Mengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (9)


7-Misteri-Iptek-Yang-Belum-TerpecahkanMengapa Darwinisme Bertentangan Dengan Al Qur’an (9)

Harun Yahya

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

Ilmu Pengetahuan Tentang Ciptaan Allah

Sejauh ini, kita telah meneliti kekeliruan besar yang dibuat para evolusionis Muslim, yang menerima pernyataan bahwa Allah menggunakan evolusi untuk menciptakan makhluk hidup. Tidak seperti para evolusionis lain, mereka tidak langsung mengatakan bahwa kehidupan muncul tanpa sengaja. Akan tetapi, dengan menyatakan bahwa Allah menggunakan evolusi dalam penciptaan olehNya, mereka suka rela maupun tidak mendukung Darwinisme dalam beberapa hal. Menurut sudut pandang mereka yang keliru, Allah pasti telah menggunakan mekanisme evolusi, seperti mutasi dan seleksi alam.

Akan tetapi, ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa baik seleksi alam maupun mutasi tidak dapat menciptakan makhluk hidup baru. Dengan kata lain, keduanya tidak berdaya evolusi. Mereka yang mendukung gagasan penciptaan lewat evolusi berpendapat bahwa Allah menggunakan mutasi untuk mengubah data genetis makhluk hidup, sehingga makhluk itu bisa memperoleh organ yang berguna, atau bahwa pertama kali Allah menciptakan makhluk-makhluk purba dan lalu menggunakan seleksi alam untuk mengubahnya menjadi makhluk yang lebih rumit dan menyempurnakannya. Dengan kata lain, Ia menggunakan seleksi alam untuk menambahkan organ baru, membiarkan organ yang ada melemah dan berhenti tumbuh, atau bahkan meniadakannya agar satu makhluk hidup dapat berubah menjadi makhluk hidup lain.

Adalah wajar bagi orang-orang yang tidak mengetahui perkembangan ilmiah mutakhir untuk beranggapan semacam itu, khususnya jika mereka ingin mendukung evolusi. Akan tetapi, pernyataan semacam itu bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah. Lebih lagi, sebagaimana akan kita lihat, Al Qur’an tidak menyebutkan hal yang demikian.

Satu hal yang harus ditegaskan: Allah tentu saja bisa menggunakan evolusi untuk menciptakan makhluk hidup jika Dia kehendaki. Namun, Al Qur’an tidak berisi tanda-tanda evolusi dan tidak satu ayat pun mendukung pernyataan evolusionis bahwa makhluk hidup muncul tahap-demi-tahap. Ilmu pengetahuan juga mengungkapkan kebohongan pernyataan itu.

Karena keadaannya sudah teramat jelas, tidak ada peluang bagi Muslim untuk membenarkan dukungannya pada pernyataan itu. Alasan yang memungkinkan terjadinya kekeliruan seperti itu hanyalah kekurangan informasi, rasa rendah diri saat menghadapi kaum evolusionis, dan kepercayaan bahwa karena jumlah pendukung evolusi lebih besar, mereka pastilah benar.

Allah Menciptakan Alam Semesta Dari Ketiadaan

Allah menciptakan segalanya, dalam bentuk dan pada waktu yang Dia tetapkan, tanpa menggunakan contoh apa pun, dan dari ketiadaan. Karena Dia suci dari cacat apa pun, dan kaya tanpa membutuhkan apa pun, Dia tidak membutuhkan penyebab, sarana, atau tahap bagi penciptaan olehNya. Tak seorang pun yang boleh teperdaya oleh kenyataan bahwa segala sesuatu itu terkait dengan sebab dan hukum alam tertentu. Namun, Allah adalah di atas semua sebab dan hukum, karena Dia yang menciptakan itu semua.

Allah, Tuhan Bumi dan langit, bisa saja melenyapkan semua sebab ini jika Dia kehendaki. Misalnya, Dia dapat menciptakan manusia yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup, dan akibatnya, tidak memerlukan paru-paru. Menimbang hal ini, mengapa “perlu” Dia menyempurnakan paru-paru, dengan cara membuatnya berevolusi seiring dengan waktu, atau pun melalui mekanisme lainnya? Karena itu, sepenuhnya keliru apabila seseorang menganggap bahwa keagungan dan kekuatan Allah dibatasi oleh nalar dan perasaannya sendiri. Kita dapat memiliki pengetahuan hanya sebatas yang Dia izinkan.

Allah dapat menggunakan tahap-tahap tertentu dalam penciptaan olehNya jika Dia kehendaki. Misalnya, Dia mengeluarkan tumbuhan dari sebutir benih, atau seorang manusia dari pertemuan sel mani dengan sel telur. Namun tahap-tahap ini, sebagaimana akan kita lihat nanti, sama sekali tidak berkaitan dengan evolusi, dan tidak memberikan tempat bagi ketidaksengajaan dan kebetulan. Setiap tahap dalam merekahnya tumbuhan, atau berubahnya satu sel menjadi seorang manusia “dalam bentuk yang sebaik-sebaiknya”, terjadi berkat sistem sempurna yang diciptakan oleh kekuasaanNya yang tak terhingga.

Allah menghendaki dan menciptakan Bumi dan langit, semua yang berada di antara keduanya, dan semua makhluk hidup dan tak-hidup. Ini sangat mudah bagiNya, sebagaimana ditunjukkan dalam Al Qur’an:

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam, 6: 73)

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”,  maka jadilah ia. (QS. An Nahl, 16:40)

Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (QS. Al Mu’min, 40: 68)

Penciptaan itu mudah bagi Allah. Sebagaimana diungkapkan ayat-ayat di atas, Dia hanya perlu berfirman “Jadilah!”, dan dengan begitu menghendaki sesuatu terjadi demikian. Banyak ayat mengungkapkan bahwa Dia menciptakan alam semesta dan makhluk hidup dalam bentuk yang sempurna.

Kekeliruan besar bagi Muslim, jika menuruti penjelasan yang dipaksakan di hadapan kebenaran yang sudah terang ini, dan membuat pernyataan yang seolah benar bahwa Allah memanfaatkan evolusi untuk menciptakan serta menggunakan mutasi, seleksi alam, dan tahap-tahap peralihan dari kera ke manusia. Sangat keliru memberikan uraian seperti itu, demi harapan diterima di kalangan evolusionis, sebab tiada bukti baik dalam Al Qur’an maupun ilmu pengetahuan.

Allah membuat semua hukum di alam semesta, dan memberi hukum-hukum itu bentuk yang Dia pilihkan, mewujudkan apa yang Dia kehendaki dan ketika Dia kehendaki, meliputi segala apa yang ada di Bumi dan di langit, dan mengatur segalanya dengan kekuasaanNya. Namun, sebagian orang tidak betul-betul memahami kekuatanNya, sehingga menilaiNya berdasarkan kekuatan sendiri yang terbatas. Allah mengungkapkan keberadaan mereka dalam Al Qur’an:

Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” … (QS. Al An’aam, 6: 91)

Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS. Al Hajj, 22: 74)

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Az Zumar, 39: 67)

Berlawanan dengan apa yang diajukan oleh mereka yang percaya pada penciptaan lewat evolusi, Allah tidak menciptakan kera dahulu, lalu menyebabkan kera berevolusi menjadi manusia melalui bentuk-bentuk peralihan yang cacat dengan alat tubuh yang kurang.

Melainkan, sebagaimana diungkapkan Al Qur’an, Allah menciptakan manusia dalam cara yang paling sempurna:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At Tiin, 95: 4)

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu). (QS. At Taghaabun, 64: 3)

Ayat-ayat di atas merupakan sebagian bukti bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk sempurna, dengan kata lain, bentuk manusia sekarang. Tentu saja, manusia juga memiliki sejumlah cacat dan kelemahan, semua itu mengingatkannya akan kekurangannya di hadapan Tuhannya. Kelainan bentuk dan cacat tubuh adalah bukti penciptaan yang bertujuan, sebab semua itu berguna sebagai pengingat bagi mereka yang melihatnya, dan sebagai ujian bagi yang menyandangnya.

Sebagai bentuk dan jenis, Allah menciptakan semua makhluk hidup dengan seketika dan sempurna, tanpa memerlukan evolusi sama sekali. Kebenaran nyata ini diungkapkan Al Qur’an:

Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Hasyr, 59: 24

Al Qur’an melukiskan betapa mudah penciptaan itu bagi Allah:

Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang diganti sesudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (QS.Yaa Siin, 36: 81)

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Luqman, 31: 28)

Hal penting lain yang terabaikan oleh mereka yang percaya pada penciptaan evolusi, adalah keragaman bentuk ciptaan Allah. Allah telah mengadakan makhluk hidup yang jauh berbeda dari manusia dan hewan, misalnya malaikat dan jin. Masalah ini akan dibahas di halaman-halaman berikut.

Malaikat Bersayap Dua, Tiga, Dan Empat

Malaikat adalah makhluk yang selalu mematuhi perintah Allah. Al Qur’an melukiskan penciptaannya sebagai berikut:

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Faathir, 35: 1)

Sebagaimana dapat kita lihat dari penggambaran di atas, bentuk malaikat jauh berbeda dengan manusia. Allah memerintahkan agar memerhatikan bentuk-bentuk ciptaan yang berbeda dalam ayat di atas.

Ayat-ayat juga menunjukkan bagaimana malaikat tunduk kepada perintah Allah dan menaatiNya:

Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (QS. An Nahl, 16: 49-50)

Al Masih sekali kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. (QS. An Nisaa’, 4: 172)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim, 66: 6)

Selain itu, malaikat diciptakan sebelum manusia. Ternyata, Allah memberitahu para malaikat ketika Dia akan menciptakan Adam, manusia pertama, dan memerintahkan mereka bersujud kepadanya.

Pada saat yang sama, Allah memberi Nabi Adam AS, pengetahuan yang berbeda dengan yang dimiliki para malaikat, dan mengajarkannya nama-nama benda. Para malaikat tidak memiliki pengetahuan itu. Seperti dinyatakan Al Qur’an:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.” Mereka menjawab: “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam.” Maka, sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah, 2: 30-34)

Jin Diciptakan Dari Api

Seperti malaikat, penampilan jin juga berbeda dari manusia. Ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, sementara jin diciptakan dari api :

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS. Al Hijr, 15: 26-27)

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (QS. Ar Rahmaan, 55: 14-15)

Dalam Al Qur’an, Allah juga mengungkapkan tujuanNya menciptakan manusia dan jin:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz Dzaariyaat, 51: 56)

Jelas dari ayat ini bahwa, walaupun manusia dan jin adalah makhluk yang amat berbeda, keduanya diciptakan untuk menyembah hanya Allah, dengan menjalani hidup menggunakan nilai-nilai yang Dia perintahkan. Dia telah mengungkapkan dalam banyak ayat bahwa malaikat dan jin memiliki sejumlah sifat yang berbeda dari sifat manusia. Misalnya, keduanya dapat memindahkan benda:

Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar. Siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya (dan) dapat dipercaya.” (QS. An Naml, 27: 38-39).

Al Qur’an juga menyatakan bahwa jin, sama seperti malaikat, juga diciptakan sebelum manusia. Ketika menciptakan Nabi Adam AS, Allah memerintahkan malaikat dan jin bersujud di hadapan Adam. Setelah itu, Dia mengungkapkan bahwa Setan adalah salah satu jin:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (QS. Al Kahfi, 18:50)

Penciptaan itu masalah mudah bagi Allah, yang dapat menciptakan dari ketiadaan dan tanpa sebab apa pun. Sama seperti Dia menciptakan malaikat dan jin dalam bentuk-bentuk yang berbeda dari ketiadaan, Dia juga menciptakan manusia sebagai makhluk yang berbeda dari ketiadaan dan tanpa perlu evolusi.

Hal serupa berlaku untuk makhluk hidup lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Allah menciptakan semua makhluk hidup ini seketika dari ketiadaan dan tanpa perlu berevolusi – dengan kata lain, tanpa mengubah satu makhluk hidup menjadi makhluk hidup lain. Seperti kita lihat sebelumnya, tahap-tahap yang digunakan Allah dalam penciptaan ini, yang telah disebutkan di muka, tidak berhubungan dengan ketidaksengajaan atau peristiwa acak evolusionis, karena masing-masing adalah hasil sistem tanpa cela yang dimunculkan kekuasaan dan kedaulatan Allah.