Bertemu Waraqah


One Day One Sirah

77

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Bertemu Waraqah

Sahabat fillahku, tidak lama kemudian, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Saat itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sedang melaksanakan thawaf. Sesudah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menceritakan keadaannya, Waraqah berkata, “Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akan didustakan, disiksa, diusir, dan diperangi orang. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula.”

Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.

Kini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam memalingkan wajah ke sekitarnya, melihat orang-orang yang menyembah patung-patung batu. Orang-orang ini juga menjalankan riba dan memakan harta anak yatim. Mereka jelas-jelas berada dalam kesesatan. Kepada orang orang inilah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk menyeru agar mereka menghentikan perbuatan perbuatan itu.

Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang orang Quraisy itu benar benar amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.

Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan mereka. Untuk itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.

Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ternyata tidak juga turun. Jibril tidak pernah datang lagi untuk waktu yang lama. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam merasa amat terasing. Rasa takutnya kembali muncul. Beliau takut jika Allah melupakan bahkan tidak menyukainya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kembali pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin rasanya beliau membumbung tinggi dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan?

Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menuntun umat ternyata menjadi kering? Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam saat itu benar benar hampir merasa putus asa.

Apakah Allah segera menurunkan wahyu kembali? Surat apakah yang diturunkan selanjutnya?

Kita lanjutkan besok ya… In syaa Allah

Kisah ini diambil dari Buku Muhammad Teladanku