Updates from Februari, 2012 Toggle Comment Threads | Pintasan Keyboard

  • erva kurniawan 1:24 am on 29 February 2012 Permalink | Balas  

    Sifat Rasulullah SAW 

    Berikut adalah file dalam format powerpoint slide (PPS) sifat Rasulullah SAW sebagai tauladan yang semoga dapat kita ambil hikmahnya.

    Semoga bermanfaat.

    Tautan untuk mengunduh file Sifat Rasulullah SAW.pps

     
  • erva kurniawan 1:41 am on 28 February 2012 Permalink | Balas  

    Ujub dan Takabur 

    Ujub dan Takabur

    Berikut ini sebuah cerita dari Bayazid Al-Busthami, yang insya Allah, dapat kita ambil pelajaran daripadanya; Di samping seorang sufi, Bayazid juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang santri yang juga memiliki murid yang banyak. Santri itu juga menjadi kyai bagi jamaahnya sendiri. Karena telah memiliki murid, santri ini selalu memakai pakaian yang menunjukkan kesalihannya, seperti baju putih, serban, dan wewangian tertentu.

    Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Bayazid, “Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman ruhani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Tuan gambarkan.”

    Bayazid menjawab, “Sekiranya kau beribadat selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu.”

    Murid itu heran, “Mengapa, ya Tuan Guru?”

    “Karena kau tertutup oleh dirimu,” jawab Bayazid.

    “Bisakah kau obati aku agar hijab itu tersingkap?” pinta sang murid.

    “Bisa,” ucap Bayazid, “tapi kau takkan melakukannya.”

    “Tentu saja akan aku lakukan,” sanggah murid itu.

    “Baiklah kalau begitu,” kata Bayazid, “sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping. Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, “Hai anak- anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang.” Lalu datangilah tempat di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, “Siapa yang mau menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!”

    “Subhanallah, masya Allah, lailahailallah,” kata murid itu terkejut.

    Bayazid berkata, “Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang kafir, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau berubah dari mukmin menjadi kafir.”

    Murid itu keheranan, “Mengapa bisa begitu?”

    Bayazid menjawab, “Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan- akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu.”

    “Kalau begitu,” murid itu kembali meminta, “berilah saya nasihat lain.”

    Bayazid menjawab, “Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya!”

    Cerita ini mengandung pelajaran yang amat berharga. Bayazid mengajarkan bahwa orang yang sering beribadat mudah terkena penyakit ujub dan takabur.

    “Hati-hatilah kalian dengan ujub,” pesan Iblis. Dahulu, Iblis beribadat ribuan tahun kepada Allah. Tetapi karena takaburnya terhadap Adam, Tuhan menjatuhkan Iblis ke derajat yang serendah-rendahnya.

    Takabur dapat terjadi karena amal atau kedudukan kita. Kita sering merasa menjadi orang yang penting dan mulia. Bayazid menyuruh kita menjadi orang hina agar ego dan keinginan kita untuk menonjol dan dihormati segera hancur, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Hanya dengan itu kita bisa mencapai hadirat Allah swt.

    Orang-orang yang suka mengaji juga dapat jatuh kepada ujub. Mereka merasa telah memiliki ilmu yang banyak.

    Suatu hari, seseorang datang kepada Nabi saw, “Ya Rasulallah, aku rasa aku telah banyak mengetahui syariat Islam. Apakah ada hal lain yang dapat kupegang teguh?”

    Nabi menjawab, :”Katakanlah: Tuhanku Allah, kemudian ber- istiqamah-lah kamu.”

    Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadat yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan. Ia menganggap ibadat sebagai investasi.

    Orang yang gemar beribadat cenderung jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadat dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan amat tersinggung bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya. Sebagai seorang ahli ibadat, ia ingin disambut dalam setiap majelis dan diberi tempat duduk yang paling utama.

    Tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnad-nya; Suatu hari, di depan Rasulullah saw Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa. Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat ahli ibadat itu. Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam.

    Abu Bakar berkata kepada Nabi, “Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah.”

    Nabi hanya berkata, “Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya.”

    Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, “Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?”

    Sahabat yang ditanya menjawab, “Allahumma, na’am. Ya Allah, memang begitulah aku.” Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi.

    Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?”

    “Aku,” jawab Abu Bakar.

    Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’.”

    Nabi tetap bertanya, “Siapa yang mau membunuh orang itu?”

    Umar bin Khaththab menjawab, “Aku.” Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu, “Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?”

    Nabi masih bertanya, “Siapa yang akan membunuh orang itu?”

    Imam Ali bangkit, “Aku.” Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, “Ia telah pergi, ya Rasulullah.”

    Nabi kemudian bersabda, “Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku….”

    Dari kisah ini pun kita dapat mengambil hikmah:

    Selama di tengah- tengah kita masih terdapat orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin. Nabi memberikan pelajaran bagi umatnya bahwa perasaan ujub akan amal salih yang dimiliki adalah penyebab perpecahan di tengah orang Islam. Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya hanya satu, belajarlah menghinakan diri kita. Seperti yang dinasihatkan Bayazid Al-Busthami kepada santrinya.

    ***

    Dari Sahabat

     
    • Eka 11:06 am on 3 Maret 2012 Permalink

      Subhanallah..

    • Mengenal Ilmu dalam Islam 7:17 pm on 8 Maret 2012 Permalink

      Ilmu dan dzikir adalah salah satu kesatuan yg tdk bisa dipisahkan.
      Ilmu ibarat jln, dzikir adl cahayanya.
      Apabila berjln di dlm kegelapan tanpa bantuan cahaya akan tersesat.
      Ilmu tanpa dzikir akan sia2 dan dzikir tanpa ilmu akan tersesat.

  • erva kurniawan 1:07 am on 27 February 2012 Permalink | Balas  

    Sami Zaidan, kisah sang Syuhada 

    Sami Zaidan, kisah sang Syuhada

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,

    Sepuluh Hari Syahid, Jasadnya Masih Mengeluarkan Darah Segar Madrasah Brigade al Qassam telah banyak mengeluarkan pahlawan mujahidin, termasuk dari kota Tel. Di antara mereka ada yang menjadi pemimpin besar yang banyak dari mereka menjadi prajurit-prajurit perlawanan yang tidak dikenal yang kini telah bergabung dalam barisan kafilah syuhada’ Palestina.

    Pahlawan kita kali ini adalah satu di antara pejuang Palestina yang menjadi alumni madrasah Brigade al Qassam. Sami Zaidan, seorang pemuda bertaqwa dan wara’ yang mengenal hak Rabbnya, mengenal hak tanah air dan bumi tempat ia berpijak. Dia keluar dari madrasah al Qassam menjadi mujahid berjuang di jalan Allah.

    Dialah Sami “Muhammad Samir” Zaidan, lahir di desa Tel berdekatan dengan kota Nablus pada 11 Oktober 1980. Berasal dari keluarga religius yang hidup dari hasil menggarap lahan (bertani). Dia adalah anak kedelapan dari sebelas bersaudara. Tumbuh dalam suasana keimanan dan jihad perjuangan. Terdidik mencintai masjid. Senantiasa melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Tidak pernah sekalipun terlewatkan shalat di masjid, bagaimanapun kondisinya.

    Terlebih shalat subuh. Halaqah al Qur’an diikutinya di masjid desa hingga hafal (hafidz) al Qur’an secara keseluruhan pada usia 19 tahun.

    Pendidikan formal hanya sampai pada tingkat menengah atas (SMU). Selanjutnya bekerja bersama orang tuanya sebagai petani. Pahlawan kita ini memiliki sifat kesatria dan matang sedari awal pertumbuhannya. Hal yang paling dikenang ayahnya adalah kebiasaannya membuat mudah segala urusan rumah dan yang berkaitan dengan penggarapan tanah dan pertaniannya. Bidang ini ditekuninya secara mahir dan mumpuni.

    Di tengah-tengah arogansi dan kebiadaban Zionis terhadap rakyat Palestina dan tempat-tempat sucinya, pahlawan kita ini dapat merasakan pedih dan sakitnya penderitaan yang harus dialami rakyat Palestina akibat oleh tangah kaum Zionis. Untuk itu, dia memutuskan bergabung dalam barisan Gerakan Perlawanan Islam HAMAS dan aktif dalam berbagai aktivitas dan amal jihad di dalam gerakan.

    Begitu intifadhah al Aqsha meletus (September 2000), yang kemudian disusul eskalasi terorisme Zionis Israel terhadap rakyat Palestina, pejuang Palestina ini langsung terjun ke medan jihad dan bergabung dalam sayap militer gerakan HAMAS, Brigade Izzuddin al Qassam.

    Pembunuhan komandan al Qassam Mahmud Abu Hanud di Tepi Barat telah mengobarkan aksi-aksi serangan balasan oleh sayap militer HAMAS ini hingga menjungkirbalikan nalar dan logika penjajah Zionis Israel. Sehingga tidak ada jalan lain bagi Zionis Israel kecuali menggelar operasi penangkapan di kalangan mujahidin dan aktivis gerakan HAMAS serta dari kelompok perlawanan Palestina lainnya.

    Sami Zaidan adalah salah satu dari mujahidin Palestina yang turut ditangkap dan dititipkan dalam Penjara Pusat di Nablus yang dijaga oleh anggota pasukan keamanan Palestina. Pada saat yang sama pesawat-pesawat dan tank-tank Zionis Israel terus melancarkan gempuran dan pembunuhan terhadap rakyat Palestina.

    Sami tetap mendekam dalam penjara pemerintah Palestina sampai sebelum aksi pendudukan penjajah Zionis Israel secara total atas kota Nablus dan kota-kota lain di Tepi Barat pada musim panas tahun 2002. Begitu keluar dari penjara, pejuang Palestina ini langsung bergabung dengan mujahidin Palestina dan anggota al Qassam lainnya guna melakukan persiapan memburu para agresor penjajah Zionis Israel.

    Sejak saat itu, Sami Zaidan tidak pernah lagi melihat keluarga dan kerabatnya. Karena telah menjadi buron pihak penjajah Zionis Israel bersama para mujahidin al Qassam. Tinggal di gua-gua dan gunung-gunung, seraya mempersiapkan rencana bersama teman-temannya untuk melakukan aksi-aksi kepahlawanan yang menggoncang langsung tempat pembaringan para penjajah.

    Aksi yang paling terkenal, di mana Sami Zaidan turut dalam pelaksanaannya, adalah aksi kepahlawanan di permukiman Yahudi Emanuel pada 16 Juli 2002 yang mengakibatkan lebih dari 10 orang Israel tewas dan 40 orang lainnya terluka.

    Sehari setelah aksi kepahlawanan ini, salah seorang teman seperjuangan di Brigade al Qassam, Ashim Ushaida, gugur syahid.

    Setelah aksi kepahlawanan yang dilakukan Brigade al Qassam ini, yang merupakan aksi kedua di tempat yang sama, pihak penjajah Zionis Israel langsung menggelar operasi penyerbuan secara ekspansif di desa Tel dan kota Nablus guna mencari para pejuang al Qassam. Mereka gempur rumah-rumah pejuang al Qassam yang menjadi buron serta menangkap keluarga dan kerabatnya, menghancurkan rumah-rumah para pelaku aksi syahid dan para buron serta mengancam akan mendeportasi keluarga dan kerabat para pejuang ke Jalur Gaza. Pada suatu malam yang dingin dan gelap, Januari 2002, di desa Tel ada 6 mujahidin al Qassam yang telah duduk di sebuah lokasi di dalam desa. Sementara mata para antek pengecut tengah mengintai mereka. Keenam muajahidin Palestina tersebut adalah Nashrudin Ushaida bersama rekan-rekannya, Ashim Ushaida, Sami Zaidan, Umar Ushaida beserta saudaranya Ayub Ushaida dan Nail Ramadhan. Mereka tengah berkumpul membahas dan merencanakan aksi jihad. Namun tiba-tiba desa Tel telah dipenuhi serdadu militer Zionis Israel yang didukung dua pesawat heli tempur Apache buatan Amerika. Pertempuran sengit tidak bisa dihindarkan antara pejuang al Qassam ini dengan pasukan penjajah Zionis Israel hingga mengakibatkan salah seorang pejuang al Qassam Nail Ramadhan gugur syahid.

    Pasukan penjajah Zionis Israel mengepung lokasi pertemuan para pejuang al Qassam terebut dan pada hari itu juga Ayub Ushaida ditangkap, sementara itu Allah menyelamatkan para mujahidin lainnya dan berhasil meloloskan diri.

    Padahal jarak antara mereka dengan pasukan penjajah Zionis Israel hanya dua meter. Kehendak Ilahi telah mentakdirkan mereka untuk tetap bebas menjadi duri sandungan bagi penjajah Zionis Israel.

    Sejak hari pertama bergabung dengan Brigade al Qassam, asy Syahid Sami Zaidan telah mengetahui tabiat jalan yang dipilih untuk dirinya. Jalan yang penuh dengan onak dan duri.

    Dia tahu betul bahwa nasib para mujahidin hanya satu dari dua pilihan, kemenangan nyata dari Allah atau mati syahid di jalan-Nya. Dia yakin betul, bahwa siapa saja yang ingin berjuang maka dia harus jujur dengan Allah dan dirinya sendiri. Tidak mencari-cari alasan untuk membenarkan kemalasan dan kelambanannya.

    Hari itu, Rabu tanggal 1 Januari 2003 pukul 8 malam, Sami bertolak sendirian menuju lokasi penyergapan di jalan antara permukiman Yahudi Emanuel dan Yetzihar dekat daerah lembah Qana. Setelah memastikan target dia bersiap sambil menunggu target mendekat, patroli penjaga perbatasan yang penuh dengan serdadu Zionis Israel bersenjata lengkap. Dia pun tetap menunggu mereka sendirian. Dan pada saat yang tepat, singa al Qassam ini langsung menggeber para serdadu dengan bom dan memuntahkan misiu dari moncong Klasnikov yang disandangnya hingga hingga semua serdadu Israel tersungkur antara tewas dan terluka. Setelah yakin semua serdadu Zionis Israel tersungkur, singa al Qassam ini melanjutkan episode penyergapan di lokasi lain. Dia sendiri telah memutuskan, hari itu dia bertekad tidak akan kembali kecuali telah syahid menuju syurga Allah.

    Begitu rombongan serdadu Zionis Israel datang yang dikawal pesawat helikopter Apache buatan Amerika, maka gempuran pun tak dapat dihindari pasukan militer Israel hingga mereka kewalahan menghadapi singat al Qassam yang sepertinya menggoncangkan tanah tempat kaki mereka berpijak.

    Pertempuran sengit berlangsung lebih dari 3 jam antara pejuang Palestina ini dengan para pengecut serdadu Zionis Israel yang terus mundur menghindari pertempuran. Pada saat itulah pesawat Apache yang biasa digunakan Zionis Israel dalam perbagai gempuran ke target-target warga Palestina memuntahkan roketnya ke posisi singa al Qassam ini hingga sebuah roket menghajar sisi kanannya bersama dengan tembusan timah panas yang dimuntahkan senjata otomatis ke tubuh sucinya. Sami pun kemudian menemui syahadah (mati syahid).

    Setelah yakin bahwa pejuang Palestina telah gugur syahid, pasukan penjajah Zionis Israel meninggalkannya tergeletak di tanah tanpa memberi kabar kepada pihak terkait mengenai keberadaan jasad korban. Mereka berharap ada binatang buas atau tabiat alam yang melenyapkan jasadnya. Namun kehendak Allah berbicara lain, dia telah melindungi tubuh pejuang yang telah menjual jiwa dan hidupnya kepada-Nya.

    Sepuluh hari kemudian jasad asy Syahid baru ditemukan oleh penggembala kambing saat melewati lokasi di manas Sami menemui syahadah. Penggembala pun segera teringat suara baku senjata di lokasi yang terjadi sepuluh hari yang lalu. Setelah mengenali tubuh asy Syahid, dia pun segera kembali ke desa yang memberi kabar keluarganya mengenai apa yang telah dilihatnya.

    Ayah asy Syahid mengenang, “Sejak pihak pemerintah Palestina membiarkan anakku Sami Zaidan beberapa saat sebelum aksi pendudukan pasukan penjajah Zionis Israel atas kota Nablus pada April 2002, saya belum pernah melihat putraku yang telah menjadi buron pihak militer Zionis Israel. Pada 1 Januari 2003, kami mendengar kabar tentang aksi di lembah Qana. Paginya, saat kami mendengar berita dari stasiun TV al Manar, disebutkan bahwasanaya telah diketahui identitas asy Syahid yang gugur dalam aksi tersebut, yang tidak lain adalah putraku sendiri Sami Zaidan. Kami pun segera memuji Allah Azza wa Jalla karena putraku telah mendapatkan syahadah di jalan-Nya. Kami pun bersabar dan hanya mengharap pahala di sisi Allah tabaraka wa ta’ala.”

    Warga desa Tel pun merasa terkejut dengan berita ini, pada awalnya mereka tidak percaya. Karena mereka yakin pasukan penjajah Zionis Israel “menculik” jasad asy Syahid setelah berakhirnya pertempuran, sebab inilah yang biasa dilakukan pihak penjajah Zionis Israel terhadap korban Palestina dalam peristiwa-peristiwa semacam ini. Mereka berkeyakinan bahwa jasad yang ditemukan adalah bukanlah jasad Sami. Hanya saja warga menegaskan sejak 10 hari dari pertempuran di lembah Qana tersebut belum pernah ada lagi aksi yang terjadi. Setelah keluarga bersama warga lainnya menuju lokasi mereka baru yakin bahwa itu adalah jasad Sami yang masih utuh dan segar.

    Benar-benar karamah ilahiyah terjadi pada kesyahidan singa al Qassam ini.

    Mereka yang hadir saat itu, seakan tidak percaya, menyaksikan kijang berada di sisi jasad asy Syahid. Hewan langka ini tidak meninggalkan jasad asy Syahid kecuali setelah warga berjarak beberapa meter saja. Seakan penjaga yang dikirim Allah untuk menghalau bahaya yang akan menimpa jasad asy Syahid.

    Karamah lainnya, seperti ditegaskan warga desa Tel yang hadir, mereka melihat dengan mata kepala sendiri darah segar masih mengucur dari jasadnya.

    Darah itu terus mengalir dan tidak mengering, segar dan merah seakan luka itu terjadi beberapa detik yang lalu. Bahkan warna kulitnya pun tidak mengalami perubahan apapun, semerbak bau wangi memenuhi sekitar lokasi.

    Itulah sekelumit riwayat asy Syahid Sami “Muhmmad Samir” Zaidan, seorang pejuang tangguh yang lahir dari madrasah al Qassam di kota Nablus.

    ***

    Oleh Warsito

    Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

     
  • erva kurniawan 1:46 am on 26 February 2012 Permalink | Balas  

    Poligaminya Rasulullah SAW 

    Poligaminya Rasulullah SAW

    Assalamualaikum wr.wb

    Semoga tulisan ini bermanfaat.

    1. Aisyah binti Abu Bakar. ra.

    Rasulullah menikahi Sayyidah Aisyah.ra ketika masih di Mekkah. Pernikahan ini disebutkan berdasarkan mimpi beliau. Rasulullah bersabda kepada Aisyah.ra “bahwasannya aku melihatmu dalam mimpi selama 3 hari, dimana malaikat datang kepadaku bersamamu dalam kain sutera seraya berkata “inilah istrimu”, maka aku singkapkan kain itu dari wajahmu dan aku dapati bahwa ternyata engkau (Aisyah), lalu aku berkata pada diri sendiri, jika memang ini petunjuk dari ALLAH maka aku akan segera melaksanakannya”(shahih Muslim,kitab Fadlail Al-Shahabu. Bab Fadl Aisyah. 44:2438).

    Dari Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa “Jibril membawa gambar dirinya yang terbungkus dengan kain sutera hijau dan berkata “inilah istrimu didunia dan akhirat”. Dari riwayat ini maka ALLAH sesungguhnya telah memilih Aisyah ra untuk menjadi istri Rasulullah dan mengutus Jibril untuk memberitahukannya.

    2. Saudah ra.

    Beliau adalah Saudah binti Zam’ah Ibn Qois Al-Qursyiyah, merupakan janda dari Sukran Ibn Amru, yaitu salah seorang muslim pertama. Dua kali ikut hijrah bersama suaminya ke Habasyah, dan ketika pulang dari hijrah yang kedua inilah suaminya meninggal dunia. Dalam kondisi seperti itu, Saudah memutuskan untuk tidak kembali ke kabilahnya, karena mereka selalu memaksanya keluar dari islam serta menyakitinya dengan berbagai siksaan. Rasulullah menikahinya di Mekkah, sepeninggal istri pertama beliau, Khadijah ra. Saudah ra tergolong wanita yang sangat membutuhkan pertolongan.

    3. Hafsah binti Umar Ibn Khattab

    Hafsah ra merupakan janda Kunais Ibn Hudzaifah al-Anshari. Rasulullah menikahi Hafsah pada tahun 3 H, karena pertimbangan kadudukan dan kehormatan ayah Hafsah disisi Rasulullah, juga agar sama kedudukannya dengan Abu Bakar al Shiddiq dalam hal pertalian darah. Sebelumnya Umar telah menawarkan Hafsah kepada Ustman ibn Affan, beberapa saat setelah istrinya Rugayyah binti Rasulullah wafat, namun Ustman mengatakan dirinya belum berkeinginan untuk menikah lagi.Lalu Umar mengadu kepada Rasulullah, dan Rasulullah berkata bahwa Hafsah akan mendapatkan yang lebih baik dari Ustman.

    4. Zainab binti Khuzaimah ra.

    Beliau adalah janda Abdullah ibn Jahsy. Rasulullah menikahi nya setelah suaminya gugur sebagai syahid pada tahun 4 H.Beliau terkenal dengan kebaikan dan kelembutan hatinya terhadap fakir miskin, sehingga dijuluki “Ummul Masakin” (ibunya fakir miskin). Beliau wafat 2 bulan setelah menikah dengan Rasulullah.

    5. Ummu Salmah ra.

    Beliau adalah janda Abdullah ibn Abdul Asad Abu Salmah. Abdullah syahid dalam perang Uhud dan ummu Salmah menjadi Janda dengan tanggungan 4 orang anak tanpa penopang. Rasulullah menikahinya pada tahun 4 H.

    6. Zainab ra.

    Beliau adalah Zainab binti Jahsy ibn R’ab al-Asadiyah, Janda dari Zaid ibn Tsabit, anak angkat Rasulullah. ALLAH SWT telah melukiskan hal ini dalam Al-Quran : “Maka tatkala Zaid telah menceraikan istrinya, kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak asa keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menceraikan istrinya, dan ketetapan ALLAH itu pasti terjadi. (QS. Al=Ahzab/33:37). Dari ayat diatas jelaslah bahwa pernikahan ini merupakan suatu contoh nyata kepada orang mukmin bahwa boleh menikahi istri anak angkat yang telah diceraikan.

    7. Ummu Habibah ra.

    Beliau adalah Ramlah binti Abu Sufyan ibn Harb ra. dan dijuluki Ummu Habibah. Seorang janda dari Ubaidillah ibn Jahsy. Bersama suaminya hijrah ke Habasyah untuk menghindari siksaan kaum Quraisy.Tetapi suaminya meninggal dunia disana, sehingga Ummu Habibah kehilangan tempat bernaung serta tidak tahu kemana harus pergi. Rasulullah SAW menikahinya untuk memuliakan kondisi dan statusnya, serta untuk menghargai sikap dan perjuangannya. ALLAH SWT juga telah mensyaratkannya melalui mimpi kepada Ummu Habibah ra. dan iamengatakan ” Ketika Ubaidillah ibn Jahsy meningga di Habasyah, aku bermimpi ada seseorang yang memanggilku dengan sebutan Ummul Mukminin, pertama aku bingung namun setelah aku takwilkan bahwa Rasulullah saw kelak akan menikahiku”. (Shifat al-Shafwah (2/43);Taqrib al-Tahdzib :747).

    8. Juwairiyah ra.

    Adalah putri Harist ibn Abi Dharar al-Khaza’iyyah dari bani Mustaliq. Beliau seorang janda dari Musafi’ ibn Safwan. Ayahnya seorang panglima bani Mustaliq, yang tewas oleh kaum muslimin dalam perang Murisi’. Rasulullah menikahinya pada tahun 5 H untuk menyentuh hati orang-orang bani Mustaliq. Aisyah ra. berkata “saya tidak pernah tahu ada seorang wanita yang membawa berkah besar kepada kaumnya selain dia (Juwairiyah)”. Sikap inilah yang kelak berperan besar dalam melunakkan hari Bani Mustaliq untuk masuk Islam.

    9. Sofiyah ra.

    Adalah putri Huyai ibn Akhtab, seorang panglima Yahudi,. Merupakan janda dari Kinanah ibn Abi al-Haqiq, yang terbunuh dalam perang Khaibar tahun 7 H, dan menjadi tawanan perang Khaibar. Nabi SAW memperlakukannya dengan baik dan memberi 2 pilihan yaitu :dibebaskan sebagai tawanan dan kembali ke kabilahnya, atau jika mau masuk ISlam ia akan dijadikan istri Beliau.Sofiyah lalu berkata “aku lebih memilih ALLAH dan Rasul-Nya”. Dalam buku Shifat al-Shofwah dikisahkan bahwa pada suatu hari Sofiyah bermimpi bahwa ada bulan yang jatuh ke kamarnya. Ketika diceritakan kepada ayahnya,. maka ayahnya sangat marah dan menampar wajah Sofiyah ra. hingga membekas sampai ia menjadi istri Nabi SAW.

    10. Maimunah ra.

    Yaitu putri dari Harist al-Hilaliyah, dari kabilah Bani Hilah. Rasulullah menikahinya pada akhir tahun 7 H, dalam perjalanan Beliau untuk menunaikan umroh Qadha.Menurut Qatadah dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa yang dimaksud dalam ayat 50 Surat Al-Ahzab adalah Maimunah binti Harist (Tafsir Ibnu Katsir, 5/483). “Dan perempuan mikmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya”. (QS.Al-Ahzab.33:50).

    Demikianlah ke 10 istri Nabi Muhammad SAW + Siti Khadijah. Poligami diatas didasarkan untuk menolong atau sebagai tuntunan/contoh bagi umat Islam, dan BUKAN BERDASARKAN HAWA NAFSU SEMATA. Dari 11 istri Nabi SAW tersebut, hanya Aisyah ra. yang bukan janda (saat menikah).

    Wassalam.

    ***

    Sumber buku “Sejarah Masjid Nabawi” Dr. Muh. Ilyas Abdul Ghani.2003.

     
  • erva kurniawan 1:17 am on 25 February 2012 Permalink | Balas  

    Meneladani Allah Yang Mahaluas 

    Meneladani Allah Yang Mahaluas

    Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

    Ingin jadi orang bijak, ingin bahagia dan mulia, maka luaskanlah ilmu, wawasan, dan pengalaman. Kalau kita kaya dengan ilmu maka dunia dengan sendirinya akan menghampiri kita.

    Al-Waasi’ adalah satu sifat Allah yang tercantum dalam asma’ul husna, yang artinya adalah Allah Yang Mahaluas. Kata Al-Waasi’ tersusun dari huruf wau, syin, dan ‘ain. Setiap kata yang tersusun dari huruf-huruf ini menjadi antonim dari sempit atau sulit. Dari sini lahir makna-makna seperti “kaya”, “mampu”, “luas”, “meliputi”, “langkah panjang”, dan sebagainya.

    Allah adalah Dzat Yang Mahaluas. Luasnya kekuasaan Allah sungguh tidak terbatas, meliputi semua yang ada di langit dan di bumi. Allah Mahaluas Keagungan-Nya, sehingga Ia kuasa memuliakan siapa saja yang Ia kehendaki tanpa berkurang kemuliaan-Nya. Allah Mahaluas rezeki-Nya, sehingga Ia mampu memberikan karunia kepada semua makhluk tanpa berkurang sedikit pun kekayaan-Nya. Allah Mahaluas ilmu-Nya, sehingga Ia mengetahui segala sesuatu tentang ciptaan-Nya sampai hal sekecil-kecilnya. Ia mengetahui lintasan hati setiap manusia. Ia mengetahui jalannya seekor semut hitam yang merayap di batu hitam saat tengah malam yang kelam.

    Ternyata, luas-Nya Allah itu berbeda dengan luasnya manusia. Luasnya dalam pandangan manusia selalu dibatasi ukuran. Lapangan sepakbola itu luas, namun bisa dihitung dalam meter. Seorang profesor pasti memiliki ilmu yang luas, namun luasnya ilmu profesor pasti berbatas dan hanya pada satu segi. Luas dalam pandangan Allah tidak dibatasi ukuran atau dimensi waktu. Ia laitsa kamitslihi syai’un; tidak bisa diserupai makhluk. Intinya, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini ada dalam genggaman Allah. Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di alam ini.

    Hikmah apa yang bisa kita ambil dari sifat Allah ini? Kita layak meniru sifat Allah ini dengan meluaskan ilmu, pengetahuan, dan wawasan dengan banyak menyimak, membaca, dan bergaul dengan para ulama. Makin luas ilmu kita, akan makin bijak pula kita, makin mudah menghadapi hidup, dan makin paham pula kita akan arah hidup. Keluasan ilmu dan pengetahuan akan memudahkan kita menyikapi masalah dengan cara tepat. Ingin jadi orang bijak, ingin bahagia dan mulia, maka luaskanlah ilmu, wawasan, dan pengalaman. Kalau kita kaya dengan ilmu maka dunia dengan sendirinya akan menghampiri kita.

    Dengan meneladani sifat Al-Waasi’ ini, kita pun harus belajar mengubah sudut pandang kita dalam hidup. Jangan memandang harta di atas segalanya. Harta memang rezeki dari Allah, tapi itu adalah tingkatan yang paling rendah. Kekayaan ilmu, kekayaan hati yang bersumber dari kekayaan iman jauh lebih tinggi di atas harta. Karena itu, kita jangan bangga dengan sesuatu yang rendah. Bukankah penjahat pun diberikan harta.

    Yang tak kalah penting, kita pun harus memiliki keluasan hati. Suasana hati akan menentukan bahagia tidaknya hidup kita. Sehingga kita harus melatihnya agar senantiasa lapang. Berlatih untuk tidak mudah tersinggung, tidak mendramatisasi masalah, mudah memaafkan, dan menyadari bahwa yang dilakukan orang lain tidak akan selalu sesuai dengan kehendak kita, adalah sebagian cara untuk mendapatkan kelapangan hati. Makin luas sebuah lapangan, makin sulit terjadi gesekan. Ilustrasinya, di lapangan yang luas kita tidak takut dengan seekor tikus, kecoa, atau ular. Namun, akan beda rasanya jika kita bersama hewan-hewan tersebut di kamar kecil.

    Rumusnya “2B2L” dapat pula dijadikan formula untuk menciptakan keluasan hati, terutama saat bergaul dengan orang lain. “B” pertama bijak terhadap kekurangan dan kesalahan, “B” kedua adalah berani mengakui kelebihan dan jasa orang lain. “L” pertama adalah melupakan jasa atau kebaikan diri. Dan “L” kedua adalah mampu melihat kekurangan dan kesalahan diri.

    Wallahu a’lam.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:14 am on 24 February 2012 Permalink | Balas  

    Pentingnya Hidup Sederhana 

    Pentingnya Hidup Sederhana

    Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

    Dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan untuk beramal saleh menolong sesama.

    Semoga Allah Yang Mahakaya mengaruniakan kekayaan yang penuh berkah, dan melindungi kita dan tipu daya kekayaan yang menjadi fitnah.

    Saudaraku, salah satu penyebab maraknya korupsi di negeri kita adalah kegemaran sebagian orang terhadap kemewahan dan menggejalanya pola hidup konsumtif. Memang, tantangan untuk tampil lebih (konsumtif) sangat terbuka di sekitar kita. Tayangan televisi sering membuat standar hidup melampaui kemampuan yang kita miliki. Iklan-iklan tidak semuanya memberikan keinginan primer, tapi juga yang sekunder dan tertier yang tidak terlalu penting. Tidak dilarang kita memiliki, tapi apakah yang kita miliki ini tergolong kemewahan atau tidak? Itulah yang harus kita pertanyakan.

    Lalu apa kerugian hidup bermewah-mewah? Di zaman sekarang kemewahan bisa membawa bencana. Minimal dicurigai orang lain. Siksaan pertama dari kemewahan adalah ingin pamer, ingin diketahui orang lain. Siksaan kedua dari kemewahan adalah takut ada saingan. Pemuja kemewahan akan mudah dengkinya kepada yang punya lebih. Penyakit ketiga cemas, takut rusak, takut dicuri. Makin mahal barang yang dimiliki, kita akan semakin takut kehilangan.

    Pentingnya hidup sederhana

    Tampaknya, pola hidup sederhana harus dibudayakan kembali di masyarakat. Tak terkecuali di keluarga kita. Kalau orangtua memberikan contoh pada anak-anaknya tentang kesederhanaan, maka anak akan terjaga dari merasa diri lebih dari orang lain, tidak senang dengan kemewahan, dan mampu mengendalikan diri dari hidup bermewah-mewah.

    Saudaraku, sederhana adalah suatu keindahan. Mengapa? Karena seseorang yang sederhana akan mudah melepaskan diri dari kesombongan dan lebih mudah meraba penderitaan orang lain. Jadi bagi orang yang merasa penampilannya kurang indah, perindahlah dengan kesederhanaan. Sederhana adalah buah dari kekuatan mengendalikan keinginan.

    Dalam Islam, kaya itu bukan hal yang hina, bahkan dianjurkan. Perintah zakat bisa dipenuhi kalau kita punya harta, demikian pula perintah haji. Yang dilarang itu adalah berlebih-lebihan. Dalam QS At-Takaatsur, Allah SWT dengan tegas mencela orang yang berlebih-lebihan. Memang kita harus kaya tapi tidak harus bermegah-megah. Beli apa saja asal perlu, bukan karena ingin. Keinginan itu biasanya tidak ada ujungnya. Beli semua yang kita mampu beli, asal manfaat. Kita harus punya, tapi bukan untuk pamer dan bermegah-megah, tapi untuk manfaat. Kita tidak dilarang punya barang apa saja, sepanjang barang yang dimiliki halal dan diperoleh dengan cara halal. Saya tidak mengajak untuk miskin, tapi mengajak agar kita berhati-hati dengan keinginan hidup mewah.

    Satu hal yang penting, ternyata di negara manapun orang yang bersahaja itu lebih disegani, lebih dihormati daripada orang yang bergelimang kemewahan. Apalagi mewahnya tidak jelas asal-usulnya.

    Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat sederhana, walaupun harta beliau sangat banyak. Rumahnya Rasul sangat sederhana, tidak ada singgasana, tidak ada mahkota. Lalu, untuk apa Rasulullah SAW memiliki harta? Beliau menggunakan harta tersebut untuk menyebarkan risalah Islam, berdakwah, membantu fakir miskin, dan memberdayakan orang-orang yang lemah.

    Dari apa yang dicontohkan Rasulullah SAW, kita harus kaya dan harus mendistribusikan kekayaan tersebut pada sebanyak-banyak orang, minimal untuk orang terdekat. Maka, bila kita memiliki uang dan kebutuhan keluarga telah terpenuhi, bersihkan dari hak orang lain dengan berzakat. Kalau masih ada lebih, maka siapkan untuk orangtua, mertua, sanak saudara yang lain, dst. Kakak-adik, keponakan, juga harus kita pikirkan. Kekayaan kita harus dapat dinikmati banyak orang.

    Semoga dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan untuk beramal saleh menolong sesama. Amin.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:11 am on 23 February 2012 Permalink | Balas  

    Entrepreneurship Rasulullah 

    Entrepreneurship Rasulullah 

    KH. Abdullah Gymnastiar

    Sahabat-sahabat,

    Ternyata dalam kajian tentang Rasulullah, ada saat yang kurang kita bahas. Kebanyakan kita bahas adalah mulai dari umur 17 tahun sampai 20 tahun. Kita tahu mengenai beliau ketika umur 25 tahun tetapi dengan imej yang negatif, yaitu seorang pemuda menikahi janda kaya raya. Padahal kalau dilihat dari maharnya mencapai 20 ekor unta muda yang jika dihargai sekarang kurang lebih setengah milyar rupiah, Bayangkan saja.

    Hal lainnya yang amat jarang kita bahas adalah bagaimana Muhammad menjadi professional. Umat Islam sekarang menjadi babak belur, karena kita tidak mengerti bagaimana menjadi professional. Mengurus masjid kecil, wc bahkan sandal saja repot sekali. Hal yang perlu kita kembangkan adalah jiwa entrepreneur.

    Rasulullah sebagai bukti bahwa dengan memiliki jiwa entrepreneur maka orang akan mampu mengendalikan apa saja. Contohnya di Singapura yang merupakan negara pedagang walaupun mereka tidak mempunyai sumber daya.Taiwan, Jepang bahkan Korea hampir menguasai dunia.

    Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim. Dalam usia enam tahun ibunya meninggal dalam perjalanan kembali dari Yatrib setelah menengok kuburan ayahnya. Usia 6tahun beliau sudah yatim-piatu dan tidak punya pegangan. Sampai usia 8 tahun 2 bulan dibina dan didik kakeknya Abdul Muthalib yang cukup berada.

    Di usia ini kakeknyawafat, setelah itu ia dalam perlindungan pamannya AbuThalib yang tidak sekaya kakeknya, mulai saat itulah pemuda kecil Muhammad menggembala kambing, mencari nafkah sendiri. Usia 12 tahun Rasul diajak pamannya dalam perjalanan dagang pertama kali ke Syria. Syria itu jaraknya ribuan kilometer.

    Bayangkan umur 12 tahun tidak pakai pesawat atau mobil!!!. Anak-anak kita umur12 tahun sedang malas-malasnya. Masa kecil kita bukan masa teruji, bukan masa tertempa. Semua dimudahkan oleh orang tua kita. Disini saya akan membahas kenapa kita ini menjadi warga yang looser.

    Saudara-saudara Sekalian,

    Sepulang dari perjalanan dagang pertamanya, beliau begitu sering bisnis bahkan sampai ke seluruh JazirahArab sudah terkenal seorang professional muda bernama Muhammad. Di usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang konglomerawati bernama Khadijah. Setelah genap hampir sepuluh kali perjalanan dagang yang beliau tempuh, kalau setiap kali perjalanan dagang beliau mendapatkan untung dua ekor unta betina.

    Subhanallah,

    Maka ketika meminang Siti Khadijah beliau memberi maskawin sebesar duapuluh ekor unta muda atau kurang lebih setengah milyar rupiah!!!. Mana ada pengusaha muda di Indonesia yang mau memberi mahar begitu besar kepada istrinya. Coba cari sekarang ada atau tidak di Indonesia seseorang yang sudah berani menikah dengan memberi mahar setengah milyar. Paling top orang kaya itu seperangkat alat sholat.

    Jadi kita bisa membayangkan bagaimana dashyatnya Muhammad muda ini. Hal ini yang jarang kita pelajari, bagaimana etos kerja beliau padahal beliau tidak ada uang, tidak ada keahlian. Jadi saudara-saudara, jangan merasa malu lahir dari orang tua yang miskin, Rasul bahkan tidak punya bapak.

    Jangan merasa berpendidikan rendah, Nabi saja tidak sekolah. Jangan merasa tidakpunya modal, Nabi tidak punya modal sama sekali. Tidak ada alasan. Kita itu paling hobi memperbanyak alasan. Padahal alasan memperjelas kelemahan kita.

    Jadi bangsa ini mau sesulit apapun, tidak ada pilihan bagi kita kecuali kita bangkit dengan semangat. Saya termasuk yang tidak mau pusing dengan keadaan sekarang kalau akhirnya akan melemahkan semangat . Situasi sesulit apapun, pilihannya cuma satu yaitu kita harus bangkit bersama-sama.

    Mengeluh, mencela tidak akan menyelesaikan masalah, kalau ada yang dapat terselesaikan dengan masalah, silakan saja mengeluh sepuasnya. Kalau ada yang bisa selesai dengan umpatan dan makian, silakan mengumpat. Kita tidak punya waktu, waktu kita terbatas. Satu – satunya pilihan adalah kita harus bangkit. Allah Maha Kaya, mau seperti apa saja keadaanya, rezeki Allah tidak akan berkurang. Ini rumusnya yang akan kita coba bahas.

    Rekan-rekan sekalian, Para orang tua, jangan merasa sudah tua. Tenang saja kita masih punya anak cucu. Para kaum muda ini kesempatan bahwa kita sudah disiapkan sukses oleh Allah. Sudah diilhamkan potensi sholeh/bejat. Kita sebelum dilahirkan ke dunia sudah pernah bertarung dengan 150 juta pesaing yaitu sel sperma dan yang jadi menemui sel telur adalah kita. We are the winner. Kita pernah memasuki persaingan dan kita menang. Kenapa kalau sudah hidup jadi kalah??

    Jadi tekad harus kita canangkan dari sekarang. Kalau kita lihat sejarah, baru tahun 1984 ilmu wirausaha ini mulai dikembangkan, padahal Nabi Muhammad SAW sudah 1500 tahun yang lalu mencanangkan bahwa kita itu bisa kokoh dan kuat justru dengan kewirausahaan yang ada. Kuncinya ternyata semua wirausahawan sejati tergantung dari masa kecilnya.

    Masa kecil seseorang itulah yang menentukan kualifikasi enterpreneurship orang tersebut. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu ditolong maka bersiaplah menuai anak yang tidak berdaya. Para pengusaha kita sedikit yang masa kecilnya susah.

    Saudara-saudaraku,

    Bagi yang masih muda, jangan bercita-cita punya pekerjaan setelah lulus. Mulai sekarang kalau saya lulus, saya ingin membuat pekerjaan, tidak perlu melamar kemanapun. Langsung jadi direktur utama merangkap staf dan pegawai inti. Bangsa ini tidak akan selesai hari ini. Mulailah tanamkan jiwa enterpreneurship pada anak-anak kita. Ingatlah padawaktu kita kecil, waktu belajar jalan, bediri sedikit sudah jatuh. Bangkit lagi, benjol berdarah dan apakah kita putus asa?, apakah kita mengeluh?.

    Potensi untuk berani bertindak sudah ada hanya orang tua yang dapat melemahkan semangat kita. Dilarang naikkursi takut jatuh, dilarang main pisau nanti berdarah. Dia tidak pernah punya pengalaman untuk mengambil pilihan. Dia tidak pernah punya pengalaman untuk mengetahui resiko dari tindakannya.

    Menyelesaikan bangsa kita sekarang bukan saja oleh kita sekarang, dengan mempersiapkan keturunan kita juga merupakan tanggung jawab kita kepada umat ke depan. Tidak pernah ada kata terlambat. Didik anak-anak kita dari kecil buat jadi mandiri, bebas, berani bertanggung jawab supaya dia percaya diri.

    Kalau dia jatuh biarkan saja. Ini adalah membangun bangsa ini. Ini adalah membangunmasa depan umat, yaitu bagaimana para orang tua membangun anak-anaknya. Kalau mereka mau jajan harus ada pertaruhannya, setiap rupiah harus ada perjuangannya.

    Latih anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Orang tua yang memanjakan anaknya sengsaranya juga akan kembali ke orang tua. Latihlah entrepreneurship dari uang jajan bulanan yang bertanggungjawab pemakaiannya. Semoga Allah mengampuni segala kesalahan kita. Saya semenjak SD sampai SMA sudah berjualan, lulus kuliah tidak pernah mengambil ijazah sampai sekarang.

    Alhamdulillah, rezeki Allah tidak kemana-mana.Allahu akbar, Allah Maha Besar sampai sekarang mampu membangun Daarut Tauhiid sampai sebegini besar. Tapi ini benar-benar membuat keyakinan jika jiwa entrepreneurship tertanam pada diri-diri kita, kita tidak pernah takut menghadapi situasi apapun. Kalau saja ini dikelola oleh orang- orang yang berjiwa wirausaha yang baik pasti akan sukses.

    Bagaimana mungkin dengan alam yang begitu kaya kita bisa miskin, cuma kita saja yang bodoh sampai tertipu tetangga karena kita tidak mengerti cara mengelolanya. Saudara-saudaraku sekalian, Hikmahnya yang pertama adalah hati-hati dengan masa kecil, masa muda. Para mahasiswa sebaiknya sambil kuliah sambil cari nafkah. Pengalaman sudah harus dirintis, nantinya waktu kuliahnya sama hasilnya akan berbeda dengan orang lain.

    Kedua, Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat sebagi nabi tidak punya apa-apa, mengapa setelah itu dapat menjadi orang kaya tanpa modal. Karena modal yang beliau punyai adalah Al-Amin yaitu orang yang kredibel. Mulai sekarang kita harus buat track record menjadi orang yang terpercaya dalam kehidupan kita. Modal kita itu adalah nama baik kita. Demi Allah, uang itu kecil.

    Nama baiklah yang mahal. Mulai sekarang jangan pernah terpikir untuk licik. Mulut kita satu-satunya ini tidak boleh lagi berdusta. Mulut ini yang membuat kita kehilangan hidup, uang, dan kehormatan kita. Jangan main-main soal bohong ini. Biar kita diremehkan, disisihkan dan dikeluarkan karena kita jujur.

    Daripada kita sebaliknya karena kita tidak pernah menikmati hidup selama kita berbohong. Cari rezeki tidak perlu bohong, Allah SWT sudah tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Tiap kita itu sudah ditentukan rezekinya, tidak mungkin Allah menciptakan kita tanpa rezeki.

    Rezeki dapat dibagi menjadi tiga, yaitu rezeki yang pertama adalah rezeki yang dijamin pasti ada, yaitu makan. Pada saat kita bayi kita tidak bisa mencari makan, apakah kita takut. Hal ini karena kita yakin sudah dijamin. Satu kesulitan mendatangkan dua kemudahan pada saat kita hendak terlahirkan. Ari-ari dipotong setelah itu mendapatkan makanan dari dua air susu ibu. Jadi setelah kita sebesar ini, apakah masih takut tidak makan. Yang harus kita takuti adalah makan makanan yang kita tidak tahu halal/haramnya. Demi Allah, kita akan ada rezekinya.

    Rezeki yang kedua adalah rezeki yang digantungkan. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu merubah nasibnya sendiri. Semua sudah ada ukurannya sendiri. Justru akan gawat kalau rezeki kita sama semua. Kalau kita mencarinya di jalan Allah. Rezeki dapat, pahala dapat, barokah namanya. Kalau mau licik boleh-boleh saja. Rezeki dapat, dosa dapat, haram namanya.

    Pencuri, koruptor itu maling hartanya sendiri. Kalau dia sholeh pasti ketemu rezekinya itu. Tidak perlu pakai licik. Tidak mungkin Allah menyediakan rezeki kalau harus pakai licik. Jujurlah pasti akan ketemu rezeki tersebut, mau kemana lagi. Ingatlah teori bayi, ketika menangis dengan suara pelan sang ibu hanya menenangkan dan tidak memberi makan. Kemudian si bayi menangis dengan berteriak tentu akan menarik perhatian dan ibu akan memberi makan kepadanya.

    Saudara-saudara,

    Saya khawatir kita apes seperti ini bukan tidak ada jatah kita, tapi kita tidak mengambilnya hanya sedikit. Jangan-jangan jatah saudara seratus juta perbulan tapi mengambilnya hanya lima ratus ribu. Jika sudah bekerja keras itu masih belum cukup. Bekerjakeras itu urusan fisik, bekerja cerdas itu urusan otak dan bekerja ikhlas itu urusan hati. Kalau ketiganya jalan baru ketemu.

    Tanpa bermaksud meremehkan saudara kita tukang becak itu tidak kurang kerja kerasnya. Karena kalau tidak didorong tidak akan maju, tapi hasilnya hanya sepuluh ribu perhari. Tidak cukup mengandalkan otot saja, hati dan otak harus diperhatikan. Maka saudara-saudara jangan sampai berpikir licik untuk mendapatkan rezeki, rezeki itu tidak akan kemana-mana.

    Rezeki yang ketiga adalah rezeki yang dijanjikan. Kita harus jatahkan setiap mendapatkannya harus langsung dikeluarkan sedekah/zakatnya. Demi Allah, Allah sudah berjanji barangsiapa yang ahli syukur nikmat yang ada Allah akan tambahkan. Tidak akan berkurang harta dengan sedekah, kecuali bertambah dan bertambah. Inilah rumusnya kalau tidak mau uang kita sia-sia.

    ***

    Dari Sahabat

     
    • nur salim 11:00 am on 26 Februari 2012 Permalink

      masy allah,sungguh sangt byk hikmah yg aku dapt stlh bca artikel ini
      mhn ijin utk memposting ulg di blog sy,mdh2n dg mempostingkan artikel ini org2 bisa membc rus bgkt dr keterperukan…amin
      mdh2n kita sl dlm petunjuknya

  • erva kurniawan 1:24 am on 22 February 2012 Permalink | Balas  

    Perbedaan Pendapat Bukanlah Rahmat 

    Perbedaan Pendapat Bukanlah Rahmat

    Assalamu’alaikum wr wb,

    Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, selama masih tidak menyimpang dari Al Qur’an dan Hadits. Misalkan ada orang sholat dengan mengeraskan bismillah, sementara yang lain tidak kedengaran. Keduanya punya landasan hadits yang shahih. Jadi tidak masalah apalagi itu cuma furu’iyah (masalah kecil/cabang).

    Tapi jika sudah menyimpang jauh atau masalah aqidah/dasar kepercayaan, misalkan Tuhannya sudah bukan satu lagi atau tidak mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, maka ini sudah sesat.

    “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]

    Berikut artikel yang menarik tentang hadits palsu yang menyatakan perbedaan adalah rahmat. Hadits ini sering dipakai oleh pentolan kelompok sesat untuk menyimpang dari Al Qur’an dan Hadits dengan alasan perbedaan adalah rahmat.

    Perbedaan Pendapat Pada Umatku Adalah Rahmat?

    Berkata sebagian kaum Muslimin : “Biarkanlah keragaman pendapat yang ada di tubuh kaum Muslimin tentang agama mereka tumbuh subur dan berkembang, asalkan setiap perselisihan dibawa ketempat yang sejuk.”

    Alasan mereka didasarkan pada sebuah hadits yang selalu mereka ulang-ulang dalam setiap kesempatan, yaitu hadits: “Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat”

    Benarkah ungkapan ini? benarkah Rasulullah mengucapkan hadits tersebut? Apa kata Muhadditsin (Ahli Hadits) tentang hadits tersebut??

    Syaikh Al-Albani rahimahulah berkata: “Hadits tersebut tidak ada asalnya”. [Adh-Dha’ifah :II / 76-85]

    Imam As-Subki berkata: “Hadits ini tidak dikenal oleh ahli hadits dan saya belum mendapatkannya baik dengan sanad shahih, dha’if (lemah), maupun maudhu (palsu).”

    Syaikh Ali-hasan Al-Halaby Al-Atsari berkata: “ini adalah hadits bathil dan kebohongan.” [Ushul Al-Bida’]

    Dan dari sisi makna hadits ini disalahkan oleh para ulama.

    Al-‘Alamah Ibnu Hazm berkata dalam Al-Ahkam Fii Ushuli Ahkam (5/64) setelah menjelaskan bahwa ini bukan hadits: “Dan ini adalah perkataan yang paling rusak, sebab jika perselisihan itu adalah rahmat, maka berarti persatuan adalah adzhab. Ini tidak mungkin dikatakan oleh seorang muslim, karena tidak akan berkumpul antara persatuan dan perselisihan, rahmat dan adzhab.”

    Bagaimanakah Daya Rusak Hadits Palsu Tersebut Terhadap Islam?

    Mengekalkan perpecahan dalam Islam Tidak ragu lagi bahwa hadits tersebut adalah tikaman para pembawanya bagi persatuan Islam yang haqiqi. Ketika para pembawa panji-panji sunnah menyeru umat kepada persatuan Aqidah dan Manhaj (jalan/metode) yang shahih. Tiba-tiba muncul orang-orang yang mengaku mengajak kepada persatuan Islam dengan berkata: “Biarkanlah kaum muslimin dengan keyakinannya masing-masing, biarkanlah kaum muslimin dengan metodenya masing-masing dalam berjalan menuju Allah , janganlah memaksakan perselisihan yang ada harus seragam dengan keyakinan dan pola pikir orang-orang arab padang pasir 15 abad yang lalu. Karena Rasulullah bersabda: “perselisihan pendapat pada umatku adalah rahmat.”

    Allahu Akbar…!! Alangkah kejinya ungkapan tersebut dan banyak lagi perkataan yang semisalnya yang mengakibatkan kaum muslimin abadi di dalam aqidah dan manhaj yang berbeda. Padahal ayat-ayat dalam Al-Qur’an melarang berselisih pendapat dalam urusan agama dan menyuruh bersatu. Seperti Firman Allah dalam:

    Surat Al-Anfal ayat 46 yang artinya; “Jangan kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.” Surat Ar-Rum ayat 31-32:

    “Jangan kamu seperti orang-orang yang musyrik, yaitu mereka mencerai-beraikan agamanya dan bergolong-golongan. Dan setiap golongan berbangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” Surat Hud ayat: 118-119:

    “Mereka terus-menerus berselisih kecuali orang yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu.”

    Dan kita diperintah Allah untuk bersatu dalam Aqidah dan manhaj diatas Aqidah dan Manhajnya Rasulullah dan para sahabatnya. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-An’am ayat: 153 yang artinya: “Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.”

    Dan kita diperintahkan Allah untuk merujuk bersama kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah ketika terjadi perselisihan, bukannya membiarkan perselisihan aqidah dan hal-hal yang pokok dalam agama meradang di tengah ummat dengan dalih sepotong hadist palsu. Firman-Nya dalan surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya: “Jika kamu berselisih pendapat maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah-nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.”

    Kaum muslimin tidak lagi menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagi sandaran kebenaran dan hakim Syaikh Al-Albani berkata: “Diantara dampak buruk hadits ini adalah banyak kaum muslimin yang mengakui terjadinya perselisihan sengit yang terjadi diantara 4 madzab dan tidak pernah sama sekali berupaya untuk mengembalikannya kepada Al-Qu’an dan Al-Hadits.” [Adh-Dha’ifah: I/76]

    Allah berfirman menceritakan Nabi-Nya Muhammad ketika mengadu kepada-Nya: “Berkatalah rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan.” [QS. Al-Furqan:30].

    Sungguh hal itu terulang kembali di zaman ini dikarenakan hadist palsu yang menggerogoti ummat.

    Umat islam tidak lagi menjadi umat terbaik yang jaya di atas umat yang lainnya. ini dikarenakan hadits palsu tersebut menjadi dinding bagi seorang muslim untuk beramar ma’ruf nahi mungkar, seorang muslim tidak lagi menegur saudaranya yang berbuat salah dalam syirik, kekufuran, dan bid’ah serta maksiat disebabkan meyakini hadits palsu tersebut. Karena mereka menganggap semua itu sebagai suatu perbedaan yang hakikatnya adalah rahmat, sehingga tidak perlu untuk ber-nahi mungkar. Akibatnya, predikat ummat terbaik tidak lagi disandang oleh umat islam, karena telah meninggalkan syaratnya yakni Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-’Imran ayat: 110 yang artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah .”

    Ancaman dan kecaman yang keras dari Nabi, karena berkata dengan mengatasnamakan Rasulullah secara dusta. Rasulullah bersabda : “Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia siapkan tempat duduknya dari api neraka” [Riwayat Bukhari-Muslim].

    Hendaklah takut orang-orang yang mengada-adakan perkataan dusta atas nama Rasulullah , demikian pula orang-orang yang menyebarkan dan mendongengkan kisah-kisah palsu dan lemah yang hanya muncul dari prasangka belaka yang padahal prasangka itu adalah seburuk-buruk perkataan.

    Meninggalkan perintah Allah Ini adalah efek lanjutan dari hadist palsu tesebut, karena ketika seseorang mentolelir perselisihan aqidah, halal dan haram, serta segala sesuatu yang telah tegas digariskan oleh dua wahyu, maka di saat yang sama ia telah meninggalkan perintah Allah untuk menuntaskan setiap perselisihan kepada Al-Qur’an, dan As-Sunnah. Sebagaimana Allah berfiman : “Jika kamu berselisih pendapat maka kembali-kanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya” [An-Nisa:59]

    Melemahkan kekuatan kaum Muslimin serta membuka jalan bagi orang-orang kafir untuk menghancurkan Islam dari dalam

    Syaikh Ali Hasan dalam kitabnya “ushul bida” mengisyaratkan dampak buruk hadist tersebut yang dapat melemahkan kaum muslimin dan menjatuhkan kewibawaannya, karena jelas-jelas hadist palsu tersebut menebarkan benih-benih perpecahan di tubuh kaum Muslimin, sedangkan Allah berfirman : “Jangan kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.” [Al-Anfal: 46]

    Ibnu mas’ud meriwayatkan : “Rasulullah membuat satu garis dengan tangannya lalu bersabda “ini jalan Allah yang lurus”, lalu beliau membuat garis-garis dikanan kirinya, kemudian bersabda, “ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satupun dari jalan-jalan ini kecuali didalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya.” Selanjutnya beliau membaca firman Allah , “dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia janganah mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa (Qs. Al-an’am153)”. (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa’i).

    Wassalam

    ***

    Maraji’:

    Ushul bida’ [Syaikh Ali Hasan Ali Abdul hamid], Sifatush shalaty An-Naby [Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani], dan sumber-sumber lainnya

    Dicopy dari: anshorussunnah.cjb.net

     

     
    • fathiah 8:31 am on 22 Februari 2012 Permalink

      saya menyukai artikel ini.
      apakah saya diperkenankan untuk menanyakan suatu hal dalam kehidupan islami?

  • erva kurniawan 1:19 am on 21 February 2012 Permalink | Balas  

    Lihatlah Sekeliling Kita 

    Lihatlah Sekeliling Kita

    Hal ini bermula dari sebuah perbincangan santai antara saya dan juga Manager saya di tempat kerja yang lama

    Sebagai seorang staff yg gajinya pas-pasan di bandingkan dengan manager, suatu saat saya iseng bertanya kepada manager saya di sebuah perusahaan ritel. Saya bertanya apa resepnya bahwa bapak(manager saya) boleh dibilang kaya, mobil ada 3, rumah besar, perusahaan pribadi ada 2  dengan tersenyum beliau berkata

    “Alhamdulillah semua itu adalah karunia dari Allah SWT. dan bahwasanya semua janji Allah SWT adalah benar

    Yang pertama dan utama adalah bahwasanya pendapatan yang di dapatkan adalah bukan milik kita sepenuhnya ada milik orang lain disanayaitu fakir miskin, dan saya selalu mengeluarkan zakat pendapatan saya untuk keperluan fakir miskin

    Dan rumah yang besar itu tidak saya diami sendirian, ada sekitar 6 anak asuh yang saya tanggung hidupnya dan di lain tempat ada sekitar 20 anak yatim piatu dan dhuafa yang saya berikan biaya hidup ”

    Subhanallah  saya langsung terhenyak

    Beliau melanjutkan itulah janji allah swt, bahwa apa yang sudah kita nafkahkan di jalan allah swt pasti akan di balas oleh allah swt, tidak hanya berupa harta melainkan ada hal yang terbesar yaitu kedamaian dan kemudahan serta pertolongan Allah SWT

    Astagfirullah al Aziem  ternyata saya selama ini saya salah menilai manager saya ini

    di akhir perbincangan beliau berpesan jangan lupa keluarkan zakat pendapatan kita dan usahakan untuk banyak berinfak / sedekah dan juga beribadah shalat tajahud tilawah qur’an  dan kalau bisa memberikan nafkah kepada anak yatim piatu, kaum dhuafa dan perjuangan di jalan Allah SWT itulah salah satu pembuka pintu rizqi

    ***

    yah boleh dibilang itulah salah satu yang merubah pola pikir saya selama ini  karena saya pikir bahwa pendapatan kita adalah milik kita semua

    pada awalnya saya merasa keberatan dengan mengeluarkan sejumlah uang zakat + infak / shadaqah  yang menurut saya yang hanya seorang staff ini besar jumlahnya  selain itu ada kendala kemana / lewat siapa saya akan menyalurkan zis saya

    Alhamdulillah Allah SWT memberikan kemudahan jalan keluar buat saya

    Ada kejadian penting juga yang saya ingat waktu itu adalah: saya menikah kemudian pindah kerja dan pindah rumah

    Di lingkungan rumah saya yang baru ini, kebetulan sebelah rumah saya seorang ustad dan beliau juga mengelola ZIS untuk anak yatim piatu, dan anak dhuafa saya diajak beliau keliling sekitar perumahan dan astagfirullah ternyata banyak anak yatim piatu dan dhuafa, ada yang tidurnya hanya menggunakan bale bambu dan dibawahnya ada kandang kambingnya, ada juga yang orang tuanya hanya tukang angon kebo, jadi buruh tanam / panen padi jangan kan untuk membayar uang sekolah yang besarnya Rp.20.000 sebulan, buat makan nasi aja sehari sekali itu juga susah.

    Ya Allah, amat berdosa sekali hambamu ini, di saat saya tidur lelap di kasur yang empuk, ada orang yang tidur hanya dengan bale bambu, di saat saya makan enak dan berlebihan, ada orang yang untuk makan saja sehari sekali

    Di saat saya sedang tilawah alqur’an ada orang yang tidak mampu untuk membeli alqur’an dan membacanya. Di saat saya diberikan kesehatan ada orang yang sakit bertahun tahun tidak di berikan obat. Begitulah saudaraku, cobalah kita tengok sekeliling kita. Dan cobalah untuk berbagi dengan saudara saudara kita  apa saja yang kita mampu untuk memberikannya. Marilah kita bantu saudara saudara kita untuk bisa hidup seperti kita, bisa pintar seperti kita, bisa ibadah seperti kita. Jangan takut miskin, jangan takut kekurangan Allah maha Besar

    Bahwasanya janji Allah swt adalah benar

    wallahu a’lam bisshawab..

    ***

    Oleh Teguh Prasetyo

     
    • nur 7:15 pm on 27 Februari 2012 Permalink

      Dua kenikmatan yang kebanyakan orang terlupa darinya, yaitu kesehatan dan waktu luang.

  • erva kurniawan 1:49 am on 20 February 2012 Permalink | Balas  

    Menghantarkan Orang Tua ke Surga 

    Menghantarkan Orang Tua ke Surga

    Masih ingatkah kita dengan sebuah kisah di masa Rasulullah? Tentang ketaatan seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya berjihad dengan satu pesan, “Jangan pergi sebelum saya pulang”. Dan ternyata, dalam masa kepergian suaminya, orangtuanya sakit keras. Saudara-saudaranyapun memintanya hadir, untuk menemui orang tuanya yang sedang sakit, namun karena ketaatannya kepada suami, dia tak juga berangkat menemui orang tuanya hingga meninggal. Tentu, kita semua mengingatnya bukan?

    Bagi kita manusia biasa, peristiwa tersebut terasa amat janggal. Tak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang anak mampu bertahan tidak menemui orang tuanya yang sedang sakit keras bahkan sampai meninggal, hanya karena taat kepada pesan suami. Mungkin, sebagian kita bahkan akan mengumpat dan mencaci maki kepada wanita tersebut bila kita hidup di masa itu.

    Kita akan katakan kepada wanita tersebut sebagai anak yang tak berbakti, anak yang tak tahu balas budi atas kasih sayang orang tua, anak yang keterlaluan, tak punya perasaan, dan berbagai umpatan yang lainnya.

    Namun, apa kata Rasulullah ketika ditanya tentang kejadian itu? Rasulullah dengan mantap menjawab, bahwa orang tua wanita tersebut masuk surga karena telah berhasil mendidik anaknya menjadi wanita shalihah. Subhaanallah!

    Karenanya, marilah kita para orang tua berusaha sekuat tenaga, untuk menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholeh dan sholihah. Anak yang akan senantiasa mendo’akan kita kapan pun dan di manapun berada. Anak lelaki yang mampu menjadi qowwam bagi keluarganya, dan tetap berbakti kepada orang tuanya, serta anak perempuan yang menjadi istri dan ibu shalihah, yang mampu mengantarkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang shaleh dan shalihah pula.

    Kepada para orang tua yang telah mengantarkan putra-putrinya ke dalam kehidupan rumah tangga, janganlah menjadi orang tua yang egois, yang selalu ingin didampingi anak-anak, dan tak mau melepaskan kepergiannya. Relakan anak-anak pergi dari pangkuan kita, untuk menjalani hidup mandiri, menjadi nahkoda kapal layar yang telah dibangunnya, sebagai salah satu bukti kasih sayang kita kepada mereka.

    Do’akan selalu, agar anak-anak lelaki kita dapat menjadi nahkoda-nahkoda yang handal, yang mampu mengarahkan bahtera rumah tangga menjadi rumah tangga yang barokah, penuh cinta dan kasih sayang, serta mampu menjadi qowam bagi istri dan anak-anaknya. Do’akan pula agar anak-anak perempuan kita dapat menjadi istri-istri sholihah, yang dapat mencipatakan susana rumah yang bagaikan surga dunia dimata keluarganya, mampu melahirkan anak-anak yang taat kepada Allah dan kepada kedua orang tuanya, serta mampu memberikan rasa nyaman kepada suami dan anak-anaknya. Hingga pada akhirnya, mereka menjadi pengantar-pengantar kita meraih surga-Nya. Insya Allah. Aamiin.

    Wallohu a’lam bbishshowwab.

    ***

    Dari Sahabat

     
    • Alno 10:54 pm on 24 Februari 2012 Permalink

      AllahuAkbar.

  • erva kurniawan 1:01 am on 19 February 2012 Permalink | Balas  

    Mengenang Akhlak Nabi Muhammad SAW 

    Mengenang Akhlak Nabi Muhammad SAW

    Setelah Nabi wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya – tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta, “Ceritakan padaku akhlak Muhammad!”. Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yang sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.

    Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, “Ceritakan padaku keindahan dunia ini!.” Badui ini menjawab, “Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini…” Ali menjawab, “Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)”

    Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa “Khumairah” oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur’an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur’an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Al-Qur’an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Qur’an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu’minun[23]: 1-11.

    Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.

    Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah hanya menjawab, “ah semua perilakunya indah.” Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. “Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, ‘Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'” Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.

    Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, “Mengapa engkau tidur di sini?” Nabi Muhammmad menjawab, “Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu.” Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan, “berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya.” Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.

    Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi.

    Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia.

    Nabi Muhammad juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul selalu memujinya. Abu Bakar-lah yang menemani Rasul ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sakit. Tentang Umar, Rasul pernah berkata, “Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Nabi bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta’wil) mimpimu itu? Rasul menjawab ilmu pengetahuan.”

    Tentang Utsman, Rasul sangat menghargai Ustman karena itu Utsman menikahi dua putri nabi, hingga Utsman dijuluki dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. “Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya.” “Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik.”

    Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah…ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.

    Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Allah pun sangat menghormati Nabi Muhammad. Buktinya, dalam Al-Qur’an Allah memanggil para Nabi dengan sebutan nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll. tetapi ketika memanggil Nabi Muhammad, Allah menyapanya dengan “Wahai Nabi”. Ternyata Allah saja sangat menghormati beliau.

    Para sahabatpun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopan pada Nabi. Alkisah, rombongan Bani Tamim menghadap rasul. Mereka ingin Rasul menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum Nabi memutuskan siapa, Abu Bakar berkata: “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin.” Kata Umar, “Tidak, angkatlah Al-Aqra’ bin Habis.” Abu Bakar berkata ke Umar, “Kamu hanya ingin membantah aku saja,” Umar menjawab, “Aku tidak bermaksud membantahmu.” Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras. Waktu itu turunlah ayat: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya (al-hujurat 1-2)

    Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, “Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.” Umar juga berbicara kepada Nabi dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi.

    Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi’ah. Ia berkata pada Nabi, “Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami”

    Nabi mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi bertanya, “Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?” “Sudah.” kata Utbah. Nabi membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya.

    Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heran bagaimana Nabi dengan sabar mendengarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak nabi dalam menghormati pendapat orang lain. Inilah akhlak Nabi dalam majelis ilmu. Yang menakjubkan adalah perilaku kita sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi berbicara. Jangankan mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan pendapat saudara kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara kadang-kadang tertutup suara obrolan kita. Masya Allah!

    Ketika Nabi tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafir Mekkah yang meminta janji Nabi bahwa Nabi akan mengembalikan siapapun yang pergi ke Madinah setelah perginya Nabi. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi. Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya. Dengan terengah-engah menembus padang pasir, akhirnya ia sampai di Madinah. Dengan perasaan haru ia segera menemui Nabi dan melaporkan kedatangannya. Apa jawab Nabi? “Kembalilah engkau ke Mekkah. Sungguh aku telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu.” Sahabat ini menangis keras. Bagi Nabi janji adalah suatu yang sangat agung. Meskipun Nabi merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabat ini untuk berhijrah, bagi Nabi janji adalah janji; bahkan meskipun janji itu diucapkan kepada orang kafir. Bagaimana kita memandang harga suatu janji, merupakan salah satu bentuk jawaban bagaimana perilaku Nabi telah menyerap di sanubari kita atau tidak.

    Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi berkata pada para sahabat, “Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!” Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, “Dahulu ketika engkau memeriksa baris di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini.” Para sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata seperti itu. Kabarnya Umar langsung berdiri dan siap “membereskan” orang itu. Nabi melarangnya. Nabi pun menyuruh Bilal mengambil tongkat ke rumah Nabi. Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi keheranan ketika Nabi meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekad itu setelah semua yang Rasul berikan pada mereka.

    Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, “lakukanlah!” Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, “Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah.” Seketika itu juga terdengar ucapan, “Allahu Akbar” berkali-kali. Sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sebelum Allah memanggil Nabi.

    Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun badannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan memaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul pun sangat hati-hati karena khawatir ada orang yang beliau sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang kita sakiti menuntut balas nanti di padang Mahsyar di depan Hakim Yang Maha Agung ditengah miliaran umat manusia. Jangan-jangan kita menjadi orang yang muflis. Na’udzu billah…

    Nabi Muhammad ketika saat haji Wada’, di padang Arafah yang terik, dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri berpidato. Di akhir pidatonya itu Nabi dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil berkata, “Nanti di hari pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah apa yang telah aku, sebagai Nabi, perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawaban kalian?” Para sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air mata. Nabi melanjutkan, “Bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar, bukankah telah kutaruh beberapa batu diperutku karena menahan lapar bersama kalian, bukankah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukankah telah ku sampaikan pada kalian wahyu dari Allah…?” Untuk semua pertanyaan itu, para sahabat menjawab, “benar ya Rasul!”

    Rasul pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, “Ya Allah saksikanlah…Ya Allah saksikanlah…Ya Allah saksikanlah!”. Nabi meminta kesaksian Allah bahwa Nabi telah menjalankan tugasnya. Di pengajian ini saya pun meminta Allah menyaksikan bahwa kita mencintai Rasulullah.”Ya Allah saksikanlah betapa kami mencintai Rasul-Mu, betapa kami sangat ingin bertemu dengan kekasih-Mu, betapa kami sangat ingin meniru semua perilakunya yang indah; semua budi pekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin dibangkitkan nanti di padang Mahsyar bersama Nabiyullah Muhammad, betapa kami sangat ingin ditempatkan di dalam surga yang sama dengan surganya Nabi kami. Ya Allah saksikanlah… Ya Allah saksikanlah Ya Allah saksikanlah”

    Nadirsyah Hosen Dewan Asaatiz Pesantren Virtual

    Wassalam

    A�it��o �k “font-family: fixed-width, monospace; font-size: 12px; “>Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah
    hanya menjawab, “ah semua perilakunya indah.” Ketika didesak lagi, Aisyah
    baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. “Ketika aku
    sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit
    kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, ‘Ya Aisyah, izinkan aku untuk
    menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'” Apalagi yang dapat lebih membahagiakan
    seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih
    sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga
    seorang utusan Allah.

     

    Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang
    subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka
    pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan
    pintu. Aisyah berkata, “Mengapa engkau tidur di sini?” Nabi Muhammmad
    menjawab, “Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu
    sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan
    pintu.” Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita
    terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan, “berhati-hatilah kamu terhadap
    isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya.” Para
    sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka
    takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.

    Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut
    terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin
    untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya
    tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk
    di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu
    diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat
    tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak
    menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi.

    Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung
    tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk
    kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita
    sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi, sebagai pemimpin ia ingin
    menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah
    pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru
    akhlak Rasul Yang Mulia.

    Nabi Muhammad juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca
    kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang
    paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul selalu memujinya. Abu Bakar-lah yang
    menemani Rasul ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika
    Rasul sakit. Tentang Umar, Rasul pernah berkata, “Syetan saja takut dengan
    Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain.”
    Dalam riwayat lain disebutkan, “Nabi bermimpi meminum susu. Belum habis satu
    gelas, Nabi memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para
    sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta’wil) mimpimu itu? Rasul menjawab
    ilmu pengetahuan.”

    Tentang Utsman, Rasul sangat menghargai Ustman karena itu Utsman menikahi
    dua putri nabi, hingga Utsman dijuluki dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya).
    Mengenai Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak
    sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. “Aku ini kota ilmu, dan Ali
    adalah pintunya.” “Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang
    munafik.”

    Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya
    sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik
    berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan.
    Ah…ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita
    belum mengikuti sunnah Nabi.

    Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Allah pun
    sangat menghormati Nabi Muhammad. Buktinya, dalam Al-Qur’an Allah memanggil
    para Nabi dengan sebutan nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll. tetapi ketika
    memanggil Nabi Muhammad, Allah menyapanya dengan “Wahai Nabi”. Ternyata
    Allah saja sangat menghormati beliau.

    Para sahabatpun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopan pada
    Nabi. Alkisah, rombongan Bani Tamim menghadap rasul. Mereka ingin Rasul
    menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum Nabi memutuskan siapa, Abu Bakar
    berkata: “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin.” Kata Umar, “Tidak,
    angkatlah Al-Aqra’ bin Habis.” Abu Bakar berkata ke Umar, “Kamu hanya ingin
    membantah aku saja,” Umar menjawab, “Aku tidak bermaksud membantahmu.”
    Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras. Waktu itu
    turunlah ayat: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului
    Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha
    Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
    menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu
    dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap
    sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya
    (al-hujurat 1-2)

    Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, “Ya Rasul Allah, demi
    Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti
    seorang saudara yang membisikkan rahasia.” Umar juga berbicara kepada Nabi
    dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Umar
    banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para
    sahabat Nabi takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket
    berhadapan dengan Nabi.

    Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi didatangi utusan pembesar
    Quraisy, Utbah bin Rabi’ah. Ia berkata pada Nabi, “Wahai kemenakanku, kau
    datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau
    kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan
    kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang
    dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami
    jadikan engkau penguasa kami”

    Nabi mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau
    membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi
    bertanya, “Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?” “Sudah.” kata Utbah. Nabi
    membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat
    sajdah, Nabi bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai
    menyelesaikan bacaannya.

    Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heran bagaimana
    Nabi dengan sabar mendegarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita
    mengenal akhlak nabi dalam menghormati pendapat orang lain. Inilah akhlak
    Nabi dalam majelis ilmu. Yang menakjubkan adalah perilaku kita sekarang.
    Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi
    dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi berbicara. Jangankan mendengarkan
    pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan pendapat saudara
    kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara kadang-kadang tertutup
    suara obrolan kita. Masya Allah!

    Ketika Nabi tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafir Mekkah
    yang meminta janji Nabi bahwa Nabi akan mengembalikan siapapun yang pergi ke
    Madinah setelah perginya N abi. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang
    sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi. Sahabat ini meninggalkan
    isterinya, anaknya dan hartanya. Dengan terengah-engah menembus padang
    pasir, akhirnya ia sampai di Madinah. Dengan perasaan haru ia segera menemui
    Nabi dan melaporkan kedatangannya. Apa jawab Nabi? “Kembalilah engkau ke
    Mekkah. Sungguh aku telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu.”
    Sahabat ini menangis keras. Bagi Nabi janji adalah suatu yang sangat agung.
    Meskipun Nabi merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabat ini untuk
    berhijrah, bagi Nabi janji adalah janji; bahkan meskipun janji itu diucapkan
    kepada orang kafir. Bagaimana kita memandang harga suatu janji, merupakan
    salah satu bentuk jawaban bagaimana perilaku Nabi telah menyerap di sanubari
    kita atau tidak.

    Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi berkata pada para
    sahabat, “Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di
    padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena
    perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada
    kalian, ucapkanlah!” Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat
    yang tiba-tiba bangkit dan berkata, “Dahulu ketika engkau memeriksa barisa
    di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku
    tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash
    hari ini.” Para sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani
    berkata seperti itu. Kabarnya Umar langsung berdiri dan siap “membereskan”
    orang itu. Nabi melarangnya. Nabi pun menyuruh Bilal mengambil tongkat ke
    rumah Nabi. Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi keheranan ketika Nabi
    meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, Aisyah
    pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekad itu
    setelah semua yang Rasul berikan pada mereka.

    Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan
    bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, “lakukanlah!”
    Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu
    keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya
    menangis, “Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan
    kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai
    Rasulullah.” Seketika itu juga terdengar ucapan, “Allahu Akbar”
    berkali-kali. sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi itu tidak mungkin
    diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu
    tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sebelum
    Allah memanggil Nabi.

    Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun
    badannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan memaafkan
    sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul pun sangat hati-hati karena
    khawatir ada orang yang beliau sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang
    kita sakiti menuntut balas nanti di padang Mahsyar di depan Hakim Yang Maha
    Agung ditengah miliaran umat manusia. Jangan-jangan kita menjadi orang yang
    muflis. Na’udzu billah…

    Nabi Muhammad ketika saat haji Wada’, di padang Arafah yang terik, dalam
    keadaan sakit, masih menyempatkan diri berpidato. Di akhir pidatonya itu
    Nabi dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil berkata, “Nanti di hari
    pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah apa yang telah aku, sebagai Nabi,
    perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawaban kalian?” Para
    sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air mata. Nabi melanjutkan,
    “Bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar, bukankah
    telah kutaruh beberapa batu diperutku karena menahan lapar bersama kalian,
    bukankah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukankah telah ku
    sampaikan pada kalian wahyu dari Allah…?” Untuk semua pertanyaan itu, para
    sahabat menjawab, “benar ya Rasul!”

    Rasul pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, “Ya Allah
    saksikanlah…Ya Allah saksikanlah…Ya Allah saksikanlah!”. Nabi meminta
    kesaksian Allah bahwa Nabi telah menjalankan tugasnya. Di pengajian ini saya
    pun meminta Allah menyaksikan bahwa kita mencintai Rasulullah.”Ya Allah
    saksikanlah betapa kami mencintai Rasul-Mu, betapa kami sangat ingin bertemu
    dengan kekasih-Mu, betapa kami sangat ingin meniru semua perilakunya yang
    indah; semua budi pekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin
    dibangkitkan nanti di padang Mahsyar bersama Nabiyullah Muhammad, betapa
    kami sangat ingin ditempatkan di dalam surga yang sama dengan surganya Nabi
    kami. Ya Allah saksikanlah… Ya Allah saksikanlah Ya Allah saksikanlah”

    Nadirsyah Hosen
    Dewan Asaatiz Pesantren Virtual

    Wassalam


     
  • erva kurniawan 1:28 am on 18 February 2012 Permalink | Balas  

    Fadhillah Wanita 

    Fadhillah Wanita

    Point-point  ini terdapat di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, Misykah, Riadhush  Shalihin, Uqudilijjain, Bhahishti Zewar, Al-Hijab, dan lain-lain, checking  satu persatu belum dibuat. Mudah-mudahan dapat diambil ibrah darinya.

    1. Doa wanita lebih maqbul dari lelaki kerana sifat penyayang yang lebih  kuat dari lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulallah SAW akan hal tersebut,  jawab baginda : “Ibu lebih penyayang dari bapak dan doa orang yang penyayang  tidak akan sia-sia.”
    2. Wanita yang solehah itu lebih baik dari 1,000 orang lelaki yang tidak  soleh.
    3. Seorang wanita solehah adalah lebih baik dari 70 orang wali.
    4. Seorang wanita solehah adalah lebih baik dari 70 lelaki soleh.
    5. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama  orang yang senantiasa menangis kerana takutkan Allah SWT dan orang yang  takutkan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
    6. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah)  lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedakah.  Hendaklah mendahulukan anak perempuan dari anak lelaki. Maka barangsiapa  yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail  AS
    7. Tidaklah seorang wanita yang haidh itu, kecuali haidhnya merupakan  kifarah (tebusan) untuk dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada hari  pertama haidhnya membaca “Alhamdulillahi’alaa Kulli Halin Wa  Astaghfirullah”. Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon  ampun kepada Allah dari segala dosa.”; maka Allah menetapkan dia bebas dari  neraka dan dengan mudah melalui shiratul mustaqim yang aman dari siksa,  bahkan Allah Ta’ala mengangkatnya ke atas derajat, seperti derajatnya 40  orang mati syahid, apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidhnya.
    8. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku  (Rasulullah SAW.) di dalam syurga.
    9. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan  atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan  dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa  serta bertanggung jawab, maka baginya adalah syurga.
    10. Dari ‘Aisyah r.ha. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari  anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka  akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”
    11. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
    12. Apabila memanggil akan engkau kedua ibu bapamu, maka jawablah panggilan  ibumu dahulu.
    13. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu  neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang  dia kehendaki dengan tidak dihisab.
    14. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di  udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya  selama mana dia taat kepada suaminya dan meredhainya. (serta menjaga  sembahyang dan puasanya)
    15. ‘Aisyah r.ha. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. siapakah yang  lebih besar haknya terhadap wanita ?” Jawab baginda, “Suaminya”. “Siapa pula  berhak terhadap lelaki ?” Jawab Rasulullah SAW. “Ibunya”.
    16. Seorang wanita yang apabila mengerjakan solat lima waktu, berpuasa wajib  sebulan (Ramadhan), memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya,  maka pasti akan masuk syurga dari pintu mana saja yang dia kehendaki.
    17. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT  memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu dari suaminya (10,000 tahun).
    18. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka  beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap  hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
    19. Dua rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik dari 80 rakaat  solat wanita yang tidak hamil.
    20. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
    21. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
    22. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT  mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT .
    23. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan  setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengaruniakan satu pahala haji.
    24. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari  dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
    25. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan  dikira sebagai mati syahid.
    26. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya dari badannya (ASI) akan  dapat satu pahala dari tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
    27. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo (2 1/2 tahun), maka  malaikat-malaikat di langit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib  baginya.
    28. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah  akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
    29. Wanita yang habiskan malamnya dengan tidur yang tidak selesai kerana  menjaga anaknya yang sakit akan mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang  hamba.
    30. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang  sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan  hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
    31. Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah  mencatatkan baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya,  bahkan segala sesuatu yang disinari sang surya akan meminta keampunan  baginya, dan Allah mengangkatkannya seribu derajat untuknya.
    32. Seorang wanita yang solehah lebih baik dari seribu orang lelaki yang  tidak soleh, dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu, maka  ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan dibukakan baginya pintu syurga,  yang dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa dihisab.
    33. Mana-mana wanita yang menunggu suaminya hingga pulanglah ia, disapukan  mukanya, dihamparkan duduknya atau menyediakan makan minumnya atau memandang  ia pada suaminya atau memegang tangannya, memperelokkan hidangan  padanya,memelihara anaknya atau memanfaatkan hartanya pada suaminya kerana  mencari keridhaan Allah, maka disunatkan baginya akan tiap-tiap kalimah  ucapannya, tiap-tiap langkahnya dan setiap pandangannya pada suaminya  sebagaimana memerdekakan seorang hamba. Pada hari Qiamat kelak, Allah  karuniakan Nur hingga tercengang wanita mukmin semuanya atas karunia rahmat  itu. Tiada seorang pun yang sampai ke martabat itu melainkan Nabi-nabi.
    34. Tidakkan putus ganjaran dari Allah kepada seorang isteri yang siang dan  malamnya menggembirakan suaminya.
    35. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suaminya melihat  isterinya dengan kasih sayang akan di pandang Allah dengan penuh rahmat.
    36. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun  solat.
    37. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam  keadaan letih akan medapat pahala jihad.
    38. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas  dan jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala tola perak.
    39. Dari Hadrat Muaz ra.: Mana-mana wanita yang berdiri atas dua kakinya  membakar roti untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api,  maka diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka.
    40. Thabit Al Banani berkata : Seorang wanita dari Bani Israel yang buta  sebelah matanya sangat baik khidmatnya kepada suaminya. Apabila ia  menghidangkan makanan dihadapan suaminya, dipegangnya pelita sehingga  suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu, maka  diambilnya rambutnya dijadikan sumbu pelita. Pada keesokkannya matanya yang  buta telah celik. Allah karuniakan kemuliaan pada perempuan itu kerana  memuliakan dan menghormati suaminya.
    41. Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah SAW. keluar mengiringi jenazah.  Baginda dapati beberapa orang wanita dalam majlis itu. Baginda lalu  bertanya, “Adakah kamu menyembahyangkan mayat ?” Jawab mereka,”Tidak”. Sabda  Baginda “Sebaiknya kamu sekalian tidak perlu ziarah dan tidak ada pahala  bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah dan berkhidmatlah kepada suami niscaya  pahalanya sama dengan ibadat-ibadat orang lelaki.”
    42. Wanita yang memerah susu binatang dengan “Bismillah” akan didoakan oleh  binatang itu dengan doa keberkatan.
    43. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “Bismillah”, Allah akan  berkahkan rezekinya.
    44. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti  menyapu lantai di Baitullah.
    45. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika  membuat roti, Allah akan mejadikan 7 parit diantara dirinya dengan api  neraka, jarak diantara parit itu ialah sejauh langit dan bumi.”
    46. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan  mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utus benang yang dibuat dan  memadamkan seratus perbuatan jahat.”
    47. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menganyam akan benang  dibuatnya, Allah telah menentukan satu tempat khas untuknya di atas tahta di  hari akhirat.”
    48. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian  dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan mencatatkan baginya  ganjaran sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar dan  memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian.”
    49. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut  anaknya,menyikatnya, mencuci pakaian mereka dan mencuci akan diri anaknya  itu, Allah akan mencatatkan untuknya pekerjaan baik sebanyak helai rambut  mereka dan memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat dan menjadikan  dirinya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memperhatikannya.”
    50. Sabda Nabi SAW: “Ya Fatimah barang mana wanita meminyakkan rambut dan  janggut suaminya, memotong kumis (misai) dan mengerat kukunya, Allah akan  memberi minum akan dia dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya  sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari  taman- taman syurga dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka  dan selamatlah ia melintas Titian Shirat.”
    51. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80  tahun ibadat.
    52. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan  kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal  dari suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita  itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang  kuda yang dibuat dari yakut.
    53. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi  Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu  memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.
    54. Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita  (isteri) yang solehah.
    55. Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat perkahwinannya, cepat  pula kehamilannya dan ringan pula maharnya (mas kawin).
    56. Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang  kepadanya ia menggirangkan engkau, jika engkau memerintah ditaatinya  perintah engkau (taat) dan jika engkau berpergian dijaga harta engkau dan  dirinya.
    57. Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.
    58. Rasulullah SAW bersabda bahwa, “Allah telah memberikan sifat iri  (pencemburu) untuk wanita dan jihad untuk lelaki. Jika seorang wanita  melatih kesabarannya dengan iman dengan mengharapkan pahala dari sesuatu  perkara yang menyebabkannya menjadi cemburu (iri hati), seperti misalnya  suaminya menikahi istri kedua, maka ia akan menerima ganjaran seorang  syahid”.

    ***

    Dari Sahabat

    sahabatnabi.com

     
  • erva kurniawan 1:15 am on 17 February 2012 Permalink | Balas  

    Sang Sufi 

    Sang Sufi

    Tersebutlah seorang penganut tasawuf bernama Nidzam al-Mahmudi. Ia tinggal di sebuah kampung terpencil, dalam sebuah gubuk kecil. Istri dan anak-anaknya hidup dengan amat sederhana. Akan tetapi, semua anaknya berpikiran  cerdas dan berpendidikan.

    Selain penduduk kampung itu, tidak ada yang tahu bahwa ia mempunyai kebun subur berhektar-hektar dan perniagaan yang kian berkembang di beberapa kota besar. Dengan kekayaan yang diputar secara mahir itu ia dapat menghidupi ratusan keluarga yg bergantung padanya. Tingkat kemakmuran para kuli dan pegawainya bahkan jauh lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun, Nidzam al-Mahmudi merasa amat bahagia dan damai menikmati perjalanan usianya.

    Salah seorang anaknya pernah bertanya, `Mengapa Ayah tidak membangun rumah yang besar dan indah? Bukankah Ayah mampu?”

    “Ada beberapa sebab mengapa Ayah lebih suka menempati sebuah gubuk kecil,” jawab sang sufi yang tidak terkenal itu.

    “Pertama, karena betapa pun besarnya rumah kita, yang kita butuhkan ternyata hanya tempat untuk duduk dan berbaring. Rumah besar sering menjadi penjara bagi penghuninya. Sehari-harian ia Cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan istananya. Ia terlepas dari masyarakatnya. Dan ia terlepas dari alam bebas yang indah ini. Akibatnya ia akan kurang bersyukur kepada Allah.”

    Anaknya yang sudah cukup dewasa itu membenarkan ucapan ayahnya dalam hati.

    Apalagi ketika sang Ayah melanjutkan argumentasinya, “Kedua, dengan menempati sebuah gubuk kecil, kalian akan menjadi cepat dewasa. Kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua supaya dapat menghuni rumah yang lebih selesa. Ketiga, kami dulu cuma berdua, Ayah dan Ibu. Kelak akan menjadi berdua lagi setelah anak-anak semuanya berumah tangga. Apalagi Ayah dan Ibu menempati rumah yang besar, bukankah kelengangan suasana akan lebih terasa dan menyiksa?”

    Si anak tercenung. Alangkah bijaknya sikap sang ayah yang tampak lugu dan polos itu. Ia seorang hartawan yang kekayaannya melimpah. Akan tetapi, keringatnya setiap hari selalu bercucuran. Ia ikut mencangkul dan menuai hasil tanaman. Ia betul-betul menikmati kekayaannya dengan cara yang paling mendasar. Ia tidak melayang-layang dalam buaian harta benda sehingga sebenarnya bukan merasakan kekayaan, melainkan kepayahan semata-mata. Sebab banyak hartawan lain yang hanya bisa menghitung-hitung kekayaannya dalam bentuk angka-angka. Mereka hanya menikmati lembaran-lembaran kertas yang disangkanya kekayaan yang tiada tara. Padahal hakikatnya ia tidak menikmati apa-apa kecuali angan-angan kosongnya sendiri.

    Kemudian anak itu lebih terkesima tatkala ayahnya meneruskan, “Anakku, jika aku membangun sebuah istana anggun, biayanya terlalu besar. Dan biaya sebesar itu kalau kubangunkan gubuk-gubuk kecil yang memadai untuk tempat tinggal, berapa banyak tunawisma/gelandangan bisa terangkat martabatnya menjadi warga terhormat? Ingatlah anakku, dunia ini disediakan Tuhan untuk segenap mahkluknya. Dan dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya. Akan tetapi, dunia ini akan menjadi sempit dan terlalu sedikit, bahkan tidak cukup, untuk memuaskan hanya keserakahan seorang manusia saja”

    ***

    Diambil dari percikan-iman

     
  • erva kurniawan 1:54 am on 16 February 2012 Permalink | Balas  

    Tidak Akan Masuk Neraka Orang yang Menangis Karena Takutkan Allah 

    Tidak Akan Masuk Neraka Orang yang Menangis Karena Takutkan Allah

    Rasulullah S.A.W. telah bersabda, “Bahwa tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah sehingga ada air susu kembali ke tempat asalnya.”

    Dalam sebuah kitab Daqa’iqul Akhbar menjelaskan bahwa akan datang seorang hamba pada hari kiamat nanti, dengan timbangan yang lebih berat kejahatannya, dan telah diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka.

    Maka salah satu dari rambut-rambut matanya berkata, “Wahai Tuhanku, Rasul engkau Nabi Muhammad S.A.W. telah bersabda, barang siapa yang menangis karena takut kepada Allah S.W.T., maka Allah mengharamkan matanya itu ke neraka dan sesungguhnya aku menangis karena amat takut kepadaMu.”

    Akhirnya Allah S.W.T mengampuni hamba itu dan menyelamatkannya dari api neraka berkat sehelai rambut yang pernah menangis karena takut kepada Allah S.W.T. Malaikat Jibrail A.S. mengumumkan, “Telah selamat Fulan bin Fulan sebab sehelai rambut,”

    Dalam sebuah kitab yang lain, Bidayatul-Hidayah, diceritakan bahwa pada hari kiamat nanti, akan didatangkan neraka jahanam dengan mengeluarkan suaranya, suara nyalaan api yang sangat menggerunkan, semua umat menjadi berlutut karena kesusahan yang menghadapinya.

    Allah S.W.T. berfirman yang artinya, “Kamu lihat (pada hari itu) setiap umat berlutut (yakni merangkak pada lututnya). Tiap-tiap umat diseru kepada buku amalannya. (Dikatakan kepadanya) Pada hari ini kamu dibalasi menurut apa-apa yang telah kau kerjakan.” (Surah al-Jatsiyah ayat 28).

    Setiap dari mereka mendekati neraka, mereka mendengar gemuruh api neraka dengan nyala apinya, dan dijelaskan dalam kitab tersebut bahwa suara nyalaan api neraka dapat terdengari dari jarak 500 tahun perjalanan.

    Pada saat itu, akan berkata setiap orang hingga Nabi-nabi dengan ucapan, “Diriku, diriku (selamatkanlah diriku Ya Allah) kecuali hanya seorang Nabi saja yang akan berkata, “Umatku, umatku,”

    Beliau adalah junjungan besar kita Nabi Muhammad S.A.W. Pada masa itu akan keluar api dari neraka jahim seperti gunung-ganang, umat nabi Muhammad berusaha menghalangi dengan berkata, “Wahai api! Demi hak orang-orang yang solat, demi hak orang-orang yang ahli sedekah, demi hak orang-orang yang khusyuk dan demi hak orang yang berpuasa, supaya engkau kembali.”

    Walaupun dikata demikian, api neraka itu tetap tidak mau kembali, lalu Malaikat Jibrail berkata, “Sesungguhnya api neraka itu menuju kepada umat Nabi Muhammad S.A.W.”

    Kemudian Jibrail membawa semangkuk air dan Rasulullah meraihnya. Berkata Jibrail A.S., “Wahai Rasulullah, ambillah air ini dan siramkan padanya.” Lalu baginda mengambil dan menyiramkan api itu, maka padamlah api itu.

    Setelah itu Rasulullah S.A.W. pun bertanya kepada Jibrail A.S., “Wahai Jibrail! Air apakah itu?” Maka Jibrail berkata, “Itulah air mata orang durhaka di kalangan umatmu yang menangis karena takut kepada Allah S.W.T. Sekarang aku diperintahkan untuk memberikannya kepadamu agar engkau menyiramkan pada api itu.” Maka padamlah api itu dengan izin Allah S.W.T.

    Telah bersabda Rasulullah S.A.W., “Ya Allah, anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis karena takut kepadaMu, sebelum tidak ditemunya air mata.”

     
    • firdauspratamaputra 8:34 pm on 23 September 2012 Permalink

      ﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ ﴿

      Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

      ﴿ حٰم ﴾

      1. Hâ Mîm.

      ﴿ تَنْزيلُ الْكِتابِ مِنَ اللهِ الْعَزيزِ الْحَكيمِ ﴾

      2. Kitab ini diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

      ﴿ إِنَّ فِي السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ لَآياتٍ لِلْمُؤْمِنينَ ﴾

      3. Sesungguhnya dia langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.

      ﴿ وَ في‏ خَلْقِكُمْ وَما يَبُثُّ مِنْ دابَّةٍ آياتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ ﴾

      4. Dan pada penciptaanmu sekalian dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini,

      ﴿ وَ اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَ النَّهارِ وَما أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّماءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيى بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِها وَ تَصْريفِ الرِّياحِ آياتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ ﴾

      5. dan pada pergantian malam dan siang dan rezeki (hujan) yang diturunkan Allah dari langit lalu Dia hidupkan dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.

      ﴿ تِلْكَ آياتُ اللهِ نَتْلُوها عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَديثٍ بَعْدَ اللهِ وَ آياتِهِ يُؤْمِنُونَ ﴾

      6. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepadamu dengan benar. (Jika mereka tidak beriman kepadanya), maka kepada ucapan mana lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya?

      ﴿ وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثيمٍ ﴾

      7. Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa.

      ﴿ يَسْمَعُ آياتِ اللهِ تُتْلى‏ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِراً كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْها فَبَشِّرْهُ بِعَذابٍ أَليمٍ ﴾

      8. Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak pernah mendengarnya. Maka berilah kabar gembira kepadanya dengan azab yang pedih.

      ﴿ وَ إِذا عَلِمَ مِنْ آياتِنا شَيْئاً اتَّخَذَها هُزُواً أُولٰئِكَ لَهُمْ عَذابٌ مُهينٌ ﴾

      9. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka dia jadikan ayat-ayat itu sebagai bahan ejekan. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.

      ﴿ مِنْ وَرائِهِمْ جَهَنَّمُ وَلا يُغْني‏ عَنْهُمْ ما كَسَبُوا شَيْئاً وَلا مَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللهِ أَوْلِياءَ وَ لَهُمْ عَذابٌ عَظيمٌ ﴾

      10. Di hadapan mereka Neraka Jahanam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikit pun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula apa yang mereka jadikan sebagai penolong dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar.

      ﴿ هٰذا هُدىً وَ الَّذينَ كَفَرُوا بِآياتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذابٌ مِنْ رِجْزٍ أَليمٌ ﴾

      11. Ini (Al-Qur’an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhan mereka, bagi mereka azab, yaitu siksaan, yang sangat pedih.

      ﴿ ٱللهُ الَّذي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فيهِ بِأَمْرِهِ وَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴾

      12. Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya, dan mudah-mudahan kamu bersyukur.

      ﴿ وَ سَخَّرَ لَكُمْ ما فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ جَميعاً مِنْهُ إِنَّ في‏ ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴾

      13. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.

      ﴿ قُلْ لِلَّذينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللهِ لِيَجْزِيَ قَوْماً بِما كانُوا يَكْسِبُونَ ﴾

      14. Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tidak mengharap hari-hari Allah (hari kiamat), karena Dia akan membalas suatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

      ﴿ مَنْ عَمِلَ صالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَ مَنْ أَساءَ فَعَلَيْها ثُمَّ إِلى‏ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ ﴾

      15. Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kamu semua akan dikembalikan kepada Tuhan-mu.

      ﴿ وَ لَقَدْ آتَيْنا بَني‏ إِسْرائيلَ الْكِتابَ وَ الْحُكْمَ وَ النُّبُوَّةَ وَ رَزَقْناهُمْ مِنَ الطَّيِّباتِ وَ فَضَّلْناهُمْ عَلَى الْعالَمينَ ﴾

      16. Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Isra’il al-Kitab (Taurat), kekuasaan, dan kenabian, dan Kami anugerahkan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya).

      ﴿ وَ آتَيْناهُمْ بَيِّناتٍ مِنَ الْأَمْرِ فَمَا اخْتَلَفُوا إِلاَّ مِنْ بَعْدِ ما جاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضي‏ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ فيما كانُوا فيهِ يَخْتَلِفُونَ ﴾

      17. Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama dan syariat); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sesungguhnya Tuhan-mu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.

      ﴿ ثُمَّ جَعَلْناكَ عَلى‏ شَريعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْها وَلا تَتَّبِعْ أَهْواءَ الَّذينَ لا يَعْلَمُونَ ﴾

      18. Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat untuk urusan (agama yang benar). Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

      ﴿ إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئاً وَ إِنَّ الظَّالِمينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِياءُ بَعْضٍ وَ اللهُ وَلِيُّ الْمُتَّقينَ ﴾

      19. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu (siksaan) Allah sedikit pun. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.

      ﴿ هٰذا بَصائِرُ لِلنَّاسِ وَ هُدىً وَ رَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ ﴾

      20. (Al-Qur’an dan syariat) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

      ﴿ أَمْ حَسِبَ الَّذينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ سَواءً مَحْياهُمْ وَ مَماتُهُمْ ساءَ ما يَحْكُمُونَ ﴾

      21. Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.

      ﴿ وَ خَلَقَ اللهُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَ لِتُجْزى‏ كُلُّ نَفْسٍ بِما كَسَبَتْ وَ هُمْ لا يُظْلَمُونَ ﴾

      22. Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan benar dan agar dibalas tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.

      ﴿ أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُ هَواهُ وَ أَضَلَّهُ اللهُ عَلى‏ عِلْمٍ وَ خَتَمَ عَلى‏ سَمْعِهِ وَ قَلْبِهِ وَ جَعَلَ عَلى‏ بَصَرِهِ غِشاوَةً فَمَنْ يَهْديهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ ﴾

      23. Pernahkah kamu pernah melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (bahwa ia tidak layak lagi memperoleh petunjuk), serta Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan di atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mau ingat?

      ﴿ وَ قالُوا ما هِيَ إِلاَّ حَياتُنَا الدُّنْيا نَمُوتُ وَ نَحْيى وَما يُهْلِكُنا إِلاَّ الدَّهْرُ وَما لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ ﴾

      24. Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja. Kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

      ﴿ وَ إِذا تُتْلى‏ عَلَيْهِمْ آياتُنا بَيِّناتٍ ما كانَ حُجَّتَهُمْ إِلاَّ أَنْ قالُوا ائْتُوا بِآبائِنا إِنْ كُنْتُمْ صادِقينَ ﴾

      25. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan, “Datangkanlah nenek moyang kami (supaya mereka bersaksi), jika kamu adalah orang-orang yang benar.”

      ﴿ قُلِ اللهُ يُحْييكُمْ ثُمَّ يُميتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلى‏ يَوْمِ الْقِيامَةِ لا رَيْبَ فيهِ وَ لٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ ﴾

      26. Katakanlah, “Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

      ﴿ وَ لِلَّهِ مُلْكُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ وَ يَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ ﴾

      27. Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, merugilah orang-orang yang mengerjakan kebatilan.

      ﴿ وَ تَرى‏ كُلَّ أُمَّةٍ جاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعى‏ إِلى‏ كِتابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ ما كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ﴾

      28. Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amal mereka. Pada hari itu kamu sekalian diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.

      ﴿ هٰذا كِتابُنا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ ما كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ﴾

      29. (Allah berfirman), “Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.”

      ﴿ فَأَمَّا الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ في‏ رَحْمَتِهِ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبينُ ﴾

      30. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.

      ﴿ وَ أَمَّا الَّذينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آياتي‏ تُتْلى‏ عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ وَ كُنْتُمْ قَوْماً مُجْرِمينَ ﴾

      31. Dan adapun orang-orang yang kafir, (kepada mereka dikatakan), “Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa?

      ﴿ وَ إِذا قيلَ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ وَ السَّاعَةُ لا رَيْبَ فيها قُلْتُمْ ما نَدْري مَا السَّاعَةُ إِنْ نَظُنُّ إِلاَّ ظَنًّا وَما نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنينَ ﴾

      32. Dan apabila dikatakan (kepadamu), ‘Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya’, niscaya kamu menjawab, ‘Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu. Kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya).’”

      ﴿ وَ بَدا لَهُمْ سَيِّئاتُ ما عَمِلُوا وَ حاقَ بِهِمْ ما كانُوا بِهِ يَسْتَهْزِؤُونَ ﴾

      33. Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokkannya.

      ﴿ وَ قيلَ الْيَوْمَ نَنْساكُمْ كَما نَسيتُمْ لِقاءَ يَوْمِكُمْ هٰذا وَ مَأْواكُمُ النَّارُ وَما لَكُمْ مِنْ ناصِرينَ ﴾

      34. Dan dikatakan (kepada mereka), “Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini, dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong.

      ﴿ ذٰلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آياتِ اللهِ هُزُواً وَ غَرَّتْكُمُ الْحَياةُ الدُّنْيا فَالْيَوْمَ لا يُخْرَجُونَ مِنْها وَلا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ ﴾

      35. Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan ejekan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia.” Maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula alasan mereka diterima.

      ﴿ فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّماواتِ وَ رَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعالَمينَ ﴾

      36. Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam.

      ﴿ وَ لَهُ الْكِبْرِياءُ فِي السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ وَ هُوَ الْعَزيزُ الْحَكيمُ ﴾

      37. Dan bagi-Nya-lah keagungan di langit dan di bumi, dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

  • erva kurniawan 1:55 am on 15 February 2012 Permalink | Balas  

    Astagfirullah 

    Astagfirullah

    Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah S.A.W sedang duduk bersama  para sahabat, kemudian datang pemuda Arab masuk ke alam masjid dengan  menangis.

    Apabila Rasulullah S..A.W melihat pemuda itu menangis maka baginda pun  berkata, “Wahai orang muda kenapa kamu menangis?” Maka berkata orang ; muda itu,”Ya

    Rasulullah S.A.W, ayah saya telah meninggal dunia dan tidak  ada kain kafan dan tidak ada orang yang hendak memandikannya.”

    Lalu Rasulullah S.A.W memerintahkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. ikut orang muda itu untuk melihat masalahnya. Setelah mengikuti orang itu, maka

    Abu Bakar r.a dan Umar r.a. mendapati ayah orang muda itu telah bertukar  rupa menjadi babi hitam, maka mereka pun kembali dan memberitahu kepada  Rasulullah S.A.W,  “Ya Rasulullah S.A.W, kami lihat mayat ayah orang ini bertukar menjadi  babi hutan yang hitam.”kemudian Rasulullah S.A.W dan para sahabat pun  pergi ke rumah orang muda dan baginda pun berdoa kepada Allah S.W.T,  kemudian mayat itu pun bertukar kepada bentuk manusia semula.

    Lalu Rasulullah S.A.W dan para sahabat menyembahyangkan mayat tersebut.  Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka Rasulullah S.A.W pun bertanya  kepada pemuda itu, “Wahai orang muda, apakah yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?” Berkata orang muda itu, “Sebenarnya ayahku ini tidak mau mengerjakan shalat.”

    Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda, “Wahai para sahabatku,lihatlah keadaan orang yang meninggalkan sembahyang. Di hari kiamat nanti akan bangkitkan oleh Allah S.W.T seperti babi hutan yang hitam.”

    Dizaman Abu Bakar r.a ada seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak.

    Apabila mereka membuka kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat tersebut serta memakan daging dan menghisap

    darah mayat. Lalu mereka coba membunuh ular itu.  Apabila mereka coba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut,  “Laa ilaaha illallahu Muhammad Rasulullah, mengapakah kamu semua hendak membunuh aku? Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah. Allah S.W.T yang memerintahkan kepadaku supaya menyiksanya sehingga sampai hari kiamat.”

    Lalu para sahabat bertanya,”Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh mayat ini?”

    Berkata ular, “Dia telah melakukan tiga kesalahan, diantaranya :

    1. Apabila dia mendengar azan dia tidak mau datang untuk sembahyang berjamaah.

    2. Dia tidak mau keluarkan zakat hartanya.

    3. Dia tidak mau mendengar nasihat para ulama.

    ***

    Dari Sahabat

     
    • Vj Hamsin 10:43 am on 7 Juli 2012 Permalink

      SUBAHANALLAH…
      mantap ceritanya…

    • eny 7:55 am on 27 Juli 2012 Permalink

      Astaghfirullah….semoga kita semua terhindar dari yang demikia, amin….

    • Yoga 10:08 am on 28 Juli 2012 Permalink

      kawan, saya izin ngopy artikel yang ini yah, terima kasih banyak^^, semoga amal ibadah kawan senantiasa diterima oleh Allah swt. amin

    • Romli 7:13 am on 22 September 2012 Permalink

      The best

    • francesco rofiq cliquers 9:20 pm on 24 September 2012 Permalink

      maha suci Allah swt ….

      semoga cerita ini bermanfaat bagiku dan orang y9 membacanya

    • Reza Maulana 7:18 pm on 22 Oktober 2012 Permalink

      Laillahailallah….

    • lanang 12:08 am on 20 Maret 2013 Permalink

      subhananllah..
      nauzubilah..
      bisa buat pelajaran nhi

    • Juan_nedy 11:46 pm on 30 April 2013 Permalink

      MASAHALLAH..
      ASTAGFIRULLAH..

  • erva kurniawan 1:30 am on 14 February 2012 Permalink | Balas  

    Indahnya Nol 

    Indahnya Nol

    Pagi itu Kang Bejo pergi ke sawah dengan wajah sumringah sambil senyam-senyum sendiri. Padahal, baru kemaren sore padinya porak-poranda oleh tiupan Gatotkaca alias angin puting beliung. Hujan lebat mengguyuri seluruh permukaan desa. Maklum, lagi musim penghujan. Aneh, kalau mengharapkan kemarau. Melawan takdir, apa?

    Ketika berpapasan di depan kuburan, satu-satunya jalan menuju sawahnya, aku tak bisa menahan diri untuk bertanya.

    “Sugeng enjing Kang. Dungaren kok pagi ini senyam-senyum terus.”

    “Pagi, Cak Mangil. Kalau ndak senyum, musti gimana Cak.”

    “Bukannya sawah sampeyan lagi rusak dan panen terancam gagal?”

    “Lha yo wis terjadi, mau gimana lagi Cak. Awake dewe kan cuma petani. Kalau Kanjeng Gusti punya maksud lain, mau apa kita.”

    Wah, batinku, hebat tenan Kang Bejo ini. Berhektar-hektar sawahnya rusak, tapi tetap tenang.

    Memang, di desa kami, Kang Bejo ini terkenal sebagai petani yang paling rajin dan ndak banyak keinginan. Yang bikin hebat lagi, dia ndak stress ketika panennya gagal. Soalnya, aku denger di desa sebelah, Kaji Somad bunuh diri karena stress. Ikan gurame di 10 tambaknya pada mati, terkena arus bawah yang naik ke atas ketika hujan lebat kemaren. Katanya sih karena modalnya masih pinjeman dari bank. Mungkin stress ndak tahu gimana ngembaliinnya. Padahal perhitungannya sudah matang. Menjelang lebaran, kebutuhan terhadap ikan tinggi. Jika penen tahun ini sukses, dia akan untung besar. Hutang langsung lunas, bisa berangkat haji, dan masih ada sisa untuk modal. Namun hujan lebat itu telah menghancurkan segala impian dan rencannya.

    “Apa ndak sedih sampeyan Kang?”

    “Kalau mau dibawa sedih ya jadi sedih, kalau dibawa enak ya enak. Tinggal milih siapa yang membawa.”

    Wah, makin ndak ngerti saya apa maksud Kang Bejo.

    “Tinggal milih gimana, Kang? Ndak mudeng saya.”

    “Gimana bisa mudeng, lha sampeyan kalau jalan selalu buru-buru. Seperti ngejar setoran.”

    “Kan musti kerja keras Kang. Waktu musti dimanfaatin dengan sungguh-sungguh. Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren. Bener tho, Kang?”

    “Iya, bener. Kalau pingin ngerti, monggo, coba perhatikan dan rasakan embun pagi yang menyentuh wajahmu setiap berangkat ke sawah. Jangan sawahnya mulu yang dipikirin sepanjang jalan.”

    Hebat, Kang Bejo mulai mengeluarkan ilmunya, nih..

    “Terus, apa hubungannya?”

    “Kebanyakan tanya sampeyan itu Cak, he.he.. Wis, pokoknya begitu. Rasain aja sendiri. Maaf ya, aku musti belok ke kanan, ke sawahku. Pingin ndengerin suara gemericik air. Assalamu’alaikum Cak Mangil.”

    “Walaikum salam Kang Bejo,” jawabku sambil bingung di akhir percakapan pagi itu. Bukannya dia sedih tanamannya rusak, tapi malah pingin ndengerin air. Apa asyiknya?

    Sesampainya aku di sawahku, kulihat tanaman padi yang kemaren masih rapi dan subur, kini sudah patah-patah, rusak ndak karuan. “Duh Gusti, kenapa sawahku juga kena? Mau makan apa anak istriku?” Aku lupa kalau baru saja ketemu Kang Bejo yang tenang itu. Yang ada di pikiranku hanyalah kegagalan dan kerugian di depan mata. Tubuhku lemes, ndak ada harapan. Aku memang petani baru di desa itu, dan baru kali ini mendapatkan kegagalan panen.

    Esok paginya, aku berangkat lagi ke sawah. Tiba-tiba aku ingat pesan Kang Bejo, “Coba rasakan embun pagi yang menyentuh wajahmu…”

    Sambil memanggul cangkul, sebelum menyusuri jalan, aku merasakan titik-titik kecil embun di wajahku. Aku pejamkan mata dan bernafas dalam-dalam. Kurasakan udara pagi yang sejuk menyentuh setiap permukaan lobang hidung, mengisi paru-paru, dan kurasakan dada mengembang. Kutahan sebentar, dan aaahh… Serasa lepas semua beban pikiran. Yang kurasakan hanya kesejukan di dada. Berulang-ulang kulakukan, sambil berjalan ke sawah.

    Aha.. ini rupanya yang dimaksud Kang Bejo.. Selama ini aku terlalu berpusat pada kesadaran atas, kesadaran pikiran, kepada rencana-rencana. Aku menelusuri jalan yang sama setiap hari, tapi aku tidak pernah memperhatikan jalan-jalan itu. Aku memandang pohon-pohon, tetapi aku tidak malihatnya. Aku lupa dan tidak mempedulikan sama sekali kepada kesadaran bawah, kesadaran hati, kepada embun dan udara pagi yang sejuk mengisi dadaku. Aku lupa, tanpa embun, tidak ada pagi yang sejuk. Tanpa udara sejuk dan bersih, tidak ada kesegaran dalam diri di pagi hari. Aku tidak mendengar suara-suara burung di sepanjang jalan itu.

    Kini, aku pun menikmati segala yang ada di depanku, merasakannya hingga ke dalam hati. Aku berbincang dengan embun-embun itu, menanyakan kabarnya semalam. Aku resapi suara burung di pohon-pohon pinggir jalan, kurasakan kerikil-kerikil kecil memijit-mijit kaki ku yang telanjang.

    Kurasakan sebuah pelepasan.. pelepasan yang sangat mendalam. Pelepasan pikiran. Dan kurasakan hatiku pun semakin sejuk terisi. Dalam pelepasan, kurasakan pengisian. Dalam pelepasan kurasakan keindahan. Kurasakan surga setiap hari, baik dikala sukses maupun gagal.

    Dan aku pun tersenyum, seperti Kang Bejo…

    “Sugeng enjing Cak Mangil. Tumben senyam-senyum…” sapa Kang Bejo pagi itu.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:50 am on 13 February 2012 Permalink | Balas  

    Semoga Lidah Kita Kita tidak Kelu 

    Semoga Lidah Kita Kita tidak Kelu

    Teman-teman ku yang dirahmati ALLAH SWT, Mengapa lidah kelu disaat kematian? tetapi kematian itu pasti menjelma. Hanya masa dan waktunya yang tidak kita ketahui. Coba kita amati.

    Mengapa kebanyakan orang yang nazak (hampir ajal) tidak dapat berkata apa- apa.. lidahnya kelu, keras dan hanya mimik mukanya yang menahan kesakitan ‘sakaratul maut’.

    Diriwayatkan sebuah hadist : “Hendaklah kamu mendiamkan diri ketika adzan,jika tidak Allah akan kelukan lidahnya ketika maut menghampirinya.” Ini jelas menunjukkan, kita disarankan agar mendiamkan diri, jangan berkata apa-apa pun semasa azan berkumandang.

    Jika lagu kebangsaan kita diajar agar berdiri tegak dan mendiamkan diri. Mengapa ketika adzan kita tidak boleh mendiamkan diri? Lantas siapa yang berkata-kata ketika adzan, Allah akan kelukan lidahnya ketika nazak.

    Kita takut dengan kelunya lidah kita semasa ajal hampir tiba maka kita tidak dapat mengucap kalimat “Laillahaillallah..” yang mana barang siapa yang dapat mengucapkan kalimat ini ketika nyawanya akan dicabut Allah dgn izin Nya menjanjikan surga untuk mereka. Dari itu marilah kita sama-sama menghormati adzan dan mohon kepada Allah supaya lidah ini tidak kelu semasa nyawa kita sedang dicabut.

    “Ya Allah! Anugerah kan lah kematian kami dengan kematian yang baik lagi mulia, lancarkan lidah kami mengucap kalimah “Laillahaillallah..” semasa sakaratul maut menghampiri kami. Amin.. amin.. amin Yarobbal a’lamin..”

    WASIAT NABI MUHAMMAD S.A.W. kepada SAIDINA ALI R.A.; Wahai Ali, bagi orang MUKMIN ada 3 tanda-tandanya:

    1. Tidak terpaut hatinya pada harta benda dunia.
    2. Tidak terpesona dengan pujuk rayu.
    3. Benci terhadap perbualan dan perkataan sia-sia..

    Wahai Ali, bagi orang ‘ALIM itu ada 3 tanda2nya:

    1. Jujur dalam berkata-kata.
    2. Menjauhi segala yang haram.
    3. Merendahkan diri.

    Wahai Ali, bagi orang yang JUJUR itu ada 3 tanda2nya:

    1. Merahasiakan ibadahnya.
    2. Merahasiakan sedekahnya.
    3. Merahasiakan ujian yang menimpanya.

    Wahai Ali, bagi orang yang TAKWA itu ada 3 tanda2nya:

    1. Takut berlaku dusta dan keji.
    2. Menjauhi kejahatan.
    3. Memohon yang halal karena takut jatuh dalam keharaman.

    Wahai Ali, bagi AHLI IBADAH itu ada 3 tanda2nya:

    1. Mengawasi dirinya.
    2. Menghisab dirinya.
    3. Memperbanyakkan ibadah kepada Allah s.w.t.

    ***

    Uang Rp 50.000 atau S$50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak derma masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket. 45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan bola sepak. Semua insan ingin memasuki surga tetapi tidak ramai yang berfikir dan berbicara tentang bagaimana untuk memasukinya.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:37 am on 12 February 2012 Permalink | Balas  

    Aku Tak Selalu Mendapatkan Apa Yang Kusukai, Oleh Karena Itu Aku Selalu Menyukai Apapun Yang Aku Dapatkan 

    Aku Tak Selalu Mendapatkan Apa Yang Kusukai, Oleh Karena Itu Aku Selalu Menyukai Apapun Yang Aku Dapatkan.

    Judul artikel diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia. Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.

    Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi “KAYA” dalam arti yang sesungguhnya.

    Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ”kaya”. Orang yang ”kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan dan orang-orang di sekitar Anda.  Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.

    Seorang pengarang pernah mengatakan,  ”Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.” Ini perwujudan rasa syukur. Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

    Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita. Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan di atas saya. Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya. Saya menjadi gemar gonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi  rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak akan pernah ada habisnya.  Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya. Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.

    Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, ”Lulu, Lulu.” Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ”Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.” Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia  terkejut melihat penghuni lain itu terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, ”Lulu, Lulu”. ”Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?  ” tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, ”Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.” Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

    Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian,  ia menjawab, ”Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”

    Bersyukurlah !

    Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan?

    Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu . Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar .

    Bersyukurlah untuk masa-masa sulit . Di masa itulah kamu tumbuh …

    Bersyukurlah untuk keterbatasanmu . Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang .

    Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru . Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu .

    Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat . Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga .

    Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih . Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan .

    Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal baik. Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut. Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif. Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.

    ***

    Dari Sahabat

     
    • taufiq 10:13 am on 13 Februari 2012 Permalink

      Alhamdulillah, marilah kita bersyukur kepada Allah

    • susi 7:55 pm on 31 Maret 2012 Permalink

      Assalamu’alaikum…. artikelnya sangat bermanfaat buat saya. Sekalian saya izin copas ya, Pak. Terima kasih.

    • Huda 1:35 pm on 22 Oktober 2012 Permalink

      Aku bersyukur dengan apa yangtelha Allah kurnian kepadaku selama ini.dan aku berharap,agar geliah ini adalah gelisah terakhir yg terjadi di hati.Allah,amupni dosa2ku selama ini kerna aku tidak pernah mensyukuri nikmatMu ya Allah.

  • erva kurniawan 1:31 am on 11 February 2012 Permalink | Balas  

    Berkorban itu Indah 

    Berkorban itu Indah

    Telah 2 musim hujan berlalu sehingga di mana-mana tampak pepohonan menghijau. Keliatan seekor ulat di antara dedaunan yang menghijau  bergoyang-goyang di terpa angin.

    ”Apa kabar daun hijau” katanya…..

    Tersentak daun hijau menoleh kearah suara yang datang.

    ”Ohh…kamu ulat, badanmu keliatan kurus dan kecil…mengapa ?” tanya daun hijau.

    ”Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku, bolehkan engkau membantuku sahabat ? ” kata ulat kecil.

    ”Tentu….tentu, dekatlah kemari,’daun hijau berpikir ‘ Jika aku memberikan sedikit saja daunku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau. Hanya saja aku akan keliatan berlobang-lobang…tapi tak apalah.”

    Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju ke daun hijau. Setelah makan dengan kenyang ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan sebagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekali pun tubuhnya kini berlobang di sana sini namun ia bahagia dapat melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar.

    Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ketanah di sapu orang dan dibakar.

    Renungan

    Apa yang berarti di kehidupan kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama ?  Nahh……akhirnya semua yang ada akan mati bagi sesamanya yang tidak menutup mata ketika sesamanya dalam kesukaran. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak meminta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak melupakan kepentingan diri sendiri.

    Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi orang lain memang tidak mudah, tetapi indah. Ketika berkorban diri kita sendiri mnjadi seperti daun hijau yang berlobang namun sebenarnya itu tidak mempengaruhi kehidupan kita, kita akan tetap hijau…Tuhan akan tetap memberkati dan memelihara kita.

    Bagi daun hijau berkorban merupakan sesuatu perkara yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya dapat tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal menjadi daun hijau, suatu hari ia akan kering dan jatuh.

    Demikianlah kehidupan kita, hidup ini hanya sementara…kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik, kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran, dan kerendahan hati.

    Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Kita dapat berkorban dalam banyak perkara, mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang dapat kita lakukan.

    Yang mana yang sering kita lakukan? Menjadi ulat kecil yang  menerima kebaikan orang atau menjadi daun hijau yang senang memberi. :-)

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:09 am on 10 February 2012 Permalink | Balas  

    12 Azab Meninggalkan Sholat 

    12 Azab Meninggalkan Sholat

    Dalam sebuah hadist Rasulullah pernah beersabda : “Barangsiapa yang meninggalkan sholat, maka akan mengenakan 12 azab kepadanya”. 3 darinya akan dirasakan semasa didunia ini antaranya:

    1. Allah akan menghilangkan berkah dari usahanya dan begitu juga rezekinya.
    2. Allah akan mencabut cahaya hidayah dari dalam dirinya.
    3. Dia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.

    3 macam bahaya adalah ketika dia hendak mati, antaranya :

    1. Roh dicabut ketika dia didalam keadaan yang sangat haus walaupun ia telah meminum seluruh air.
    2. Dia akan merasa yang amat pedih ketika roh dicabut keluar
    3. DIa akan dirisaukan akan hilang imannya.

    3 Macam bahaya yang akan dihadapinya ketika berada di dalam kubur, antaranya :

    1. Dia akan merasa susah terhadap pertanyaan malaikat munkar dan nakir yang sangat kejam.
    2. Kuburnya akan menjadi gelap gulita.
    3. Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang rusuknya berkumpul (seperti jari ketemu jari).

    3 azab lagi nanti dihari kiamat, antaranya :

    1. Hisabnya menjadi sangat berat.
    2. Allah sangat murka kepadanya.
    3. Allah akan menyiksanya dengan bara api neraka

    ***

    Dari Sahabat

     
    • mila apriana 1:45 pm on 13 Februari 2012 Permalink

      ya Allah jaga hamba u ni dri semua itu…dan jagalah solat ku dan sikap ku ya Robb..

    • hergani putra 1:37 pm on 23 April 2012 Permalink

      ya allah bimbinglah aku dalam ridho’mu

    • Rudi harianto 11:35 am on 19 Juli 2012 Permalink

      ya allh lonfungilah hamba dari sixsa orang yg lali dalam sholat

    • rahma 10:34 am on 16 November 2012 Permalink

      ya Allah luruskanlah iman hamba dan agar sllu ingat kpdmu

    • Puue 9:34 pm on 24 Januari 2013 Permalink

      Ya Allah jagalah hamba dari godaan syetan. Agar hamba tidak lalai dgn shlt.amin

  • erva kurniawan 1:52 am on 9 February 2012 Permalink | Balas  

    Jilbab Itu Indah 

    Jilbab Itu Indah

    Kamu tau kenapa saya suka wanita itu pakai jilbab? Jawabannya sederhana, karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi. Dan kamu tau? Di kampus tempat saya seharian disana, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah.

    Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas “Tank Top”, noleh ke kiri pemandangan “Pinggul terbuka”, menghindar kekanan ada sajian “Celana ketat plus You Can See”, balik ke belakang dihadang oleh “Dada menantang!” Astaghfirullah… kemana lagi mata ini harus memandang?

    Kalau saya berbicara nafsu, ow jelas sekali saya suka. Kurang merangsang itu mah! Tapi sayang, saya tak ingin hidup ini dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat saya tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran “ngeres” dan hatipun menjadi keras. Andai wanita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau tampil seperti itu lagi. Kecuali bagi mereka yang memang punya niat untuk menarik lelaki untuk memakai aset berharga yang mereka punya.

    Istilah seksi kalau boleh saya definisikan berdasar kata dasarnya adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dibilang seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia yang punya fitrah dihormati dan dihargai semestinya anda malu, karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi anda, membayangkan anda adalah objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap anda melakukan lebih seksi, lebih… dan lebih lagi. Dan anda tau apa kesimpulan yang ada dalam benak sang lelaki? Yaitunya: anda bisa diajak untuk begini dan begitu alias gampangan!

    Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak anda sudah membuat diri anda tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan anda sendiri yang anda sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri anda, apa itu dengan kata-kata yang nyeleneh, pelecehan seksual atau mungkin sampai pada perkosaan. Siapa yang semestinya disalahkan? Saya yakin anda menjawabnya “lelaki” bukan? Oh betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki dijaman sekarang ini.

    Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simpel saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi barang bagus itu gratis, wah pasti semua orang akan berebut untuk menerima. Nah apa bedanya dengan anda menawarkan penampilan seksi anda pada khalayak ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin mencicipinya.

    Begitulah seharian tadi saya harus menahan penyiksaan pada mata ini. Bukan pada hari ini saja, rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes ke mana? Apakah saya harus menikmatinya…? tapi saya sungguh takut dengan Zat yang memberi mata ini. Bagaimana nanti saya mempertanggungjawabkan nanti? sungguh dilema yang berkepanjangan dalam hidup saya. Allah Taala telah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nuur : 30-31).

    Jadi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini, duduk di depan komputer menyerap sekian juta elektron yang terpancar dari monitor, saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tak bisa pertanggung jawabkan nantinya. Jadi tak salah juga bukan? kalau saya paling malas diajak ke mall, jjs, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajikan keseksian.

    Saya yakin, banyak laki-laki yang punya dilema seperti saya ini. Mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingung harus berbuat apa. Bagi anda para wanita apakah akan selalu bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tak mampu lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan menikmati pemadangan yang anda tayangkan?

    So, berjilbablah … karena itu sungguh nyaman, tentram, anggun, cantik, mempersona dan tentunya sejuk dimata.

    ***

    Sumber: Friendster Bulletinboard

     
  • erva kurniawan 1:28 am on 8 February 2012 Permalink | Balas  

    Muhasabah 

    Muhasabah atau Penilaian terhadap diri sendiri

    File ini dalam bentuk excel kami dapatkan dari mailing list, adalah cara sederhana untuk menilai diri sendiri apakah kita lebih banyak melakukan kewajiban dan amalan sunnah serta meninggalkan yang haram ataukah sebaliknya.

    Tautan untuk mengunduh file muhasabah.xls

     
    • mohammad ian 9:22 am on 8 Februari 2012 Permalink

      terima kasih..
      wassalam

  • erva kurniawan 1:29 am on 7 February 2012 Permalink | Balas  

    Gratifikasi 

    Gratifikasi

    Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim terdapat kisah:

    Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam mengutus seorang laki-laki bernama Lutbiyah untuk memungut zakat dari seseorang. Setelah menerima zakat dari orang yang dimaksud, Lutbiyah menghadap ke Rasulullah. Dia kemudian menyetorkan sebagian uang yang diperolehnya kepada Rasulullah, seraya berkata, “Ini untuk Anda (maksudnya untuk Baitul Maal).” Sedangkan sebagian yang lain ditahan oleh Lutbiyah, sambil berkata, “Dan yang ini hadiah yang diberikan orang kepadaku.”

    Setelah mendengar pernyataan itu Rasulullah berdiri di atas mimbar. Mula-mula beliau memuji dan menyanjung Allah Ta’ala, kemudian beliau bersabda, “Ada seorang petugas yang kutugaskan memungut zakat, dia berkata, “Ini zakat yang kupungut kusetorkan kepada Anda, dan yang ini hadiah pemberian orang kepadaku.” (Kalau benar itu hadiah untuknya pribadi, tidak ada kaitannya dengan tugasnya memungut zakat), mengapa dia tidak duduk saja di rumah orangtuanya menunggu orang mengantar hadiah kepadanya? Demi Allah yang jiwaku berada dalam kuasa-Nya, tidak seorang jua pun di antara kalian yang menggelapkan zakat yang ditugaskan kepadanya memungutnya, melainkan pada hari kiamat kelak, dia akan memikul unta (dari zakat) yang digelapkannya itu melenguh-lenguh di kuduknya, atau sapi yang menguak-nguak, atau kambing yang mengembik-ngembik.”

    **

    Di zaman kini pemberian “hadiah” dari seseorang atau suatu lembaga kepada pejabat negara atau pegawai negeri seperti diterima Lutbiyah itu disebut gratifikasi. Dan karena perkembangan teknologi, gratifikasi di zaman kini tidak lagi hanya berupa barang.

    Menurut UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi juncto UU No. 20/2001 bab penjelasan Pasal 12B ayat (1), gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya.

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mengungkapkan, sesuai Pasal 12B UU No. 20/2001, setiap gratifikasi pada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap sebagai pemberian suap, bila berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajibannya.

    Kenapa sejak zaman dulu gratifikasi diharamkan Rasulullah dan di zaman kini juga dilarang oleh negara? Padahal kita tahu bahwa beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam sangat menganjurkan untuk saling memberi hadiah: “Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai,” sabdanya. Sebab gratifikasi bukanlah hadiah yang semata-mata diberi agar terjadi saling mencintai di antara mereka, melainkan karena ada patgulipat atau kong-kalikong di balik gratifikasi itu, yang menguntungkan mereka tapi merugikan negara atau masyarakat luas.

    Dalam kasus zakat misalnya, seseorang seharusnya membayar zakat Rp 10 juta. Namun karena dia bakhil, dia hanya mau mengeluarkan Rp 5 juta. Lantas dia bekerjasama” dengan petugas zakat. Dia setorkan uang Rp 5 juta, dan dia berikan “hadiah” Rp 1 juta bagi petugas pemungut zakat. Sehingga ada Rp 4 juta uang zakat yang mereka gelapkan.

    Masalahnya di zaman kini tidak mudah mengungkap adanya gratifikasi yang bernuansa suap itu jika kedua belah pihak bersetuju menyembunyikan adanya praktek tersebut. Karena itu sulit sekali memberantas praktek suap berdalih hadiah itu. hanya ada satu cara efektif untuk memberantasnya yakni meningkatkan ketakwaan. Ingatlah bahwa semua harta yang digelapkan kelak di hari kiamat akan dipikulkan di pundak pelakunya lalu harta itu mengeluarkan bunyi-bunyi yang memalukan.*

    Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 188).

    ***

    Oleh Widi Nofiarto

     
  • erva kurniawan 1:08 am on 6 February 2012 Permalink | Balas  

    Islam dan Jalan Pedang 

    Islam dan Jalan Pedang

    Belakangan ini, media banyak mewartakan protes para pemuka Muslim di dunia, atas pernyataan Paus Benediktus XVI bahwa Nabi Muhammad SAW menyebarkan Islam dengan kekerasan. Ini merupakan gambaran stigmatik sebagian tokoh Barat tentang Islam. Gambaran stigmatik serupa pernah menyeruak ke permukaan dalam kasus poster Nabi Muhammad SAW. Tentu saja harus ada upaya pelurusan terhadap kekeliruan-keleliruan ini. Benarkah Islam disebarkan dengan pedang?

    Tanpa pedang

    Islam disebarkan dengan dakwah, bukan dengan pedang. Perhatikan argumentasi historis berikut.

    Pertama, ketika berada di Makkah untuk memulai dakwahnya, Nabi tidak disertai senjata dan harta. Kendati demikian, banyak pemuka Makkah seperti Abu Bakar, Utsman, Sa’ad ibn Waqqas, Zubair, Talhah, Umar bin Khattab, dan Hamzah yang masuk Islam. Berkaitan dengan ini, Ustadz Al Aqqad, dalam buku ‘Abqariyyah Muhammad, mengatakan bahwa banyak orang Makkah masuk Islam bukan karena tunduk kepada senjata (fai: umat islam hanya sedikit).

    Kedua, ketika Nabi dan para pengikutnya mendapat tekanan yang sangat berat dari kafir Quraisy, penduduk Madinah banyak yang masuk Islam dan mengundang Nabi serta pengikutnya hijrah ke Madinah. Mungkinkah Islam tersebar di Madinah dengan senjata?

    Ketiga, pasukan Salib datang ke Timur ketika Khalifah Bani Abbas berada dalam masa kemunduran. Tak diduga, banyak anggota pasukan Salib tertarik kepada Islam dan kemudian menggabungkan diri dengan pasukan Salib lainnya. Thomas Arnold, dalam Al Da’wah ila Al Islam, menyebutkan bahwa mereka masuk Islam setelah melihat kepahlawanan Salahuddin sebagai cerminan ajaran Islam.

    Keempat, pada abad VII H (XIII M) pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu memporak-porandakan Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah, beserta peradaban yang dimiliki Islam. Mereka menghancurkan masjid-masjid, membakar kitab-kitab, membunuh para ulama, dan serentetan perbuatan sadis lainnya. Tahun 1258 merupakan lonceng kematian bagi khilafah Abbasiyah. Akan tetapi, sungguh mencengangkan bahwa di antara orang-orang Mongol sendiri yang menghancurkan pemerintahan Islam ternyata banyak yang memeluk Islam.

    Kelima, sejarah menjelaskan bahwa masa terpenting Islam adalah masa damai ketika diadakan perjanjian Hudaibiyah antara orang-orang Quraisy dan Muslimin yang berlangsung selama dua tahun. Para sejarawan pun mengatakan bahwa orang yang masuk Islam pada masa itu lebih banyak dibanding masa sesudahnya. Ini menunjukkan bahwa penyebaran Islam banyak terjadi pada masa damai bukan masa peperangan.

    Keenam, tidak ada kaitan antara penyebaran Islam dan peperangan yang terjadi antara Muslimin dan Persia serta Romawi (fai: Perhatikan: AS dan Inggris menyerang Afghanistan dan Irak). Ketika peperangan antara mereka berkecamuk dan orang-orang Islam memperoleh kemenangan kemudian peperangan berhenti, pada saat itu para dai menjelaskan bangunan, dasar, dan filsafah Islam. Dakwah Islam itu yang kemudian menyebabkan orang-orang non-Islam –terutama mereka yang tertindas oleh penguasa– masuk Islam. Fage Roland Oliver, dalam bukunya A Short History of Africa, menjelaskan bahwa Islam tersebar di Afrika justru ketika daulah-daulah Islam di sana telah runtuh. Islam tersebar di sana melalui peradaban, pemikiran, dan dakwah Islamiyah.

    Ketujuh, Islam tersebar luas di Indonesia, Malaysia, dan Afrika lewat orang-orang dari Hadramaut yang tidak didukung oleh harta dan penguasa, dan atau Islam diajarkan oleh orang-orang Indonesia yang berwatakkan Islam dalam kefakiran.

    Kedelapan, peneliti dunia Islam Jerman, Ilse Lictenstadter, dalam Islam and the Modern Age, mengatakan bahwa pilihan yang diberikan kepada Persia dan Romawi bukanlah antara Islam dan pedang, tetapi antara Islam dan jizyah (pembayaran pajak).

    Motivasi perang

    Kenyataan bahwa sejarah Islam diwarnai dengan peperangan merupakan fakta yang tidak dapat dibantah. Bila Islam disebarkan dengan dakwah, lalu kenapa terjadi peperangan? Di antara motivasi peperangan dalam sejarah Islam adalah:

    Pertama, mempertahankan jiwa raga. Seperti disebutkan dalam sejarah, sebelum hijrah orang-orang Islam belum diizinkan untuk berperang. Padahal umat Islam memperoleh berbagai siksaan dan tekanan dari kafir Quraisy.`Ammar, Bilal, Yasir, dan Abu Bakar adalah di antara mereka yang mendapat perlakuan keras itu. Ketika perlakuan kafir Quraisy semakin keras dan umat Islam meminta izin kepada Nabi untuk berperang, Nabi belum juga mengizinkan karena belum ada perintah dari Allah SWT. Namun, ketika Nabi beserta pengikutnya hijrah ke Madinah dan kafir Quraisy bertekad untuk membebaskan kota itu dari Islam, maka Allah SWT akhirnya –karena demi membela diri — mengizinkan mereka berperang (QS Al Hajj [22]:37). Namun izin itu dikeluarkan dengan beberapa persyaratan seperti demi jalan Allah SWT, bukan demi harta atau prestise, mempertahankan diri, dan tidak berlebihan (QS Al-Baqarah [2]:190).

    Data historis yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hal di atas adalah penyebaran Islam ke Habsyi, sebuah kota yang tidak begitu jauh dari jazirah Arab dan kota yang pernah menjadi tujuan hijrah Nabi. Orang-orang Islam tidak pernah memerangi kota itu karena tidak mengancam keselamatan mereka. Bila penyebaran Islam dengan kekuatan, tentunya orang-orang Islam sudah menghancurkan kota itu. Seperti diketahui, umat Islam saat itu sudah memiliki angkatan laut yang cukup kuat.

    Kedua, melindungi dakwah dan orang-orang lemah yang hendak memeluk Islam. Seperti diketahui bahwa dakwah Nabi memperoleh tantangan keras dari kafir Quraisy Makkah. Mereka menempuh jalan apa saja untuk menghalanginya (QS al-Fath [48]:25). Banyak penduduk Makkah dan Arab lainnya bermaksud memeluk Islam, tetapi mereka takut terhadap ancaman itu. Allah lalu mengizinkan Rasul-Nya beserta pengikutnya untuk melindungi dakwah dengan cara berperang.

    Ketiga, mempertahankan umat Islam dari serangan pasukan Persia dan Romawi. Keberhasilan dakwah Nabi dalam menyatukan kabilah-kabilah Arab di bawah bendera Islam ternyata dianggap ancaman oleh penguasa Persia dan Romawi –dua adikuasa saat itu. Itu sebabnya, mereka mengumumkan perang dengan umat Islam (fai: dan umat Islam hanya mempertahankan diri dari serangan musuh).

    Tahun 629 M Nabi mengutus satu kelompok berjumlah 15 orang ke perbatasan Timur Ardan untuk berdakwah, tetapi semuanya dibunuh atas perintah penguasa Romawi. Pada tahun 627 M Farwah bin Umar Al Judzami, gubernur Romawi di Amman, memeluk Islam. Untuk itu, ia mengutus Mas’ud bin Sa’ad Al Judzami menghadap Nabi untuk menyampaikan hadiah. Ketika berita itu sampai ke telinga 49 orang-orang Romawi, mereka memaksa Farwah untuk keluar dari Islam, tetapi paksaan itu ditolaknya. Akibatnya, ia dipenjara dan akhirnya disalib. Atas alasan itu dan demi melindungi umat Islam dari serangan-serangan Romawi dan Persia berikutnya, Nabi kemudian mengumumkan perang (membela diri).

    Berdasarkan uraian tersebut, tidak ada satu ayat pun atau satu kejadian pun dalam sejarah permulaan Islam yang mengisyaratkan bahwa Islam disebarkan dengan peperangan (senjata). Peperangan yang terjadi hanyalah karena terpaksa untuk membela diri, melindungi dakwah dan kebebasan beragama, serta melindungi umat Islam dari serangan Romawi dan Persia.

    Ikhtisar

    –          Pernyataan Islam disebarkan dengan pedang adalah stigma yang dibuat Barat terhadap Islam.

    –          Sejarah menunjukkan bahwa Islam selalu disebarkan lewat jalan dakwah, pemikiran, dan kesantunan.

    –          Keterlibatan umat Islam dalam perang, selalu didorong oleh motivasi hanya membela diri di jalan Allah SWT.

     
  • erva kurniawan 1:34 am on 5 February 2012 Permalink | Balas  

    Tanggung Jawab Dalam Islam 

    Tanggung Jawab Dalam Islam

    Oleh: Dr. H. Achmad Satori Ismail, MA

    Dalam sejarah ulama salaf, diriwayatkan bahwa khalifah rasyidin ke V Umar bin Abdil Aziz dalam suatu shalat tahajjudnya membaca ayat 22-24 dari surat ashshoffat yang artinya : (Kepada para malaikat diperintahkan) “Kumpulkanlah orang-orang yang dzalim beserta teman sejawat merekadan sembah-sembahan yangselalu mereka sembah, selain Allah: maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka di tempat perhentian karena mereka sesungguhnya mereka akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban ).”

    Beliau mengulangi ayat tersebut beberapa kali karena merenungi besarnya tanggungjawab seorang pemimpin di akhirat bila telab melakukan kedzaliman. Dalam riwayat lain Umar bin Khatab r.a. mengungkapkan besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhiarat nanti dengan kata-katanya yang terkenal : “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya ditanya : Mengapa tidak meratakan jalan untuknya ?” Itulah dua dari ribuan contoh yang pernah dilukiskan para salafus sholih tentang tanggungjawab pemimpin di hadapan Allah kelak.

    Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan individu saja sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al An’am yang Artinya: “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”

    Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 yang artinya: “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”

    Akan tetapi perbuatan individu itu merupakan suatu gerakan yang dilakukan seorang pada waktu, tempat dan kondisi-kondisi tertentu yang mungkin bisa meninggalkan bekas atau pengaruh pada orang lain. Oleh sebab itu apakah tanggung jawab seseorang terbatas pada amalannya saja ataukah bisa melewati batas waktu yang tak terbatas bila akibat dan pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung mungkin sampai setelah dia meninggal ?

    Seorang yang cerdas selayaknya merenungi hal ini sehingga tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Mengapa demikian ? Boleh jadi perbuatan baik atau jahat itu mula-mula amat kecil ketika dilakukan, akan tetapi bila pengaruh dan akibatnya terus berlangsung lama, bisa jadi akan amat besar pahala atau dosanya.

    Allah SWT menyatakan dalam QS Yaasiin yang artinya: “Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” (Yaasiin 12).

    Ayat ini menegaskan bahwa tanggangjawab itu bukan saja terhadap apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh , kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapanpun. Dari sini jelaslah bahwa Orang yang berbuat baik atau berbuat jahat akan mendapat pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau dosa orang-orang yang meniru perbuatannya. Hal ini ditegaskan dalam Surat An nahl 25

    Artinya: “(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat dan sebagian dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun bahwa mereka disesatkan. Ingatlah amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.”

    Di sini kita merenung sejenak seraya bertanya: “apabila yang memerintah kejahatan atau kedurhakaan itu seorang pemimpin yang memilik kekuasaan penuh, apakah dia saja yang akan menanggung dosanya dan dosa rakyatnya karrena mereka dipaksa ? Ataukah rakyat juga harus menaggung dosanya walau ia lakukan di bawah ancaman paksaan tersebut ?” Menurut hemat saya, seorang penguasa dianggap tidak memaksa selama raksyat masih bisa memiliki kehendak yang aada dalam dirinya. Perintah seorang pimpinan secara lisan maupun tulisan tidak berarti melepaskan seorang bawahan dari tanggungjawab atas semua perbuatannya. Alquran mencela orang-orang yang melakukan dosa dengan alasan pimpinannya menyuruh berbuat dosa. Allah menyatakan sbb. : “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul” Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami , lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar”. (Al ahzab 66-67).

    Allah membantah mereka dengan tegas: “Harapanmu itu sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya dirimu sendiri . Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu.” (Az Zukhruf 39).

    Dari sini jelaslah bahwa pemimpin yang dzalim tidak akan bisa memaksa hati seseorang kendati mampu memaksa yang lahiriyahnya. Oleh sebab itu rakyat atau bawahanpun harus bertanggung jawab terhadap akidahnya dan perbuatannya kendati di sana ada perintah dan larangan pimpinan.

    Berbeda dengan hukum paksaan yang menimpa orang-orang lemah yang ditindas penguasa yang mengancam akan membunuhnya dan memang bisa dilaksanakan. Hal ini pernah terjadi pada masa awal Islam di Makkah dimana orang yang masuk Islam di paksa harus murtad seperti Bilal bin Rabbah, keluarga Yasir dst. Mereka dipaksa menyatakan kekufuran. (lihat An Nahl 106 dan An Nisa’ 97-99)

    Tanggung jawab seorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan padanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin tinggi pula tanggungjawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas prilaku dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya, masyarakatnya dan rakyatnya. Hal ini ditegaskan Allah sbb.; “Wahai orang-orang mukmin peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At Tahrim 6) Sebagaimana yang ditegaskan Rasululah saw : “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya..”(Al Hadit)

    Tanggungjawab vertikal ini bertingkat-tingkat tergantung levelnya. Kepala keluarga, kepala desa, camat, bupati, gubernur, dan kepala negara, semuanya itu akan dimnitai pertanggungjawabannya sesuai dengan ruang lingkup yang dipimpinnya. Seroang mukmin yang cerdas tidak akan menerima kepemimpinan itu kecuali dengan ekstra hati-hati dan senantiasa akan mempeprbaiki dirinya, keluarganya dan semua yang menjadi tanggungannya. Para salafus sholih banyak yang menolak jabatan sekiranya ia khawatir tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

    Pemimpin dalam level apapun akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah atas semua perbuatannya disamping seluruh apa yang terjadi pada rakyat yang dipimpinnya. Baik dan buruknya prilaku dan keadaan rakyat tergantung kepada pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai pertanggungjawabannya ketika memilihseorang pemimpin. Bila mereka memilih pemimpin yang bodoh dan tidak memiliki kapabilitas serta akseptabilitas sehingga kelak pemimpin itu akan membawa rakyatnya ke jurang kedurhakaan rakyat juga dibebani pertanggungjawaban itu.

    Seorang penguasa tidak akan terlepas dari beban berat tersebut kecuali bila selalu melakukan kontrol, mereformasi yang rusak pada rakyatnya , menyingkirkan orang-orang yang tidak amanah dan menggantinya dengan orang yang sholeh. Perrtolongan allah tergantung niat sesuai dengan firman Allah Artinya : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah akan ditunjuki hatinya danAllah Maha Mengetahui ats segala sesuatu.” (At Taghobun 11)

    Wallahu a’lamu.

    ***

    Dari Sahabat

     
    • Firdausya 3:11 pm on 24 Juli 2015 Permalink

      Reblogged this on cherie and commented:
      ijin reblog ya pak

  • erva kurniawan 1:48 am on 4 February 2012 Permalink | Balas  

    Mu’aqobah 

    Mu’aqobah

    Kesibukan kerja mungkin membuat kita terlena, entah karena target yang begitu ketat sehingga tanggung jika tidak terselesaikan atau karena kita memang menikmati pekerjaan sehingga lupa bahwa waktu waktu sholat telah tiba. Atau mungkin juga kita sudah terbiasa dan nyaman dengan melaksanakan sholat di akhir akhir waktu, sehingga tidak sibuk pun waktu sholat di akhirkan. Sholat Dhuhur dilaksanakan jam 13:30 sementara waktu sebelum itu sebenarnya santai juga. Sholat Ashar jika belum jam 16:30 belum dilaksanakan. Toh kerja juga ibadah, mungkin demikian pendapat sebagian orang.Justifikasinya adaaaa aja Padahal kita yakin seyakin yakinnya bahwa tujuan kerja adalah ibadah juga, bahwa sholat di awal waktu adalah yang paling Afdhal, bagi laki laki tentu lebih baik berjamaah. Kita sepakat untuk itu, bahkan jika kita ditanya, segera saja kita akan menjawab bahwa kerja kita juga diniatkan ibadah. Jadi konsepnya sudah benar.

    Lingkungan kerja memang berbeda untuk masing masing kantor. Ada yang bekerja dengan full deadline , pressure namun ada juga yang relative santai. Waktu memang kadang menjadi permasalahan namun sikap mental kita sebenarnya lebih menjadikan masalah, apakah kita bisa ” memaksa ” diri kita untuk sholat tepat waktu atau tidak. Biasanya jika kita sudah terbiasa mengakhirkan sholat, perasaan untuk sholat di akhir waktu juga biasa biasa saja. Bahkan mungkin untuk jarak Jakarta – Bogor, Jakarta – Bekasi yang tidak jauh pun dijamak, karena tanggung maghrib dijalan, padahal syarat untuk dijamak belum memenuhi. Padahal jika sudah terbiasa sholat berjamaah di masjid, ketinggalan sholat berjamaah ada perasaan lain, ada perasaan rugi disana.

    Para Salafus Shalih memberikan contoh yang sangat menarik dan patut kita contoh untuk hal ini. Mereka memberikan hukuman, Punishment, Mu’aqobah kepada dirinya sendiri manakala mereka ketinggalan dalam sholat sunnah atau sholat berjamaah. Bukan sholat Wajib lho yang ketinggalan, tapi sholat sunnah atau sholat berjamaahnya.

    Ketika Abu Thalhah sedang Sholat, didepannya lewat seekor burung,lalu beliaupun melihatnya, sehingga lupa sudah berapa roka’at sholat beliau. Karena kejadian tersebut beliau mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang orang miskin sebagai sanksi atas kelalaian dan ketidak khusu’annya.

    Umar Bin Khattab raddhiyallahu ‘anhu pernah pergi ke kebunnya. Ketika pulang didapatinya orang orang sudah selesai melaksanakan sholat Ashar. Maka Umar berkata ” aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang orang sudah shalat Ashar …! Kini kebun ku aku jadikan shadaqah untuk orang orang miskin “.

    Hasan bin Hannan pernah melewati sebuah rumah yang baru selesai dibangun. Beliau berkata ” Kapan rumah ini dibangun ?” Kemudian beliau menegur dirinya sendiri, ” kenapa kamu tanyakan sesuatu yang tidak berguna untuk dirimu ? akan kujatuhkan sangsi dengan berpuasa sunnah.

    Subhanallah ini bukan negeri dongneng, namun ini adalah contoh dari generasi generasi terbaik yang memang sudah seharusnya kita mengusahakan semaksimal mungkin untuk mencontohnya. Naik turunya iman sering terjadi, kemalasan sering melanda kita apalagi dengan dunia kerja yang begitu dinamis. Yang terbaik adalah jika kita terseret dalam arus kemalasan dan santai, maka kita harus memaksa diri kita untuk memulainya. Jika kita terbiasa sholat lebih dari Jam 13:00 paksa untuk lebih awal lagi dsb. Jika kita senantiasa menunda nundanya biasanya hari berikutnya pun masih akan kita tunda lagi, itupun belum tentu berhasil. Ulama mengajarkan kita untuk salah satu agar komitmen ini berhasil adalah bergaullah dan akrablah dengan orang orang shalih, niscaya ruhiyah kita akan meningkat,. “Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu beserta orang orang yang benar” ( Qs 9:119 ).

    “Seseorang itu bersama dengan orang yang ia cintai” ( Bukhori – Muslim ).

    Berat rasanya jika kita pinginnya sholih, sholat sunnah nya kuat, sholatnya tepat waktu, namun pergaulan sehari hari didominasi dengan pergaulan yang tidak islami. Sangat mungkin turunnya lebih sering daripada naiknya. Pentingnya bergaul dengan orang orang sholih ini, sangat ditekankan oleh para ulama salaf,Salah seorang ulama salaf mengatakan “Kalau saya merasa malas dalam beribadah maka saya perhatikan wajah Muhammad bin Wasi ( seorang alim yang banyak beribadah ) dan bagaimana kesungguhannya dalam beribadah, kemudian saya ikuti cara ibadahnya selama satu minggu “.

    Saudaraku semua, semoga bermanfaat, terutama bagi diri saya sendiri. Saya tujukan tulisan ini terutama bagi diri saya sendiri juga jika berkenan bagi rekan rekan di milis kariramanah ini semuanya. Ayo, kita tingkatkan semangat. Kita lawan kemalasan. Jika kita masing dalam Last minute mentality dalam mengerjakan sesuatu, sudah seharusnya kita mulai rubah. Islam tidak demikian. Tidak salah juga kita mencari rekan yang baik, dan sholih. Jika masih dalam lingkungan yang kurang baik, tidak salah juga dibarengi dengan lingkungan yang kondusif untuk menguatkannya. Karena sahabat yang baik memang sungguh berarti untuk keimanan kita. Peribahasa mengatakan: Sahabat adalah penentu, Jangan Tanya siapa aku, Tanyakan siapa sahabatku, Pasti Anda tahu siapa diriku

    Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

    ***

    Dari Sahabat

     
    • Daromi 11:41 am on 7 Februari 2012 Permalink

      شكرا جزيلا. Semoga kita senantiasa Istiqomah.

  • erva kurniawan 1:37 am on 3 February 2012 Permalink | Balas  

    Manfaat Membaca Basmalah 

    Manfaat Membaca Basmalah

    Bismillah sebuah kalimat yang tidak asing di telinga dan lisan seorang muslim. Bismillah diucapkan ketika akan memulai setiap perkara yang bermanfaat. Dzikir ini mengandung keutamaan, diantaranya sebagai berikut:

    Terjaga dari Setan

    Rasulullah bersabda: “Apabila seorang masuk ke rumahnya dan mengingat Allah (berdzikir) ketika masuknya dan ketika makan, maka setan berkata: “Tidak ada tempat istirahat dan makan malam untuk kalian.” Dan apabila ia masuk dan tidak mengingat Allah ketika masuk, maka setan berkata: “Kalian telah mendapatkan tempat istirahat.” Dan apabila ia tidak mengingat Allah ketika makan, maka ia berkata:”Kalian mendapatkan tempat istirahat dan makan malam”.1 Imam Nawawi berkata, “Dengan demikian, disunnahkan untuk mengingat Allah ketika masuk rumah dan makan.”2

    Menyempurnakan Barakah

    Dengan bismillah akan dapat menyempurnakan keberkahan pada amal, Rasulullah bersabda, “Setiap perkara yang tidak dimulai dengan bismillah (dalam riwayat lain: dengan mengingat Allah), maka amalan tersebut terputus (kurang) keberkahan-Nya.”3

    Dilindungi Allah dari gangguan Jin

    Dan sabdanya, “Penghalang antara mata jin dan aurat Bani Adam, apabila salah seorang dari mereka melepas pakaiannya, ialah dengan membaca Bismillah.”4

    Pengalaman Nyata

    Ketika Khalid bin Walid tertimpa kebimbangan, mereka berkata kepadanya, “Berhati-hatilah dengan racun, jangan sampai orang asing memberikan minum padamu,” maka ia berkata, “berikanlah kepadaku,” dan ia pun mengambil dengan tangannya dan membaca: “Bismillah,” lalu ia meminumnya. Maka sedikitpun tidak memberikan bahaya kepadanya. 5 Sumber : Al-Hisnu al-Waqi’, Syaikh Dr. ‘Abdullah bin Muhammad as-Sad-han, dengan pengantar dari Syaikh Dr. ‘Abdullah bin Abdir-Rahman bin Jibrin.

    ***

    1. HR. Muslim, 2018. Syarh Muslim ‘ala Muslim, 7/54 Dishahihkan oleh Jamaah, seperti Ibnu Shalah, Nawawi di dalam Adzkar-nya.
    2. Syaikh bin Baz berkata: “Hadist Hasan dengan syawahidnya”.
    3. Sebagaimana terdapat dalam al-Jami’ Shaghir. Dan dihasankan oleh Munawi dalam syarhnya.
    4. Dikeluarkan oleh al-Baihaqi, Abu Nu’aim, Thabrani, Ibnu Sa’ad dengan sanad yang shahih. Lihat Tahdzib at-Tahzib, Ibnu Hajar, 3/125.
    5. Diketik ulang dari Majalah As-Sunnah Edisi 01/Th. XII/1429H/2008M Hal. 8 dalam kolom “Baituna”.

    ***

    Sumber : Pustaka Aisyah(http://safuan.wordpress.com)

     
    • badawi 9:10 pm on 17 Januari 2013 Permalink

      sangat bermanfaat

  • erva kurniawan 1:27 am on 2 February 2012 Permalink | Balas  

    Pemimpin Contoh 

    Pemimpin Contoh

    Pemimpin adalah contoh dan lambang kepada rakyat yang di pimpinnya.Baik pemimpin, baiklah rakyatnya.Buruk pemimpin, buruklah rakyat pimpinannya.

    Bersabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

    “Dua golongan daripada umatku, apa bila mereka baik, baiklah manusia, dan apabila mereka rosak, rosaklah manusia. Itulah dia para pemimpin dan ahli feqah (Ulama)”. (Riwayat Ibnu Abdul Barr idan Abu Naim).*

    Hari ini umat Islam mengenali pemimpin mereka sebagai orang atasan yang antara mereka hampir hampir mustahil untuk bertemu mesra. Dalam mimpi pun tidak boleh pergi ke rumah pemimpin, apalagi secara jaga. Kekayaan dan kemewahan pemimpin tidak terkata. Pakaian, makanan dan ala alat kegunaan pemimpin amat jauh bezanya daripada apa yang Rakyat dapati. Pendek kata terdapat jurang yang dalam memisahkan pemimpin dengan rakayat. Hampir hampir tiada kaitan apa apa antara pemimpin dengan Rakyat.

    Kalau ada hanyalah secara rasmi, pemimpin di atas pentas dan Rakyat di bawah. Dalam kesempatan begini, pemimpin akan membuat ucapan yang begitu rasmi untuk menaikan semangat Rakyat. Pemimpin akan membuat janji janji manis untuk menarik simpati Rakyat padanya. Di samping itu diselitkan suara ugutan yang membuatkan Rakyat takut untuk tidak taat pada pemimpinnya. Setelah selesai berucap maka mereka pun berpisah dan saling lupa melupai dan saling tidak kenal mengenal antara satu dengan yang lain. Hakikatnya mereka tidak tahu menahu antara satu dengan lain. Begitulah bentuk kepimpinan dalam dunia sekarang. Ia lebih merupakan satu jawatan yang menjadikan seorang itu terpisah dari masyarakatnya untuk menjalani hidup yang berkuasa,mewah dan glamor.

    Dalam Islam pemimpin adalah khadam kepada Rakyat.Rasulullah bersabda yang bermaksud: ” Ketua (penghulu) satu kaum itu adalah orang yang berkhidmat kepada mereka.” (Riwayat Al Hakim)

    Menjadi seorang pemimpin ertinya menjadi seorang yang berkhidmat untuk Rakyat. Menjadi pemimpin bukan memegang jawatan tinggi bergaji besar, tetapi memikul tanggungjawab yang berat. Seorang bapa tidak pernah kenyang sebelum anaknya kenyang.Begitulah sepatutnya sikap seorang pemimpin. Dia tidak berlebih lebihan sehingga Rakyat nya terbiar dalam kekurangan. Dia tidak akan bersenang lenang sedangkan rakyatnya terbiar dalam kesusahan.

    ***

    Dari Sahabat

     
  • erva kurniawan 1:17 am on 1 February 2012 Permalink | Balas  

    Ndeso 

    NDESO

    Oleh : Ika S. Creech *)

    Deso (baca ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia.

    Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana ca ranya tidak jadi orang norak, kampungan alias deso.

    Semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali dekan atau bahkan Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus. Sementara si Pemilik perusahaan Honda tinggal di sebuah apartemen yang sederhana. Ketika beberapa pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka menjemput pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, sementara yang akan dijemput, pejabat Indonesia naik mobil dinas Kedutaan yaitu mercy.

    Ketika saya di Australia berkesempatan melihat sebuah acara seremoni dari jarak yang sangat dekat, dihadiri oleh pejabat setingkat menteri, saya tertarik mengamati pada mobil yang mereka pakai merk Holden baru yang paling murah untuk ukuran Australia. Yang menarik, para pengawalnya tidak terlihat karena tidak berbeda penampilannya dengan tamu-tamu, kalau tidak jeli mengamati kita tidak tahu mana pengawalnya.

    Di Sidney saya berkenalan dengan seorang pelayan restoran Thailand. Dia seorang warga negara Malaysia keturunan Cina, sudah selesai S3, sekarang lagi mengikuti program Post Doc. Dia anak serorang pengusaha yang kaya raya. Tidak mau menggunakan fasilitas orang tuanya malah jadi pelayan. Dia juga sebenarnya dapat beasiswa dari perguruan tingginya.

    Satu bulan saya di Jepang tidak melihat orang pakai HP Communicator, mungkin kelemahan saya mengamati. Dan setelah saya baca koran ternyata konsumen terbesar HP communicator adalah Indonesia . Sempat berkenalan juga dengan seorang yang berada di stasiun kereta di Jepang, ternyata dia anak seorang pejabat tinggi negara, juga naik kereta. Yang tak kalah serunya saya juga jadi pengamat berbagai jenis sepatu yang di pakai masyarakat Jepang ternyata tak bermerek, wah ini yang deso siapa yaa?

    Sulit membedakan tingkat ekonomi seseorang baik di Jepang atau di Australia , baik dari penampilannya, bajunya, kendaraannya, atau rumahnya. Kita baru bisa menebak kekayaan seseorang kalau sudah tahu pekerjaan dan jabatannya di perusahaan. Jangan-jangan kalau orang Jepang diajak ke Pondok Indah bisa pingsan melihat rumah segitu gede dan mewahnya. Rata-rata rumah di sana memiliki tinggi plafon yang bisa dijambak dengan tangan hanya dengan melompat. Sehingga duduknyapun banyak yang lesehan.

    > Click to show Spoiler – click again to hide… <

    Sampai akhir hayatnya Rasulullah tidak membuat istana Negara dan Benteng Pertahanan (khandaq hanyalah strategi sesaat, untuk perang ahzab saja), padahal Rasulullah sudah sangat mengenal kemewahan istana raja-raja negara sekelilingnya, karena beliau punya pengalaman berdagang. Ternyata beliau tidak menjadi silau terus ikut-ikutan latah ingin seperti orang-orang. Lalu dimana aktivitas kenegaraan dilakukan? Mengingat beliau sebagai kepala negara. Jawabannya ya di masjid.

    Beliau punya banyak jalan yang legal untuk bisa membangun istana. Di Mekkah nikah dengan janda kaya, di Madinah jadi kepala negara, punya hak prerogatif dalam mengatur harta rampasan perang dan ada jatah dari Allah untuk dipergunakan sekehendak beliau, belum hadiah dari raja-raja. Tetapi mengapa beliau sering kelaparan, ganjal perut dengan batu, puasa sunnah niatnya siang hari, shalat sambil duduk menahan perih perut dan seterusnya?

    Ketika Indonesia sedang terpuruk, hutang lagi numpuk, rakyat banyak yang mulai ngamuk, negara sedang kere, banyak yang antri beras, minyak tanah, minyak goreng dll. Maka harga diri kita tidak bisa diangkat dengan medali emas turnamen olah raga, sewa pemain asing, banyak seremonial yang gonta-ganti baju seragam, baju dinas, merek mobil, proyek mercusuar, dll, dsb, dst.

    Bangsa ini akan naik harga dirinya kalo utang sudah lunas, kelaparan tidak ada lagi, tidak ada pengamen dan pengemis, tidak ada lagi WTS (Wanita Tidak Sholat, di Malaysia “Wanita Tak Senonoh”) , angka kriminal rendah, korupsi berkurang, punya posisi tawar terhadap kekuatan global. Maka orang Deso (alias norak) tidak mampu mengatasi krisis karena tidak bisa menjadikan krisis sebagai paradigma dalam menyusun APBD dan APBN. Nah, karena yang menyusun orang-orang norak maka asumsi dan paradigma yang dipakai adalah negara normal atau bahkan mengikut negara maju.

    Bayangkan ada daerah yang menganggarkan sepak bola 17 milyar sementara anggaran kesra-nya 100 juta, wiiieh!

    Akhirnya penyakit norak ini menjadi wabah yang sangat mengerikan dari atas sampai bawah :

    • Orang bisa antri raskin sambil pegang HP
    • Pelajar bisa nunggak SPP sambil merokok
    • Orang tua lupa siapkan SPP, karena terpakai untuk beli tv dan kulkas
    • Orang bule mabuk krn kelebihan uang, orang kampung mabuk beli minuman patungan
    • Pengemis bisa pake walkman sambil goyang kepala
    • Para pengungsi bisa berjoged dalam tendanya
    • Orang beli gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah
    • Ijazah S3 luar negeri bisa di beli sebuah rumah petakan gang sempit di Cibubur
    • Kelihatannya orang sibuk ternyata masih sering keluar masuk McDonald
    • Kelihatannya orang penting, ternyata sangat tahu detail dunia persepakbolaan.
    • Kelihatan seperti aktivis tapi habis waktu untuk mencetin HP
    • 62 tahun merdeka, lomba-lombanya masih makan kerupuk saja
    • Agar rakyat tidak kelaparan maka para pejabatnya dansa dansi di acara tembang kenangan.
    • Agar kampanye menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol ngebor
    • Agar masyarakat cerdas maka sajikan lagu goyang dombret dan wakuncar
    • Agar bisa disebut terbuka maka harus bisa buka-bukaan
    • Agar kelihatan inklusif maka hrs bisa menggandeng siapa saja, kalo perlu jin Tomang juga digandeng

    Yang lebih mengerikan lagi adalah supaya kita tidak terlihat kere, maka harus bisa tampil keren. Makin kiamatlah kalo si kere tidak tahu dirinya kere.

    ***

    *) Penulis adalah Putra Indonesia Asli, kini bertempat tinggal di Paris, Perancis dan bekerja sebagai Pembawa Acara di salah satu stasiun di Perancis.

     
    • irvan 9:28 pm on 1 Februari 2012 Permalink

      Sangat inspiratif apa yg dikemukakan.
      Mudah2an, akan mmberikan tekat pd diri spt aku, utk tdk bersikap NDESO

    • rahma 10:30 am on 2 Februari 2012 Permalink

      subhanallah, NDESO seperti ajaran Rasulullah yang sederhana…semoga jadi panutanku

    • Eka 1:01 pm on 7 Februari 2012 Permalink

      subhanallah..
      sungguh bermanfaatt n membuatku semangatttt…
      Terimakasih..

    • yosrizal 10:13 am on 5 Juli 2012 Permalink

      saya tertarik dengan pemikiran anda, NDeso (hahhaa)
      Hekbat

c
Compose new post
j
Next post/Next comment
k
Previous post/Previous comment
r
Balas
e
Edit
o
Show/Hide comments
t
Pergi ke atas
l
Go to login
h
Show/Hide help
shift + esc
Batal