Updates from Juli, 2017 Toggle Comment Threads | Pintasan Keyboard

  • erva kurniawan 1:38 am on 6 July 2017 Permalink | Balas  

    Keberanian dan Ketabahan Rasulullah 

    Keberanian dan Ketabahan Rasulullah

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai keberanian yang mengagumkan dan tiada tandingannya dalam membela agama dan menegakkan kalimatullah Ta’ala. Beliau mempergunakan nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang dicurahkan atas beliau pada tempat yang semestinya. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah mengungkapkan hal itu dalam sebuah hadits:

    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorangpun kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita.” (HR. Muslim)

    Di antara bukti keberanian beliau adalah kegigihan beliau dalam mendakwahkan agama Islam seorang diri menghadapi kaum kafir Quraisy dan pemuka-pemuka-nya. Demikian juga keteguhan beliau di atas keyakinan tersebut hingga Allah menurunkan pertolongan-Nya. Beliau tidak pernah mengeluh atau berkata: “Tidak ada yang sudi menyertaiku, sedangkan orang-orang semuanya memusuhiku.” Akan tetapi beliau bersandar serta bertawakkal kepada Allah dan tetap meneruskan perjuangan dakwah beliau.

    Beliau adalah seorang pemberani dan sangat teguh dalam memegang dan melaksanakan pendirian. Ketika orang-orang lari bercerai berai, beliau tetap teguh bagaikan karang.

    Beliau mengasingkan diri untuk beribadah di gua Hira’ selama beberapa tahun. Kala itu beliau belum merasakan gangguan dan orang-orang Quraisy pun belum memerangi beliau. Kaum kafir itu tidak menembakkan sebatang anak panah pun dari busurnya kecuali setelah beliau menyebarkan aqidah tauhid dan memerintahkan untuk memurnikan ibadah mereka kepada Allah semata. Beliau sangat mengherankan ucapan kaum kafir sebagaimana yang difirmankan Allah :

    “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab:”Allah”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (Yunus: 31)

    Sementara itu mereka menjadikan berhala-berhala sebagai perantara antara mereka dengan Allah . Sebagaimana yang Allah firmankan:

    “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (Az-Zumar: 3)

    Padahal mereka juga meyakini tauhid Rububiyah, sebagaimana yang diungkapkan Allah , artinya:

    “Katakanlah: “Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi?” mereka akan menjawab: “Allah”.

    Wahai saudaraku, lihatlah praktek-praktek syirik yang bertebaran di seantero negeri-negeri kaum muslimin, seperti memohon kepada orang yang sudah mati, bertawassul dengan perantaraan mereka, bernadzar karena mereka, takut serta mengharap kepada mereka. Sampai-sampai terputus hubungan antara mereka dengan Allah Ta’ala disebabkan kemusyrikan yang mereka lakukan. Mereka telah menempatkan orang-orang yang sudah mati setara dengan kedudukan Dzat Yang Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah berfirman:

    “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (se-suatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al-Maidah: 72)

    Sekarang kita beranjak dari rumah beliau menuju gunung yang berada di sebelah utara. Itulah gunung Uhud, disitulah terjadi peristiwa besar yang menunjukkan keperkasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keteguhan serta kesabaran beliau atas luka yang diderita pada peperangan tersebut. Pada waktu itu wajah beliau yang mulia terluka dan beberapa gigi beliau patah serta kepala beliau terkoyak.

    Sahal bin Sa’ad t menceritakan kepada kita tentang luka yang diderita beliau . Ia berkata: “Demi Allah, aku benar-benar mengetahui siapakah yang mencuci luka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, siapakah yang menyiramkan airnya dan dengan apa luka itu diobati.” Ia melanjutkan: “Fathimah radhiyallahu ‘anha putri beliaulah yang mencuci luka tersebut, sementara Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu menyiramkan airnya dengan perisai. Namun ketika Fathimah radhiyallahu ‘anha melihat siraman air tersebut hanya menambah deras darah yang mengucur dari luka beliau, ia segera mengambil secarik tikar lalu membakarnya kemudian membungkus luka tersebut hingga darah berhenti mengucur. Pada peristiwa itu gigi beliau patah, wajah beliau terluka dan kepala beliau terkoyak lebar.” (HR. Al-Bukhari)

    Al-Abbas bin Abdul Muththalib radhiallaahu anhu menceritakan kepahlawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peperangan Hunain. Ia berkata: “Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam justru memacu bighalnya ke arah pasukan kaum kafir, sementara aku terus memegang tali kekang bighal tersebut supaya tidak melaju dengan cepat. Saat itu beliau berkata:

    “Aku adalah seorang nabi bukanlah pendusta. Aku adalah cucu Abdul Muththalib.” (HR. Muslim)

    Sementara itu, penunggang kuda yang gagah berani, yang sudah masyhur dan terkenal dengan kisah-kisah kepahlawanannya, yaitu Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu menceritakan keberanian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut: “Apabila dua pasukan sudah saling bertemu dan peperangan sudah demikian sengit, kamipun berlindung di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada seorangpun yang paling dekat kepada musuh daripada beliau.” (HR. Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah , silakan lihat di dalam Shahih Muslim III / no.1401)

    Kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam e dalam menyebarkan dakwah pantas dijadikan contoh dan teladan yang baik. Hingga akhirnya Allah Ta’ala menegakkan pilar-pilar Islam dan melebarkan sayapnya di segenap pelosok jazirah Arab, negeri Syam dan negeri-negeri di seberang sungai Tigris. Hingga tidak tersisa satu rumahpun kecuali telah dimasuki cahaya Islam.

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    “Sesungguhnya aku telah mendapat berbagai teror dan ancaman karena membela agama Allah . Dan tidak ada seorangpun yang mendapat teror seperti itu. aku telah mendapat berbagai macam gangguan karena menegakkan agama Allah . Dan tidak seorangpun yang mendapat gangguan seperti itu. Sehingga pernah kualami selama 30 hari 30 malam, aku dan Bilal tidak mempunyai sepotong makanan pun yang layak untuk dimakan manusia kecuali sedikit makanan yang hanya dapat dipergunakan untuk menutupi ketiak Bilal.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)

    Walaupun harta dan ghanimah serta perbenda-haraan dunia dari kemenangan yang diberikan Allah kepada beliau terus mengalir, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mewariskan sesuatupun kepada umatnya, tidak dinar maupun dirham, beliau hanya mewariskan ilmu. Itulah warisan nubuwat, barangsiapa yang ingin mengambilnya, maka silakan maju untuk mengambilnya dan selamat berbahagia menerima warisan yang agung itu.

    ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha menuturkan:

    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak meninggalkan dinar, tidak pula dirham, tidak meninggalkan kambing, tidak pula unta. Beliau tidak mewasiatkan harta apapun.” (HR. Muslim)

    ***

    [taken from kitab : Sehari Di Kediaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, By : Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim]

     
  • erva kurniawan 1:30 am on 5 July 2017 Permalink | Balas  

    Persahabatan Yang Tulus 

    Persahabatan Yang Tulus

    ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Setiap kali disampaikan kepada beliau sesuatu yang kurang berkenan dari seseorang, beliau tidak mengatakan: “Apa maunya si ‘Fulan’ berkata demikian!” Namun beliau mengatakan: “Apa maunya ‘mereka’ berkata demikian!” (HR. At-Tirmidzi)

    Anas bin Malik radhiallaahu anhu menceritakan: “Pernah suatu kali seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan bekas celupan berwarna kuning pada pakaiannya (bekas za’faran). Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat jarang menegur sesuatu yang dibencinya pada seseorang di hadapannya langsung. Setelah lelaki itu pergi, beliau pun berkata:

    “Alangkah bagusnya bila kalian perintahkan lelaki itu untuk menghilangkan bekas za’faran itu dari bajunya.” (HR. Abu Daud & Ahmad)

    Abdullah bin Mas’ud Radhiallaahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

    “Inginkah aku kabarkan kepadamu oang yang diselamatkan dari api Neraka, atau dijauhkan api Neraka darinya? Yaitu setiap orang yang ramah, lemah lembut dan murah hati.” (HR. At-Tirmidzi)

    ***

    [taken from kitab : Sehari Di Kediaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, By : Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim]

     
  • erva kurniawan 1:23 am on 4 July 2017 Permalink | Balas  

    Cerita dari Sekolah Hapalan Quran Anak Balita 

    Cerita dari Sekolah Hapalan Quran Anak Balita

    Insya Allah ada manfaatnya

    Saya tinggal di Iran dan punya anak usia empat tahun. Sejak tiga bulan lalu, saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak-anak. Setelah masuk, wah ternyata unik banget metodenya. Siapa tau bisa dijadikan masukan buat akhwat yang berkecimpung di bidang ini.

    Anak-anak balita yang masuk ke sekolah ini (namanya Jamiatul Quran), tidak disuruh langsung ngapalin juz’amma, melainkan setiap kali datang, diperlihatkan gambar misalnya, gambar anak lagi cium tangan ibunya. Di rumah, anak disuruh mewarnai gambar itu, lalu guru cerita tentang gambar itu (jadi anak harus baik dll).

    Kemudian, si guru ngajarin ayat wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23 dengan menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya walidaini, isyaratnya bikin kumis dan bikin kerudung di wajah (menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak-anak mengucapkan ayat itu sambil memperagakan makna ayat tersebut. Begitu seterusnya (satu pertemuan hanya satu atau dua ayat yang diajarkan). Hal ini dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Setelah itu, mereka belajar membaca, dan baru kemudian mulai menghapal juz ‘amma.

    Suasana kelas juga semarak banget. Sejak anak masuk ke ruang kelas, sampai pulang, para guru mengobral pujian-pujian (sayang, cantik, manis, pintar dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah ini hanya 3 kali seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk anak-anak, mulai dari gambar tempel, pensil warna, mobil-mobilan, dll. Habis baca doa, anak-anak diajak senam, baru mulai menghapal ayat. Itupun, sebelumnya guru mengajak ngobrol dan anak-anak saling berebut memberikan pendapatnya. (Sayang anak saya karena masalah bahasa, cenderung diam, tapi dia menikmati kelasnya).

    Setelah berhasil menghapal satu ayat, anak-anak diajak melakukan berbagai permainan. Oya, para ibu juga duduk di kelas, bareng-bareng anak-anaknya. Kelas itu durasinya 90 menit.

    Hasilnya? Wah, bagus banget! Ketika melihat saya membuka keran air akan terlalu besar, anak saya akan nyeletuk, Mama, itu israf (mubazir)! Soalnya, gurunya menerangkan makna surat Al A’raf :31 kuluu washrabuu walaatushrifuu/ makanlah dan minumlah, dan jangan israf/berlebih2an.

    Waktu dia lihat TV ada polisi mengejar penjahat, dia nyeletuk Innal hasanaat ushrifna sayyiaat/ Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan (Hud:114).

    Teman saya mengeluh (dengan nada bangga) bahwa tiap kali dia ngobrol dengan temannya tentang orang lain, anaknya akan nyeletuk Mama, ghibah ya? (soalnya, dia sudah belajar ayat laa yaghtab ba’dhukum ba’dhaa/Mujadalah:12). Anak saya (dan anak-anak lain, sesuai penuturan ibu-ibu mereka), ketika sendirian, suka sekali mengulang2 ayat-ayat itu tanpa perlu disuruh. Ayat-ayat itu seolah-olah menjadi bagian dari diri mereka.

    Mereka sama sekali tidak disuruh pakai kerudung. Tapi, setelah diajarkan ayat tentang jilbab (An-Nur:31), mereka langsung minta sama ibunya untuk dipakaikan jilbab. Anak saya, ketika ingkar janji (misalnya, janji nggak main lama-lama, trus ternyata mainnya lama), saya ingatkan ayat limaa taquuluu maa laa taf’alun (As-Shaf:2) dia langsung bilang Nanti nggak gitu lagi Ma. Akibatnya, jika saya mengatakan sesuatu dan tidak saya tepati, ayat itu pula yang keluar dari mulutnya!

    Setelah bertanya ke pihak sekolah, baru saya tahu bahwa metode seperti ini, tujuannya adalah untuk menimbulkan kecintaan anak-anak kepada Al Quran. Anak-anak balita itu di masa depan akan mempunyai kenangan indah tentang Al Quran.

    Metode pengajaran ayat Quran dengan menggunakan isyarat ini diciptakan oleh seorang ulama bernama Sayyid Thabathabai. Anak beliau yang pertama pada usia 5 tahun di bawah bimbingan beliau sendiri, sudah hapal seluruh juz Al Quran, berikut maknanya, hapal topiknya (misalnya, ditanyakan, coba sebutkan ayat-ayat mana saja yang berbicara tentang akhlak kepada orangtua, dia akan menyebut, ayat ini..ini..ini..), dan mampu bercakap-cakap dengan bahasa Al Quran (misalnya ditanya; makanan favoritmu apa, dia akan menjawab Kuluu mimma fil ardhi halaalan thayyibaa(Al Baqarah:168). Anak kedua juga memiliki kemampuan sama, tapi sedikit lebih lambat, mungkin usia 6 atau 7 tahun.

    Keberhasilan anak-anak Sayyid Thabathabi itu benar-benar fenomental (bahkan anak pertamanya diberi gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ulumul Quran oleh sebuah universitas di Inggris), sehingga sejak itu, gerakan menghapal Quran untuk anak-anak kecil benar-benar digalakkan di Iran. Setiap anak penghapal Quran dihadiahi pergi haji bersama orangtuanya oleh negara dan setiap tahunnya ratusan anak kecil di bawah usia 10 tahun berhasil menghapal Al Quran (jumlah ini lebih banyak kalau dihitung juga dengan anak lulusan dari sekolah lain).

    Salah satu tujuan Iran dalam hal ini (kata salah seorang guru) adalah untuk menepis isu-isu dari musuh-musuh Islam yang ingin memecah-belah umat muslim, yang menyatakan bahwa Quran-nya orang Iran itu beda/lain daripada yang lain).

    Saya pernah diskusi dengan teman saya dosen ITB, dia mengatakan bahwa metode seperti itu merangsang kecerdasan anak karena secara bersamaan anak akan melihat gambar, mendengar suara, melakukan gerakan-gerakan yang selaras dengan ucapan verbal, dll. Sebaliknya, menghapal secara membabi-buta, malah akan membuntukan otak anak. Selain itu, menurut guru di Jamiatul Quran ini, pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak yang menghapal Quran dengan melalui proses isyarat ini (jadi mulai sejak balita sudah masuk ke sekolah itu) lebih berhasil dibandingkan anak-anak yang masuk ke sana ketika usia SD.

    Selain itu, menghapal Al Quran lengkap dengan pemahaman atas artinya jauh lebih bagus dan awet (nggak cepat lupa) bila dibandingkan dengan hapal cangkem (mulut).

    ***

    Kiriman Sahabat Ira

     
  • erva kurniawan 1:11 am on 3 July 2017 Permalink | Balas  

    Mbok Ponirah Mengayuh Becak demi Biaya Sekolah Anaknya 

    Mbok Ponirah Mengayuh Becak demi Biaya Sekolah Anaknya

    Mbok Ponirah, ibu enam orang anak sedang mengayuh becaknya yang ditumpangi tiga orang anak sekolah yang menjadi langganannya setiap hari sekolah, di samping mencari penumpang lainnya .SEPINTAS orang tak akan menyangka kalau sang pengayuh becak ini adalah seorang perempuan. Ponirah (54) begitu nama warga Desa Njeblog, Madukismo, Bantul ini. Bentuk potongan rambutnya yang menyerupai laki-laki atau potong cepak kadang ala tentara, sempat membuat pelanggannya terkesima.

    Sambil ngepos di Pojok Benteng Kulon, Jalan Bantul, Ponirah yang lekat dengan caping, celana panjang, hem lengan panjang, ibu enam anak dan nenek dari dua cucu ini mengayuh becak untuk mengais rezeki dan mewujudkan cita-citanya.Sebenarnya cita-citanya cukup sederhana, tapi sangat mulia. Menyekolahkan anak. Namun karena pendapatan suaminya yang buruh tani itu pas-pasan, Ponirah nekat kredit becak. Becak merek “Budi” itu dibeli dengan angsuran, per hari Rp 3 ribu dan kini sudah dilunasinya.

    Kasih ibu sepanjang masa, itulah yang dilakonkan istri Supardjo (59) itu setiap hari dengan memulai mengayuh becak sejak pukul 04.00. Namun baginya tugas keluarga adalah yang utama. Subuh-subuh, ia sudah menyiapkan sarapan dan membersihkan rumahnya. Sekitar pukul 07.00 ia mulai melalang buana dengan becaknya. “Setiap pagi saya mengantar anak juragan saya ke sekolah,” katanya.Ponirah bangga bisa dipercayai antarjemput tiga anak sekolah. Perempuan jangkung dengan postur tubuh layaknya laki-laki ini, sering dipanggil ‘Pak’. Namun dengan lugu, perempuan yang mengaku tidak pernah mengenyam bangku sekolah ini menyatakan, apapun panggilan orang kepada dirinya, ia tidak pernah memasalahkan. Biasanya, katanya setelah tahu ternyata tukang becaknya perempuan, penumpang lalu minta maaf. “Maaf ya Bu, saya tidak tahu. Saya kira bapak-bapak,” ujar Ponirah menirukan penumpang yang keliru memanggil dirinya.Entah karena tiap hari berpanas-panas, kulitnya pun kehitam-hitaman terbakar matahari. Gayanya yang khas laki-laki terlebih ketika mengisap rokok kreteknya, sempat membuat siapa saja akan memanggilnya ‘Pak’. Sambil menjawab pertanyaan wartawan, Ponirah berbicara dengan lugas dan tidak pernah basa-basi.

    Bukan hanya penumpang yang keblinger melihatnya. Sesama penarik becak pun sering salah sangka. Pernah suatu ketika ia ditempeleng oleh penarik becak lainnya. “Gara-garanya, sehabis menurunkan penumpang di Kotabaru, ada penumpang lain naik. Saya dikira cari penumpang di daerah itu,” paparnya.Namun tamparan itu tidak pernah menyurutkan nyalinya untuk tetap berkarya. Jika sepi penumpang, Ponirah selalu pulang menjelang Maghrib. Tetapi kadang ia harus pulang lewat pukul 20.00

    “Beberapa hari lalu saya pulang sampai rumah jam delapan malam. Saya disuruh mengantar langganan periksa ke rumah sakit. Jadi harus menunggu sampai selesai,” katanya seraya mengaku tidak takut. “Saya sudah biasa begini,”katanya.Dia juga menuturkan, beberapa kali diganggu orang tetapi dia biarkan saja. Saya tidak peduli dengan mereka. “Pernah ada orang mau bayar saya. Orang itu meminta saya untuk memarkir becak saya, lalu mau mengajak saya pergi. Tetapi saya tidak pedulikan dan saya tinggal pergi,” ujarnya.

    *Biar Sekolah*

    Seperti ibu-ibu yang lain, Ponirah juga berharap anaknya bisa menuntut ilmu setinggi mungkin. “Saya ini bekerja untuk biaya sekolah anak-anak. Agar anak saya pintar, modal saya hanya jujur dan halal. Karena itu saya tidak pernah mau macam-macam,” ujarnya.Ponirah tahu bahwa bekerja di luar rumah, memang penuh risiko. Namun empat belas tahun menjadi tukang becak, Ponirah tidak pernah menyerah. Apa lagi hanya karena ditempeleng rivalnya.”Selama saya kuat dan anak-anak masih butuh biaya sekolah saya akan terus mbecak. Juragan saya baik-baik, anak-anak yang saya antar sekolah memanggil saya ‘mak’. Mereka kadang minta dibelikan minum,” ucapnya sambir cengar-cengir.Dituturkan, saat ini ia tinggal membiayai anak bungsunya. Ponirah menceritakan lima anak yang lain begitu selesai SMA langsung bekerja.

    Dua bekerja di hotel, satu buruh, satu bekerja di kerajinan kulit dan satu lagi bekerja di kerajinan patung. Anaknya terkecil masih duduk di kelas III SMP. “Saya kebrojolan anak terakhir. Setelah punya lima anak, saya KB streril. Lima tahun kemudian kok saya hamil lagi. Ya sudah memang sudah kehendak Allah,” ujarnya.Walau demikian, Ponirah tidak rela bila anak-anaknya kelak mengikuti jejak ibunya. “Biar aku sendiri saja yang seperti ini. Anak-anak tidak boleh. Mereka harus sekolah, kalau sudah besar bisa bekerja yang lain,” ujar

    *Penghargaan*

    Mungkin nasib Ponirah tidak seberuntung perempuan lainnya. Tetapi perempuan ‘perkasa’ ini adalah satu dari sepuluh perempuan penerima penghargaan “Ibu Tahan Banting”, yang diberikan ibu-ibu Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penghargaan itu diberikan dalam rangka peringatan Hari Kartini, Kamis (29/4) yang lalu. “Anak-anak saya waktu itu tidak ada yang tahu kalau saya mau terima penghargaan,” katanya.

    Sesampainya di rumah, anak-anaknya malah menanyainya. “Saya malah diejek, tadi naik mobil polisi ya? pakai dike-crek (diborgol) enggak? Waduh senangnya salaman dengan Sultan dan Ratu Hemas,” kenang Ponirah pada ejekan anak-anaknya.Hadiah yang diterima Ponirah memang tidak besar, uang Rp 100 ribu dan sebuah seprei. Namun penghargaan dan kesempatan bertatap muka dan bersalaman dengan Sri Sultan dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas yang membuat Ponirah bangga.

    “Saya ini orang miskin yang tidak bisa baca kok ya diberi hadiah. Yang paling senang, saya bisa salaman dengan Gusti Ratu dan Sri Sultan,” katanya dengan mata berbinar.Ponirah tidak bisa menduga. Sampai di mana kekuatannya untuk menyekolahkan anak bungsunya itu. “Biaya pendidikan sekarang ini mahal sekali. Yang jelas selama saya kuat, tidak akan putus asa karena tidak ingin anak saya putus sekolah. Saya bekerja agar anak-anak saya jadi anak pinter dan bisa bekerja dengan baik, tidak seperti ibunya,” kata Ponirah.

    Ponirah memang benar-benar seorang ibu yang sejati. Ia pantas mendapat penghargaan. Ponirah pun tidak ingin dikasihani, tapi kalau ada yang tergerak hatinya meringankan beban beratnya mengayuh becak setiap hari demi sekolah anak-anaknya, tentu Ponirah tidak akan menolak uluran tangan dari siapa saja. Semoga.

    Sumber: Suara Pembaruan – Sabtu, 22 Mei 2004 PEMBARUAN/FUSKA SANI EVANI

     
  • erva kurniawan 10:59 am on 2 July 2017 Permalink | Balas  

    Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam Dengan Para Tetangga 

    Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam Dengan Para Tetangga

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memuliakan para tetangga. Tetangga memiliki kedudukan yang agung dalam kehidupan beliau. Beliau pernah berkata:

    “Malaikat Jibril alaihissalam senatiasa mewasiatkan agar aku berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku mengira ia (Jibril) akan memberikan hak waris (bagi mereka).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

    Beliau mewasiatkan Abu Dzar radhiallaahu anhu:

    “Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak makanan, perbanyaklah kuahnya, janganlah engkau lupa membagikannya kepada tetanggamu.” (HR. Muslim)

    Beliau juga memperingatkan dari bahaya mengganggu tetangga. Beliau bersabda:

    “Tidak akan masuk Surga orang yang tidak merasa aman tetangganya dari kejahatannya.” (HR. Muslim)

    Oleh sebab itu, hendaklah kita senantiasa berlaku baik kepada para tetangga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah ia berlaku baik kepada tetangganya.” (HR. Muslim)

    ***

    [taken from kitab : Sehari Di Kediaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, By : Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim]

     
  • erva kurniawan 1:57 am on 1 July 2017 Permalink | Balas  

    Dzikir Rasulullah Nabi umat ini sekaligus murabbi pembimbing… 

    Dzikir Rasulullah

    Nabi umat ini sekaligus murabbi (pembimbing) yang handal dan terdepan memiliki komitmen yang sangat besar dalam beribadah. Beliau selalu menghubungkan hatinya dengan Allah Ta’ala. Tidak sedikitpun waktu yang terlewat tanpa dzikrullah, tahmid, syukur, istighfar dan taubat. Padahal telah diampuni dosa-dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang. Namun beliau senantiasa menjadi hamba yang bersyukur, nabi yang mensyukuri karunia Allah dan rasul yang selalu memuji keagungan-Nya. Beliau mengenal kebesaran Allah , dengan itu beliau senantiasa memuji-Nya, memohon kepada-Nya dan kembali menuju ampunan-Nya. Beliau mengetahui betapa berharga waktu yang diberikan, beliau pergunakan sebaik-baiknya dengan selalu mengisi waktu dalam ketaatan dan ibadah.

    ‘Aisyahradhiyallahu ‘anhaberkata:

    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa berdzikir kepada Allah setiap waktu.” (HR. Muslim)

    Ibnu Abbas radhiallaahu anhu mengungkapkan: “Kami pernah menghitung dzikir yang diucapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam satu majlis sebanyak seratus kali:

    “Ya Allah, ampunilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Pengampun.” (HR. Abu Daud)

    Abu Hurairah radhiallaahu anhu menuturkan: “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    “Demi Allah, sesungguhya aku beristighfar dan bertaubat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Al-Bukhari)

    Ibnu Umar radhiallaahu anhuberkata: “Kami pernah menghitung dzikir yang diucapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam satu majlis sebanyak seratus kali:

    “Ya Allah, ampunilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Pengampun.” (HR. At-Tirmidzi)

    Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengungkapkan kepada kita sebuah doa yang sering diucapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila berada di sisinya, sebagai berikut:

    “Ya Allah, Yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi)

    ***

    [taken from kitab : Sehari Di Kediaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, By : Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim]

     
c
Compose new post
j
Next post/Next comment
k
Previous post/Previous comment
r
Balas
e
Edit
o
Show/Hide comments
t
Pergi ke atas
l
Go to login
h
Show/Hide help
shift + esc
Batal