Amal, Warid Dan Ahwal


amalan baikAmal, Warid Dan Ahwal

“Beraneka warna jenis amal perbuatan, karena beragam pula warid dan ahwal”

Yang dimaksud warid ialah kurnia Allah yang berproses menjadi ahwal (hal ihwal) dalam diri seorang hamba. Maka seiring dengan warid dan ahwal ada bias ilmu “ma’arif robbaniyah” (teologi) serta “asror ruhaniyah” (rahasia ruhani) yang berpola dengan sifat mahmudah (sifat terpuji).

Pengertian warid bagi para salikin  adalah kurnia Allah dalam bentuk niat dan himmah (tekad) untuk melaksanakan berbagai kegiatan amal ibadah, baik dalam arti ritual maupun sosial. Sebagai bukti adanya benih warid yang telah tertanam dilubuk hati adalah bila ada tumbuh rasa suka dan cinta dalam melaksanakan ibadah yang menjadi perilaku amal saleh salikin, juga disebut ahwal nan zahir.

Pengertian ma’arif robbaniyah ialah ilmu mengenal Allah, seorang hamba memperoleh ilmu itu dengan melaksanakan berbagai macam amal ibadah seperti riyadhoh dan mujahadah. Lain pula asror ruhaniyah yang menjadi pengalaman batin bagi orang yang menuju kepada Allah.

Seorang hamba yang mendapatkan warid dari Allah akan ada pada dirinya ahwal yang menuntun kepada sifat mahmudah. Maka sifat mahmudah itu bentuk nafsu sawwiyah atau mulhimah yang selalu mengekspresikan sifat-sifat terpuji, seperti melaksanakan amal ibadah secara istiqomah. Sebab istiqomah itu lebih baik dari seribu karomah. Dengan melaksanakan amal ibadah secara istiqomah, niscaya Allah membiaskan ilmu ma’arif robbaniyah yang menjadi pelita atau matahati seorang salikin, semisal khothir mahmudah (lintasan yang baik) yang datang mewarnai jiwa seorang hamba. Maka lahir amal ibadah yang terpuji seirama ikhlas.

Nabi r bersabda:

“Barangsiapa mengamalkan ilmu yang diketahuinya, Allah akan mewariskan ilmu yang tidak diketahuinya”. Yaitu ilmu ma’arif robbaniyah hingga merasakan asror ruhaniyah.

Sudah menjadi bukti wujud kekuasaan Allah, bahwa kurnia-Nya itu mewarnai disegala sektor kehidupan manusia. Coba perhatikan pola hidup manusia yang beraneka ragam sifat dan perilakunya. Maka pada konteks ini, semua perilaku manusia bersumber dari warid dan ahwal yang dibiaskan Allah ke dalam hidupnya.

Jika kita membahas tentang warid, ahwal dan amal dalam sebuah misal, tak ubahnya seperti benih, pohon dan buah yang proses pertumbuhannya tidak terlepas dari pemeliharaan. Amal saleh yang zahir itu disebut sebagai buah, maka yang perlu difahami disini bahwa buah itu ada yang busuk dan ada pula yang baik. Jadi baik dan buruknya amal seorang hamba tergantung pada ahwal yang batin. Dengan kata lain, amal lahiriyah mengikuti sikap batiniyah.

Adanya aneka ragam amal perbuatan yang zahir disebabkan oleh adanya berbagai macam keadaan yang datang dari dalam diri seseorang, seperti ada yang suka melaksanakan shalat, ada pula yang senang menunaikan zakat dan banyak lagi perbuatan lainnya baik dalam bentuk ritual maupun sosial. Semua perbuatan itu tentu ada yang menggerakkan dan mendorongnya dari dalam diri seseorang, yaitu warid.

Maka pengertian warid yang dimaknakan niat itu tampak pada setiap wujud amal, sebab semua amal perbuatan yang tampak adalah sesuai dengan pola niat yang ada dalam diri seseorang. Niat ialah sebuah titik permulaan teristimewa disetiap gurat amal ibadah dan muamalah lainnya. Niat menjadi tolok ukur yang sangat menentukan tentang baik buruknya suatu amal ibadah atau segala bentuk perbuatan. Apabila niatnya baik maka pada umumnya bisa membuahkan kebaikan. Sebaliknya jika niatnya jelek maka buahnya pun akan jelek pula. Sebagian para Ulama menyimpulkan fungsi dan peran niat sebagai berikut:

“Kerap kali amal yang kecil menjadi besar (nilainya) karena baik niatnya, dan kerap kali amal yang besar jadi kecil (nilainya) karena salah niatnya”.

Dalam sebuah hadis yang masyhur juga dinyatakan:

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan sesunggunya bagi setiap perbuatan itu sesuai dengan apa yang diniatkan”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Wallohu a’lam bis-shawab,-

[Sumber : HIZBOEL WATHONY]