bahwa Allah dan makhluk adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

    Lepas dari berbagai penyimpangan pemahaman dan kontroversi yang terjadi baik oleh para muridnya maupun periwayat konsep ‘Bersatunya Tuhan & Makhluk’ ini sangat menarik untuk dikaji.

    Benarkah Al Qur’an mengajarkan tentang ‘bersatunya Tuhan dengan makhluk ‘ataukah tidak. Sebagai konsep Tauhid, tidak bisa tidak, kita harus mendiskusikannya agar memperoleh kefahaman yang holistik alias menyeluruh. Kefahaman Tauhid yang baik akan memberikan dasar yang kuat bagi seluruh proses beragama kita.

    Saya mengenal untuk pertama kalinya tentang Tauhidul wujud dari ayah saya. Waktu itu, saya masih sekolah SD, entah usia berapa. Ayah bertanya kepada saya, saat kami masih di meja makan usai makan malam: “tahu nggak kamu, Tuhan ada dimana?”

    Ayah memang biasa mengajak diskusi anak-anaknya. Atau kadang sekadar bercerita agama. Tidak ada waktu khusus. Beliau bisa bercerita atau mengajak diskusi kapan saja beliau mau. Kebanyakan, beliau mengajarkan ilmu tauhid kepada kami.

    Namun, diskusi di meja makan itu, agaknya telah menjadi ‘provokasi’ yang sangat mengesankan dalam pemahaman saya terhadap agama, yang kemudian teringat sampai kini. Provokasi itu telah menjelma menjadi inspirasi tiada henti dalam kehidupan saya.Yang kemudian, mengalir di tulisan-tulisan saya: Terus ‘mencari’ Allah lewat pendekatan empirik.

    Waktu itu, saya menjawab pertanyaan ayah sekenanya sebagai anak kecil. Saya katakan, Tuhan ada di Surga! Ayah saya bukan membenarkan atau menyalahkan, tapi malah bertanya lagi. ‘Kalau Tuhan di Surga, apakah di luar Surga tidak ada Tuhan?”

    Wah, sulit juga bagi anak kecil untuk menjawab pertanyaan itu! Secara spontan saya menjawab pertanyaan tersebut dengan mencari jawaban lain. Saya katakan, ‘kalau begitu, Tuhan pasti ada di langit’

    Bayangan saya, langit begitu besarnya. Mungkin lebih besar dari surga. Dan saya sering melihat orang-orang berdoa menengadah ke langit. Pasti inilah jawaban yang benar, pikir saya.

    Tapi, lagi-lagi, ayah saya tidak membenarkan atau menyalahkan, melainkan menyodori pertanyaan berikutnya. “Kalau Tuhan berada di langit, apakah DIA tidak berada di Bumi bersama kita? Jauh sekall Tuhan dari kita?”

    Saya tidak mau menyerah begitu saja, meskipun saya menangkap nuansa bahwa jawaban saya tersebut dianggap ayah tidak tepat. Maka, saya lantas ‘menebak’ sekali lagi. “Kalau gitu, Tuhan bersama kita semua” sahut saya! Ayah saya tersenyum, tapi sambil bertanya terus: ‘Kalau Tuhan bersama setiap manusia, apakah DIA itu banyak? Bukankah DIA cuma SATU?” Sampai di sini, buntulah akal saya. Menyerah. “Jadi, Tuhan ada di mana?” Sergah saya setengah putus asa.

    Ayah lantas mengambil gelas yang berisi air teh di meja makan. Bukan menjawab, tapi masih terus bertanya. “Kamu lihat air teh yang berwarna kecoklatan ini. Dari mana warna tersebut?” Tentu saja saya jawab: “dari daun teh yang dicelupkan ke dalam air”

    Beliau lantas bertanya lagi:”apakah kamu bisa membedakan antara warna air dengan warna teh di dalam air teh ini?” Saya menggelengkan kepala. Karena, tentu saja, saya tidak bisa membedakan warna air dengan warna tehnya. Keduanya telah menyatu dalam ‘air teh’ yang berwarna kecoklat-coklatan.

    Begitulah keberadaan Tuhan terhadap makhluk-Nya. Tuhan ibarat air putih, sedangkan makhluk ibarat daun teh yang dicelupkan. Keduanya kini menjadi satu. Warna teh sudah larut ke dalam air putih, menjadi air teh yang berwarna kecoklat-coklatan.”

    Saya manggut-manggut. Meskipun, sebenarnya tidak cukup mengerti dengan perumpamaan tersebut. Saya hanya menangkap kesan, bahwa ayah saya sedang ingin mengajarkan: Tuhan itu bersatu dengan makhlukNya tanpa dapat dipisahkan, bagaikan warna air putih dengan warna teh, yang telah menyatu ke dalam segelas air teh…

    Ketidakpahaman saya itu terus memprovokasi pikiran saya sampai dewasa. Dan baru menemukan bentuknya setelah saya cukup dewasa dalam berpikir, bertahun-tahun kemudian. Apalagi setelah saya membaca beberapa diskusi tentang konsep wihdatul wujud dan Tauhidul wujud yang diturunkan dari Al Hallaj dan Siti Jenar. Ketiganya memiliki kemiripan dalam mempersepsi kebersatuan antara Tuhan dengan makhlukNya.

    Konsep ini memang tidak mudah untuk dipahami. Bahkan boleh dikata cukup rumit. Karena itu, tidak semua orang bisa memahami dengan tepat. Apalagi jika tidak pas dalam membuat perumpamaannya. Maka, saya lantas bisa mengerti kenapa banyak murid kedua tokoh itu, atau periwayat sejarah dan ajaran mereka, cenderung ‘meleset’ dalam memahami kebersatuannya dengan Allah.

    Saya pun baru menyadarinya belum lama ini. Setelah lebih banyak melakukan eksplorasi ayat-ayat tauhid dari dalam Al Qur’an.

    Kesalahan yang paling mendasar dari kefahaman tauhidul wujud selama ini, agaknya terletak pada ‘menyamakan derajat antara makhluk dengan Allah. Barangkali, ini dikarenakan sulitnya menjelaskan konsep manunggaling kawula lan gusti itu. Tidak ada perumpamaan yang bisa menjelaskan dengan persis, konsep tersebut.

    Ayah saya mengatakan, semakin paham kita tentang konsep tauhid, sebenarnya kita semakin tidak mampu untuk menjelaskan secara tepat. Bahasa manusia sudah tidak mencukupi lagi untuk menceritakan Eksistensi Allah.

    Namun, tidak bisa tidak, kita harus menceritakan sebagai pembelajaran. Agar kita memperoleh kepahaman. Disinilah problem utamanya.

    Ketika ayah saya mengambil air teh sebagai perumpamaan bersatunya makhluk dengan Allah, saya akui saya terjebak pada kesan bahwa Allah dan makhluk memiliki derajat yang sama. Ya, bagaikan warna air yang telah menyatu dengan warna teh.

    Saya terjebak pada kesan bahwa air memiliki volume yang sama persis dengan volume teh yang telah larut di dalam air. Yaitu, sama-sama 1 gelas! Keterjebakan ini dialami juga oleh para murid Siti Jenar atau bahkan mungkin oleh Siti Jenar sendiri ketika mengatakan ‘dirinya adalah Allah’ karena sudah bersatu denganNya. Padahal, bukan begitu maksud perumpamaan di atas. Ada juga yang mengumpamakan api dan kayu bakar, sama-sama terbakar.

    Sebenarnya, ayah saya ingin menegaskan bahwa warna teh telah larut ke dalam warna air. Atau dengan kata lain, eksistensi makhluk telah larut ke dalam eksistensi Allah, Tapi, tetap saja, warna teh bukanlah warna air, yang telah melarutkannya. Atau, to the point, makhluk bukanlah Allah. Dan Allah bukanlah makhluk!

    Dan yang kedua, dengan perumpamaan itu, beliau ingin mengatakan bahwa warna teh yang telah larut ke dalam warna air itu tidak bisa lagi dibedakan dari warna airnya. Kedua-duanya telah bersatu padu…

    Setelah dewasa, saya baru menyadari bahwa perumpamaan itu memang memiliki beberapa kelemahan dalam mewadahi konsep Tauhidul wujud. Karena bisa mengundang persepsi yang keliru. Bukan karena kesengajaan. Tetapi, sekadar karena kekurang tepatan dalam mengambil perumpamaan.

    Disinilah saya merasa perlu untuk melengkapi beberapa bagian yang saya anggap kurang pas. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, saya melakukan berbagai eksplorasi terhadap konsep tauhid ini, dan ternyata saya tidak beranjak jauh dari apa yang diajarkan ayah saya sejak kecil.

    Bahwa makhluk memang tak mungkin berada di luar Allah. Tidak bisa tidak, makhluk mesti berasal dari Allah. Berada di dalam Nya & Bersatu denganNya.

    Tapi, barangkali sedikit berbeda dalam menguraikan masalah dan mengambil perumpamaannya. Karena, saya lebih banyak menjelaskan dari sudut pandang ilmu-ilmu empirik yang bertumpu pada rasio dan logika yang memang menjadi bahasa komunikasi masyarakat modern.

    Tentu saja, dengan satu harapan: jangan sampai pembaca menganggap dirinya sederajat dengan Allah, karena sudah merasa bersatu denganNya. Apalagi, lantas meninggalkan syariat ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah saw!

    Semoga bermanfaat. Selamat berdiskusi…

    ***

    Dari: Sahabat

     
    • Chuckin mania 11:18 am on 10 Desember 2012 Permalink

      Alhmdllah..sya sdikit bnyaknya dpat mnangkap apa yg agan coba smpaikan..
      klo boleh sya mnambahkan,mngkin prumpamaan yg diutarakan oleh ayah agan mmang bnar/tepat,nmun dibutuhkan pnjiwaan yg mndalam agar mmpu mngartikan makna yg trkandung dlm prumpamaan tsb.
      jika Allah SWT diibaratkan airnya dn mnusia sbg teh,kita bisa melihat bhwa air dlm glas tsb lbih mndominasi dripda tehnya..mngkin itu brmakna bhwa kekuasaan Allah mliputi sluruh mkhluk(khsusnya manusia pda konteks ini).

  • erva kurniawan 1:24 am on 2 November 2012 Permalink | Balas  

    Matahari Terbit dari Barat Dibenarkan Ilmuwan Fisika dan Masuk Islam 

    NASA Membenarkan Jika Matahari Akan Terbit dari Barat – Kebenaran ajaran Islam terus-menerus dibuktikan oleh penemuan demi penemuan ilmu pengetahuan. 1.400 tahun yang lalu, Rasulullah SAW sudah menyatakan dalam haditsnya bahwa kelak matahari akan terbit dari Barat sebagai bukti keagungan Allah SWT dan ciri-ciri kiamat sudah semakin dekat: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya, apabila ia telah terbit dari barat dan semua manusia melihat hal itu maka semua mereka akan beriman, dan itulah waktu yang tidak ada gunanya iman seseorang yang belum pernah beriman sebelum itu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. Dan riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).

    Matahari terbit dari Barat akan terjadi selama satu hari saja, kemudian tertutuplah pintu taubat. Setelah itu, gerakan matahari pun akan kembali seperti sebelumnya terbit dari timur sampai terjadinya kiamat. Ini sesuai dan dibenarkan oleh peneliti NASA dalam artikelnya dibawah. Dari Ibn ‘Abbas, “Maka Ubai bin Ka’ab berkata: “Maka bagaimana jadinya matahari dan manusia setelah itu?” Rasulullah menjawab: “Matahari akan tetap menyinarkan cahayanya dan akan terbit sebagaimana terbit sebelumnya, dan orang-orang akan menghadapi (tugas-tugas) dunia mereka, apabila kuda seorang laki-laki melahirkan anaknya, maka ia tidak akan dapat menunggang kuda tersebut sampai terjadinya kiamat.” (Fathul Baari, Kitaburriqaq, Juz 11, Thulu’issyamsi Min Maghribiha).

    Matahari Terbit Dari Barat Dibenarkan Ilmuwan Fisika Dan Masuk Islam

    Ilmuwan Fisika Ukraina Masuk Islam Karena Membuktikan Kebenaran Al-qur’an Bahwa Putaran Poros Bumi Bisa Berbalik Arah

    Demitri Bolykov, sorang ahli fisika yang sangat menggandrungi kajian serta riset-riset ilmiah, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islamannya adalah fisika. Sungguh suatu yang sangat ilmiah, bagaimanakah fisika bisa mendorang Demitri Bolyakov masuk Islam? Demitri mengatakan bahwa ia tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof. Nicolai Kosinikov, salah seorang pakar dalam bidang fisika.

    Mereka sedang dalam penelitian terhadap sebuah sempel yang diuji di laboratorium untuk mempelajari sebuah teori moderen yang menjelaskan tentang perputaran bumi dan porosnya. Mereka berhasil menetapkan teori tersebut. Akan tetapi Dimetri mengetahui bahwasanya diriwayatkan dalam sebuah hadis dari nabi saw yang diketahui umat Islam, bahkan termasuk inti akidah mereka yang menguatkan keharusan teori tersebut ada, sesuai dengan hasil yang dicapainya. Demitri merasa yakin bahwa pengetahuan seperti ini, yang umurnya lebih dari 1.400 tahun yang lalu sebagai sumber satu-satunya yang mungkin hanyalah pencipta alam semesta ini.

    Teori yang dikemukan oleh Prof. Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menfsirakan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sempel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.

    Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”.

    Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya. Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya insensitas daya matahari. Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun. Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat !!!

    Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian. Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Huarirah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima Taubatnya.”

    Sumber :

    ***

    http://www.youtube.com/watch?v=Zqee3EZ4Ifs

    http://klikmenarik.blogspot.com/2012/06/nasa-membenarkan-matahari-akan-terbit.html

     
  • erva kurniawan 1:15 am on 30 August 2012 Permalink | Balas  

    Fungsi Gunung 

    Fungsi Gunung

    Dengan perpanjangannya yang menghujam jauh ke dalam maupun ke atas permukaan bumi, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi yang berbeda, layaknya pasak. Kerak bumi terdiri atas lempengan-lempengan yang senantiasa dalam keadaan bergerak. Fungsi pasak dari gunung ini mencegah guncangan dengan cara memancangkan kerak bumi yang memiliki struktur sangat mudah bergerak.

    Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.

    Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” (Al Qur’an, 21:31)

    Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.

    Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.

    Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut: Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305).

    Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai “pasak”: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (Al Qur’an, 78:6-7).

    Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.

    Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah “isostasi”. Isostasi bermakna sebagai berikut: Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster’s New Twentieth Century Dictionary, 2. edition “Isostasy”, New York, s. 975).

    Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.

    ***

    Sumber : Pesona Al-Qur’an, karya Harun Yahya.

     
  • erva kurniawan 1:51 am on 29 August 2012 Permalink | Balas  

    Pergerakan Gunung 

    Pergerakan Gunung

    Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.

    “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an, 27:88)

    Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

    Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

    Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

    Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

    Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

    Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya.

    Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

    Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13).

    Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.

    ***

    Sumber : Pesona Al-Qur’an, karya Harun Yahya.

     
  • erva kurniawan 1:17 am on 1 February 2012 Permalink | Balas  

    Ndeso 

    NDESO

    Oleh : Ika S. Creech *)

    Deso (baca ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia.

    Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana ca ranya tidak jadi orang norak, kampungan alias deso.

    Semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali dekan atau bahkan Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus. Sementara si Pemilik perusahaan Honda tinggal di sebuah apartemen yang sederhana. Ketika beberapa pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka menjemput pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, sementara yang akan dijemput, pejabat Indonesia naik mobil dinas Kedutaan yaitu mercy.

    Ketika saya di Australia berkesempatan melihat sebuah acara seremoni dari jarak yang sangat dekat, dihadiri oleh pejabat setingkat menteri, saya tertarik mengamati pada mobil yang mereka pakai merk Holden baru yang paling murah untuk ukuran Australia. Yang menarik, para pengawalnya tidak terlihat karena tidak berbeda penampilannya dengan tamu-tamu, kalau tidak jeli mengamati kita tidak tahu mana pengawalnya.

    Di Sidney saya berkenalan dengan seorang pelayan restoran Thailand. Dia seorang warga negara Malaysia keturunan Cina, sudah selesai S3, sekarang lagi mengikuti program Post Doc. Dia anak serorang pengusaha yang kaya raya. Tidak mau menggunakan fasilitas orang tuanya malah jadi pelayan. Dia juga sebenarnya dapat beasiswa dari perguruan tingginya.

    Satu bulan saya di Jepang tidak melihat orang pakai HP Communicator, mungkin kelemahan saya mengamati. Dan setelah saya baca koran ternyata konsumen terbesar HP communicator adalah Indonesia . Sempat berkenalan juga dengan seorang yang berada di stasiun kereta di Jepang, ternyata dia anak seorang pejabat tinggi negara, juga naik kereta. Yang tak kalah serunya saya juga jadi pengamat berbagai jenis sepatu yang di pakai masyarakat Jepang ternyata tak bermerek, wah ini yang deso siapa yaa?

    Sulit membedakan tingkat ekonomi seseorang baik di Jepang atau di Australia , baik dari penampilannya, bajunya, kendaraannya, atau rumahnya. Kita baru bisa menebak kekayaan seseorang kalau sudah tahu pekerjaan dan jabatannya di perusahaan. Jangan-jangan kalau orang Jepang diajak ke Pondok Indah bisa pingsan melihat rumah segitu gede dan mewahnya. Rata-rata rumah di sana memiliki tinggi plafon yang bisa dijambak dengan tangan hanya dengan melompat. Sehingga duduknyapun banyak yang lesehan.

    > Click to show Spoiler – click again to hide… <

    Sampai akhir hayatnya Rasulullah tidak membuat istana Negara dan Benteng Pertahanan (khandaq hanyalah strategi sesaat, untuk perang ahzab saja), padahal Rasulullah sudah sangat mengenal kemewahan istana raja-raja negara sekelilingnya, karena beliau punya pengalaman berdagang. Ternyata beliau tidak menjadi silau terus ikut-ikutan latah ingin seperti orang-orang. Lalu dimana aktivitas kenegaraan dilakukan? Mengingat beliau sebagai kepala negara. Jawabannya ya di masjid.

    Beliau punya banyak jalan yang legal untuk bisa membangun istana. Di Mekkah nikah dengan janda kaya, di Madinah jadi kepala negara, punya hak prerogatif dalam mengatur harta rampasan perang dan ada jatah dari Allah untuk dipergunakan sekehendak beliau, belum hadiah dari raja-raja. Tetapi mengapa beliau sering kelaparan, ganjal perut dengan batu, puasa sunnah niatnya siang hari, shalat sambil duduk menahan perih perut dan seterusnya?

    Ketika Indonesia sedang terpuruk, hutang lagi numpuk, rakyat banyak yang mulai ngamuk, negara sedang kere, banyak yang antri beras, minyak tanah, minyak goreng dll. Maka harga diri kita tidak bisa diangkat dengan medali emas turnamen olah raga, sewa pemain asing, banyak seremonial yang gonta-ganti baju seragam, baju dinas, merek mobil, proyek mercusuar, dll, dsb, dst.

    Bangsa ini akan naik harga dirinya kalo utang sudah lunas, kelaparan tidak ada lagi, tidak ada pengamen dan pengemis, tidak ada lagi WTS (Wanita Tidak Sholat, di Malaysia “Wanita Tak Senonoh”) , angka kriminal rendah, korupsi berkurang, punya posisi tawar terhadap kekuatan global. Maka orang Deso (alias norak) tidak mampu mengatasi krisis karena tidak bisa menjadikan krisis sebagai paradigma dalam menyusun APBD dan APBN. Nah, karena yang menyusun orang-orang norak maka asumsi dan paradigma yang dipakai adalah negara normal atau bahkan mengikut negara maju.

    Bayangkan ada daerah yang menganggarkan sepak bola 17 milyar sementara anggaran kesra-nya 100 juta, wiiieh!

    Akhirnya penyakit norak ini menjadi wabah yang sangat mengerikan dari atas sampai bawah :

    • Orang bisa antri raskin sambil pegang HP
    • Pelajar bisa nunggak SPP sambil merokok
    • Orang tua lupa siapkan SPP, karena terpakai untuk beli tv dan kulkas
    • Orang bule mabuk krn kelebihan uang, orang kampung mabuk beli minuman patungan
    • Pengemis bisa pake walkman sambil goyang kepala
    • Para pengungsi bisa berjoged dalam tendanya
    • Orang beli gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah
    • Ijazah S3 luar negeri bisa di beli sebuah rumah petakan gang sempit di Cibubur
    • Kelihatannya orang sibuk ternyata masih sering keluar masuk McDonald
    • Kelihatannya orang penting, ternyata sangat tahu detail dunia persepakbolaan.
    • Kelihatan seperti aktivis tapi habis waktu untuk mencetin HP
    • 62 tahun merdeka, lomba-lombanya masih makan kerupuk saja
    • Agar rakyat tidak kelaparan maka para pejabatnya dansa dansi di acara tembang kenangan.
    • Agar kampanye menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol ngebor
    • Agar masyarakat cerdas maka sajikan lagu goyang dombret dan wakuncar
    • Agar bisa disebut terbuka maka harus bisa buka-bukaan
    • Agar kelihatan inklusif maka hrs bisa menggandeng siapa saja, kalo perlu jin Tomang juga digandeng

    Yang lebih mengerikan lagi adalah supaya kita tidak terlihat kere, maka harus bisa tampil keren. Makin kiamatlah kalo si kere tidak tahu dirinya kere.

    ***

    *) Penulis adalah Putra Indonesia Asli, kini bertempat tinggal di Paris, Perancis dan bekerja sebagai Pembawa Acara di salah satu stasiun di Perancis.

     
    • irvan 9:28 pm on 1 Februari 2012 Permalink

      Sangat inspiratif apa yg dikemukakan.
      Mudah2an, akan mmberikan tekat pd diri spt aku, utk tdk bersikap NDESO

    • rahma 10:30 am on 2 Februari 2012 Permalink

      subhanallah, NDESO seperti ajaran Rasulullah yang sederhana…semoga jadi panutanku

    • Eka 1:01 pm on 7 Februari 2012 Permalink

      subhanallah..
      sungguh bermanfaatt n membuatku semangatttt…
      Terimakasih..

    • yosrizal 10:13 am on 5 Juli 2012 Permalink

      saya tertarik dengan pemikiran anda, NDeso (hahhaa)
      Hekbat

  • erva kurniawan 1:42 am on 29 January 2012 Permalink | Balas  

    Save Our Planet [75 cara menyelamatkan bumi] 

    Save Our Planet [75 cara menyelamatkan bumi]

    Sebarkan Tip ini kepada tiap orang yang anda jumpai. Memang lidah tak bertulang, berbicara memang lebih mudah dibanding melakukannya. Padahal tanpa banyak bicarapun sebenarnya kita semua bisa ikut mengambil bagian dalam upaya pelestarian lingkungan

    1. Jangan menggunakan listrik untuk penerangan atau peralatan kecuali jika anda benar-bnar sedang menggunakannya, jika tidak menggunakannya matikanlah !
    2. Menggunakan lampu luorescent (neon) yang hemat energi.
    3. Pergunakan penerangan, pembangkit listrik, unit-unit pemanas bertenaga surya.
    4. Manfaatkan lebih banyak penerangan cahaya alam.
    5. Pergunakan ventilasi yang struktural untuk penyejuk ruangan daripada menggunakan Air Condition (AC)
    6. Pergunakan air dingin, bukan air panas.
    7. Pastikan peralatan bertenaga listrik tetap efisien dan terawat dengan baik
    8. Pengendalian penerangan, alat pendingin udara secara otomatis, misal dengan alat sensor cahaya
    9. Pergunakan alat-alat pematul cahaya untuk menggantikan lampu penerangan.
    10. Pergunakan film pelapis kaca atau rayban untuk mengurangi panas matahari.
    11. Tanamlah tanaman sebanyak mungin di kebun anda untuk mengurangi karbondiosida.
    12. Jangan membakar apa saja, bahkan rokok.
    13. Lengkapi mobil atau motor anda dengan katalisator.
    14. Jika anda menghentikan kendaraan dalam waktu yang tidak lama, jangan matikan mesin kendaraan anda.
    15. Kurangi bawaan pada kendaraan anda untuk mengurangi beban, bahkan mengeluarkan sebatang pensil dari kendaraanpun akan membantu.
    16. Jangan membuang sesuatu yang dapat di daur ulang, seperti kaleng aluminium dan kertas. Simpan dan berikan pemulung untuk dijual kembali.
    17. Meminimalisir penggunaan styrofoam (gabus sintetik) untuk bungkus makanan.
    18. Lihat dan periksa kembali jika anda menggunakan aerosol, cat, AC, apakah mengandung khlorofluorokarbon (CFC).
    19. Jangan beli barang apapun yang langsung dibuang sesudah dipakai sekali, jika ada barang sejenis yang dapat dibeli sebagai investasi jangka panjang.
    20. Belilah produk yang anda sukai sehingga produk tersebut tidak perlu diganti sampai benar-benar rusak dan tidak dapat dipakai kembali.
    21. Cobalah untuk tidak memiliki barang yang hanya memiliki nilai estetika saja.
    22. Berhati-hati dengan barang plastik yang anda beli karena ada beberapa jenis plastik tidak dapat di daur ulang.
    23. Bawalah tas anda sendiri jika hendak berbelanja yang terbuat dari kain atau kanvas untuk mengurangi produk plastik.
    24. Katakan pada seseorang jika anda melihatnya membuang sampah secara sembarangan.
    25. Jangan sekali-sekali memotong tanaman atau menebang pohon karena tetumbuhan membantu menyelamatkan bumi.
    26. Sirami taman anda dengan air hujan, buat sistem tadah hujan.
    27. Pergunakan air sehemat mungkin untuk mencuci kendaraan dan menyiram kebun anda.
    28. Pisahkan sampah yang dapat di daur ulang dan tidak.
    29. Jangan membuang sampah kedalam saluran air, terusan air, sungai dan laut.
    30. Jangan gunakan bahan kimia terutama bahan detergen dan bahan pembersih yang mengandung phospat.
    31. Pakailah bahan pengganti zat kimia dalam rumah misal jus lemon dicampur dengan garam,cuka dan amoniak.
    32. Jangan menggunakan air lebih dari yang anda perlukan.
    33. Apabila mungkin, air di daur ulang.
    34. Jangan menggunakan air untuk membersihkan halaman jika dapat dibersihkan dengan sapu.
    35. Pastikanlah agar keran bekerja dengan baik dan pergunakan pancuran yang mengalir pelan.
    36. Periksa pembilas toilet berada dalam keadaan baik untuk menghindarkan pembilasan yang tidak perlu.
    37. Simpan air bekas dan mesin cuci pakaian untuk mencuci kendaraan anda.
    38. Biasakan meminum air dengan tidak menyisakan air dalam gelas.
    39. Jangan melakukan perjalanan, kecuali anda terpaksa melakukannya.
    40. Jangan melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi, kecuali jika anda memang terpaksa.
    41. Pergunakan kendaraan umum untuk mengurangi kemacetan, karbon monoksida dan ongkos parkir.
    42. Pergunakan sepeda, jika jarak yang ditempuh relatif dekat.
    43. Pergunakan bahan bakar yang bebas timah (unleaded fuel)
    44. Pergunakan bahan bakar beroktan rendah.
    45. Mengkonversi mesin kendaraan anda untuk memakai gas alam yang dipadatkan.
    46. Merawat mesin dengan teratur.
    47. Pilih kendaraan yang menggunakan bahan bakar paling efisien.
    48. Jika hendak mencetak (nge-print) periksa setting print terlebih dahulu, pergunakan cetak draft untuk menghemat tinta.
    49. Pergunakan dibalik kertas yang telah terpakai untuk kebutuhan intern.
    50. Jangan pergunakan gambar-gambar yang yang tidak dibutuhkan dalam sebuah tulisan, karena gambar membutuhkan tinta yang lebih.
    51. Pilih jenis dan ukuran huruf yang standart.
    52. Jangan mempergunakan pupuk yang mengandung zat kimia atau penyalahgunaan pestisida.
    53. Pergunakan bahan kimia untuk tanaman herbisida dan fungisida seefisien mungkin.
    54. Mulailah menanam tanaman dengan teknik hidroponik (ditanam tanpa menggunakan tanah dan hanya memberi gizi secukupnya di dalam air.
    55. Untuk pedagang keliling, jangan menghidupkan alat-alat yang menimbulkan suara bising, kecuali untuk memberikan demonstrasi kepada konsumen.
    56. Menghindarkan musik pengiring ditempat-tempat publik.
    57. Jangan mengoperasikan peralatan pada jam-jam puncak istirahat.
    58. Hindari memperdengarkan musik bersuara keras, sehingga mengaburkan bunyi pengumuman yang penting.
    59. Pastikan bahwa peralatan benar-benar kedap suara dan diservis untuk memperkecil suara bising.
    60. Pakailah alat penutup telinga jika bekerja pada mesin yang bersuara bising.
    61. Pastkan agar produk yag menimbulkan suara mengeluarkan suara sekecil mungkin atau diisolasi.
    62. Gunakanlah alat-alat musik pada tingkat suara yang wajar dan tidak memekakkan telinga.
    63. Jangan menempel poster,atribut organisasi atau hal-hal yang berbau promosi di dinding atau tembok di area publik.
    64. Hindari pemasangan tanda penunjuk atau rambu lebih dari satu sehingga orang tidak dibingungan dengan rambu itu.
    65. Pasanglah reklame atau baliho pada tingkat kewajaran.
    66. Jangan bangun pabrik yang menimbulkan pencemaran di daerah pemukiman.
    67. Pastikan adanya prasarana yang memadai untuk pembuangan seluruh limbah.
    68. Meminimalisir tingkat asap beracun dan limbah cair yang rendah.
    69. Cari informasi dari pemerintah mengenai standar pencemaran udara dan air yang dapat diterima.
    70. Pergunakan bahan bakar yang paling sedikit menimbulkan pencemaran.
    71. Pergunakan teknologi pembersih atau anti pencemaran yang ada untuk menjaga agar prosesing pabrik anda menjadi bersih.
    72. Hindarkan pemakaian bahan-bahan beracun, kecuali jika hal tersebut sangat diperlukan sekali.
    73. Jangan menanam limbah beracun tanpa nasehat ahli.
    74. Jangan membuang limbah beracun di luar pabrik anda.
    75. Jangan membakar limbah industri di tempat terbuka. (Berbagai Sumber)

    Apapun yang anda lakukan dan apapun yang anda beli, pikirkan apakah anda merusak lingkungan kita?

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:34 am on 27 January 2012 Permalink | Balas  

    SMS dan Pembodohan 

    SMS dan Pembodohan

    Oleh : Zaim Uchrowi

    Hari itu, ceramah Pak RW usai shalat Subuh terasa berbeda. Pak RW berbicara dalam tempo pelan dengan nuansa lebih lembut dari biasa. Semua terdiam memerhatikannya. Ia punya pengalaman hidup istimewa. Ia baru pulang dari rumah sakit setelah sempat koma lebih dari 24 jam akibat serangan jantung. Banyak jamaah menduga ia akan menceritakan pengalamannya menghadapi saat-saat kritis itu. Ternyata, tidak.

    Pak RW justru menyatakan keprihatinannya pada kondisi sosial sekarang. Ia mepaparkan bertambah beratnya beban hidup masyarakat kebanyakan. Kebutuhan sehari-hari semakin mahal. Minyak semakin sulit didapat. Daya beli masyarakat berupa pangan, pendidikan, dan kesehatan semakin melemah. Ringkas kata, ‘hidup semakin sulit’. Dalam iklim demikian, menurutnya, berpikir jernih dan sehat semakin menjadi kebutuhan. Ketika persoalan hidup kian kompleks, tak ada pilihan yang lebih baik buat menghadapinya selain dengan berpikir jernih dan sehat. Maka, berpikir jernih dan sehatlah yang perlu ditumbuhkan di masyarakat. Jika seluruh bangsa ini dapat didorong ke arah sana, kompleksitas persoalan tersebut sedikit banyak akan dapat terurai. ‘Bangsa ini juga akan bergerak maju ke depan, seberat apa pun tantangan ke depan yang menghadang.

    Namun, menyemaikan berpikir jernih dan sehat ternyata tak semudah memakan kerupuk. Yang tersemaikan secara cepat justru cara berpikir gampangan berdasar pada budaya instan dan jalan pintas. Pada tingkat tertentu, budaya demikian juga bermanfaat. Setidaknya, untuk membuat kita melupakan sejenak kegetiran hidup. Juga membuat kita terhibur sesaat. Hal yang penting dalam hidup agar tak patah atau terjatuh selamanya. Namun, budaya itu sangat kuat menyeret kita ke dunia mimpi dan mengabaikan realitas sekitar.

    Telepon genggam dan televisi adalah medium efektif buat menyingkirkan berpikir jernih dan sehat. Ia tunjuk berbagai program ramalan dan ‘teka-teki’ yang banyak dijajakan lewat TV. Coba lihat iklan yang menyuruh menulis reg spasi nama spasi ramal atau apalah yang menjamur di TV.

    Masyarakat tidak diajak untuk berpikir jernih dan bekerja keras mengatasi persoalan hidup. Masyarakat diajak memilih jalan instan buat mengatasi persoalan. Hanya dengan mengirim SMS, kita merasa tahu nasib ke depan. Yang lebih runyam, menurutnya, adalah ‘teka-teki bodoh’, seperti program ‘Acak Kata’ dan sebagainya. Pertanyaannya sama sekali tidak mendidik.

    Huruf dari sebuah kata ‘diacak’ sangat gampang agar orang mau mengirimkan jawaban sebanyak-banyaknya lewat SMS. Iming-imingnya hadiah Rp 200 juta. “Itu perjudian yang jauh lebih jahat dibanding SDSB dulu,” ungkapnya. Tak ada kontrol negara, tak ada notaris yang mengundi pemenangnya, tak jelas pula siapa yang mendapat hadiah. Sedangkan, membuang uang dalam perjudian itu begitu gampang karena hanya dengan cara mengirim SMS. Anak-anak muda dari kalangan bawah tergoda menghamburkan uang puluhan ribu rupiah.

    Itu hanya salah satu cara meraup uang dari orang-orang susah dengan menggunakan SMS. Banyak cara lain yang juga ditempuh. Misalnya, mengirim ‘petunjuk’ pada siswa SD atau SMP yang bertelepon genggam, seperti ‘jangan pilih jawaban B kalau ujian di hari…’. Lalu, bocah-bocah polos akan menyebarkan ‘petunjuk’ itu pada kawan-kawannya. Atau, bekerja sama dengan televisi dalam berbagai macam lomba idola. Pemirsa didorong untuk mengirim SMS buat memenangkan idola. Bila perlu, sang peserta menjual rumah keluarga buat membiayai pengiriman SMS dukungan bagi dirinya sendiri agar segera sukses menjadi bintang. Hasilnya, terbanting.

    “Saya heran, ada yang tega berbisnis dengan membodohi masyarakat lewat SMS begitu?” kata Pak RW lembut. “Saya tidak mengerti bagaimana operator telepon seluler dan pemilik stasiun TV mau memfasilitasi bisnis begitu. Kalau pembodohan itu terus berlangsung dan pemerintah juga tak peduli soal begini, bagaimana masa depan bangsa kita?” Saya terdiam. “Inilah wajah kita saat ini.”

    ***

    Sumber: republika.co.id

     
  • erva kurniawan 1:58 am on 20 January 2012 Permalink | Balas  

    Langit dan Ulama (Kekuatan Cahaya Allah) 

    Langit dan Ulama (kekuatan cahaya Allah)

    Ilmu ilmu yang mencoba menerangkan realitas alam semesta : Mekanika Newton menjelaskan fenomena benda mikroskopik.

    Alangkah Indahnya, kalau para ilmuwan ini melihat firman Allah Ta’ala dalam melihat benda yang terkecil sekalipun, sementara “penglihatan” Allah tak perlu memakai alat Mikroscop. Benda sekecil “Dzarrahpun”, terlihat oleh Allah ta’ala. Benda apakah yang terkecil dijagad alam raya ini? Allah pasti melihatnya, sedangkan manusia, mampukah melihatnya dengan mata telanjang, tanpa alat apapun?

    Mekanika statistik menjelaskan teknik statistik untuk interaksi benda dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik.

    Maxwell menjelaskan medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Dalam Medan gaya ada medan gravitasi menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya.

    Gaya-gaya dan perubahan-perubahan dialam raya, jauh sebelumnya telah dijelaskan oleh Allah ta’ala dalam FirmanNya betapa Allah menciptakan Gunung? Untuk apakah gunung kami ciptakan?(wal jibaalaa autaada). Kalau gunung tidak diciptakan, apa yang akan terjadi pada bumi tempat manusia berdiam?

    Ketika kita melihat, warna cahaya yang berasal dari matahari, kelihatan putih, padahal ia perpaduan dari berbagai warna cahaya(spektrum), sifat-sifat cahaya, kegunaan cayaha, bisakah manusia melihat tanpa cahaya? Mata tak dapat melihat benda yang sangat kecil, atau yang terlalu jauh, maka mata memerlukan alat bantu, dan alat itu menggunakan lensa(optik).

    Melihat benda ditempat yang gelap, atau remang-remang dapat mengganggu kesehatan mata, jika melihat cahaya secara langsung dari yang terlalu terang juga dapat merusak mata . Mata bisa kena penyakit rabun jauh(miopi), rabun dekat (hipermetropi), cacat mata tua(presbiopi).

    Untuk melihat benda jauh, sangat kecil, selain alat optik, juga bisa dengan alat kaca pembesar(LUP), kamera, Mikroskop, teropong, Perioskop(teropong yang biasa dipakai untuk mengamati permukaan air laut), Overhead projektor(untuk melihat gambar tembus cahaya), semuanya itu untuk melihat benda, agar kelihatan cahayanya.

    Lantas, apakah manusia tidak berfirkir, bagaimana cahaya Allah Ta’ala? (Lihat Q.S Annur ayat 35).

    Cahaya Allah ta’ala bisa kita lihat dan rasakan pada Alquranul karim, yang disampaikan via lisan NabiNya, Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam.(Lihat Q.S Almaidah 15)(Annisa 174).

    Dan mari kita lihat Q.S Yunus 6, bagaimana, dan apa fugsi dari penciptaan cahaya dari matahari dan bulan. Dan kenapa, ketika Allah menyebutkan kata “cahaya” pada kalimat matahari, disebut kata “Dhiyaa”(cahaya), sementara pada bulan “annur”(cahaya juga).

    Coba kita lihat, cahaya bulan berasal dari mana, cahaya matahari berasal dari mana?. Apakah cahaya bulan benar-benar berasal dari bulan itu sendiri, ataukah ia hanya merupakan pantulan yang berasal dari cahaya matahari?.

    Lantas, kenapa cahaya Allah disebutkan dengan kata “Nuur”. Ini menandakan bahwa, Allah laisa kamislihi syaiun (Allah Ta’ala, tidak ada bisa diserupakan dengan siapapun, dengan siapapun), kalau ada perumpamaan sifat yang disandarkan pada Allah ta’ala, itu pertanda, betapa kecil akal manusia, sehingga untuk memberikan pemahaman akan ayat-ayat AlQuranpun, Allah memberikan contoh dan perumpamaan yang bisa ditangkap dengan akal manusia itu sendiri.

    Inilah dia Cahaya Allah Ta’ala, melebihi cahaya yang diketahui, diciptakan oleh manusia itu sendiri.

    Cahaya yang dibuat manusia, listrik, lampu, center dllnya, hanya mampu menerangi dengan tempat yang terbatas, sementara Allah mampu menerangi kegelapan berlipat ganda (Yukhrijuhum (annaasa) minadzuluumati ilaannuur), dari dinding-dinding tebal, menembus sampai beribu-ribu kali dinding dan jarak yang berkilometer, lahir dan bathin, alam riil, dan metafisika, sementara cahaya buatan manusia sangatlah terbatasnya.

    Ini menandakan kekuasaan Allah, yang pantas bagi manusia untuk merendah dihadapanNya, karena sehebat apapun ilmuwan, masih sangat kecil dimata Allah Ta’ala. Selain contoh cahaya, masih banyak lagi yang dapat kita lihat dari fenomena alam ini.

    Wassalamu’alaikum.

    ***

    Oleh Rahima

     
  • erva kurniawan 1:25 am on 19 January 2012 Permalink | Balas  

    Dua laut Bertemu 

    Dua laut Bertemu

    Allah SWT berfirman dari ayat (19-22), yang artinya “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? Dari SALAH SATU diantara keduanya keluar mutiara dan marjan. “. Maha benar Allah dengan segala firmanNya. (diterjemahan Depag kata “salah satu” ini tidak disebutkan, maka hal ini ada kekurangan dari terjemahan yang dapat merubah makna yang dikandung )

    Surah Arrahman menurut pendapat Ibnu Mas’ud dan Muqatil, Madaniyaah semuanya. Tetapi yang lebih tepat dan benar, sebagaimana yang disebutkan oleh imam Al Qurthubi dan Ibnu katsir, serta jumhur ulama, makkiyah semuanya. Dinamakan Surah Ar Rahman karena pembukaannya di mulai dengan salah satu nama, dari nama-nama Allah, yaitu ” Ar Rahmaan “.

    Ar Rahman ini adalah Isim mubhalaghah (berlebihan) dari kata “Ar Rahmah” kata ini lebih tinggi kandungannya dari Arrahiim. Kenapa,..?

    Karena Arrahmaan, rahmat dan kasih sayang Allah untuk sekalian alam, sementara Ar Rahiim tertentu untuk kaum Muslimin saja. Dinamakan juga surah Ar Rahman ini dengan ” ‘Aruusul Qur’an = Pengantinnya Al Qur’an “, sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW dari Ali karramahullahu al wajhah, marfu’an dari rasulullah SAW ” Tiap-tiap Sesuatu itu, ada pengantin, atau pangeran, maka surah Ar Rahman ini adalah pengantinnya , atau pangerannya Al Qur’an “.

    “Dua laut yang bertemu, diantara keduanya ada batas yang tidak dapat dilampaui”. ( Ar Rahman 19-20) Maksudnya Allah mengutus, atau membuat dua lautan satu rasanya asin, satunya lagi tawar. dan keduanya saling bertemu.

    Secara sepintas, kita melihat dengan pandangan sekejap mata saja, tidak ada batas diantara keduanya, padahal diantara keduanya ada batas yang membatasinya. “Dan keduanya tidak dapat saling melampaui “, maksudnya, meskipun mereka bercampur dan berkumpul, namun tetap rasa dan ciri khas masing-masingnya sesuai dengan yang semula, yaitu sesuai dengan asalnya.

    Ayat ini sesuai dengan firman Allah dalam surah (Al Furqaan 25/53). “Keluar dari salah satu keduanya ” Permata dan marjan,( sejenis hiasan seumpama bros yang warnanya kemerah-merahan ). ( Tafsir Al munir ). Disini ada kata yang didhamirkan ( disembunyikan yaitu kata “Ahad “). Seharusnya “Yakhruju min AHADI himaa “.kenapa demikian, karena sudah jelas, permata dan marjan tersebut tidak ada keluar, kecuali di air yang ada garamnya permata dan marjan, tidak keluar dari air tawar. Kenapa dihilangkan bacaan ” Ahad” ( salah satu) Nya ?, Itu rahasia Allah yang jelas, untuk memudahkan lidah kita dalam pengucapannya.

    Sekarang kita lihat surah Al Furqan yang menjelaskan arti dua laut itu. “Dan Allahlah yang membiarkan dua laut mengalir berdampingan,yang satu tawar lagi segar, sementara satunya lagi asin lagi pahit. dan dijadikan diantara keduanya dinding dan batas yang menghalangi ”

    Dalam ayat diatas,disebutkan “Adzbun furaatun” “tawar amat segar “. Disini Allah tidak memakai kata penghubung “Waw = dan”. Tidak disebutkan “Adzbun WA Furaatun”. Ini menandakan bahwa air yang tidak terlalu asin, atau tidak terlalu tawar, tidak termasuk dalam pembicaraan ini.

    Setiap orang dapat melihat ada air sungai yang terjun kelaut dan bila diamati terbukti bahwa air sungai itu sedikit demi sedikit berubah warna dan rasanya sejauh percampurannya dengan air laut. dari kenyataan diatas dapat difahami bahwa ada jenis air sungai dan laut yang bercampur, namun ini tidak dinamakan ” Adzbun furaatun “, atau “Milhun ‘Ujaazun” (tawar lagi segar, asin yang sangat)

    Kalau air ini terombang ambing dari laut kesungai, bila ia kelaut bertambah garamnya, biar ia kesungai bertambah rasa tawarnya. Namun bukan air ini yang dimaksudkan ayat diatas. lantas air laut mana yang disebutkan ayat diatas..?

    Pada tahun 1873 ,para pakar ilmu kelautan dengan menggunakan kapal “challenger”, menemukan perbedaan ciri-ciri laut dari segi kadar garamnya, temperatur, jenis ikan, binatang, dan sebagainya. Namun yang selalu menjadi pertanyaan,mengapa air tersebut tidak bercampur dan menyatu, meski keduanya bertemu? Jawabannya baru ditemukan pada tahun 1948, setelah penelitian yang seksama menyangkut samudra.

    Rupanya perbedaan –perbedaan mendasar yang disebutkan diatas menjadikan setiap jenis air tertentu terpisah dari jenis air yang lain, betapapun ia mengalir jauh. Gambar-gambar dari ruang angkasa pada akhir abad ke – 20,menunjukkan dengan sangat jelas adanya batas-batas air di laut tengah yang panas dan sangat asin. Dan di samudra Atlantik yang temperatur airnya lebih dingin serta kadar garamnya lebih rendah. Batas-batas itu juga terlihat di laut merah dan Teluk Aden.

    Muhammad Ibrahim As Sumaih guru besar pada fakultas sains, jurusan ilmu kelautan Universitas Qatar, dalam penelitian yang dilakukan di teluk Oman dan Persia (1984-1988),melalui sebuah kapal peneliti, menemukan perbedaan rinci dengan angka-angka dan gambar-gambar pada kedua teluk tersebut. Penelitiannya menemukan adanya daerah antara kedua teluk itu yang dinamai “Mixed water Area “, atau daerah “barzakh” istilah Al Qur’an.

    Hasil penelitiannya juga menemukan adanya dua tingkat air pada area tersebut. Pertama , tingkat area yang bersumber dari teluk Oman, dan kedua tingkat bawah yang bersumber dari teluk Persia. Adapun area yang jauh dari ” Mixed water area” tersebut, tingkat air seragam adanya . Garis pemisah atau Barzakh yang memisahkan kedua tingkat pada mixed area tersebut berupa daya tarik stabil (gravitational stability), yang terdapat pada kedua tingkat tersebut, sehingga menghalangi percampuran dan pembaurannya.

    Garis pemisah tersebut terdapat dalam kedalaman antara 10-50 meter. Kalau pertemuan air itu secara horizontal, Itulah barzakh (batas),yang disebut dalam Al Qur’an ((Subhanallah, wa masyaAllah, Al Qur’an sudah menyebutkan ribuan abad lamanya, baru ditemukan kebenarannya sudah selama itu.)). Dan sangat kita kecewakan yang menemukan ini kebanyakan dari Eropah sana. Sementara kita Islam, malas-malas, tidak mau mencari dan meneliti.

    Warisan yang ditinggalkan oleh Allah dan Rasulullah, yang memanfaatkannya justru non Islam. Sangat kita sesalkan. Tapi jangan pesimis, masih banyak waktu untuk kita mengubah dan mengejar segalanya. Islam pernah jaya begitu lamanya, mungkin saatnya kini giliran Eropah pula yang gemilang. Itulah adilnya Allah, maha benar Allah dengan segala firmanNya,menggantikan siang dengan malam, dan sebaliknya.

    Kita harus menerima kehebatan mereka dalam hal ini dengan tanpa berleha-leha. Masih ada waktu untuk merebut segalanya. (In Sya Allah, asal kita jangan sombong dan selalu berbangga diri tanpa dilandasi rasa syukur).

    Air Sungai Amazon yang mengalir deras kelaut Atlantik sampai batas dua ratus Mil, masih tetap tawar. Demikian juga mata air-mata air di teluk Persia. Ikan nya sangat khas. dan masing-masing tidak dapat hidup kecuali di lokasinya. Mungkin inilah yang dimaksud Al Qur’an “Hijran Mahjuura”.

    Demikian rangkuman yang dikemukakan Prof. Dr. Abdul hamid Az Zanjani, yang dikemukakannya pada seminar Internasional,” Mukjizat Al Qur’an dan Sunnah , yang diadakan di Bandung , September 1994″. Muhammad Kamil Abdushamad dalam bukunya “I’jazilmi fi Qur’an mengatakan hal yang senada diatas.

    Wallahua’lam bisshawab.

    ***

    Oleh: Rahima Sarmadi

     
c
Compose new post
j
Next post/Next comment
k
Previous post/Previous comment
r
Balas
e
Edit
o
Show/Hide comments
t
Pergi ke atas
l
Go to login
h
Show/Hide help
shift + esc
Batal